Anda di halaman 1dari 13

SEJARAH PERADABAN ISLAM DI INDONESIA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama Islam merupakan agama samawi yang berarti agama yang b=turun dan berasal dari
wahyu tuhan. Islam dalam perkembangannya juga menjadi agama yang jumlah penganutnya
mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Perkembangan dan peningkatan tersebut terjadi
di seluruh dunia, hal tersebut dapat terjadi disebabkan karena islam sendiri tidak terikat
geografis, etnis, kasta dan sebagainya. Menurut Sejarah sebelumnya, agama yang turun sebelum
islam diturunkan melalui bangsa Israil, tetapi agama islam diturunkan ke kaum Quraisy, yang
Dimana kaum Quraisy bukanlah kaum yang kuat dibandingkan dengan kaum Israil. Agama
Islam pertama diturunkan di Jazirah Arab, bukan di Indonesia, lantas mengapa malah Indonesia
yang menjadi negara yang panganut islamnya terbesar di dunia. Jarak Arab dengan Indonesia
bukanlah jarak yang dekat. Sehingga menimbulkan pertanyaan bagaimana perkembangan dan
Sejarah Islam yang tumbuh di Indonesia?

Berbicara mengenai sejarah awal masuknya dan perkembangan Islam di Indonesia terdapat
beberapa perbedaan yang timbul dari teori beberapa pakar. Hal tersebut terjadi dikarenakan
belum ditemukan bukti yang kuat diantara bukti yang lainnya, sehingga perbedaan pendapat dari
beberapa pakar tersebut terjadi dan belum dapat dibuktikan kebenarannya secara mutlak.

Dengan adanya perkembangan zaman modern yang mempengaruhi kebudayaan yang ada
di Indonesia yang pada akhirnya secara perlahan budaya tersebut akan mulai dilupakan oleh
masyarakat, karena lebih memilih sistem modern. Dari kajian tersebut, maka perlu mempelajari
sejarah-sejarah masa lampau yang tersebar di nusantara.Khusus peradaban Islam di Indonesia,
sebagian masyarakat Indonesia yang beragamaislam tidak mengetahui tentang peradaban tesebut.
Hal ini dikarenakan kurangnyainformasi yang diperoleh. Untuk mengkaji kembali peradaban
tersebut, maka perlu disusun suatu tulisan yang membahas tentang masalah peradaban islam di
Indonesia. Salah satu bentuk tulisan itu adalah penulisan makalah ini, yang diharapkan
mampumemberikan informasi secara singkat tentang peradaban islam di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana cara islam masuk ke Indonesia?
b. Siapa sajakah tokoh-tokoh dalam perkembangan islam di Indonesia?
c. Apa saja manfaat yang didapat dari kedatangan islam di Indonesia?

1.3 Tujuan

Tujuan dari pembahasan makalah ini yaitu untuk mengetahui bagaimana perkembangan
dan awal mula masuknya islam di Indonesia, dan bagaimana cara masuk islam ke
Indonesia sehingga menjadi agama yang penganutnya paling besar di Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Peradaban Islam di Indonesia

Proses masuknya islam di wilayah Nusantara tidka lepas dari perdagangan. Kepulauan
Nusantara yang terkenanal dengan hasil buminya, menjadi daya Tarik bagi para pedagang dari
berbagai bangsa. Antara lain China, India, Arab, Persia. Mereka berdatangan ke Kepulauan
Nusantara untuk berdagang. Kedatangan mereka melalui selat Malaka yang lambat laun tumbuh
dan berkembang sebagai salah satu jalur perdagangan internasional. Melalui Selat Malaka para
pedangang mengunjungi pusat-pusat perdagangan, antara lain di Pulau Jawa, misalnya Jepara
Tuban, Gresik. Dari sana pelayaran dilanjutkan seperti ke Banjarmasin, Goa, Ambon, dan
Ternante, yang dikenal sebagai pusat penghasil rempah-rempah.

Proses penyebaran agama Islam di Indonesia dilakukan dengan cara, yaitu melalui
perdagangan, perkawinan, pendidikan, politik, kesenian, tasawuf, yang kesemuanya mendukung
meluasnya ajaran agama Islam.

1. Perdagangan
a. Masuknya Islam melalui Pedagang Gujarat
Keberadaan para pedagang gudjarat itu bertolak dari catatan perjalanan
Marcopolo yang mengatakan bahwa selama kunjungannya ke Pureula tahun
1292 M, ia telah menyaksikan banyak perdagang asal Gujarat giat menyiarkan
agama islam. Pendapat itu diperkuat dengan adanya batu nisan sultan Malik
Ash-Sholeh.
b. Masuknya Islam Melalui Pedagang Persia
Pendapat ini didukung oleh Umar Amin Husein, dengan alas an bahwa di
Persia ada suku Bernama Laren dan Jawi. Kemungkinan para pedagang dari
dua suku inilah yang mengajarkan huruf Arab di Pulau jawa yang dikenal
dengan huruf Pegon. Ahli ain yang mendukung teori ini juga adalah Hossein
Djajadiningrat yang mengatakan bahwa terdapat pasangan dalam Bahasa Arab
disebut fathah kasrah.
Selain itu, di Sebagian wilayah Nusantara terdapat tradisi Muharram, yang
dihubungkan dengan Hussein Putra Sayyidina Ali RA meninggal di Karbala.
Do Persia, upacara peringatan meninggalya Hussein ini ditandai dengan
merngarak peti yang disebut tabut. Oleh karena itu, bulan Muharram dikenal
juga dengan sebutan bulan tabut dan diramaikan dengan perayaan yang
semisal, oleh Masyarakat antara lain Aceh dan Minagkabau. Hal ini
menunjukkan adanya pengaruh Persia.
c. Masuknya islam Melalui Pedagang Arab
Pendapat ini dating antara lain dari Hamka, menurutnya : 1) Raja-raja
Samudera Pasai menganut mazhab Syafi’I. penganut mazhab syafi’I terbesar
saat itu adalah Masyarakat Mesir. dan Makkah. Bila agama islam yang masuk
di Nusantara berasal dari Persia tentu banyak Masyarakat Indonesia yang
menganut faham syiah seperti Persia, atau bermazhab Hanafi, seperi di India.
2) Gelar Al-malik yang digunakan oleh raja-raja Samudera Pasai berasal dari
mesir. Sedangkan gelar Syah yang berasal dari Persia, baru digunakan oleh
Raja-Raja Malaka pada awal abad ke-15 M.
Kapal-kapal dagang Arab sudah mulai berlayar ke Asia Tenggara sejak
permulaan abad Masehi. Melalui Literature Arab terdapat berita tentang
perjalanan merea ke Asia Tenggara. Sekalipun sumber berita ini masih harus
dikaji lebih teliti, berita tersebut umumnya berkaitan dengan barang-barang
dagangan dan rute perjalanan, dan hanya sedikit berita tentang penduduk dan
adat-istiadat. Paul Weathly mengemukakakn bahwa di antara penulis Arab
hingga abad ke-14 M, hanya Abi Dulaf (abad ke-10 M) dan ibnu Batutah yang
benar-benar melakukan perjalanan ke Asia Tenggara sampai ke negeri cina.
Adapun penulis yang ain hanya berlayar hingga India atau di sekitar Teluk
Persia.
Ketiga pendapat tesebut di atas masing-masing memiliki alasan. Para
pedagang Muslim asal Gujarat, Persia, dan Arab sama-sama memiliki peran
dalam usaha penyebaran agama Islam di Nusantara.
2. Perkawinan
Kedudukan ekonomi dan sosial para pedagang yang sudah menetap makin
membaik. Para pedagang itu menjadi kaya dan terhormat, tetapi keluarganya tidak
dibawa serta. Para pedagang itu kemudian menikahi gadis – gadis setempat dengan
syarat mereka harus masuk Islam. Cara itu pun tidak mengalami kesulitan. Misalnya,
perkawinan Raden Rahmat ( Sunan Ampel ) dengan Nyai Gede Manila, putri
Tumenggung Wilatikta; perkawinan antara Raja Brawijaya dengan putri Jeumpa
yang beragama Islam kemudian berputra Raden Patah yang pada akhirnya menjadi
Raja Demak.
3. Politik
Seorang raja mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar dan memegang
peranan penting dalam proses Islamisasi. Jika raja sebuah kerajaan memeluk agama
Islam, otomatis rakyatnya akan berbondong-bondong memeluk agama Islam. Karea,
masyarakat Indonesia memiliki kepatuhan yang tinggi dan raja selalu menjadi
panutan rakyatnya. Jika raja dan rakyat memeluk agama Islam, pastinya demi
kepentingan politik maka akan diadakannya perluasan wilayah kerajaan, yang diikuti
dengan penyebaran agama Islam.

4. Pendidikan
Perkembangan Islam yang cepat menyebabkan muncul tokoh ulama atau mubalig
yang menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan mendirikan pondok – pondok
pesantren. Dan di dalam pesantren itulah tempat pemuda pemudi menuntut ilmu yang
berhubungan dengan agama Islam. Yang jika para pelajar tersebut selesai dalam
menuntut ilmu mengenai agama Islam, mereka mempunyai kewajiban untuk
mengajarkan kembali ilmu yang diperolehnya kepada masyarakat sekitar. Yang
akhirnya masyarakat sekitar menjadi pemeluk agama Islam. Pesantren yang telah
berdiri pada masa pertumbuhan Islam di Jawa, antara lain Pesantren Sunan Ampel
Surabaya yang didirikan oleh Raden Rahmat ( Sunan Ampel ) dan Pesantren Sunan
Giri yang santrinya banyak berasal dari Maluku ( daerah Hitu ), dls.
5. Seni Budaya
Perkembangan Islam dapat melalui seni budaya, seperti bangunan (masjid), seni
pahat, seni tari, seni musik, dan seni sastra. Cara seperti ini banyak dijumpai di
Jogjakarta, Solo, Cirebon, dls. Seni budaya Islam dibuat dengan cara mengakrabkan
budaya daerah setempat dengan ajaran Islam yang disusupkan ajaran tauhid yang
dibuat sederhana, sehalus dan sedapat mungkin memanfaatkan tradisi lokal,
misalnya:
a. Membumikan ajaran Islam melalui syair – syair. Contohnya : Gending
Dharma, Suluk Sunan Bonang, Hikayat Sunan Kudus, dan lain – lain.
b. Mengkultulrasikan wayang yang sarat dokrin. Tokoh – tokoh simbolis dalam
wayang diadopsi atau mencipta nama lainnya yang bisa mendekatkan dengan
ajaran Islam. Mencipta tokoh baru dan narasi baru yang sarat pengajaran.
c. Membunyikan bedug sebagai ajakan sholat lima waktu sekaligus alarm
pengingat. Sebab insting masyarakat telah akrab dengan gema bedug sebai
pemanggil untuk acara keramaian.
d. Menggeser tradisi klenik dengan doa – doa pengusir jin sekalugus doa ngirim
leluhur. Diantaranya yang disebut Tahlil

6. Tasawuf
Seorang Sufi biasa dikenal dengan hidup dalam keserhanaan, mereka selalu
menghayati kehidupan masyarakatnya yang hidup bersama di tengah – tengah
masyarakatnya. Para Sufi biasanya memiliki keahlian yang membantu masyarakat
dan menyebarkan agama Islam. Para Sufi pada masa itu diantaranya Hamzah Fansuri
di Aceh dan Sunan Panggung Jawa.
B. Tokoh-Tokoh Dalam Perkembangan Islam di Indonesia
a. Tokoh di Sumatera
Daerah Pertama dari kepulauan Indonesia yang dimasuki Islam adalah Sumatera
bagian Utara, seperti Pasai dan Perlak. Karena wilayah Pasai dan Perlak letaknya di
tepi selat Malaka, tempat lalu lintas kapal-kapal dari India. Pada abad XIII-XV M
berdiri kerajaan Samudra Pasai dan merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia.
Kerajaan Samudra Pasai terletak di kampung Samudra di tepi sungai Pasai dan
berdiri sejak tahun 1261 M. Raja-raja yang memerintah Samudra Pasai berturut-turut
sebagai berikut.
1) Sultan Al Malikus Shaleh
2) Sultan Al Malikus Zahir I
3) Sultan Al malikus Zahir II
4) Sultan Zainal Abidin
5) Sultan Iskandar
b. Tokoh di Jawa
Masuknya Islam di Pulau Jawa pada awalnya dibawa oleh pedagang muslim
setelah berdirinya kerajaan Malaka yang mencapai punjak kejayaannya pada asa
Sultan Mansursah. Wilayah perdagangannya sangat luas sampai ke Demak, Jepara,
Tuban dan Giri. Melalui hubungan perdagangan tersebut, akhirnya masyarakat Jawa
mengenal Islam. Adapun gerakan dakwah Islam di Pulau Jawa selanjutnya dilakukan
oleh para Wali Sanga, yaitu:
1) Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik
Beliau dikenal juga dengan sebutan Syeikh Magribi. Ia dianggap pelopor
penyebaran Islam di Jawa. Beliau juga ahli pertanian, ahli tata negara dan
sebagai perintis lembaga pendidikan pesantren. Wafat tahun 1419 M.(882 H)
dimakamkan di Gapura Wetan Gresik .
2) Raden Ali Rahmatullah (Sunan Ampel)
Dilahirkan di Aceh tahun 1401 M. Ayahnya orang Arab dan ibunya orang
Cempa, ia sebagai mufti dalam mengajarkan Islam tak kenal kompromi dengan
budaya lokal. Wejangan terkenalnya Mo Limo yang artinya menolak mencuri,
mabuk, main wanita, judi dan madat, yang marak dimasa Majapahit. Beliau
wafat di desa Ampel tahun 1481 M
3) Sunan Giri (Raden Aenul Yaqin atau Raden Paku)
Ia putra Syeikh Yakub bin Maulana Ishak. Ia sebagai ahli fiqih dan menguasai
ilmu Falak. Dimasa menjelang keruntuhan Majapahit, ia dipercaya sebagai raja
peralihan sebelum Raden Patah naik menjadi Sultan Demak. Ketika Sunan
Ampel wafat, ia menggantikannya sebagai mufti tanah Jawa.
4) Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)
Putra Sunan Ampel lahir tahun 1465. Sempat menimba ilmu ke Pasai bersama-
sama Raden Paku. Beliaulah yang mendidik Raden Patah. Beliau wafat tahun
1515 M.
5) Sunan Kalijaga (Raden Syahid)
Ia tercatat paling banyak menghasilkan karya seni berfalsafah Islam. Ia
membuat wayang kulit dan cerita wayang Hindu yang diislamkan. Sunan Giri
sempat menentangnya, karena wayang Beber kala itu menggambarkan gambar
manusia utuh yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Kalijaga mengkreasi
wayang kulit yang bentuknya jauh dari manusia utuh. Ini adalah sebuah usaha
ijtihad di bidang fiqih yang dilakukannya dalam rangka dakwah Islam.
6) Sunan Drajat
Nama aslinya adalah Syarifudin (putra Sunan Ampel, adik Sunan Bonang).
Dakwah beliau terutama dalam bidang sosial. Beliau juga mengkader para da’i
yang berdatangan dari berbagai daerah, antara lain dari Ternate dan Hitu
Ambon.
7) Syarif Hidayatullah
Nama lainnya adalah Sunan Gunung Jati yang kerap kali dirancukan dengan
Fatahillah, yang menantunya sendiri. Ia memiliki keSultanan sendiri di Cirebon
yang wilayahnya sampai ke Banten. Ia juga salah satu pembuat sokoguru
masjid Demak selain Sunan Ampel, Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang.
Keberadaan Syarif Hidayatullah dengan kesultanannya membuktikan ada tiga
kekuasaan Islam yang hidup bersamaan kala itu, yaitu Demak, Giri dan
Cirebon. Hanya saja Demak dijadikan pusat dakwah, pusat studi Islam
sekaligus kontrol politik para wali.
8) Sunan Kudus
Nama aslinya adalah Ja’far Sadiq. Lahir pada pertengahan abad ke 15 dan
wafat tahun 1550 M. (960 H). Beliau berjasa menyebarkan Islam di daerah
kudus dan sekitarnya. Ia membangun masjid menara Kudus yang sangat
terkenal dan merupakan salah satu warisan budaya Nusantara.
9) Sunan Muria
Nama aslinya Raden Prawoto atau Raden Umar Said putra Sunan Kalijaga.
Beliau menyebarkan Islam dengan menggunakan sarana gamelan, wayang serta
kesenian daerah lainnya. Beliau dimakamkan di Gunung Muria, disebelah utara
kota Kudus

c. Tokoh di Maluku dan Sekitarnya


Penyebaran Islam di Maluku tidak terlepas dari jasa para santri Sunan Drajat yang
berasal dari Ternate dan Hitu. Islam sudah dikenal di Ternate sejak abad ke-15. Pada
saat itu, hubungan dagang dengan Indonesia barat, khususnya dengan Jawa berjalan
dengan lancar. Pada abad XVI perkembangan Islam di Indonesia agak terhambat dan
menghadapi tantangan berat karena kedatangan Portugis pada tahun 1512 dan
Spanyol pada tahun 1521 dengan membawa penyiaran agama Nasrani. Pada
permulaan abad XVII Belanda dapat mengalahkan Portugis, setelah berperang
bertahun-tahun di Ambon. Sementara itu kerajaan Ternate dan Tidore selalu
bertentangan sehingga menjadi makin lemah dan tidak mampu membendung
meluasnya VOC ke Maluku Utara. Belanda mulai menjajah Indonesia dimulai dari
Maluku Berangsur-angsur Belanda memperluas wilayahnya ke Barat, dan Makasar
pada tahun 1669 dapat ditundukkan. Selanjutnya seluruh Indonesia, kecuali Aceh
yang mampu bertahan sampai akhir abad XIX.
Dalam rangka mempertahankan wilayah dan kelangsungan pengembangan Islam,
maka kerajaan-kerajaan Islam tidak dengan mudah menyerah, bahkan mengadakan
perlawanan terhadap penjajah. Sehingga banyak berjatuhan pahlawan-pahlawan
muslim, antara lain :
1) Sultan Iskandar Mahkota Alam dari Aceh
2) Sultan Agung dari Mataram
3) Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten
4) Sultan Hasanudin dari Makssar
5) Sultan Babullah dari Ternate
6) Imam Bonjol dari Sumatera Barat
7) Teuku Umar dari Aceh
8) Pangeran Diponegoro

C. Manfaat Yang Didapat dari Kedatangan Islam di Indonesia


1) Mengetahui dan memahami sejarah perkembangan Islam di Indonesia
2) Mengetahui dan memahami perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
3) Menjadi cermin untuk memacu kehidupan yang lebih baik
4) Mempelajari sejarah agar dapat melakukan perubahan yang lebih baik
5) Menghargai kerja keras para pahlawan bangsa
6) Kehadiran para pedagang Islam yang telah berdakwah dan memberikan pengajaran
Islam di bumi Nusantara turut memberikan nuansa baru bagi perkembangan
pemahaman atas suatu kepercayaan yang sudah ada di nusantara ini.
7) Hasil karya para ulama yang berupa buku sangat berharga untuk dijadikan sumber
pengetahuan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1) Masuknya Islam di Indonesia” pada tanggal 17 s.d 20 Maret 1963 di Medan, Islam
masuk ke Indonesia pada abad pertama hijriyah atau pada abad ke tujuh masehi.
Menurut sumber lain menyebutkan bahwa Islam sudah mulai ekspedisinya ke
Nusantara pada masa Khulafaur Rasyidin (masa pemerintahan Abu Bakar Shiddiq,
Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib), disebarkan langsung
dari Madinah
2) Perkembangan Islam di Indonesia terbagi menjadi beberapa wilayah diantaranya
yaitu Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, dan Maluku
3) Para ulama awal yang menyebarkan Islam di Indonesia di antaranya yaitu; Hamzah
Fansuri, Syaikh Muhammad Yusuf Al-Makasari, Syaikh Abdussamad Al-Palimbani,
Syaikh Muhammad bin Umar n-Nawawi Al-Bantani dan wali songo (Maulana Malik
Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Gunung
Jati, Sunan Drajat, Sunan Kudus dan Sunan Muria).
4) Sedangkan masuknya islam di Indonesia menurut uka tjandrasasmita dilakukan
dengan enam saluran yaitu: Saluran perdagangan, Saluran perkawinan, Saluran
tasawuf, Saluran pendidikan, Saluran kesenian, dan Saluran politik. Dari keenam
saluran di ataslah islam bisa menjangkau hampir ke seluruh pelosok Indonesia yang
salah satu pengaruhnya diakui sebagai kebudayaan Indonesia sendiri sampai
sekarang seperti Pengaruh bahasa dan nama, Pengaruh adat-istiadat, Pengaruh
kesenian.

B. Saran
Islam adalah agama yang damai. Islam masuk ke Indonesia, bukan dengan
peperangan ataupun penjajahan. Islam berkembang dan tersebar di Indonesia justru dengan
cara damai dan persuasif berkat kegigihan para ulama. Maka dari itu melalui makalah ini
kita di ajarkan untuk dapat berdamai dengan orang-orang disekitar kita. Hindarilah segala
pertengkaran yang dapat merusak hubungan silaturrahmi kita.
DAFTAR PUSTAKA

Abu Bakar, I. (2008). Sejarah Peradaban Islam. Malang: UIN Malang Press.

Al-Usairyi, A. (2003). Sejarah Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Hasan M Abary, Awal Perkembangan Kerajaan Islam di Sumatera (Samudera Pasai dan Aceh),

dalam Analisi Kebudayaan, tahun II/2, (Jakarta : Depdikbud, 1982).

Taufik Abdullah, Sejarah Ummat Islam Indonesia, ( Jakarta: MUI, 1991).

Anda mungkin juga menyukai