Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH AGAMA ISLAM

RAHMAT ISLAM BAGI NUSANTARA

‫نعمة اإلسالم لألرخبيل‬

Oleh:

1. Alvindo Kristian

2. Ferdi

3. Alya Manurung

4. Anggi Lestari

5. Sela Hidayati

6. Haris Setiawan

7. Lovyta Amelia

8. Diva Safitri

9. Sukrin Akbar

KELAS XII MIA 3

SMA N 1 HUTABAYURAJA
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Makalah

Sejarah masuknya Islam ke wilayah Nusantara sudah berlangsung demikian lama,


sebagian berpendapat bahwa Islam masuk  pada abad ke-7 M  yang datang lansung dari Arab.
Pendapat lain mengatakan bahwa Islam masuk pada abad ke-13, dan ada juga yang
berpendapat bahwa Islam masuk pada sekitar abad ke 9 M atau 11 M . Perbedaan pendapat
tersebut dari pendekatan historis semuanya benar, hal tersebut didasar bukti-bukti sejarah
serta peneltian para sejarawan yang menggunakan pendekatan dan  metodenya masing-
masing.

Berdasarakan beberapa buku dan keterangan sumber referensi sejarah, bahwa Islam
mulai berkembang di Nusantara sekitar abad 13 M . hal tersebut tak lepas dari  peran tokoh
serta ulama yang hidup pada saat itu, dan diantara tokoh yang sangat berjasa dalam proses
Islamisasi di Nusantara terutama di tanah Jawa adalah “ Walisongo”. Peran Walisongo dalam
proses Islamisasi di tanah Jawa sangat besar. Tokoh Walisongo yang begitu dekat dikalangan
masyarakat muslim kultural  Jawa sangat mereka hormati. Hal ini karena ajaran-ajaran dan
dakwahnya yang unik serta sosoknya yang menjadi teladan serta ramah terhadap masyarakat
Jawa sehingga dengan mudah Islam menyebar ke seluruh wilayah Nusantara.

B.     Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk mengetahui Rahmat Islam
Bagi Nusantara

 
BAB II

PEMBAHASAN

A.      Masuknya Islam Kenusantara (Indonesia)

Teori masuknya islam ke nusantara

Menurut para sejarawan, pada abad ke-13 Masehi islam sudah masuk ke nusantara
yang dibawa oleh para pedaganG muslim. Namun untuk lebih pastinya para ahli masih
terdapat perbedaan pendapat dari para sejarawan. Namun setidaknya 3 tiga teori tentang
masuknya Islam ke Indonesia

1. Teori Gujarat
Teori ini dipelopori oleh ahli sejarah Snouck Hurgronje, menurutnya agama Islam masuk
ke Indonesia dibawa oleh para pedagang Gujarat pada abad ke-13 masehi.
2. Teori Persia
P.A Husein Hidayat mempelopori teori ini, menyatakan bahwa agama Islam dibawa oleh
pedagang Persia (Iran), hal ini berdasarkan kesamaan antara kebudayaan islam di Indonesia
dengan Persia.
3. Teori Mekkah
Teori ini menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia langsung dibawa para pedagah
Mekkah, teori ini berlandaskan sebuah berita dari China yang menyatakan jika pada abad
ke-7 sudah terdapat perkampungan muslim di pantai barat Sumatera.

B. Strategi Dakwah Islam Di Nusantara

1. Perdagangan

Pada abad ke-7 M, bangsa Indonesia kedatangan para pedagang Islam dari


Gujarat/India, Persia, dan Bangsa Arab. Mereka telah ambil bagian dalam kegiatan
perdagangan di Indonesia. Hal ini konsekuensi logisnya menimbulkan jalinan hubungan
dagang antara masyarakat Indonesia dan para pedagang Islam. Di samping
berdagang, sebagai seorang muslim juga mempunyai kewajiban berdakwah maka para
pedagang Islam juga menyampaikan dan mengajarkan agama dankebudayaan Islam kepada
orang lain. Dengan cara tersebut, banyak pedagang Indonesia memelukagama Islam dan
merekapun menyebarkan agamaIslam dan budaya Islam yang baru dianutnyakepada orang
lain. Dengan demikian, secara bertahap agama dan budaya Islam tersebar daripedagang
Gujarat/India, Persia, dan Bangsa Arab kepada bangsa Indonesia. Proses penyebaranIslam
melalui perdagangan sangat menguntungkan dan lebih efektif dibanding cara lainnya.

2. Perkawinan

Di antara para pedagang Islam ada yang menetap di Indonesia. Hingga sekarang di
beberapa kota di Indonesia terdapat kampung Pekojan . Kampung tersebut dahulu merupakan
tempat tinggal para pedagang Gujarat. Koja artinya pedagang Gujarat. Sebagian dari para
pedagang ini menikah dengan wanita Indonesia. Terutama putri raja atau bangsawan. Karena
pernikahan itulah, makabanyak keluarga raja atau bangsawan masuk Islam. Kemudian diikuti
oleh rakyatnya. Dengandemikian Islam cepat berkembang.

3. Pendidikan

Perkembangan Islam yang cepat menyebabkan muncul tokoh ulama atau mubalig


yangmenyebarkan Islam melalui pendidikan dengan mendirikan pondok-pondok pesantren.
Dan didalam pesantren itulah tempat pemuda pemudi menuntut ilmu yang berhubungan
dengan agamaIslam. Yang jika para pelajar tersebut selesai dalam menuntut ilmu mengenai
agama Islam,  merekamempunyai kewajiban untuk mengajarkan kembali ilmu yang
diperolehnya kepada masyarakatsekitar. Yang akhirnya masyarakat sekitar menjadi pemeluk
agama Islam. Pesantren yang telahberdiri pada masa pertumbuhan Islam di Jawa, antara lain
Pesantren Sunan Ampel Surabaya yangdidirikan oleh Raden Rahmat ( Sunan Ampel )
dan Pesantren Sunan Giri yang santrinya banyakberasal dari Maluku ( daerah Hitu ), dls. 

4. Politik

Seorang raja mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar dan memegang peranan
penting dalam proses Islamisasi. Jika raja sebuah kerajaan memeluk agama Islam, otomatis
rakyatnya akan berbondong - bondong memeluk agama Islam. Karena, masyarakat Indonesia
memiliki kepatuhan yang tinggi dan raja selalu menjadi panutan rakyatnya. Jika raja dan
rakyat memeluk agama Islam, pastinya demi kepentingan politik maka akan diadakannya
perluasan wilayah kerajaan, yang diikuti dengan penyebaran agama Islam.

5. Melalui Dakwah di Kalangan Masyarakat

Di kalangan masyarakat Indonesia sendiri terdapat juru-juru dakwah yang


menyebarkan Islam di lingkungannya, antara lain : Dato'ri Bandang menyebarkan agama
Islam di daerah Gowa  (Sulawesi Selatan), Tua Tanggang Parang menyebarkan Islam di
daerah Kutai (Kalimantan Timur), Seorang penghulu dari Demak menyebarkan agama Islam
di kalangan para bangsawan Banjar (Kalimantan Selatan), Para Wali menyebarkan agama
Islam di Jawa. Wali yang terkenal ada 9 wali, yaitu :

1. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)

2. Sunan Ampel (Raden Rahmat)

3. Sunan Bonang (Makdum Ibrahim)

4. Sunan Giri (Raden Paku)

5. Sunan Derajat (Syarifuddin)

6. Sunan Kalijaga (Jaka Sahid)

7. Sunan Kudus (Jafar Sodiq)

8. Sunan Muria (Raden Umar Said)

9. Sunan Gunung Jati (Faletehan)

Para wali tersebut adalah orang Indonesia asli, kecuali Sunan Gresik. Mereka memegang
beberapaperan di kalangan masyarakat sebagai :

1. penyebar agama Islam

2. pendukung kerajaan-kerajaan Islam


3. penasihat raja-raja Islam

4. pengembang kebudayaan daerah yang telah disesuaikan dengan budaya Islam.

Karena peran mereka itulah, maka para wali sangat terkenal di kalangan masyarakat. 

6. Seni Budaya

Perkembangan Islam dapat melalui seni budaya, seperti bangunan (masjid), seni


pahat, seni tari,seni musik, dan seni sastra. Cara seperti ini banyak dijumpai di Jogjakarta,
Solo, Cirebon, dls. Seni budaya Islam dibuat dengan cara mengakrabkan budaya daerah
setempat dengan ajaran Islam yang disusupkan ajaran tauhid yang dibuat sederhana, sehalus
dan sedapat mungkin memanfaatkan tradisi lokal, misalnya :

 Membumikan ajaran Islam melalui syair – syair.


Contohnya : Gending Dharma, Suluk Sunan
 Bonang, Hikayat Sunan Kudus, dan lain – lain.
 Mengkultulrasikan wayang yang sarat dokrin.
Contohnya : Tokoh-tokoh simbolis dalam wayang diadopsi atau mencipta nama
lainnyayang biasa mendekatkan dengan ajaran Islam.
 Mencipta tokoh baru dan narasi baru yang sarat pengajaran.
 Membunyikan bedug sebagai ajakan sholat lima waktu sekaligus alarm pengingat,
Sebab insting masyarakat telah akrab dengan gema bedug sebgai pemanggil untuk
acara keramaian. Menggeser tradisi klenik dengan doa-doa pengusir jin sekalugus doa
ngirim leluhur.
Contohnya : Tahlil.

7. Tasawuf

Seorang Sufi biasa dikenal dengan hidup dalam keserhanaan, mereka selalu
menghayati kehidupan masyarakatnya yang hidup bersama di tengah – tengah
masyarakatnya. Para Sufi biasanya memiliki keahlian yang membantu masyarakat dan
menyebarkan agama Islam. Para Sufi pada masa itu diantaranya Hamzah Fansuri di Aceh
dan Sunan Panggung Jawa. Dengan melalui saluran diatas, agama Islam dapat berkembang
pesat dan diterima masyarakat dengan baik pada abad ke-13. Dan adapun faktor-faktor yang
menyebabkan Islam cepat bekembang di Indonesia antara lain :
Ø  Syarat masuk Islam hanya dilakukan dengan mengucapkan dua kelimat syahadat;

Ø  Tata cara beribadahnya Islam sangat sederhana;

Ø  Agama yang menyebar ke Indonesia disesuaikan dengan kebudayaan Indonesia;

Ø  Penyebaran Islam dilakuakn secara damai.

C. Perkembangan Dakwah Islam Di Nusantara

1. Perkembangan Islam di Sumatera

Perkembangan Islam di wilayah Indonesia di awali dengan dimasukinya pemahaman


ajaran islam daerah Pasai di Aceh Utara dan pantai barat Sumatera, di kedua wilayah tersebut
masing-masing berdiri Kerajaan Islam pertama di Indonesia, yaitu Kerajaan Islam Perak dan
Samudera Pasai.

2. Perkembangan Islam di Jawa

Menurut Prof. Dr. Buya Hamka dalam bukunya yaitu Sejarah Umat Islam, cikal
kedatangan Islam ke pulau Jawa sebenarnya sudah dimulai pada tahun ke tujuh masehi atau
abad pertama Hijriyah yaitu pada tahun 674 M – 675 M. Salah satu sahabat nabi, Muawiyah
bin Abi Sufyan yang pernah singgah di Kerajaan Kalingga di Jawa. Waktu itu dia menyamar
sebagai pedagang. Mungkin pada waktu itu Muawiyah baru penjajakan saja, namun proses
dakwahnya tetap berlangsung dan diteruskan oleh para da’i yang berasal dari Kerajaan Pasai
dan Malaka. Karena pada waktu itu jalur perhungan antara Pasai dengan Jawa begitu pesat.

3. Perkembangan Islam di Kalimantan

Borneo adalah sebutan nama lain Kalimantan. Pada waktu itu Islam masuk ke sana
melalui tiga jalur. Jalur yang pertama adalah melalui Kerajaan Islam Pasai dan Perlak. Jalur
kedua Islam disebarkan oleh para da’i dari tanah jawa. Mereka melakukan ekspedisi ke pulau
Kalimantan sejak Kerajaan Demak berdiri. Pada waktu itu, Kerajaan Demak mengirimkan
banyak sekali da’i ke luar pulau Jawa, salah satunya ke pulau Kalimantan. Jalur ketiga melalu
kedatangan para da’i yang berasal dari tanah Sulawesi. Salah satu da’i yang terkenal pada
waktu itu adalah Datuk Ri Bandang dan Tuan Tunggang Parangan.

4. Perkembangan Islam di Maluku

Kepulauan Maluku terkenal sebagai penghasil rempah-rempah. Tak ayal hal ini
menjadi daya tarik sendiri para pedagang asing, salah satunya pedagang mulim dari Jawa,
Malaka, Sumatera dan Manca Negara. Dengan kedatangan para pedagang muslim ini,
menyebabkan perkembangan Islam di Kepulauan Maluku ini menyebar dengan cepat.
tepatnya sekitar pertengahan abad ke 15 atau tahun 1440 Islam mulai masuk ke Maluku.

Pada tahun 1460 M, raja Ternate yaitu Vongi Tidore masuk Islam. Namun menurut
sejarawan Belanda yaitu h.J De Graaft, raja Ternate yang benar-benar muslim adalah Zaenal
Abidin. Setelah raja Ternate masuk Islam, hal ini semakin mempercepat perkembangan Islam
di Maluku dan mempengaruhi kerajaan-kerajaan lain di Maluku yang mulai menerima paham
ajaran Islam. Namun dari sekian kerajaan Islam yang ada di Maluku, yang paling terkenal
adalah Kerajaan Ternate dan Tidore.

Setelah Islam masuk dan berkembang cepat di Maluku, Islam juga mulai masuk ke
Irian. Para raja-raja Islam dari Maluku, da’i dan pedagang yang menyiarkan ajaran Islam ke
Irian. Wilayah-wilayah di Irian Jaya yang dimasuki Islam yaitu: Jalawati, Musi, Pulau Gebi
dan Pulau Waigio.

D. Kerajaan Islam Di Indonesia

Kerajaan Samudera Pasai

Kerajaan Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia yang berada di
Sumatra. Kerajaan Samudera Pasai didirikan oleh Sultan Malik Al Saleh dan mengalami
kejayaan. Hal ini dibuktikan Kerajaan Samudera Pasai mampu memperluas wilayahnya dan
menjalin hubungan perdagangan dengan Arab. Pada masa pemerintahan Sultan Ahmad Malik
aI Tahir, ada kunjungan Ibnu Battutah yang mengadakan perjalanan India-Cina (kembali
tahun 1345).
Kerajaan Aceh

Kerajaan Aceh merupakan kelanjutan dari Kerajaan Samudera Pasal yang didirikan
oleh Sultan Ibrahim. Kerajaan Aceh mengalami masa kejayaan pada masa pemerintahan
Sultan Iskandar Muda yang berhasil menaklukkan daerah-daerah di sekitar Aceh sekaligus
mengislamkan daerah tersebut dalam usahanya untuk memperluas wilayah kekuasaan Sultan
Iskandar Muda bekerja sama dengan Sultan Turki untuk memperkuat pasukannya. Kerajaan
Aceh mengembangkan diri dan dapat mempersatukan beberapa daerah di Aceh, yaitu Daya,
Pedir, Lingga, Perlak, Tamiang, Samudera Pasai, dan Lamuni, di bawah kekuasaan Sultan Ali
Mughayat Syah (1514-1528).

Kerajaan Demak

Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa yang didirikan oleh
Raden Patah. Letak Kerajaan Demak berada di tepi pantai utara Jawa. Peranan Kerajaan
Demak dalam pensebaran agama Islam adalah,

 Menjadi pusat persebaran agama Islam di Jawa yang dilakukan oleh para wali.
 Mengadakan perluasan wilayah di daerah-daerah sekitar pesisir pantai utara Jawa yang
kemudian diislamkan melalui pendekatan politik, sosial, dan budaya.

Kerajaan Banten

Kerajaan Banten merupakan kerajaan Islam yang berada di Jawa Barat yang didirikan
oleh Sunan Gunung Jati. Raja pertama yang memerintah adalah Sultan Hasanudin yang
berhasil memperluas pengaruh agama Islam di Banten. Kerajaan Banten mampu berkembang
pesat, antara lain karena didukung oleh fakta,

 Banten mempunyal komoditas ekspor yang penting, misalnya ada, sehingga menjadi daya
tarik bagi pedagang asing.
 Islamisasi di Banten menjadikan Banten sebagai pusat politik Kerajaan Banten.
 Pelabuhan Banten memenuhi syarat sebagai pelabuhan yang balk.

Kerajaan Mataram Islam


Kerajaan Mataram Islam merupakan kelanjutan dan kekuasaan Demak, yang didirikan
oleh Sutawijoyo yang bergelar Panembahan Senopati Ing Alogo Sayidin Panotogomo (kepala
tentara dan pengatur agama). Panembahan Senopati bercita-cita menjadikan Mataram sebagai
pusat budaya Jawa dan agama Islam. Untuk mewujudkan cita-citanya tersebut, cara yang
digunakan dengan melakukan ekspansi wilayah kekuasaan di seluruh Pulau Jawa, kecuali
daerah Banten, Blambangan, dan Batavia yang belum dapat dikuasai. Pusat Kerajaan
Mataram terletak di Yogyakarta.

Kerajaan Cirebon

Kerajaan Cirebon didirikan oleh Fatahiliah atau Sunan Gunung Jati. Pada masa
pemerintahan Fatahiliah, Cirebon dapat berkembang pesat. Hal ini dapat dilihat dan perluasan
wilayah yang berhasil dilakukan oleh Fatahiliah, persebaran agama Islam berkembang
pesatdan Cirebon mampu menjadi pusat perdagangan dan menjalin hubungan perdagangan
dengan Cina. Wafatnya Fatahiliah diganti oleh Panembahan Ratu. Cirebon berhasil dikuasal
VOC dan Iayahnya dibagi menjadi tiga yaltu Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan yaitu
pada tahun 1681.

Kerajaan Ternate dan Tidore

Kerajaan Ternate dan Tidore berada di Maluku yang berhasil menyebarkan pengaruh
agama Islam melalul pendekatan politik dengan perluasan wilayah dan pendekatan ekonomi
melalui hubungan perdagangan. Raja yang memerintah adalah Sultan Zainal Abidin.
Kegiatan penyebaran agama Islam oleh Ternate dan Tidore ditunjang oleh kedudukannya
sebagai penghasil dan pusat perdagangan rempah-rempah. Banyak pedagang muslim yang
tertarik untuk menjalin hubungan perdagangan sekaligus mengenalkan ajaran agama Islam.
Ramainya perdagangan rempah-rempah di Maluku mendorong munculnya persekutuan
dagang, yaitu,

·         Uli lima (persekutuan dagang lima) yang dipimpin Kerajaan Ternate.

·         Uli siwa (persekutuan dagang sembilan) yang dipimpin Kerajaan Tidore.

Kerajaan Banjar
Kerajaan Banjar didirikan oleh Raden Samudra. Setelah masuk Islam, ia dinobatkan
menjadi Sultan Banjar dengan gelar Sultan Suryanulah. Kerajaan Banjar memiliki peranan
penting dalam penyebaran agama Islam di Kalimantan Selatan, sebab dipengaruhi oleh
Ietaknya di dekat sungai, sehingga banyak para pedagang dan luar Kalimantan yang
berdagang rempah-rempah yang menyebabkan persebaran agama Islam lebih lancar. 

D. Gerakan Pembaharuan Islam Di Indonesia

Pada abad ke XIII M agama Islam mulai masuk ke Indonesia, dan ada yang
berpendapat bahwa penyebaran Islam pertama kali dilakukan oleh para pedagang dan
mubaligh dari Gujarat-India. Sekarang jumlah umat Islam di Indonesia merupakan yang
paling besar dibandingkan umat Islam di negara-negara lain di dunia ini oleh karena itu,
dapat dikatakan bahwa umat Islam di Indonesia mempunyai peranan yang penting bagi
bangsa-bangsa dan negara-negara Islam lainnya. Lebih-lebih di Indonesia sendiri, umat Islam
merupakan mayoritas penduduk dan mereka bertebaran di segenap pelosok tanah air serta
banyak yang berkumpul dalam berbagai organisasi sosial, pendidikan, keagamaan, ekonomi,
dan politik.

Semenjak datangnya Islam di Indonesia yang disiarkan oleh para mubaligh khususnya
di Jawa oleh Wali Sanga atau Sembilan Wali Allah hingga berabad-abad kemudian,
masyarakat sangat dijiwai oleh keyakinan agama, khususnya Islam. Sejarah telah mencatat
pula, bahwa Islam yang datang di Indonesia ini sebagiannya dibawa dari India, dimana Islam
tidak lepas dari pengaruh Hindu. Campurnya Islam dengan elemen-elemen Hindu menambah
mudah tersiarnya agama itu di kalangan masyarakat Indonesia, terutama masyarakat Jawa,
karena sudah lama kenal akan ajaran-ajaran Hindu itu.

Sebagian besar tersiarnya Islam di Indonesia adalah hasil pekerjaan dari Kaum Sufi
dan Mistik. Sesungguhnya adalah Sufisme dan Mistisisme Islam, bukannya ortodoksi Islam
yang meluaskan pengaruhnya di Jawa dan sebagian Sumatera. Golongan Sufi dan Mistik ini
dalam berbagai segi toleran terhadap adat kebiasaan yang hidup dan berjalan di tempat itu,
yang sebenarnya belum tentu sesuai dengan ajaran-ajaran tauhid.
Sebelumnya, masyarakat sangat kuat berpegang teguh pada Agama Hindu dan Budha.
Setelah kedatangan Islam, mereka banyak berpindah agama secara sukarela. Tetapi sementara
itu mereka masih membiasakan diri dengan adat kebiasaan lam, sehingga bercampur-baur
antara adat kebiasaan Hindu-Budha dengan ajaran Islam. Hal tersebut berlangsung dari abad
ke abad, sehingga sulit dipisahkan antara ajaran Islam yang murni dengan tradisi peninggalan
Hindu atau peninggalan agama Budha. Dan tidak sedikit tradisi lama berubah menjadi
seakan-akan “Tradisi Islam”. Seperti kebiasaan menyelamati orang yang telah mati pada hari
ke:7, 40, 1 tahun dan ke 1000-nya serta selamatan pada bulan ke-7 bagi orang yang sedang
hamil pertama kali, mengkeramatkan kubur seseorang, meyakini benda-benda bertuah dan
sebagainya.

Gerakan pembaruan di Indonesia merupakan salah satu contoh berkembangnya Islam


di Indonesia. Sejarah telah membuktikan bahwa tidak ada masyarakat yang statis, semua pasti
mengalami perubahan dan perkembangan.

Secara garis besar ada dua bentuk gerakan pembaharuan Islam di Indonesia: (1)
Gerakan pendidikan dan sosial, (2) gerakan politik.

1. Gerakan Pendidikan dan Sosial

Kaum pembaharu memandang, betapa pentingnya pendidikan dalam membina dan


membangun generasi muda. Mereka memperkenalkan sistem pendidikan sekolah dengan
kurikulum modern untuk mengganti sistem pendidikan Islam tradisional seperti pesantren dan
surau. Melalui pendidikan pola pikir masyarakat dapat diubah secara bertahap. Oleh sebab
itu, mereka mendirikan lembaga pendidikan dan mengembangkan organisasi sosial
kemasyarakatan. Di antaranya sebagai berikut.

a. Sekolah Thawalib

Sekolah ini berasal dari surau jembatan besi. Surau berarti langgar atau masjid.
Lembaga pendidikan Surau berarti pengajian di Masjid, mirip dengan pesantren di Jawa. Haji
Abdullah Ahmad dan Haji Rasul pada tahun 1906 telah merintis perubahan “sistem surau”
menjadi sistem sekolah. Pada tahun 1919 Haji Jalaludin Hayib menerapkan sistem kelas
dengan lebih sempurna. Ia mengharuskan pemakaian bangku dan meja, kurikulum yang lebih
baik, dan kewajiban pelajar untuk membayar uang sekolah. Selain itu kepada para pelajar pun
diperkenalkan koperasi pelajar guna memenuhi kebutuhan seharihari mereka. Koperasi ini
berkembang menjadi organisasi sosial yang menyantuni sekolah Thawalib dengan nama
Sumatera Thawalib. Sejak itu organisasi ini tidak lagi dipimpin oleh murid, tetapi oleh para
guru.

Pada tahun 1929 organisasi Thawalib memperluas keanggotaannya. Tidak hanya guru
dan murid di sekolah itu, melainkan juga para alumni. Selain itu, keanggotaan pun terbuka
bagi mereka yang bukan murid, guru, dan alumni atau mereka yang tidak memiliki hubungan
apapun dengan sekolah Thawalib. Organisasi Sumatera Thawalib berkembang menjadi
sebuah organisasi kemasyarakatan yang bergerak dalam bidang pendidikan dan sosial.
Akhirnya organisasi Sumatera Thawalib berkembang menjadi organisasi politik dengan nama
Persatuan Muslimin Indonesia, disingkat Permi. Permi merupakan partai Islam politik
pertama di Indonesia. Asas Permi tergolong modern. Bukan hanya Islam, tetapi juga Islam
dan Nasionalis.

b. Jamiat Khair

Organisasi ini didirikan di Jakarta oleh masyarakat Arab Indonesia pada tanggal 17
Juli 1905. Di antara pendirinya adalah Sayid Muhammad Al- Fachir bin Syihab, Sayid Idrus
bin Ahmad bin Syihab, dan Sayid Sjehan bin Syihab. Semuanya termasuk golongan sayyid,
yaitu kaum ningrat atau bangsawan Arab.

Ada dua program yang diperhatikan Jamiat Khair, mendirikan dan membina sekolah
dasar, serta menyeleksi dan mengirim para pelajar untuk mengikuti pendidikan di Turki.
Jamiat Khair tidak hanya menerima murid keturunan Arab, tetapi juga untuk umum.

Bahasa Belanda tidak diajarkan karena bahasa penjajah, tetapi diganti dengan bahasa
Inggris. Dengan menguasai bahasa Inggris, para alumni lembaga pendidikan Jamiat Khair
diharapkan dapat mengikuti kemajuan zaman.

c. Al-Irsyad
Organisasi sosial ini didirikan oleh kaum pedagang Arab di Jakarta. Al-Irsyad
memusatkan perhatiannya pada bidang pendidikan dengan mendirikan sekolah dan
perpustakaan. Sekolah Al-Irsyad banyak jenisnya. Ada sekolah tingkat dasar, sekolah guru
dan program takhassus memperdalam agama dan bahasa asing. Cabang-cabang Al- Irsyad
segera dibuka di Cirebon, Pekalongan, Bumiayu, Tegal, Surabaya, dan Lawang.

Aktivitas organisasi ini lebih dinamis daripada Jamiat Khair, walaupun keduanya
sama-sama didirikan oleh masyarakat Arab. Jika Jamiat Khair dikuasai oleh golongan sayyid
atau ningrat. Al-Irsyad sebaliknya, menolak adanya perbedaan atau diskriminasi antara kaum
elite dengan golongan alit (kecil).

Al-Irsyad tidak dapat dipisahkan dengan Syaikh Ahmad Syoorkatti. Ia seorang Arab
keturunan Sudan yang menghembuskan semangat pembaruan dan persamaan dalam tubuh
Al-Irsyad.

d. Persyarikatan Ulama

Organisasi sosial kemasyarakatan ini semula bernama Hayatul Qulub, didirikan di


Majalengka, jawa Barat, oleh K.H. Abdul Halim pada tahun 1911. Kiai Halim adalah alumni
Timur Tengah. Ia menyerap ide-ide pembaruan yang dihembuskan oleh Muhammad Abduh
dan Jamaluddin al-Afghani, dua tokoh pembaruan di Mesir.

Hayatul Qulub memusatkan perhatiannya pada bidang pendidikan, sosial dan


ekonomi. Sejak 1917 namanya diubah menjadi Persyarikatan Ulama. Perubahan nama ini
memiliki dua tujuan, yaitu menyatukan para ulama dan mengajak mereka untuk menerapkan
cara-cara modern dalam mengelola pendidikan.

Ada dua sistem pendidikan yang diperkenalkan Kiai Halim: “system madrasah”
dengan “sistem asrama”. Lembaga pendidikan dengan sistem madrasah dan sistem asrama
diberi nama “Santri Asromo”. Dibagi ke dalam tiga bagian: Tingkat permulaan, dasar, dan
lanjutan.

Santri Asromo memiliki kelebihan, yaitu kurikulumnya memadukan pengetahuan


agama dan umum seperti pada sistem madrasah sekarang. Para pelajar Santri Asromo juga
dilatih dalam pertanian, keterampilan besi dan kayu, menenun dan mengolah bahan seperti
membuat sabun. Mereka tinggal di asrama dengan disiplin yang ketat.
Persyarikatan Ulama memiliki ciri khas, mempertahankan tradisi bermazhab dalam
fiqih; tetapi menerapkan cara-cara modern dalam pendidikan. Pada tahun 1952 Persyarikatan
Ulama diubah menjadi Persatuan Umat Islam (PUI) setelah difusikan dengan Al-Ittihad al-
Islamiyah (AII) atau persatuan Islam. AII didirikan dan dipimpin oleh K.H. Ahmad Sanusi
yang berpusat di Sukabumi, Jawa Barat.

e. Nahdatul Ulama (NU)

Dikalangan pesantren dalam merespon kebangkitan nasional, membentuk organisasi


pergerakan, seperti Nahdatul Wa an (Kebangkitan Tanah Air) pada 1916. Kemudian pada
tahun 1918 mendirikan Taswirul Afkar atau dikenal juga dengan Nahdatul Fikri (kebangkitan
pemikiran), sebagai wahana pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri. Dari
Nah«atul Fikri kemudian mendirikan Nahdatut Tujjar, (pergerakan kaum saudagar). Serikat
ini dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan adanya Nahdatut Tujjar,
maka Taswirul Afkar, selain tampil sebagai kelompok studi juga menjadi lembaga
pendidikan yang berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di beberapa kota.

Perkembangan selanjutnya, untuk membentuk organisasi yang lebih besar dan lebih
sistematis, serta mengantisipasi perkembangan zaman, maka setelah berkordinasi dengan
berbagai kiai, akhirnya muncul kesepakatan untuk membentuk organisasi yang bernama
Nahdatul Ulama (Kebangkitan Ulama).

Nahdatul Ulama didirikan pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926). Organisasi ini
dipimpin oleh K.H. Hasyim Asy'ari sebagai Rais Akbar. Untuk menegaskan prisip dasar
organisasi ini, maka K.H. Hasyim Asy'ari merumuskan kitab Qānμn Asāsi (prinsip dasar),
kemudian juga merumuskan kitab I'tiqād Ahlussunnah Wal Jamā’ah. Kedua kitab tersebut
kemudian diimplementasikan dalam khittah NU, yang dijadikan sebagai dasar dan rujukan
warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.

Organisasi ini bertujuan untuk menegakkan ajaran Islam menurut paham kitab I'tiqād
Ahlussunnah Wal Jamā’ah di tengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Untuk mencapai tujuannya tersebut, NU menempuh berbagai jenis usaha di berbagai
bidang, antara lain sebagai berikut:

1) Di bidang keagamaan, melaksanakan dakwah Islamiyah dan meningkatkan rasa


persaudaraan yang berpijak pada semangat persatuan dalam perbedaan.

2) Di bidang pendidikan, menyelenggarakan pendidikan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam,


untuk membentuk muslim yang bertakwa, berbudi luhur, berpengetahuan luas. Hal ini
terbukti dengan lahirnya Lembaga-lembaga Pendidikan yang bernuansa NU dan sudah
tersebar di berbagai daerah khususnya di Pulau Jawa bahkan sudah memiliki cabang di luar
negeri.

3) Di bidang sosial budaya, mengusahakan kesejahteraan rakyat serta kebudayaan yang


sesuai dengan nilai keislaman dan kemanusiaan.

4) Di bidang ekonomi, mengusahakan pemerataan kesempatan untuk menikmati hasil


pembangunan, dengan mengutamakan berkembangnya ekonomi rakyat. Hal ini ditandai
dengan lahirnya BMT dan Badan Keuangan lain yang yang telah terbukti membantu
masyarakat.

5) Mengembangkan usaha lain yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

f. Muhammadiyah

Organisasi ini didirikan di Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 oleh K.H.
Ahmad Dahlan. Kegiatan Muhammadiyah dipusatkan dalam bidang pendidikan, dakwah dan
amal sosial. Muhammadiyah mendirikan berbagai sekolah Islam ala Belanda, baik dalam
satuan pendidikan, jenjang maupun kurikulumnya. Muhammadiyah pun menerima subsidi
dari pemerintah Belanda.

Organisasi ini sangat menekankan keseimbangan antara pendidikan agama dan


pendidikan umum, serta pendidikan keterampilan. Para alumni lembaga pendidikan
Muhammadiyah diharapkan memiliki aqidah Islam yang kuat, sekaligus memiliki keahlian
untuk hidup di zaman modern.

Dengan bekal aqidah, pendidikan dan keterampilan yang baik, kaum muslimin dapat
mengembangkan kualitas hidup mereka sesuai dengan tuntutan ajaran al-Qur'an. Bahkan
sampai sekarang, Muhammadiyah merupakan ormas Islam besar yang memiliki satuan-
satuan pendidikan sejak dari Taman Kanak-kanak hingga Program Pasca sarjana.

Dalam bidang amal sosial, ormas Islam ini memiliki antara lain beberapa puluh rumah
sakit, Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) dan Panti Asuhan. Gerakan dakwah
Muhammadiyah sangat menekankan kemurnian aqidah; memerangi berbagai perbuatan
syirik, menyekutukan Allah Swt. dalam segala bentuknya; menentang takhayul; khurafat; dan
perbuatan bid’ah serta mengikis habis kebiasaan taqlid buta dalam beragama.
Muhammadiyah, menekankan pentingnya membuka pintu ijtihad dalam bidang hukum Islam
agar umat Islam terbebas dari taqlid buta serta menolak tradisi bermazhab dalam fiqih.
Muhammadiyah menolak kehidupan tasawuf yang hanya mementingkan akhirat.
Muhammadiyah sebagaimana umumnya kaum pembaharu, menentang tarekat, karena penuh
dengan perbuatan bid’ah.

Lahirnya Jami’at Khair, al-Irsyad, Persyarikatan Ulama, Muhammadiyah yang


bergerak di bidang pembaharuan pendidikan dan dakwah tersebut dipicu oleh perkembangan
baru di bidang keagamaan. Agama harus fungsional dalam kehidupan, bukan hanya sekedar
tuntunan untuk kebahagiaan akhirat saja. Karena itu, agama harus didukung oleh ilmu
pengetahuan modern.

2. Gerakan Politik
Islam tidak dapat menerima penjajahan dalam segala bentuk. Perjuangan umat Islam
dalam mengusir penjajah sebelum abad dua puluh dilakukan dengan kekuatan senjata dan
bersifat kedaerahan.

Pada awal abad dua puluh perjuangan itu dilakukan dengan mendirikan organisasi
modern yang bersifat nasional, baik ormas (organisasi social kemasyarakatan), maupun
orsospol (organisasi sosial politik). Melalui pendidikan, ormas memperjuangkan kecerdasan
bangsa agar sadar tentang hak dan kewajiban dalam memperjuangkan kemerdekaan. Dengan
orsospol, kaum muslimin memperjuangkan kepentingan golongan Islam melalui saluran
politik yang diakui pemerintah penjajah. Mereka misalnya berjuang melalui parlemen
Belanda yang disebut Volksraad.

Di antara partai politik Islam yang tumbuh sebelum zaman kemerdekaan adalah
Persaudaraan Muslimin Indonesia (Permi), Sarikat Islam (SI), dan Partai Islam Indonesia
(PII). SI didirikan di Solo pada tanggal 11 November 1911 sebagai kelanjutan dari Sarekat
Dagang Islam (SDI) yang didirikan oleh Haji Samanhudi pada tanggal 16 Oktober 1905.

SI kemudian berubah menjadi Partai Sarikat Islam Indonesia (PSII). Partai Islam
Masyumi pada awal berdirinya merupakan satu-satunya partai politik Islam yang diharapkan
dapat memperjuangkan kepentingan seluruh golongan umat Islam dalam negara modern yang
diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Masyumi merupakan partai federasi yang
menampung semua golongan tradisional.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pada hakikatnya dakwah Islam merupakan aktualisasi imani (teologis) yang


dimanifestasikan dalam suatu system kegiatan manusia beriman dalam bidang
kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cara cara berfikir,
kepekaan dalam merasakan lingkungan, cara bersikap, dan bertindak manusia, baik secara
individual maupun sosial dalam rangka mengusahakan terwujudnya ajaran Islam  dalam
semua segi kehidupan dengan menggunakan cara tertentu, dan sejarah islam di indonesia
diawali dari sebelum masa penjajaha atau masa para wali sampai dengan masa sekarang atau
masa reformasi. 

Anda mungkin juga menyukai