Anda di halaman 1dari 54

SEJARAH

PERKEMBANGAN ISLAM
DI INDONESIA
Nama Anggota Kelompok :
1. Alifah Khoerunnisa (02)
2. Hasna Zulfallah Amalia (16)
3. Mahardika Dwi Setiani (21)
4. Nikmah Nida Prasida (24)
5. Nila Pratiwi (25)
Dakwah Islam di
melalui 1. Strategi Dakwah Islam
Indonesia
di Indonesia

2. Perkembangan Islam di
Indonesia

sehingga
Rahmat Islam
bagi Nusantara 3. Mendeskripsikan strategi
dan perkembangan dakwah
islam
PETA KONSEP

Teori Masuknya
Islam ke Nusantara

Dakwah Islam bagi


Strategi Dakwah
Islam di Indonesia

Nusnatara
Perkembangan Islam
di Indonesia

Kerajaan Islam di
Indonesia

Gerakan
Pembaharuan Islam
Teori Masuknya Islam
ke Nusantara

Empat teori mengenai sejarah masuknya Islam ke Nusantara :


1. Teori Gujarat
2. Teori Mekah
3. Teori Persia
4. Teori China
1. Teori Gujarat
Teori ini beranggapan bahwa agama dan kebudayaan Islam dibawa
oleh para pedagang dari daerah Gujarat, India yang berlayar melewati
selat Malaka. Teori ini menjelaskan bahwa kedatangan Islam ke
Nusantara sekitar abad ke 13, melalui kontak para pedagang dan
kerajaan Samudera Pasai yang menguasai selat Malaka pada saat itu. 
Teori ini juga diperkuat dengan penemuan makam Sultan Samudera
Pasai, Malik As-Saleh pada tahun 1297 yang bercorak Gujarat. Teori ini
dikemukakan oleh S. Hurgronje dan J. Pijnapel.
2. Teori Mekah
Dalam teori ini dijelaskan bahwa Islam di Nusantara dibawa langsung
oleh para musafir dari Arab yang memiliki semangat untuk menyebarkan
Islam ke seluruh dunia pada abad ke 7. Hal ini diperkuat dengan adanya
sebuah perkampungan Arab di Barus, Sumatera Utara yang dikenal
dengan nama Bandar Khalifah.
Selain itu, di Samudera Pasai mahzab yang terkenal adalah mahzab
Syafi’i. Mahzab ini juga terkenal di Arab dan Mesir pada saat itu.
Kemudian yang terakhir adalah digunakannya gelar Al-Malik pada raja-
raja Samudera Pasai seperti budaya Islam di Mesir. Teori inilah yang
paling benyak mendapat dukungan para tokoh seperti, Van Leur, Anthony
H. Johns, T.W Arnold, dan Buya Hamka.
3. Teori Persia

Umar Amir Husen dan Hoesein Djadjadiningrat berpendapat bahwa


Islam masuk ke Nusantara melalui para pedagang yang berasal dari
Persia, bukan dari Gujarat. Persia adalah sebuah kerajaan yang saat ini
kemungkinan besar berada di Iran.
Teori ini tercetus karena pada awal masuknya Islam ke Nusantara di
abad ke 13, ajaran yang marak saat itu adalah ajaran Syiah yang berasal
dari Persia. Selain itu, adanya beberapa kesamaan tradisi Indonesia
dengan Persia dianggap sebagai salah satu penguat.
Contohnya adalah peringatan 10 Muharam Islam-Persia yang serupa
dengan upacara peringatan bernama Tabuik/Tabut di beberapa wilayah
Sumatera (Khususnya Sumatera Barat dan Jambi).
Teori China
Teori ini berpendapat, bahwa migrasi
masyarakat muslim China dari Kanton ke
Nusantara, khususnya Palembang pada
abad ke 9 menjadi awal mula masuknya
budaya Islam ke Nusantara. Hal ini
dikuatkan dengan adanya bukti
bahwa Raden Patah (Raja Demak) adalah
keturunan China, penulisan gelar raja-raja
Demak dengan istilah China, dan catatan
yang menyebutkan bahwa pedagang China
lah yang pertama menduduki pelabuhan-
pelabuhan di Nusantara.
Strategi dakwah Islam di
Nusantara
Strategi dakwah Islam di Indonesia
1. Perdagangan
Berdasarkan data sejarah, perdagangan merupakan media
dakwah yang paling banyak dilakukan oleh para penyebar Islam
di Indonesia. Hal ini dapat kita lihat dari adanya kesibukan lalu
lintas perdagangan pada abad ke 7 M hingga ke 16 M. Jalur ini
dimungkinkan karena orang-orang Melayu telah lama menjalin
kontak dagang dengan orang Arab. Apalagi setelah berdirinya
kerajaan Islam seperti kerajaan Islam Malaka dan kerajaan
Samudra Pasai di Aceh, maka makin ramai para ulama dan
pedagang Arab datang ke Nusantara).
Pada saat itu, hampir semua jalur strategis perdagangan
internasional dikuasai oleh para pedagang muslim, maka mau
tidak mau jika para bupati ingin memajukan daerahnya dari segi
pembangunan ekonomi maka ia harus bekerjasama dengan para
pedagang muslim.
2. Perkawinan
Proses penyebaran Islam di Indonesia juga banyak
dilakukan melalui pernikahan antara para pedagang
muslim dengan wanita Indonesia. Jalur perdagangan
internasional yang dikuasai oleh para pedagang muslim
menjadikan para pedagang Islam memiliki kelebihan
secara ekonomi. Para pedagang muslim yang tertarik
dengan wanita wanita Indonesia yang ingin menikah
mensyaratkan agar para wanita tersebut harus memeluk
Islam sebagai prasyarat dalam sebuah pernikahan. Karena
dalam Islam tidak diperbolehkan pernikahan dengan
orang yang berbeda agama, dan para penduduk lokal pun
tidak keberatan dengan prasyarat tersebut.
Sebagai contoh yang dapat dikemukakan adalah
pernikahan antara Raden Rahmat atau Sunan Ampel
dengan Nyai Manila dan Raja Brawijaya V dengan Putri
Campa, dan lain-lain.
3. Pendidikan Salah satu lembaga pendidikan Islam
yang menjadi ciri awal penyebaran
Islam adalah pesantren. Istilah
pesantren digunakan untuk
menunjukkan lembaga pendidikan yang
banyak digunakan oleh ulama di Jawa
dan Madura, sementara di Aceh dikenal
dengan nama “dayah” dan di
Minangkabau dikenal dengan istilah
“Surau”. Awalnya, pesantren
(dayah/surau) adalah tempat kegiatan
keagamaan yang kemudian berkembang
menjadi suatu lembaga tempat kegiatan
pendidikan.
Para pelaku tasawuf atau sufi umumnya
4.4.
Tasawuf
Tasawuf adalah pengembara. Mereka dengan sukarela
mengajar penduduk lokal tentang berbagai
hal. Mereka juga sangat memahami persoalan
para penduduk lokal dari berbagai sisi. Para
sufi memiliki sifat dan budi pekerti yang luhur
sehingga memudahkan mereka bergaul dan
memahami masyarakat. Mereka memahami
problem kemiskinan dan keterbelakangan
sekaligus juga memahami kesehatan spiritual
masyarakat. Mereka juga memahami hal
magis yang digandrungi masyarakat penganut
paham animisme dan dinamisme kala itu. Hal
ini menjadikan para sufi mampu melihat celah
yang dapat dimasuki ajaran-ajaran Islam.
Dengan tasawuf, bentuk ajaran Islam yang disampaikan kepada
penduduk pribumi dapat dengan mudahmasuk ke alam pikiran mereka.
Di antara para sufi yang memberikan ajaran Islam kepada masyarakat
adalah Hamzah Fansury dari Aceh, Syaikh Lemah Abang, dan Sunan
Panggung dari Jawa. E. Kesenian dan Budaya. Para tokoh penyebar
Islam mengajarkan Islam menurut bahasa dan adat istiadat masyarakat
setempat. Sebagian besar nama-nama mereka telah melegenda, seperti
Walisongo.
Pendekatan jalur kesenian dilakukan para
5. Kesenian penyebar Islam untuk menarik perhatian masyarakat,
sehingga tanpa terasa mereka pun tertarik pada
ajaranajaran Islam. Misalnya, Sunan Kalijaga adalah
tokoh seniman wayang. Ia tidak pernah meminta
bayaran dalam pertunjukan seni-nya, tetapi ia
meminta para penonton untuk mengikutinya
mengucapkan kalimat syahadat. Meski sebagian
cerita wayang masih dipetik dari cerita Mahabharata
dan Ramayana, tetapi dalam cerita itu disisipkan
ajaran dan nama-nama pahlawan Islam. Selain
wayang, bentuk kesenian lain yang dijadikan media
islamisasi adalah sastra (hikayat, babad, dan
sebagainya), seni arsitektur (seperi terlihat pada
bentuk masjid-masjid peninggalan para ulama atau
Wali Songo), dan seni ukir yang banyak terdapat di
kediaman atau masjid-masjid peninggalan para
Walisongo
6. Politik
Di Maluku dan Sulawesi Selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam
setelah rajanya masuk islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja
sangat tersebarnya Islam di wilayah ini, Jalur politik juga ditempuh
ketika kerajaan Islam menaklukkan kerajaan non islam, baik di
Sumatra, Jawa maupun Indonesia bagian timur
Perkembangan Dakwah Islam di
Nusantara
Perkembangan Islam di Sumatera
Islam masuk ke Sumatra pada abad ke-7 Masehi, yang pada waktu itu di
Sumatra telah berdiri kerajaan Budha di Sriwijaya (683-1030 M) yang
menjadikan Islam masuk ke daerah itu sedikit mengalami kesulitan, dan pada
waktu itu kerajaan Sriwijaya mendapat serbuan dari India, maka kesempatan itu
digunakan untuk menyebarkan Islam bagi daerah-daerah.
Penyebaran Islam dilakukan oleh para saudagar Arab yang hilir mudik
berdagang dari Mesir, Persia, Gujarat ke Cina melalui Barus-Fansur yang
dipastikan terletak di ujung barat pulau Sumatra.Para pembawa Islam datang
langsung dari Semenanjung Arabia yang merupakan utusan resmi Khalifah atau
para pedagang profesional Islam yang memang telah memiliki hubungan
perdagangan dengan Aceh, sebagai daerah persinggahan dalam perjalanan
menuju Cina.
Hubungan yang sudah terbina sejak
lama, yang melahirkan asimiliasi
keturunan Arab-Aceh di sekitar pesisir
ujung pulau Sumatra, telah Tokoh tokoh yang mempengaruhi
memudahkan penyiaran Islam.Islam masuknya islam di pulau Sumatra Selain
telah berkembang di Aceh sejak abad dari perdagangan , pernikahan dan kerajaan
VII. Keberadaannya dibawa oleh para masuknya islam di pulau Sumatra juga di
saudagar Islam Arab dan bukan pengaruhi oleh tokoh tokoh yaitu
merupakan misi khusus penyebaran diantaranya adalah :
agama.Selain dari perdagangan a)    Syekh baharudin (Sumatra barat)
masuknya islam ke daerah Sumatra b)   Raden Rahmat (sunan ampel )
juga dipengaruhi oleh kerajaan c)    Minak Kumala bumi (Sumatra selatan)
kerajaan yang ada di Sumatra dan
dakwah dakwah dari wali-wali atau
ulama yang ada pada saat itu. 
Perkembangan Islam di Kalimantan
Kerajaan Daha diperintah oleh Maha Raja Sukarama. Setelah beliau meninggal digantikan oleh
Pangeran Tumenggung. Hal ini menimbulkan kemelut keluarga, karena Pangeran Samudra (cucu Maha
Raja Sukarama) merasa lebih berhak atas takhta kerajaan. Akhirnya Pangeran Samudra dinobatkan
menjadi Raja Banjar oleh para pengikut setianya, yang membawahi daerah Masik, Balit, Muhur, Kuwin
dan Balitung, yang terletak di hilir sungai Nagara. Berdasarkan hikayat Banjar, Pangeran Samudra
meminta bantuan Kerajaan Demak (Sultan Trenggono) untuk memerangi Kerajaan Daha, dengan
perjanjian apabila Kerajaan Daha dapat dikalahkan maka Pangeran Samudra beserta rakyatnya bersedia
masuk Islam
Ternyata berkat bantuan tentara Demak, Pangeran Tumenggung dan Kerajaan Daha dapat
ditundukkan sesuai dengan perjanjian, akhirnya Raja Banjar, Pangeran Samudra beserta segenap
rakyatnya masuk Islam dan bergelar Sultan Suryamullah. Menurut A.A. Cense dalam bukunya, “De
Kroniek van Banjarmasin 1928”, peristiwa itu terjadi pada tahun 1550 M. Sultan Suryamullah
memindahkan ibukota kerajaannya dari Muara Bahan ke Banjarmasin, yang letaknya lebih strategis,
sehingga mudah disinggahi kapal-kapal yang berukuran lebih besar.
Pada masa itu Sultan Suryamullah berhasil
menaklukkan daerah Sambas, Batanghari, Dato Ribandang kemudian kembali ke
Sukadana, Kota Waringin, Pambuang, Makasar, sedangkan Tuanku Tunggang
Sampit, Mendawai, Sabangan, dan lain-lain. Parangan menetap di Kutai. Raja Mahkota
Hampir bersamaan waktunya, daerah kemudian masuk Islam setelah merasa kalah
Kalimantan Timur telah pula didatangi oleh
orang-orang Islam. Berdasarkan hikayat dalam ilmu kesaktian. Proses penyebaran Islam
Kutai, pada masa pemerintahan Raja di Kutai dan sekitarnya diperkirakan terjadi
Mahkota, datanglah dua orang ulama besar pada tahun 1575 M. Penyebaran Islam secara
bernama Dato Ribandang dan Tuanku lebih intensif sampai ke daerah-daerah
Tunggang Parangan. Kedua ulama itu pedalaman terjadi setelah Raja Mahkota wafat.
datang ke Kutai setelah orang-orang Putranya, Pangeran Aji Langgar, dan
Makasar masuk Islam penggantinya melakukan perluasan kekuasaan
ke daerah Muara Kaman.
Perkembangan Islam di Maluku
Antara tahun 1400 - 1500 M (abad ke-15) Islam telah masuk dan
berkembang di Maluku, dibawa oleh para pedagang Muslim dari Pasai,
Malaka, dan Jawa. Mereka yang sudah beragama Islam banyak yang
pergi ke pesantren-pesantren di Jawa Timur untuk mempelajari Islam.
-Raja-raja di Maluku yang masuk Islam di antaranya:
1. Raja Ternate, yang kemudian bergelar Sultan Mahrum (1465 - 1486).
Setelah beliau wafat, digantikan oleh Sultan Zaenal Abidin yang besar
jasanya dalam mensyiarkan Islam di kepulauan Maluku dan Irian,
bahkan sampai ke Filipina.
2. Raja Tidore, yang kemudian bergelar Sultan Jamaludin.
3. Raja Jailolo, yang berganti nama dengan Sultan Hasanuddin.
4. Raja Bacan, yang masuk Islam pada tahun 1520 dan bergelar Sultan
Zaenal Abidin.
Perkembangan Islam di Papua

Perkembangan Islam di Papua berjalan agak lambat. Islam


masuk ke Irian teutama karena pengaruh raja-raja Maluku,
para pedagang yang beragama Islam dan ulama atau
mubaligh dari Maluku Daerah daerah yang dimasuki Papua
adalam Misol, Salawati, Pulau Waigeo, dan Pulau Gebi.
Perkembangan Islam di Sulawesi
Pulau Sulawesi sejak abad ke-15 M sudah didatangi oleh para pedagang Muslim dari
Sumatera, Malaka, dan Jawa. Menurut berita Tom Pires, pada awal abad ke-16 di Sulawesi
banyak terdapat kerajaan-kerajaan kecil yang sebagian penduduknya masih memeluk
kepercayaan Animisme dan Dinamisme. Di antara kerajaan-kerajaan itu yang paling besar dan
terkenal adalah kerajaan Gowa Tallo, Bone, Wajo, dan Sopang.
Nama Gowa Tallo sebenarnya adalah nama dua kerajaan yang berdampingan dan selalu
bersatu, seolah-olah merupakan kerajaan kembar. Oleh karena letaknya berada di kota
Makasar, maka Gowa Tallo disebut juga Kerajaan Makasar, yang istananya terletak di Sumba
Opu. Pada tahun 1562 - 1565 M, di bawah pimpinan Raja Tumaparisi Kolama, Kerajaan
Gowa Tallo berhasil menaklukkan daerah Selayar, Bulukumba, Maros, Mandar, dan Luwu.
Pada masa itu, di Gowa Tallo telah terdapat kelompok-kelompok masyarakat Muslim dalam
jumlah yang cukup besar. Kemudian atas jasa Dato Ribandang dan Dato Sulaemana,
penyebaran dan pengembangan Islam menjadi lebih intensif dan mendapat kemajuan yang
pesat.
Pada tanggal 22 September 1605 Raja Gowa yang bernama
Karaeng Tonigallo masuk Islam yang kemudian bergelar Sultan
Alaudin. Beliau menjalin hubungan baik dengan kerajaan
Ternate, bahkan secara pribadi beliau bersahabat baik dengan
Sultan Babullah dari Ternate. Setelah resmi menjadi kerajaan
bercorak Islam, Gowa melakukan perluasan kekuasaannya.
Daerah Wajo dan Sopeng berhasil ditaklukkan dan diislamkan.
Demikian juga Bone, berhasil ditaklukkan pada tahun 1611 M.
Sejak saat itu Gowa menjadi pelabuhan transit yang sangat
ramai. Para pedagang dari Barat yang hendak ke Maluku singgah
di Gowa untuk mengisi perbekalan, bahkan kemudian rempah-
rempah dari Maluku dapat diperoleh di sana, terkadang dengan
harga yang lebih murah daripada di Maluku. Gowa menjadi
pelabuhan dagang yang luar biasa ramai, disinggahi para
pedagang dari berbagai daerah dan mancanegara. Hal ini tentu
saja mendatangkan keuntungan yang sangat besar, ditambah lagi
persembahan dan upeti dari daerah-daerah taklukannya, maka
Kerajaan Gowa pun menjadi kerajaan yang kaya-raya dan
disegani pada masanya.
Perkembangan Islam di Nusa
Tenggara
Diperkirakan sejak abad ke-16 Islam hadir di
daerah Nusa Tenggara (Lombok). Islam di
lombok diperkenalkan oleh Sunan Perapen
(putra Sunan Giri). Kemungkinan masuknya
Islam ke Sumbawa ini dengan melalui
Sulawesi, yaitu melalui dakwah para
mubalig dari Makasar antara tahun 1540-
1550. Kemudian berkembang kerajaan Islam
di Lombok, salah satunya adalah Kerajaan
Selaparang
Pengembangan agama Islam di Jawa oleh wali 9
dilakukan sejak abad 14-16 M. Para wali 9 tersebut
tidak hanya sebagai juru da’i tetapi juga berpengaruh
besar dalam pemerintahan oleh karenanya
mendapatkan gelar Sunan (Suguhanan, Junjungan),
yaitu :

1. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) Berasal dari


wilayah Maghribi (Afrika Utra). Dia selama 20 tahun
berada di Gresik mencetak kader, oleh karenanya
dikenal sebagai sunan Gresik. Dialah yang dikenal
sebagai pelopor penyebaran Islam pertama di Jawa.
2. Sunan Ampel (Maulana Rahmatullah). Permulaan
dakwahnya dimulai dipesantren yang didirikannya di
Ampel Denta (dekat Surabaya). Sunan Ampel juga
dianggap sebagai penerus cita-cita dan perjuangan
sunan Gresik.
3. Sunan Bonang (Maulana Makdum Ibrahim). Sunan ini berupaya menyesuaikan
dakwahnya dalam hal pewayangan dan musik gamelan. Setiap bait lagu diselingi
dengan ucapan dua kalimat Syahadat (syahadatain atau sekaten).

4. Sunan Drajat (Maulana Syarifudin). Wali ini dikenal sebagai wali yang berjiwa
dan sosial tinggi . Wali ini hidup pada masa kerajaan Mojopahit runtuh dan rakyat
dalam krisis yang memprihatinkan. Dia juga menggunakan seni sebagai media
dakwahnya, yaitu pangkur sebagai alat seni lipfak.

5. Sunan Giri (Maulana Umar Said). Aslinya bernama Raden Paku merupakan
seorang wali yang menyebarkan agama Islam dengan menitik beratkan pada bidang
pendidikan agama Islam.
6. Sunan Kalijaga (Maulana Muhammad Syahid). Wali ini dikenal
sebagai budayawan dan seniman. Wali ini berdakwah dengan cara
berkelana. Sarana dakwahnya adalah wayang kalif yang memuat
nilai-nilai keislaman. Lagu yang diciptakannya adalah dandanggula.
7. Sunan Muria (Maulana Umar Said). Wali ini terkenal pendiam
tapi fatwahnya sangat tajam, oleh karena itu dia dikenal sebagi
seorang sufi, bahkan guru tasawuf. Dia juga menyukai seni nuasa
keislaman. Dia juga menciptakan lagu sinom dan kinanti.
8. Sunan Kudus (Maulana Ja’far Shadiq). Wali ini mendapat gelar
waliyul alim (orang yang luas ilmunya). Karena memiliki ilmu
tauhid dan fikih. Oleh karenanya dikenal sebagai sunan Kudus. Dia
membangun masjid di Kudus yang disebut Menara Kudus.
9. Sunan Gunung Jati (Maulana Syarif Hidayatullah). Wali ini
menyebutkan Islam di Cirebon Jawa Barat. Ia cucu Raja Pejajaran
yang lahir di Makkah – setelah dewasa menggantikan pamannya
sebagai raja dan berhasil menjadikan Cirebon sebagai kerajaan
Islam pertama di Jabar.
Kerajaan Islam di Indonesia
Kerajaan Samudera Pasai
Samudera Pasai adalah kerajaan Islam yang dipandang sebagai kerajaan
Islam yang dipandang sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia. Akan
tetapi jika dikaitkan dengan dua kerajaan sebelumnya (Jeumpa dan
Peurelak), maka kerajaan Samudera Pasai adalah kelanjutan dari kerajaan
Islam Peurelak (Perlak)

Kerajaan ini didirikann oleh Sultan Malik al-Saleh pada tahun 1285 (abad
13 M) sekaligus sebagai raja pertama. Setelah meninggal, ia digantikan
putranya Sultan Muhammad atau yang dikenal dengan nama Malik Al Tahir
I. Ia memerintahsampai tahun 1326 M, kemudian digantikan oleh Sultan
Ahmad Malik Al Tahir II.
Kerajaan Aceh
Kerajaan Aceh didirikan oleh Sultan Ibrahim yanh bergelar Sultan Ali
Mughayat Syah atau disebut juga Sultan Ibrahim. Kerajaan Aceh
mencapai masa keemasan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar
Muda. Selanjutnya Sultan Iskandar Muda digantikan oleh menantunya
yaitu Iskandar Tani.
Kerajaan Demak
Kesultanan Demak didirikan oleh seorang adipati yang bernama
Raden Patah. Untuk mengahadapi Portugis Armada Demak yang Arya Penangsang kemudian tampil dengan
dipimpin Pati Unus (Putra Raden Patah) melancarkan serangan Sultan Demak ke-4. Pemerintahan Arya
terhadap Portugis di Malaka. Oleh karena itu, Pati Unus diberi
Penangsang dipenuhi dengan kekacauan karena
Gelar Pangeran Sabrang Lor yang artinya pangeran yang pernah
menyeberangi lautan di sebelah Utara kesultanan Demak. banyak orang yang tidak suka dengannya.
Hingga pada akhirnya seorang adipati Pajang
Setelah Raden Patah meninggal, ia digantikan oleh Pati Unus, bernama Adiwijaya atau Jaka Tingkir atau Mas
selanjutnya Pati Unus diganti oleh Trenggana. Setelah Sultan Karebe berhasil membunuhnya. Setelah
Trenggana meninggal, terjadi pertikaian antara Pangeran Sekar
Seda ing Lepen (Adik Trenggana) dengan Pangeran Prawoto kematian Arya Penangsang, kerajaan Demak
(anak trenggana). Pangeran Pratowo berhasil membunuh berpindah ke tangan Jaka Tingkir.
pangeran Sekar Seda ing Lepen. Tetapi kemudian Pangeran
Prawoto dibunuh oleh Arya Penangsang (anak Pangeran Sekar
Seda ing Lapen)
Pendiri Kesultanan Pajang adalah Adiwijaya. Setelah
Sultan Adiwijaya meninggal, seharusnya Pangeran
Benawa yang menduduki tahta Pajang, akan tetapi ia
disingkirkan oleh Arya Pangiri (Putra Pangeran
Prperlawanan, hal ini kemudian dimanfaatkan oleh
Pangeran Benawa untuk merebut kembali tahta Pajang.
Kerajaan Karena itu, ia menjalin kerja sama dengan Mataram yang
dipimpin oleh Sutawijaya. Setelah Arya awata). Tindakan
Pajang Arya Pangiri menimbulkan upaya-upaya perlawanan, hal
ini kemudian dimanfaatkan oleh Pangeran Benawa untuk
merebut kembali tahta Pajang. Karena itu, ia menjalin
kerja sama dengan Mataram yang dipimpin oleh
Sutawijaya. Setelah Arya Pangiri dapat dikalahkan,
Pangeran Benawa justru menyerahkan kekuasaan pada
Sutawijaya. Selanjutnya Sutawijaya memindahkan
Pajang ke Mataram sehingga berakhirlah kekuasaan
Pajang.
Kerajaan Mataram Islam
Mataram merupakan hadiah dari Adiwijaya Penggantinya adalah Raden Rangsang atau lebih
kepada Ki Ageng Pamanahan karena ia telah dikenal dengan Sultan Agung. Pada masa
berjasa membantu Adiwijaya menaklukkan pemerintahan Sultan Agung, Mataram mencapai
Arya Penangsang. Ketika Ki Ageng masa kejayaan. Akan tetapi Mataram mulai
Pamanahan meninggal, Mataram dipegang mengalami kemunduran ketika masa pemerintahan
oleh putranya, Sutawijaya. Sutawijaya pengganti-pengganti Sultan Agung. Kemunduran
diangkat menjadi Adipati Mataram dan diberi Mataram yang lebih utama karena aneksasi yang
gelar Senopati ing Alogo Sayidin Panatagama dilakukan Belanda. Setelah terjadinya perjanjian
yang berarti panglima perang dan pembela Gianti, kerajaan Mataram dipecah menjadi dua
agama. Sepeninggal Senopati, Tampuk bagian, Kerajaan Surakarta dan Kerajaan
kekuasaan dipegang oleh putranya (Mas Yogyakarta. Lebih dari itu, dengan adanya
Jolang), tetapi Mas Jolang meninggal sebelum Perjanjian Salatiga, Kerajaan Surakarta terpecah
berhasil memadamkan banyak pemberontakan lagi menjadi dua yaitu Mangkunegaran dan
Pakualaman/Kasunanan.
Kasultanan Cirebon
Cirebon didirikan oleh Syarief Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati.
Dengan bantuan Fatahillah, kesultanan Cirebon dapat meluaskan
kekuasaannya meliputi Jayakarta dan Pajajaran. K e m e n a n g a n - k e
m e n a n g a n Fatahillah membuat Sunan Gunung Jati tertarik dan
menjodohkan Fatahillah dengan Ratu Wulung Ayu. Ketika Sunan
Gunung Jati menua, Kesultanan Cirebon diserahkan kepada putranya
Pangeran Muhammad Arifin dengan gelar Pangeran Pasarean.
Sepeninggal Pangeran Pasarean, kedudukan Sultan diserahkan kepada
Pangeran Sebakingking atau yang bergelar Sultan Maulana Hasanuddin.
Pada abad ke-17 terjadi perselisihan dalam keluarga, sehingga
kesultanan Cirebon pecah menjadi dua yaitu Kasepuhan dan Kanoman.
Kerajaan Banten
Banten di-Islamkan oleh Sunan Gunung Jati. Pemerintahan
dipegang oleh Sultan Maulana Hasanuddin. Setelah Sultan
Hasanuddin meninggal, ia digantikan oleh putranya Maulana
Yusuf. Kesultanan Banten mencapai masa keemasan pada masa
Sultan Ageng Tirtayasa. Akhir pemerintahan Sultan Ageng
ditandai dengan persengketaan dengan putranya Sultan Haji
yang bersekongkol dengan Belanda.
Kerajaan Makassar
Pada abad ke-16 di Sulawesi Selatan terdapat
dua kerajaan yaitu Goa dan Tallo. Kedua
kerajaan itu bersatu dengan nama Goa-Tallo.
Makassar dengan ibu kota di Somba Opu, dan
dikenal sebagai kerajaan Islam pertama di
Sulawesi. Bertindak sebagai rajanya adalah
Raja Goa, Daeng Manrabia dengan gelar
Sultan Alauddin dan sebagai mangkubumi
(Perdana Menteri) adalah Raja Talo, Karaeng
Matoaya yang bergelar Sultan Abdullah, yang
pada masa pemerintahannya adalah puncak
kejayaan Makassar.
Ternate dan Tidore
Kerajaan Ternate berdiri kira-kira
abad ke-13. Ternate mencapai
puncak kejayaan pada masa
pemerintahan Sultan Baabullah.
Sedangkan raja yang terkenal dari
Tidore adalah Sultan Nuku.
Muncullah Sultan Khaerun yang
sekarang menjadi nama universitas
di Ternate.
Gerakan Pembaharuan Islam
Gerakan pembaruan di Indonesia
merupakan salah satu contoh berkembangnya
Islam di Indonesia. Sejarah telah membuktikan
bahwa tidak ada masyarakat yang statis, semua
pasti mengalami perubahan dan perkembangan.
Secara garis besar ada dua bentuk gerakan
pembaharuan Islam di Indonesia: (1) Gerakan
pendidikan dan sosial, (2) gerakan politik.
1. Gerakan Pendidikan dan Sosial
a. Sekolah Thawalib

Sekolah ini berasal dari surau jembatan besi. Surau berarti langgar atau
masjid. Lembaga pendidikan Surau berarti pengajian di Masjid, mirip
dengan pesantren di Jawa. Haji Abdullah Ahmad dan Haji Rasul pada tahun
1906 telah merintis perubahan “sistem surau” menjadi sistem sekolah. Pada
tahun 1919 Haji Jalaludin Hayib menerapkan sistem kelas dengan lebih
sempurna. Ia mengharuskan pemakaian bangku dan meja, kurikulum yang
lebih baik, dan kewajiban pelajar untuk membayar uang sekolah. Selain itu
kepada para pelajar pun diperkenalkan koperasi pelajar guna memenuhi
kebutuhan seharihari mereka. Koperasi ini berkembang menjadi organisasi
sosial yang menyantuni sekolah Thawalib dengan nama Sumatera Thawalib.
Sejak itu organisasi ini tidak lagi dipimpin oleh murid, tetapi oleh para guru.
b. Jamiat Khair
Didirikan di Jakarta oleh masyarakat Arab Indonesia pada tanggal 17
Juli 1905. Pendirinya adalah Sayid Muhammad AlFachir bin Syihab,
Sayid Idrus bin Ahmad bin Syihab, dan Sayid Sjehan bin Syihab.
Semuanya termasuk golongan sayyid, yaitu kaum ningrat atau
bangsawan Arab. Ada dua program yang diperhatikan Jamiat Khair,
mendirikan dan membina sekolah dasar, serta menyeleksi dan mengirim
para pelajar untuk mengikuti pendidikan di Turki. Jamiat Khair tidak
hanya menerima murid keturunan Arab, tetapi juga untuk umum.
Bahasa Belanda tidak diajarkan karena bahasa penjajah, tetapi diganti
dengan bahasa Inggris.
c. Al-Irsyad
Organisasi sosial ini didirikan oleh kaum pedagang Arab di Jakarta. Al-
Irsyad memusatkan perhatiannya pada bidang pendidikan dengan mendirikan
sekolah dan perpustakaan. Sekolah Al-Irsyad banyak jenisnya. Ada sekolah
tingkat dasar, sekolah guru dan program takhassus memperdalam agama dan
bahasa asing. Cabang-cabang AlIrsyad segera dibuka di Cirebon, Pekalongan,
Bumiayu, Tegal, Surabaya, dan Lawang. Aktivitas organisasi ini lebih dinamis
daripada Jamiat Khair, walaupun keduanya sama-sama didirikan oleh
masyarakat Arab. Jika Jamiat Khair dikuasai oleh golongan sayyid atau
ningrat. Al-Irsyad sebaliknya, menolak adanya perbedaan atau diskriminasi
antara kaum elite dengan golongan alit (kecil). Al-Irsyad tidak dapat
dipisahkan dengan Syaikh Ahmad Syoorkatti. Ia seorang Arab keturunan
Sudan yang menghembuskan semangat pembaruan dan persamaan dalam
tubuh Al-Irsyad.
d. Persyarikatan Ulama
• Organisasi sosial kemasyarakatan ini semula bernama Hayatul Qulub, didirikan di Majalengka, jawa Barat, oleh
K.H. Abdul Halim pada tahun 1911. Kiai Halim adalah alumni Timur Tengah. Ia menyerap 186 Kelas XII
SMA/SMK/MA ide-ide pembaruan yang dihembuskan oleh Muhammad Abduh dan Jamaluddin al-Afghani, dua
tokoh pembaruan di Mesir. Hayatul Qulub memusatkan perhatiannya pada bidang pendidikan, sosial dan ekonomi.
Sejak 1917 namanya diubah menjadi Persyarikatan Ulama. Perubahan nama ini memiliki dua tujuan, yaitu
menyatukan para ulama dan mengajak mereka untuk menerapkan cara-cara modern dalam mengelola pendidikan.
Ada dua sistem pendidikan yang diperkenalkan Kiai Halim: “sistem madrasah” dengan “sistem asrama”. Lembaga
pendidikan dengan sistem madrasah dan sistem asrama diberi nama “Santri Asromo”. Dibagi ke dalam tiga bagian:
Tingkat permulaan, dasar, dan lanjutan. Santri Asromo memiliki kelebihan, yaitu kurikulumnya memadukan
pengetahuan agama dan umum seperti pada sistem madrasah sekarang. Para pelajar Santri Asromo juga dilatih
dalam pertanian, keterampilan besi dan kayu, menenun dan mengolah bahan seperti membuat sabun. Mereka
tinggal di asrama dengan disiplin yang ketat. Persyarikatan Ulama memiliki ciri khas, mempertahankan tradisi
bermazhab dalam fiqih; tetapi menerapkan cara-cara modern dalam pendidikan. Pada tahun 1952 Persyarikatan
Ulama diubah menjadi Persatuan Umat Islam (PUI) setelah difusikan dengan Al-Ittihad alIslamiyah (AII) atau
persatuan Islam. AII didirikan dan dipimpin oleh K.H. Ahmad Sanusi yang berpusat di Sukabumi, Jawa Barat
e. Nahdatul Ulama (NU)
Nahdatul Ulama didirikan pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926).
Organisasi ini dipimpin oleh K.H. Hasyim Asy'ari sebagai Rais Akbar. Untuk
menegaskan prisip dasar organisasi ini, maka K.H. Hasyim Asy'ari
merumuskan kitab Qānµn Asāsi (prinsip dasar), kemudian juga merumuskan
kitab I'tiqād Ahlussunnah Wal Jamā’ah. Kedua Buku Siswa Pendidikan Agama
Islam dan Budi Pekerti 187 kitab tersebut kemudian diimplementasikan dalam
khittah NU, yang dijadikan sebagai dasar dan rujukan warga NU dalam
berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik. Organisasi
ini bertujuan untuk menegakkan ajaran Islam menurut paham kitab I'tiqād
Ahlussunnah Wal Jamā’ah di tengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam
wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Untuk mencapai tujuannya tersebut, NU menempuh berbagai
jenis usaha di berbagai bidang, antara lain sebagai berikut:
1) Di bidang keagamaan, melaksanakan dakwah Islamiyah dan
meningkatkan rasa persaudaraan yang berpijak pada semangat
persatuan dalam perbedaan.
2) Di bidang pendidikan, menyelenggarakan pendidikan yang sesuai dengan
nilai-nilai Islam, untuk membentuk muslim yang bertakwa, berbudi luhur,
berpengetahuan luas. Hal ini terbukti dengan lahirnya Lembaga-lembaga
Pendidikan yang bernuansa NU dan sudah tersebar di berbagai daerah
khususnya di Pulau Jawa bahkan sudah memiliki cabang di luar negeri.
3) Di bidang sosial budaya, mengusahakan kesejahteraan rakyat serta
kebudayaan yang sesuai dengan nilai keislaman dan kemanusiaan.
4) Di bidang ekonomi, mengusahakan pemerataan kesempatan untuk
menikmati hasil pembangunan, dengan mengutamakan berkembangnya
ekonomi rakyat. Hal ini ditandai dengan lahirnya BMT dan Badan
Keuangan lain yang yang telah terbukti membantu masyarakat. 5)
5) Mengembangkan usaha lain yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
f. Muhammadiyah
Organisasi ini didirikan di Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 oleh
K.H. Ahmad Dahlan. merupakan ormas Islam besar yang memiliki satuan-
satuan pendidikan sejak dari Taman Kanak-kanak hingga Program Pasca sarjana.
Dalam bidang amal sosial, ormas Islam ini memiliki antara lain beberapa puluh
rumah sakit, Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) dan Panti Asuhan. Gerakan
dakwah Muhammadiyah sangat menekankan kemurnian aqidah; memerangi
berbagai perbuatan syirik, menyekutukan Allah Swt. dalam segala bentuknya;
menentang takhayul; khurafat; dan perbuatan bid’ah serta mengikis habis
kebiasaan taqlid buta dalam beragama. Muhammadiyah, menekankan
pentingnya membuka pintu ijtihad dalam bidang hukum Islam agar umat Islam
terbebas dari taqlid buta serta menolak tradisi bermazhab dalam fiqih.
g. Persatuan Islam (Persis)
Berdiri pada permulaan tahun 1920-an, tepatnya tanggal 12 September 1923
di Bandung. Ide mulanya dari seorang alumnus Dar al-Ulum Mekkah bernama
H.Zamzam yang sejak tahun 1910-1912 menjadi guru agama di sekolah agama
Dar al-Muta’alimin. Ia bersama teman dekatnya. H. Muhammad Yunus, seorang
pedagang sukses yang sama-sama kelahiran Palembang, yang di masa mudanya
memperoleh pendidikan agama secara tradisional dan menguasai bahasa Arab,
sehingga ia mampu autodidak melalui kitab-kitab yang jadi perhatiannya. Latar
belakang pendidikan kultur yang sama ini, menyatukan mereka dalam diskusi-
diskusi tentang keislaman. Tema diskusi biasanya mengenai beberapa masalah
di sekitar gerakan keagamaan yang tengah berkembang saat itu, atau masalah
agama yang dimuat dalam majalah al-munir terbitan Padang dan majalah al-
Manar terbitan Mesir, yang telah lama menjadi bacaan dan perhatian mereka.
2. Gerakan Politik
Diantara partai politik Islam yang tumbuh sebelum zaman
kemerdekaan adalah Persaudaraan Muslimin Indonesia
(Permi), Sarikat Islam (SI), dan Partai Islam Indonesia
(PII). SI didirikan di Solo pada tanggal 11 November
1911 sebagai kelanjutan dari Sarekat Dagang Islam (SDI)
yang didirikan oleh Haji Samanhudi pada tanggal 16
Oktober 1905. SI kemudian berubah menjadi Partai
Sarikat Islam Indonesia (PSSI). Partai Islam Masyumi
pada awalnya merupakan satu-satunya partai politik Islam
Indonesia yang diharapkan dapat memperjuangkan
kepentingan seluruh golongan umat islam.
Nilai-nilai Keteladanan Tokoh-tokoh dalam Sejarah
Perkembangan Islam di Indonesia
Tokoh-tokoh penggerak utama dalam penyebaran
Islam dan telah menggoreskan nilai-nilai keteladanan
mereka lebih dikenal dengan sebutan “Wali Songo”
yaitu sebagai berikut :
1. Maulana Malik Ibrahim
2. Sunan Ampel
3. Sunan Giri
4. Sunan Bonang
5. Sunan Drajat
6. Sunan Kalijaga
7. Sunan Gunung Jati
8. Sunan Kudus
9. Sunan Muria
H. Menjunjung Tinggi Kerukunan dalam Kehidupan Sehari-hari

Sikap dan perilaku mulia yang harus kita kembangkan sebagai


implementasi dari pelajaran tentang sejarah perkembangan Islam di
Indonesia, antara lain sebagai berikut :
1. Menghargai jasa para pahlawan muslim yang telah mengorbankan
segalanya demi tersebarnya syiar islam
2. Berusaha memahami dan menganalisis sumber-sumber sejarah
3. Meneladani sikap dan perilaku para tokoh teladan pada masa
permulaan masuknya islam yang mengedepankan cara damai
4. Menjadikan semua aktivitas dalam hidup sebagai sarana syiar
islam dan dakwah
5. Belajar dari para tokoh penyebar islam di Indonesia yang
memperkenalkan dan mengajarkan islam kepada penduduk
Kesimpulan
Belajar dari para tokoh penyebar islam di Indonesia yang memperkenalkan dan
mengajarkan islam kepada penduduk setempat tentang islam, dengan prinsip-prinsip antara
lain :
1. Islam mengajarkan toleransi terhadap sesama manusia, saling meghormati dan tolong-
menolong.
2. Islam mengajarkan bahwa Allah adalah Tuhan YME, Maha Pengasih dan Penyayang,
dan mengharamkan manusia saling berselisih, bermusuhan, merusak, dan saling
mendengki.
3. Islam mengajarkan bahwa dihadapan Allah Swt, derajat semua manusia sama, kecuali
takwanya.
4. Islam mengajarkan agar manusia menyembah hany kepada Allah Swt, dan tidak
menyekutukannya serta senantiasa setiap saat berbuat baik terhadap sesama manusia
tanpa pilih kasih.
Melalui prinsip-prinsip diatas, ajaran Islam ini sangat menarik perhatian penduduk
Indonesia. Dengan demikian, dakwah dan pengaruh Islam makin meluas, baik di kalangan
masyarakat biasa, maupun bangsawan atau penguasa karena islam menjunjung tinggi
kerukunan dan kedamaian dalam kehidupan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai