1. Perdagangan
Pada tahap awal, sarana yang digunakan dalam proses Islamisasi di Indonesia
adalah perdagangan. diketahui melalui adanya kesibukan lalu lintas perdagangan
pada abad ke VII M hingga abad ke XVI M. Fakta berdasarkan data dan informasi
penting yang dicatat Tome’ Pires ahwa para pedagang muslim banyak yang
bermukim di pesisir Pulau Jawa yang ketika itu penduduknya masih kafir. Mereka
berhasil mendirikan masjid-masjid dan mendatangkan mullah-mulla dari luar,
sehingga jumlah mereka semakin bertambah banyak.
Pada beberapa tempat, para penguasa Jawa yang menjabat sebagai bupati
majapahit yang ditempatkan di pesisir pulau Jawa banyak yang masuk Islam.
Keislaman mereka disebabkan karena karena factor hubungan ekonomi yang
pada pedagang ini sangat menguntungkan secara material bagi mereka, yang
pada akhirnya memperkuat posisi dan kedudukan social mereka di masyarakat
Jawa. Kemudian mereka mengambil alih perdagangan. Hubungan perdagangan
ini, dimanfaatkan oleh para pedagang muslim sebagai sarana atau media
dakwah. Oleh karena itu, ketika penduduk nusantara banyak yang berinteraksi
dengan para pedagang muslim, dan keterlibatan mereka semakin jauh dalam
aktivitas perdagangan, banyak diantara mereka yang memeluk Islam.
2. Perkawinan
Dari aspek ekonomi, para pedagang Islam memiliki status social yang lebih baik
daripada kebanyakan penduduk pribumi. Hal ini menyebabkan banyak penduduk
pribumi, terutama para wanita, yang tertarik untuk menjadi isteri-isteri para
saudagar muslim. Hanya saja ada ketentuan hukum Islam, bahwa para wanita
yang akan dinikahi harus diislamkan terlebih dahulu. Para wanita dan keluarga
mereka tidak merasa keberatan, karena proses pengislaman hanya dengan
mengucapkan dua kalimat syahadat, tanpa upacara atau ritual yang rumit.
Setelah itu mereka menjadi komunitas muslim di lingkungannya sendiri.
Keislaman mereka menempatkan diri dan keluarganya berada dalam status social
dan ekonomi cukup tinggi. Sebab, mereka menjadi muslim Indonesia yang kaya
dan berstatus social terhormat. Kemudian setelah memiliki keturunan,
lingkungan mereka semakin luas. Akhirnya timbul kampung dan pusat kekuasaan
Islam.
Jalur perkawinan ini lebih menguntungkan lagi apabila terjadi antara saudagar
muslim dengan anak bangsawan atau anak raja atau anak adipati. Karena raja,
atau bangsawan itu memiliki posisi penting dalam masyarakatnya, sehingga
mempercepat proses islamisasi.
3. Pendidikan
Proses Islamisasi di Indonesia juga dilakukan melalui media pendidikan. Para
ulama banyak yang mendirikan lembaga pendidikan Islam, berupa pesantren.
Pada lembaga inilah, para ulama memberikan pengajaran ilmu keislaman melalui
berbagai pendekatan sampai kemudian para santri mampu menyerap
pengetahuan keagamaan dengan baik. Setelah mereka dianggap mampu, mereka
kembali ke kampung halamannya untuk mengembangkan agama islam dan
membuka lembaga yang sama. Dengan demikian, semakin hari lembaga
pendidikan pesantren mengalami perkembangan, baik dari segi jumlah maupun
mutunya.
Lembaga pendidikan Islam ini tidak membedakan status social dan kelas, siapa
saja yang berkeinginan mempelajari atau memperdalam pengetahuan Islam,
diperbolehkan memasuki lembaga pendidikan ini. Dengan demikian, pesantren-
pesantren dan para ulamanya telah memainkan peran yang cukup penting dalam
proses pencerdasan kehidupan masyarakat, sehingga banyak masyarakat yang
kemudian tertarik memeluk islam.
4. Tasawuf
Salah satu sifat khas dari ajaran tasawuf adalah akomodasi terhadap budaya
local, sehingga menyebabkan banyak masyarakat Indonesia yang tertarik
menerima ajaran tersebut. Pada umumnya, para pengajar tasawuf atau para sufi
adalah guru-guru pengembara, dengan sukarela mereka menghayati kemiskinan,
juga seringkali berhubungan dengan perdagangan, mereka mengajarkan teosofi
yang telah bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas masyarakat
Indonesia. Dengan tasawuf, bentuk Islam yang diajarkan kepada para penduduk
pribumi mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka yang sebelumnya
memeluk agama Hindu sehingga ajaran Islam dengan mudah diterima.
5. Kesenian
Saluran islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah melalui
pertunjukan wayang. Seperti diketahui bahwa Sunan Kalijaga adalah tokoh yang
paling mahir dalam mementaskan wayang. Dia tidak pernah meminta upah
materi dalam setiap pertunjukan yang dilakukannya. Sunan Kalijaga hanya
meminta kepada para penonton untuk mengikutinya mengucapkan dua kalimat
syahadat. Sebagian besar cerita wayang masih diambil dari Ramayana dan
Mahabharata, tetapi muatannya berisi ajaran Islam dan nama-nama pahlawan
Islam.
Selain wayang, media yang digunakan dalam penyebaran Islam di Indonesia
adalah seni bangunan, seni pahat, seni tari, seni music, dan seni sastra.
Perkembangan Islam di Indonesia
1. Di Sumatra
wilayah Nusantara yang mula-mula dimasuki Islam adalah pantai barat pulau Sumatra dan
daerah Pasai yang terletak di Aceh utara yang kemudian di masing-masing kedua daerah
tersebut berdiri kerajaan Islam yang pertama yaitu kerajaan Islam Perlak dan Samudra
Pasai.
disebutkan bahwa kerajaan Islam yang pertama adalah kerajaan Perlak. Namun ahli sejarah
lain telah sepakat, Samudra Pasailah kerajaan Islam yang pertama di Nusantara dengan
rajanya yang pertama adalah Sultan Malik Al-Saleh
Kerajaan Aceh ini mempunyai peran penting dalam penyebaran Agama Islam ke seluruh
wilayah Nusantara. Para da’i, baik lokal maupun yang berasal dari Timur Tengah terus
berusaha menyampaikan ajaran Islam ke seluruh wilayah Nusantara. Hubungan yang telah
terjalin antara kerajaan Aceh dengan Timur Tengah terus berkembang. Tidak saja para
ulama dan pedagang Arab yang datang ke Indonesia, tapi orang-orang Indonesia sendiri
banyak pula yang hendak mendalami Islam datang langsung ke sumbernya di Mekah atau
Madinah
2. Di Jawa
kedatangan Islam ke tanah Jawa sebenarnya sudah dimulai pada abad pertama Hijriyah. Hal
ini dituturkan oleh Prof. Dr. Buya Hamka dalam bukunya Sejarah Umat Islam, bahwa pada
tahun 674 M sampai tahun 675 M. sahabat Nabi, Muawiyah bin Abi Sufyan pernah singgah
di tanah Jawa (Kerajaan Kalingga) menyamar sebagai pedagang. proses dakwah selanjutnya
dilakukan oleh para da’i yang berasal dari Malaka atau kerajaan Pasai sendiri.
Adapun gerakan dakwah Islam di Pulau Jawa selanjutnya dilakukan oleh para Wali Sanga,
yaitu
a. Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik
Beliau dikenal juga dengan sebutan Syeikh Magribi. Ia dianggap pelopor penyebaran Islam di
Jawa. Beliau juga ahli pertanian, ahli tata negara dan sebagai perintis lembaga pendidikan
pesantren. Wafat tahun 1419 M.(882 H) dimakamkan di Gapura Wetan Gresik
f. Sunan Drajat
Nama aslinya adalah Syarifudin (putra Sunan Ampel, adik Sunan Bonang). Dakwah beliau
terutama dalam bidang sosial. Beliau juga mengkader para da’i yang berdatangan dari
berbagai daerah, antara lain dari Ternate dan Hitu Ambon.
h. Sunan Kudus
Nama aslinya adalah Ja’far Sadiq. Lahir pada pertengahan abad ke 15 dan wafat tahun 1550
M. (960 H). Beliau berjasa menyebarkan Islam di daerah kudus dan sekitarnya. Ia
membangun masjid menara Kudus yang sangat terkenal dan merupakan salah satu warisan
budaya Nusantara.
3. Di Sulawesi
Menurut catatan company dagang Portugis pada tahun 1540 saat datang ke Sulawesi, di
tanah ini sudah ditemui pemukiman muslim di beberapa daerah. Meski belum terlalu
banyak, namun upaya dakwah terus berlanjut dilakukan oleh para da’i hingga menyentuh
raja-raja di kerajaan Gowa dan Tallo atau yang dikenal dengan negeri Makasar.
Kerajaan Gowa ini mengadakan hubungan baik dengan kerajaan Ternate dibawah pimpinan
Sultan Babullah yang telah menerima Islam lebih dahulu, Melalui seorang da’i bernama
Datuk Ri Bandang. agama Islam masuk ke kerajaan ini dan 22 September 1605 Karaeng
Tonigallo.
Setelah resmi menjadi kerajaan bercorak Islam Gowa Tallo menyampaikan pesan Islam
kepada kerajaan-kerajaan lain seperti Luwu, Wajo, Soppeng dan Bone. Dengan demikian
Gowa (Makasar) menjadi kerajaan yang berpengaruh dan disegani. Pelabuhannya sangat
ramai disinggahi para pedagang dari berbagai daerah dan manca negara. Hal ini
mendatangkan keuntungan yang luar biasa bagi kerajaan Gowa (Makasar). Puncak kejayaan
kerajaan Makasar terjadi pada masa Sultan Hasanuddin (1653-1669).
4. Di Kalimantan
Islam masuk ke Kalimantan melalui 3 jalur. Jalur pertama melalui Malaka yang dikenal
sebagai kerajaan Islam setelah Perlak dan Pasai. Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis kian
membuat dakwah semakin menyebar sebab para muballig dan komunitas muslim
kebanyakan mendiamai pesisir barat Kalimantan.
Jalur kedua, Islam datang disebarkan oleh para muballig dari tanah Jawa. Ekspedisi dakwah
ke Kalimantan ini mencapai puncaknya saat kerajaan Demak berdiri. Dan lahirlah ulama
besar, salah satunya adalah Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari.
Jalur ketiga para da’i datang dari Sulawesi (Makasar) terutama da’i yang terkenal saat itu
adalah Datuk Ri Bandang dan Tuan Tunggang Parangan.
a. Kalimantan Selatan
Masuknya Islam di Kalimantan Selatan adalah diawali dengan adanya krisis kepemimpinan
dipenghujung waktu berakhirnya kerajaan Daha Hindu. Saat itu Raden Samudra yang
ditunjuk sebagai putra mahkota oleh kakeknya, lalu ia meminta tolong pada Raden
Tumenggung Sultan Demak (Sultan Trenggono) yang menyetujuinya, asal Raden Samudra
kelak bersedia masuk Islam.
Dalam peperangan itu Raden Samudra mendapat kemenangan. Maka sesuai dengan
janjinya ia masuk Islam beserta kerabat keraton dan penduduk Banjar. Saat itulah tahun
(1526 M) berdiri pertama kali kerajaan Islam Banjar dengan rajanya Raden Samudra dengan
gelar Sultan Suryanullah atau Suriansyah.
b. Kalimantan Timur
Di Kalimantan Timur inilah dua orang da’i terkenal datang, yaitu Datuk Ri Bandang dan Tuan
Tunggang Parangan, sehingga raja Kutai (raja Mahkota) tunduk kepada Islam diikuti oleh
para pangeran, para menteri, panglima dan hulubalang. Untuk kegiatan dakwah ini
dibangunlah sebuah masjid.
Tahun 1575 M, raja Mahkota berusaha menyebarkan Islam ke daerah-daerah sampai ke
pedalaman Kalimantan Timur sampai daerah Muara Kaman, dilanjutkan oleh Putranya, Aji
Di Langgar dan para penggantinya.
5. Di Maluku.
Islam masuk ke Maluku sekitar pertengahan abad ke 15 atau sekitar tahun 1440 dibawa
oleh para pedagang muslim dari Pasai, Malaka dan Jawa (terutama para da’i yang dididik
oleh para Wali Sanga di Jawa). Tahun 1460 M, Vongi Tidore, raja Ternate masuk Islam.
Namun menurut H.J De Graaft (sejarawan Belanda) bahwa raja Ternate yang benar-benar
muslim adalah Zaenal Abidin (1486-1500 M). Setelah itu Islam berkembang ke kerajaan-
kerajaan yang ada di Maluku. Tetapi diantara sekian banyak kerajaan Islam yang paling
menonjol adalah dua kerajaan , yaitu Ternate dan Tidore.
Selain Islam masuk dan berkembang di Maluku, Islam juga masuk ke Irian yang disiarkan
oleh raja-raja Islam di Maluku, para pedagang dan para muballig yang juga berasal dari
Maluku.
Daerah-daerah di Irian Jaya yang dimasuki Islam adalah : Miso, Jalawati, Pulau Waigio dan
Pulau Gebi.