Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KEMUHAMMADIYAHAN

“DAKWAH ISLAM DI NUSANTARA DAN ASAL – USUL


MUHAMMADIYAH”

KELOMPOK 1
NAMA ANGGOTA :
1. Helda Rahma (1811102415045)
2. Lisa Amalia (1811102415060)
3. Maulida Hasanah (1811102415066)
4. Medytia Sari (1811102415068)
5. Meirin Siti Namira (1811102415070)
6. Melenia Saputri (1811102415071)
7. Shella Carlina Tasya (1811102415129)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR


FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN FARMASI
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadiran Allah Subhanahuwata’ala, karena
berkat rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang bertema “Dakwah Islam
Di Nusantara Dan Asal – Usul Muhammadiyah”. Makalah ini diajukan guna
memenuhi tugas mata kuliah Kemuhammadiyahan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi mahasiswa dan masyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi
kita semua.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Agama Islam lahir dan berkembang di Jazirah Arab. Para mubaliggh
Islam kemudian menyebarkan agama Islam ke wilayah sekitar Arab. Dalam
perkembanagannya, Islam tersebar ke seluruh penjuru dunia, termasuk
Indonesia. Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh ara pedagang muslim dari
Arab dan India sekitar abad ke-7 M. Para pedagang muslim
tersebut melakukan kegiatan perdagangan sambil menyebarkan agama
Islam. Agama Islam dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia,
sehingga dapat dengna cepat tersebar ke pelosok nusantara.
Kehadiran agama islam pada abad ke-6 Masehi membawa kemajuan
peradaban di Jazirah Arab dan sekitarnya.
Peradaban dunia Arab yang semula terbelakang, menjadi peradaban
yang maju dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Seiring dengan
perkembangan Daulah Islamiah, wilayah kekuasaan Islam semakin luas,
hingga mencapai daratan Eropa. Para mubalig kemudian mengajarkan
agama islam kepada penduduk di seluruh wilayah kekuasaan islam tersebut.
Sehingga islam dapat tersebar sampai jauh di luar Arab. Dalam
perkembangan selanjutnya, islam tersebar sampai keseluruh benua di dunia.
2.1 Rumusan Masalah
a. Bagaimana Masuknya Islam Di Nusantara ?
b. Bagaimana Proses Perkembangan Islam Di Nusantara ?
c. Bagaimana Corak Islam Di Nusantara ?
d. Bagaimana Kedatangan Dan Penjajahan Di Nusantara ?
e. Bagaimana Asal – Usul Kemuhammadiyahan ?
3.1 Tujuan
a. Mengetahui Masuknya Islam Di Nusantara ?
b. Mengetahui Proses Perkembangan Islam Di Nusantara ?
c. Mengetahui Corak Islam Di Nusantara ?
d. Mengetahui Kedatangan Dan Penjajahan Di Nusantara ?
f. Mengetahui Asal – Usul Kemuhammadiyahan ?
BAB II
PEMBAHASAN
1.2 Masuknya Islam Ke Indonesia
Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama Hijrah atau abad ke
tujuh/ke delapan masehi. Ini mungkin didasarkan pada penemuan batu nisan
seorang wanita muslimah yang bernama Fatimah binti Maimun di Leran
dekat Surabaya yang bertahun 475 H atau 1082 M. Sedangkan menurut
laporan seorang musafir Maroko Ibnu Batutah yang mengunjungi Samudra
Pasai dalam perjalanannya ke Negeri Cina pada 1345M, Agama islam yang
bermadzhab Syafi’I telah mantap disana selama seabad. Oleh karena itu,
abad XIII biasanya dianggap sebagai masa awal masuknya agama Islam ke
Indonesia.
Ketika Islam datang di Indonesia, berbagai agama dan kepercayaan
seperti animisme, dinamisme, Hindu dan Budha, sudah banyak dianut oleh
bangsa Indonesia bahkan dibeberapa wilayah kepulauan Indonesia telah
berdiri kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu dan Budha. Misalnya
kerajaan Kutai di Kalimantan Timur, kerajaan Taruma Negara di Jawa
Barat, kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan sebagainya. Namun Islam datang
ke wilayah-wilayah tersebut dapat diterima dengan baik, karena Islam
datang dengan membawa prinsip-prinsip perdamaian, persamaan antara
manusia (tidak ada kasta), menghilangkan perbudakan dan yang paling
penting juga adalah masuk kedalam Islam sangat mudah hanya dengan
membaca dua kalimah syahadat dan tidak ada paksaan.
Agama Islam berasal dari tanah Arab dan dari tanah Arab
berkembanglah agama Islam kemana-mana, diantaranya ke Gujarat (India)
dan Persia. Demikian pula berangsur-angsur meluas kearah timur hingga
Semenanjung Malaka.Menurut kesimpulan “Seminar Masuknya Islam ke
Indonesia” di Medan tahun 1963, Islam masuk ke Indonesia sudah semenjak
abad pertama Hijriyah (abad ke-7 M).
“Seminar Masuknya Islam di Indonesia” tersebut menghasilkan keputusan
sebagai berikut:
1) Menurut sumber-sumber yang kita ketahui, islam untuk pertama
kalinya telah masuk ke Indonesia pada abad pertama hijrah (abad ke 7/8
M) dan langsung dari Arab.
2) Daerah yang pertama didatangi oleh Islam ialah pesisir Sumatera dan
bahwa setelah terbentuknya masyarakat Islam, maka raja Islam yang
pertama berada di Aceh.
3) Mubaliq-mubaliq Islam pertama yang datang ke Indonesia merangkap
sebagai saudagar.
4) Penyiaran itu di Indonesia dilakukan secara damai.
5) Kedatangan Islam membawa kecerdasan dan peradaban yang tinggi
dalam membentuk kepribadian bangsa Indonesia dalam menahan
penderitaan dan perjuangan melawan penjajahan bangsa asing.
a. Cara masuknya Islam di Indonesia
Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 atau ke-8 M yang
bertepatan dengan abad ke-1 atau ke-2 H. Rute yang dilewati adalah
jalur Utara dan Selatan. Jalur Utara, dengan rute : Arab (Mekah dan
Madinah) meliputi ; Damaskus – Bagdad – Gujarat – Srilangka –
Indonesia. Jalur Selatan, dengan rute : Arab (Mekah dan Madinah)
meliputi ; Yaman – Gujarat – Srilangka – Indonesia. Daerah yang mula-
mula menerima Agama Islam adalah Pantai Barat pulau Sumatera. Dari
tempat itu, Islam kemudian menyebar ke seluruh Indonesia.
Beberapa tempat penyebarannya adalah :
a) Pesisir Sumatera bagian Utara di Aceh
b) Pariaman di Sumatera Barat
c) Gresik dan Tuban di Jawa Timur
d) Demak di Jawa Tengah
e) Banten di Jawa Barat
f) Palembang di Sumatera Selatan
g) Banjar di Kalimantan Selatan
h) Makassar di Sulawesi Selatan
i) Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo di Maluku
j) Sorong di Irian Jaya

b. Jalur-jalur yang Penyebaran Agama Islam di Indonesia:


1. Melalui jalur perdagangan
Jalur ini dimungkinkan karena orang-orang melayu telah lama
menjalin kontak dagang dengan orang Arab. Apalagi setelah
berdirinya kerajaan Islam seperti kerajaan Islam Malaka dan kerajaan
Samudra Pasai di Aceh, maka makin ramailah para ulama dan
pedagang Arab datang ke Nusantara (Indonesia). Disamping mencari
keuntungan duniawi juga mereka mencari keuntungan rohani yaitu
dengan menyiarkan Islam. Artinya mereka berdagang sambil
menyiarkan agama Islam.
2. Melalui jalur perkawinan
Para pedagang muslim itu ada yang menetap di Indonesia dan
menikah dengan penduduk setempat. Sudah barang tentu mereka
menjadi keluarga muslim dan penyebar agama Islam yang gigih.
3. Melalui jalur tasawuf
Dengan tasawuf, bentuk Islam yang diajarkan kepada penduduk
pribumi mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka yang
sebelumnya menganut agama Hindu, sehinnga agama baru itu mudah
dimengerti dan mudah diterima. Kehidupan mistik bagi masyarakat
Indonesia sudah menjadi bagian dari kepercayaan mereka. Oleh
karena itu, penyebaran Islam melalui jalur tasauf atau mistik ini
mudah diterima karena sesuai dengan alam pikiran masyarakat
Indonesia. Misalnya, menggunakan ilmu-ilmu riyadhat dan kesaktian
dalam proses penyebaran Islam kepada penduduk setempat.
4. Jalur Pendidikan
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang
paling strategis dalam pengembangan Islam di Indonesia. Para da’i
dan muballig yang Melalui menyebarkan Islam diseluruh pelosok
Nusantara adalah keluaran pesantren tersebut. Datuk Ribandang yang
mengislamkan kerajaan Gowa-Tallo dan Kalimantan Timur adalah
keluaran pesantren Sunan Giri. Santri-santri Sunan Giri menyebar ke
pulau-pulau seperti Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate,
hingga ke Nusa Tenggara. Dan sampai sekarang pesantren terbukti
sangat strategis dalam memerankan kendali penyebaran Islam di
seluruh Indonesia.
5. Melalui jalur kesenian
Penyebaran Islam melalui kesenian berupa wayang, satra, dan
berbagai kesenian lainnya. Pendekatan jalur kesenian dilakukan oleh
para penyebar Islam seperti Walisongo untuk menarik perhatian di
kalangan mereka, sehingga dengan tanpa terasa mereka telah tertarik
kepada ajaran-ajaran Islam sekalipun pada awalnya mereka tertarik
karena media kesenian itu. Misalnya, Sunan Kalijaga adalah tokoh
seniman wayang. Ia tidak pernah meminta bayaran pertunjukkan seni,
tetapi ia meminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan
kalimat syahadat. Sebagian cerita wayang masih dipetik dari cerita
Mahabrata dan Ramayana, tetapi di dalam cerita itu disisipkan ajaran
dan nama-nama pahlawan Islam. Kesenian-kesenian lain juga
dijadikan media islamisasi, seperti sastra (hikayat, babad, dan
sebagainya), seni arsitektur, dan seni ukir.
6. Melalui jalur Politik
Artinya penyebaran Islam di Nusantara, tidak terlepas dari
dukungan yang kuat dari para Sultan. Di pulau Jawa, misalnya
kesultanan Demak, merupakan pusat dakwah dan menjadi pelindung
perkembangan Islam. Begitu juga raja-raja lainnya di seluruh
Nusantara. Raja Gowa-Tallo di Sulawesi selatan melakukan hal yang
sama sebagaimana yang dilakukan oleh Demak di Jawa. Dan para
Sultan di seluruh Nusantara melakukan komunikasi, bahu membahu
dan tolong menolong dalam melindungi dakwah Islam di Nusantara.
Keadaan ini menjadi cikal bakal tumbuhnya negara nasional
Indonesia dimasa mendatang.
2.2 Perkembangan Islam di Beberapa Wilayah di Indonesia
1. Perkembangan Islam di Sumatera Daerah Pertama dari kepulauan
Indonesia yang dimasuki Islam adalah Sumatera bagian Utara, seperti
Pasai dan Perlak. Karena wilayah Pasai dan Perlak letaknya di tepi selat
Malaka, tempat lalu lintas kapal-kapal dari India. Pada abad XIII-XV
M berdiri kerajaan Samudra Pasai dan merupakan kerajaan Islam
pertama di Indonesia. Kerajaan Samudra Pasai terletak di kampung
Samudra di tepi sungai Pasai dan berdiri sejak tahun 1261 M.
Raja-raja yang memerintah Samudra Pasai berturut-turut sebagai
berikut:
a) Sultan Al Malikus Shaleh
b) Sultan Al Malikuz Zahir I
c) Sultan Al Malikuz Zahir II
d) Sultan Zainal Abidin
e) Sultan Iskandar
Persia dan Gujarat yang juga para mubalig Islam banyak yang
menetap di bandar-bandar sepanjang Sumatera Utara. Mereka menikah
dengan wanita-wanita pribumi yang sebelumnya telah diislamkan,
sehingga terbentuklah keluarga-keluarga Muslim. Para mubalig pada
waktu itu juga ke Cina. Para pedagang dari India, yakni bangsa Arab
berdakwa kepada para Raja-raja kecil, ketika raja tersebut masuk Islam,
rakyatnya pun banyak yang ikut masuk Islam sehingga berdirilah kerajaan
Islam pertama, yaitu Kerajaan Samudera Pasai. Seiring dengan kemajuan
Samudera Pasai yang sangat pesat, perkembangan agama Islam pun
mendapat perhatian dan dukungan penuh dan para ulama serta mubalignya
menyebar ke seluruh nusantara.
2. Perkembangan Islam di Jawa. Masuknya Islam di Pulau Jawa pada
awalnya dibawa oleh pedagang muslim setelah berdirinya kerajaan
Malaka yang mencapai punjak kejayaannya pada asa Sultan
Mansursah. Wilayah perdagangannya sangat luas sampai ke Demak,
Jepara, Tuban dan Giri. Melalui hubungan perdagangan tersebut,
akhirnya masyarakat Jawa mengenal Islam.
Adapun gerakan dakwah Islam di Pulau Jawa selanjutnya dilakukan
oleh para Wali Sanga, yaitu:
a. Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik
Beliau dikenal juga dengan sebutan Syeikh Magribi. Ia
dianggap pelopor penyebaran Islam di Jawa. Beliau juga ahli
pertanian, ahli tata negara dan sebagai perintis lembaga pendidikan
pesantren. Wafat tahun 1419 M.(882 H) dimakamkan di Gapura
Wetan Gresik.
b. Raden Ali Rahmatullah (Sunan Ampel)
Dilahirkan di Aceh tahun 1401 M. Ayahnya orang Arab dan
ibunya orang Cempa, ia sebagai mufti dalam mengajarkan Islam tak
kenal kompromi dengan budaya lokal. Wejangan terkenalnya Mo
Limo yang artinya menolak mencuri, mabuk, main wanita, judi dan
madat, yang marak dimasa Majapahit. Beliau wafat di desa Ampel
tahun 1481 M.
Jasa-jasa Sunan Ampel : Mendirikan pesantren di Ampel Denta,
dekat Surabaya. Dari pesantren ini lahir para mubalig kenamaan seperti
:
a) Raden Paku (Sunan Giri)
b) Raden Fatah (Sultan Demak pertama)
c) Raden Makhdum (Sunan Bonang)
d) Syarifuddin (Sunan Drajat)
e) Maulana Ishak yang pernah diutus untuk menyiarkan Islam ke
daerah Blambangan.
Berperan aktif dalam membangun Masjid Agung Demak yang
dibangun pada tahun 1479 M. Mempelopori berdirinya kerajaan Islam
Demak dan ikut menobatkan Raden Patah sebagai Sultan pertama.
c. Sunan Giri (Raden Aenul Yaqin atau Raden Paku)
Ia putra Syeikh Yakub bin Maulana Ishak. Ia sebagai ahli fiqih dan
menguasai ilmu Falak. Dimasa menjelang keruntuhan Majapahit, ia
dipercaya sebagai raja peralihan sebelum Raden Patah naik menjadi
Sultan Demak. Ketika Sunan Ampel wafat, ia menggantikannya
sebagai mufti tanah Jawa.
d. Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)
Putra Sunan Ampel lahir tahun 1465. Sempat menimba ilmu ke
Pasai bersama-sama Raden Paku. Beliaulah yang mendidik Raden
Patah. Beliau wafat tahun 1515 M.
e. Sunan Kalijaga (Raden Syahid)
Ia tercatat paling banyak menghasilkan karya seni berfalsafah Islam.
Ia membuat wayang kulit dan cerita wayang Hindu yang diislamkan.
Sunan Giri sempat menentangnya, karena wayang Beber kala itu
menggambarkan gambar manusia utuh yang tidak sesuai dengan
ajaran Islam. Kalijaga mengkreasi wayang kulit yang bentuknya
jauh dari manusia utuh. Ini adalah sebuah usaha ijtihad di bidang
fiqih yang dilakukannya dalam rangka dakwah Islam.
f. Sunan Drajat
Nama aslinya adalah Syarifudin (putra Sunan Ampel, adik Sunan
Bonang). Dakwah beliau terutama dalam bidang sosial. Beliau juga
mengkader para da’i yang berdatangan dari berbagai daerah, antara
lain dari Ternate dan Hitu Ambon.
g. Syarif Hidayatullah
Nama lainnya adalah Sunan Gunung Jati yang kerap kali
dirancukan dengan Fatahillah, yang menantunya sendiri. Ia
memiliki keSultanan sendiri di Cirebon yang wilayahnya sampai
ke Banten. Ia juga salah satu pembuat sokoguru masjid Demak
selain Sunan Ampel, Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang.
Keberadaan Syarif Hidayatullah dengan kesultanannya
membuktikan ada tiga kekuasaan Islam yang hidup bersamaan kala
itu, yaitu Demak, Giri dan Cirebon. Hanya saja Demak dijadikan
pusat dakwah, pusat studi Islam sekaligus kontrol politik para wali.
h. Sunan Kudus
Nama aslinya adalah Ja’far Sadiq. Lahir pada pertengahan abad ke
15 dan wafat tahun 1550 M. (960 H). Beliau berjasa menyebarkan
Islam di daerah kudus dan sekitarnya. Ia membangun masjid
menara Kudus yang sangat terkenal dan merupakan salah satu
warisan budaya Nusantara.
i. Sunan Muria
Nama aslinya Raden Prawoto atau Raden Umar Said putra Sunan
Kalijaga. Beliau menyebarkan Islam dengan menggunakan sarana
gamelan, wayang serta kesenian daerah lainnya. Beliau
dimakamkan di Gunung Muria, disebelah utara kota Kudus.

a) Perkembangan Islam di Sulawesi


Masuknya Islam di Sulawesi, tidak terlepas dari peranan Sunan
Giri di Gresik. Hal itu karena sunan Giri melaksanakan pesantren
yang banyak didatangi oleh santri dari luar pulau Jawa, seperti
Ternate, dan Situ. Di samping itu, beliau mengirimkan murid-
muridnya ke Madura, Sulawesi, Maluku dan Nusa Tenggara. Pada
abad ke-16, di Sulawesi Selatan telah berdiri kerajaan Hindu Gowa
dan Tallo. Penduduknya banyak yang memeluk agama Islam
karena hubungannya dengan kesultanan Ternate. Pada tahun 1538,
Pada masa Pemerintahan Somba Opu, kerajaan Gowa dan Tallo
banyak dikunjungi oleh pedagang Portugis. Selain untuk
berdagang, mereka juga bermaksud untuk mengembangkan agama
katolik. Akan tetapi, Islam telah lebih dahulu berkembang di
daerah itu.
b) Perkembangan Islam di Kalimantan
Berdasarkan prasasti-prasasti yang ada disekitar abad V M di
Kalimantan Timur telah ada kerajaan hindu yakni kerajaan Kutai.
Sedangkan kerajaan-kerajaan Hindu yang lain adalah kerajaan
Sukadana di Kalimantan Barat, kerajaan Banjar di Kalimantan
Selatan.
Pada abad XVI Islam memasuki daerah kerajaan Sukadana.
Bahkan pada tahun 1590 kerajaan Sukadana resmi menjadi
kerajaan Islam, yang menjadi sultan pertamanya adalah sultan Giri
Kusuma. Setelah itu digantikan oleh putranya Sultan Muhammad
Syafiuddin. Beliau banyak berjasa dalam pengembangan agama
Islam karena bantuan seorang muballigh bernama Syekh
Syamsudin.
Di kalimantan Selatan pada abad XVI M masih ada beberapa
kerajaan Hindu antara lain Kerajaan Banjar, Kerajaan Negaradipa,
Kerajaan Kahuripan dan Kerajaan Daha. Kerajaan-kerajaan ini
berhubungan erat dengan Majapahit.
Ketika Kerajaan demak berdiri, para pemuka agama di Demak
segera mnyebarkan agama Islam ke Kalimantan Selatan. Raja
Banjar Raden Samudra masuk Islam dan ganti nama dengan
Suryanullah. Sultan Suryanullah dengan bantuan Demak dapat
mengalahkan Kerajaan Negaradipa. Setelah itu agama Islam
semakin berkembang di Kalimantan.
Diatas telah diutarakan, bahwa Kutai adalah kerajaan tertua di
Indonesia dan sebagai kerajaan Hindu. Dengan pesatnya
perkembangan Islam di Gowa, Tallo dan terutama Sombaopu,
maka Islam mulai merembas ke daerah Kutai. Mengingat Kutai
terletak di tepi Sungai Mahakam maka para pedagang yang lalu
lalang lewat selat Makasar juga singgah di Kutai. Sebagai
muballigh mereka tidak menyianyiakan waktu untuk berdakwah.
Islam akhirnya dapat memasuki Kutai dan tersebar di Kalimantan
Timur mulai abad XVI.
c) Perkembangan Islam di Maluku dan sekitarnya
Penyebaran Islam di Maluku tidak terlepas dari jasa para santri
Sunan Drajat yang berasal dari Ternate dan Hitu. Islam sudah
dikenal di Ternate sejak abad ke-15. Pada saat itu, hubungan
dagang dengan Indonesia barat, khususnya dengan Jawa berjalan
dengan lancar. Selain berdagang, para pedagang juga melakukan
dakwah.
Pada abad XVI perkembangan Islam di Indonesia agak
terhambat dan menghadapi tantangan berat karena kedatangan
Portugis pada tahun 1512 dan Spanyol pada tahun 1521 dengan
membawa penyiaran agama Nasrani. Pada permulaan abad XVII
Belanda dapat mengalahkan Portugis, setelah berperang bertahun-
tahun di Ambon. Sementara itu kerajaan Ternate dan Tidore selalu
bertentangan sehingga menjadi makin lemah dan tidak mampu
membendung meluasnya VOC ke Maluku Utara. Belanda mulai
menjajah Indonesia dimulai dari Maluku sejak menguasai Ambon
pada tahun 1605. Berangsur-angsur Belanda memperluas
wilayahnya ke Barat, dan Makasar pada tahun 1669 dapat
ditundukkan. Selanjutnya seluruh Indonesia, kecuali Aceh yang
mampu bertahan sampai akhir abad XIX.
Dalam rangka mempertahankan wilayah dan kelangsungan
pengembangan Islam, maka kerajaan-kerajaan Islam tidak dengan
mudah menyerah, bahkan mengadakan perlawanan terhadap
penjajah. Sehingga banyak berjatuhan pahlawan-pahlawan
muslim, antara lain :
1) Sultan Iskandar Mahkota Alam dari Aceh
2) Sultan Agung dari Mataram
3) Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten
4) Sultan Hasanudin dari Makasar
5) Sultan Babullah dari Ternate
6) Imam Bonjol dari Sumatra Barat
7) Teuku Umar dari Aceh
8) Pangeran Diponegoro
Perkembangan Islam tidak hanya tergantung pada raja-raja,
tetapi perang para muballigh juga menetukan. Pada abad XVI
muncul ulama-ulama besar seperti Hamzah Fansuri, Abdul Rauf
Singkil, Syekh Nuruddin Ar Raniri yang ketiganya dari Aceh dan
Syekh Yusuf Tajul Khalwari dari Makasar.
Pada abad itu umat Islam menghadapi penjajah terutama dari
Eropa dengan membawa agama Nasrani yang telah berpengalamn
dalam Perang salib. Selain Islam masuk dan berkembang di
Maluku, Islam juga masuk ke Irian yang disiarkan oleh raja-raja
Islam Maluku, para pedagang, dan para mubalignya.
3.2 Peranan Perkembangan Islam di Indonesia
1. Masa penjajahan
a. Peranan Umat Islam pada masa Penjajahan
Sebelum bangsa Belanda masuk ke Indonesia, sebagian besar
masyarakat Indonesia telah memeluk agama Islam. Ajaran Islam telah
diamalkan dengan baik oleh sebagian besar kaum muslimin. Keyakinan
bahwa manusia disisi Allah SWT adalah sama, tidak ada perbedaan
drajat kecuali dalam hal iman dan taqwanya kepada Allah SWT,
menumbuhkan kesadaran terhadap kemandirian dan kebebasan untuk
menentukan arah dan tujuan kehidupannya, baik kehidupan pribadi,
bermasyarakat maupun berbangsa dan bernegara. Perubahan yang
terjadi pada mayoritas masyarakat Indonesia setelah dianutnya agama
Islam: Masyarakat Indonesia dibebaskan dari pemujaan berhala dan
pendewaan raja-raja serta dibimbing agar menghambakan diri hanya
kepada Allah, Tuhan yang maha Esa.
Rasa persamaan dan rasa keadilan yang diajarkan islam mampu
mengubah masyarakat Indonesia yang dulunya menganut sistem kasta
dan diskriminasi menjadi masyarakat yang setiap anggotanya
mempunyai kedudukan, harkat, martabat dan hak-hak yang sama.
Semangat cinta tanah air dan rasa kebangsaan yang didengungkan
Islam dengan semboyan”Hubbul-watan minaliiman” (cinta tanah air
sebagian dari iman) mamou mengubah cara berpikir
masyarakatIndonesia, khususnya para pemudanya, yang dulunya
bersifat sectarian (lebih mementingkan sukunya dan daerahnya)
menjadi bersifat nasionalis. Hal ini ditandai dengan lahirnya organisasi
pemuda yang bernama Jong Indonesia pada bulan februari 1927 dan
dikumandangkannya sumpah pemuda pada tanggal 28 oktober 1928.
Semboyan yang diajarkan Islam yang berbunyi “Islam adalah agama
yang cinta damai, tetapi lebih cinta kemerdekaan” telah mampu
mendorong masyarakat Indonesia untuk melakukan usaha-usaha
mewujudkan kemerdekaan bangsanya dengan berbagai cara.
b. Perlawanan Kerajaan Islam dalam Menentang Penjajahan
 Perlawanan terhadap Penjajah Portugis
Pada tahun 1522 Portugis telah menetap dan mendirikan benteng
pertahanan di wilayah Sunda Kelapa (Jakarta). Portugis disamping
berdagang juga membawa ajaran agama Khatolik. Melihat keadaan
seperti itu kerajaan Islam Demak sangat khawatir. Maka pada tahun
1526 tentara Demak dibawah pimpinan Fatahillah berangkat menuju
Sunda Kelapa melalui jalan laut. Selanjutnya Fatahillah berhasil
berusaha mengusir tentara Portugis dalam peperangan yang sengit
terjadi dan akhirnya Portugis kalah. Sunda Kelapa dapat direbut
Fatahillah pada 22 Juni 1527 M kemudian Sunda Kelapa diganti
namanya menjadi Jayakarta, kemudian sekarang menjadi Jakarta
(Ibukota Negara).
Pada masa Sultan Agung sebagai Raja Islam Mataram di Jawa
Tengah, penjajah Belanda sudah menguasai Batavia (Jakarta), pada
tahun 1628 Sultan Agung berusaha mengusir penjajah Belanda dari
tanah Jawa, tetapi usahanya tidak berhasil. Dan pada tahun 1629 beliau
melakukan penyerangan lagi ke Batavia dengan kekuatan yang lebih
besar. Namun karena persenjataan Belanda lebih modern, akhirnya
perlawanan itu dapat dipatahkan.
Demikian pula Tueku Umar di Aceh, Imam Bonjol di Sumatra
Barat, Sultan Hasanuddin di Sulawei Selatan, Sultan Babullah di
Ternate, Pangeran Diponegoro di Jawa Tengah, dan daerah-daerah
lainnya mereka dengan dukungan masyarakatnya berjuang dan
berperang mengusir penjajah Belanda.
 Perlawanan terhadap Penjajah Belanda
Belanda telah melakukan penindasan dan penjajahan terhadap
bangsa Indonesia yang semakin lama semakin kuat kekuasaannya, di
seluruh Nusantara. Perbuatan Belanda yang demikian sangat
bertentangan dengan nilai-nilai agama Islam yang dianut oleh sebagian
besar bangsa Indonesia, dan nilai-nilai peri kemanusian dan keadilan.
Melihat keadaan seperti ini kaum muslimin yang terhimpun pada
kerajaan Islam pada waktu itu di seluruh Nusantara mengadakan
perlawanan secara terpisah, masing-masing menentang penjajahan
Belanda. Kesultanan Banten di pulau Jawa yang berulang kali
mengadakan perlawanan terhadap penjajah Belanda. Terutama pada
masa Sultan Ageng Tirtayasa yang memerintah Banten dari tahun 1651-
1682 M, sangat anti terhadap penjajahan Belanda. Perjuangan mengusir
penjajah itu terus menerus dilancarkan sampai akhir pemerintahan
Beliau di Kesultanan Banten.

2. Masa Perang Kemerdekaan


a. Peranan Umat Islam pada Masa Kemerdekaan
Perilaku kaum penjajah makin lama makin kejam terhadap
bangsa Indonesia. Penindasan, kesewenang-wenangan dan ketidak
adilan penjajah merajalela. Bangsa Indonesia tertindas, miskin,
terbelenggu oleh kaum penjajah.
Kaum muslimin yang merupakan penduduk terbesar bangsa
Indonesia sangat merasakan perilaku kaum penjajah itu. Para ulama
bersama kaum muslimin bangkit, berusaha membebaskan bangsa
Indonesia dari tangan penjajah itu. Di seluuh pelosok Nusantara kaum
muslimin bangkit untuk merebut kembali kemerdekaannya yang telah
dirampas oleh penjajah.
Pahlawan-pahlawan pejuang kemerdekaan berjuang terus tiada
henti-hentinya dengan segala pengorbanan, baik berupa harta maupun
jiwa.
Pejuang muslim dan pahlawan kemerdekaan itu antara lain:
 K.H. Ahmad Dahlan, K.H. Hasym Ashari, HOS Cokroaminoto di Pulau
Jawa,
 Teuku Umar, Teuku Cik Ditiro, Cut Nyak Dien, Cut Mutiah, Panglima
Polim (Aceh)
 Imam Bonjol (Sum-Bar), Sultan Mahmud Badruddin (Palembang)
 Raden Intan (Lampung) di Sumatra
 Pangeran Antasari di Kalimantan
 Sultan Hasanuddin di Sulawesi dan lain-lain yang tersebar diseluruh
Nusantara.
Para pejuang muslim itu dengan ikhlas dan semangat jihad berjuang
di jalan Allah SWT menentang dan mengusir penjajah Belanda maupun
Jepang dengan pengorbanan harta benda, jiwa dan raganya.

b. Peranan Organisasi Islam dan Pondok Pesantren pada masa Perang


Kemerdekaan
Sejak awal Islam masuk ke Indonesia dan pada masa
perkembangan selanjutnya, ulama Islam menempatkan pendidikan
sebagai tugas utama. Wujud kongkrit pendidikan adalah pesantren dan
muridnya disebut santri. Tempat pendidikannya ada yang menyatu
dengan masjid dan ada juga yang secara khusus dibangun biasanya
dekat masjid.
Melalui pesantren ulama mendidik santri mengajarkan berbagai
ilmu pengetahuan terutama mengenai ilmu agama. Disini diajarkan
tentang keimanan, ibadah, Al Qur’an, akhlak, Syariah, muamalah dan
tarikh. Selain itu ditanamkan pengertian hak dan kewajiban kaum
muslimin sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk sosial serta
perjuangan untuk memperoleh hak kemerdekaan yang telah dirampas
oleh kaum penjajah.
Santri yang belajar di pesantren datang dari berbagai suku dab
daerah. Setelah mereka selesai belajar, umumnya mereka kembali ke
daerah asalnya kemudian mereka mendirikan lagi pesantren dan
mengajarkan agama di daerahnya masing-masing, sehingga tersebarlah
pesantren dan pendidikan agama ke seluruh pelosok tanah air.
Pesantren sebagai tempat mendidik generasi muda muslim, para santri
dididik dan dipersiapkan untuk menjadi kader umat dan pemimpin
masyarakat.
Belanda mengetahui keadaan dan perkembangan pesantren,
kemudian mengawasi kegiatan pondok pesantren, karena tempat itu
dianggap sebagai tempat pembinaan kader umat yang akan menentang
kekuasaannya.
Hubungan dan jalinan santri, ulama/Kyai dan masyarakat kaum
muslimin sangat kuat, mereka bersama-sama menghadapi penjajah,
namun usaha itu banyak mengalami kegagalan karena belum tertibnya
organisasi dan masih lemahnya persatuan dan kesatuan bangsa.
Kaum muslimin menyadari bahwa perjuangan tnpa dihimpun
dalam suatu organisasi yang baik akan mengalami kesulitan dan
kegagalan. Setelah putra-putri kaum muslimin banyak memperoleh
pendidikan di luar negri, di Eropa dan Timur Tengah serta
meningkatkan peranan pendidikan di pondok pesantren, timbullah
kesadaran mereka untuk membuat perkumpulan organisasi yang
modern yang berciri khas keagamaan. Organisasi Keagamaan tersebut,
yaitu:
1. Syarikat Dagang Islam
Syarikat Dagang Islam yang kemudian berubah menjadi Syarikat Islam
berdiri pada tahun 1905 dipimpin oleh H. samanhudi, A.M. Sangaji,
H.O.S. Cokroaminoto dan H. Agus Salim. perkumpulan ini berdiri
dengan maksud untuk meningkatkan taraf hidup bangsa ndonesia,
terutama dalam dunia perniagaan.
2. Jam’iatul Khair
Berdiri pada tahun 1905 M di Jakarta adalah pergerakan Islam yang
pertama di pulau Jawa. Anggotanya kebanyakan keturunan (peranakan)
Arab.
3. Al- Irsyad
Al Irsyad adalah organisasi Islam yang didirikan tahun 1914 M oleh
para pedagang dan ulama keturunan Arab, seperti Syekh Ahmad
Sorkali.
4. Perserikatan Ulama
Gerakan modernis Islam yang berdiri pada tahun 1911 M oleh Abdul
Halim dan berpusat di Majalengka Jawa Barat. Organisasi ini diakui
keberadaannya oleh Belanda tahun 1917 dan bergerak dibidang
ekonomi dan sosial, seperti mendirikan panti asuhan yatim piatu pada
tahun 1930 M.
5. Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan di Yogyakarta 18 November 1912 oleh KH.
Ahmad Dahlan bertepatan tanggal 8 Zulhijah 1330. Muhammadiyah
bukan merupakan partai politik, tetapi gerakan Islam yang bergerak
dalam bidang sosial dan pendidikan.
6. Nahdatul Ulama
Didirikan pada bulan Januari 1926 oleh KH. Hasyim Asy’ari yang
bertujuan membangkitkan semangat para ulama Indonesia dengan cara
meningkatkan dakwah dan pendidikan karena saat itu Belanda
melarang umat Islam mendirikan sekolah-sekolah yang bernafaskan
Islam seperti Pesantren.
Para Kyai dan santri juga mendirikan organisasi bersenjata
untuk melawan penjajahan Belanda yaitu Hizbullah dan gerakan-
gerakan kepanduan Islam. Organisasi tersebut mendidik, membina dan
melatih generasi muda muslim mengenal berbagai pengetahuan dan
semangat perjuangan, dalam menentang penjajahan. Hasil tempaan dan
pendidikan disini menumbuhkan semangat juang sehingga lahirlah
tokoh-tokoh perjuangan kemerdekaan HOS Cokroaminoto, K.H.
Ahmad Dahlan, K.H Hasyim Asy’ari dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai