Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PABP

STRATEGI DAKWAH DAN PERKEMBANGAN ISLAM DI


INDONESIA

Oleh:

Kelas

SMK TEKNOLOGI MANDIRI ( STEKMAN )


Jl. Raksaguna Perum Batulawang Desa Talagasari Kec. Kadungora – Garut
Tahun Ajaran 2021 - 2022
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Ketika Islam datang, sebenarnya kepulauan Nusantara sudah mempunyai peradaban yang
bersumber kebudayaan asli pengaruh dari peradaban Hindu-Budaha dari India, yang
penyebaran pengaruhnya tidak merata.Di Jawa telah mendalam, di Sumatera merupakan
lapisan tipis, sedang dipulau-pulau lain belum terjadi.Walaupun demikikan, Islam dapat cepat
menyebar.

Hal itu disebabbkan Islam yang dibawa oleh kaum pedagang maupun para da’i dan ulama’,
bagaimanapun keislaman para da’i dan ulama’ masa awal, mereka semua menyiarkan suatu
rangkaian ajaran dan cara serta gaya hidup yang secara kualitatif lebih maju dari pada
peradaban yang ada. Dalam bidang perenungan teologi monoteisme dibandingkan teologi
politeisme, kehidupan masyarakat tanpa kasta, juga dalam dalam sufisme Islam lebih maju
dan lebih mendasar dari pada mistik pribumi yang dipengaruhi mistik Hindu-
Budha.Demikian pula dalam pengembangan intelektual dan keseniaan.

Dari sini, pembaca akan diajak untuk memahami tentang sejarah  peradaban Islam di
Indonesia serta perkembangan-perkembangannya.

B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimana masuknya Islam ke Indonesia ?

2.      Bagaimana peran Ulama dan Wali Songo dalam perkembangan Islam di Indonesia ?

3.      Apa saja kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia ?

4.      Apa pengaruh Islam terhadap Peradaban Nusantara ?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Telaah Subtansi (Isi)

1.      Masuknya Islam ke Indonesia

a.       Asal usul Islam masuk Nusantara

Suatu kenyataan bahwa Islam datang ke Idonesia dilakukan secara damai. Berbeda dengan
penyebatran Islam di timur tengah yang dalam beberapa kasus, disrtai dengan pendudukan
wilayah oleh militer Muslim. Islam dalam batas tertentu  disebarkan oleh pedagang, kemudin
dilanjutkan oleh para guru agama (da’i) dan pengembara sufi. Oleh karena itu, wajar kalau
terjadi perbedaan pendapat tentang kapan, dari mana, dan dimana pertama kali Islam datang
ke Nusantara.

1)      Islam Masuk ke Indonesia pada Abad ke-7 M

Islam datang ke Indonesia pada abad pertama Hijriyah ( abad ke-7 sampai 8) langsung dari
arab dengan bukti jalur pelayaran yang ramai dan bersifat iternasional sudah dimulai jauh
sebelum abad ke-13 (yaitu sudah ada sejak abad ke-7 M) melalui selat Malaka yang
menghubungkan Dnasti Tang di Cina ( Asia Timur), Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani
Umayyah di Asia Barat.

Pada abad ke-7, Islam sudah sampai ke Nusantara. Para dai yang datang ke Indonesia berasal
dari Jazirah Arab yang sudah beradaptasi dengan bangsa India, yakni bangsa Gujaarat, dan
juga China. Kedatangan para dai tersebut melalui berbagai arah, khususnya jalur sutra (jalur
perdagangan).

2)      Islam Masuk ke Indonesia pada Abad ke-11 M

Satu-satunya sumber ini adalah ditemukannya makam panjang didaerah Leran Manyar,
Gresik, yaitu makam Fatimah binti Maimun dan rombongannya.pada makam itu terdapat
prasasti huruf Arab riq’ah yang berangka tahun yang jika dimasehikan sama dengan tahun
1082 M.

3)      Islam Masuk ke Indonesia pada Abad ke-13 M

Sarjana Muslim kontemporer seperti Taufiq Abdullah mengkompromikan kedua pendapat


tersebut. Menurut pendapatnya memang benar Islam sudah datang ke Indonesia sejak abad
pertama Hijriyah atau abad ke-7 atau ke-8 Masehi, tetapi baru dianut oleh para pedagang
Timur Tengah dipelabuhan-pelabuhan. Barulah Islam masuk secara besar-besaran dan
mempunyai kekuatan politik pada abad ke-13 dengan berdirinya kerajaan Samudra Pasai.
b.      Proses Dakwah Islam

Proses masuknya Islam ke Indonesia  pada umumnya berjalann dengan damai. Dangat sedikit
penyebaran Islam yang harus diwarnai dengan kekerasan, karena jalan dakwah yang
ditempuh para mubaligh dihalang-halangi. Hal itu terjadi karena situasi dan kondisi,
khususnya dibidang politik, dikerajaan-kerajaan sedang mengalami kekacauan akibat
perebutan kekuasaan.

Secara umum agama Islam masuk ke Indonesia melalui jalur-jalur perdagangan, perkawinan,
tasawuf, pendidikan, politik dan kesenian.

1)      Jalur Perdagaangan

Pada taraf permulaan, proses dakwah Islam adalah melalui jalur perdagangan. Lalu lintas
perdagangan pada abad ke-7 M sampai ke-16 M membuat pedagang-pedagang Muslim turut
ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri barat, tenggara dan timur benua Asia.
Pada masa itu, pedagang Muslim yang datang ke Indonesia makin banyak sehingga akhirnya
membentuk pemukiman yang disebut pekojan (kampung Arab). Dari tempat inilah mereka
berinteraksi dengan masyarakat asli sekaligus mendakwahkan ajaran Islam.

2)      Jalur Perkawinan

Melalui jalur perkawinan antara pedagang atau saudagar dengan wanita pribumi juga
merupakan bagian yang erat berjalinan dengan Islamisasi. Perkawinan merupakan salah satu
saluran Islamisasi yang lebih menguntungkan lagi apabila terjadi antara saudagar, ulama atau
golongan lain, dengan anak bangsawan atau anak raja dan adipati, karena status sosial-
ekonomi, terutama politik raja-raja, adipati-adipati, dan bangsawan-bangsawan pada waktu
itu turut mempercepat proses Islamisasi.

3)      Jalur Tasawuf

Taswuf adalah ajaran untuk mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah SWT sehingga
memperoleh hubungan langsung secara sadar dengan-Nya. Orang yang ahli dibidang ilmu
tasawuf sisebut sufi. Gerakan para sufi terlihat pada aktivitas Wali Songo.

4)      Jalur Pendidikan

Setelah kedudukan para pedagang menetap, mereka menguasai kekuatan ekonomi dibandar-
bandar seperti Gresik. Selain menjadi pusat-pusat  pendidikan, yang disebut pesantren, di
Jawa juga merupakan markas penggemblengan kader-kader politik. Misalnya, Raden Fatah,
Raja Islam pertama Demak, adalah santri pesantren Ampel Denta; Sunan Gunung Jati, Sultan
Cirebon pertama adalah didikan pesantren Gunung Jati dengan syaikh Dzatu Kahfi; Maulana
Hasanuddin yang diasuh ayahnya Sunan Gunung Jati yang kelak menjadi Sultan Banten
pertama. Hingga kini, perkembangan pondok-pondok pesantren terus mengalami kemajuan
dalam pembangunan pendidikan, khususnya pendidikan Islam.
5)      Jalur Politik

Di beberapa daerah di Indonesia, kebanyakan rakyatnya memeluk Islam setelah penguasa


atau rajanya memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik para raja dan penguasa sangat
membantu tersebarnya islam di Nusantara. Di samping itu, kerajaan-kerajaan yang sudah
memeluk Islam aktif melakukan dakwah kepada kerajaan-kerajaan non-Islam.

6)      Jalur Kesenian

Islamisasi lain yaitu melalui cabang-cabang kesenian seperti seni bangunan, seni pahat dan
ukir, seni tari, seni musik dan seni sastra. Dengan kesenian ini dimaksudkan bahwa jenis-
jenis kesenian pra-Islam tetap dipertahankan, sehingga penduduk Indonesia tidak merasa
asing masuk ke dalam lingkungan Islam. Di antara karya seni yang terkenal dijadikan alat
Islamisasi adalah pertunjukan wayang. Dia tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi
minta agar para penonton mengikutinya mengucapkan Kalimat Syahadat, yang berarti dengan
demikian orang menjadi masuk Islam. Sebagian besar cerita wayang masih dipetik dari cerita
Mahabharata dan Ramayana, tetapi sedikit demi sedikit nama tokoh-tokohnya diganti
menjadi nama-nama pahlawan Islam.

2.      Peran Ulama dan Wali Songo

a.       Peran Ulama

Proses penyebaran Islam di wilayah Nusantara tidak dapat dilepas dari peran aktif para
ulama. Melalui merekalah Islam dapat diterima dengan baik dikalangan masyarakat. Di
antara Ulama tersebut adalah sebagai berikut:

1)     Hamzah Fansuri

Ia hidup pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda sekitar tahun 1590. Pengembaraan
intelektualnya tidak hanya di Fansur-Aceh, tetapi juga ke India, Persia, Mekkah dan
Madinah. Dalam pengembaraan itu ia sempat mempelajari ilmu fiqh, tauhid, tasawuf, dan
sastra Arab. Tokoh sufi ini di Tanah Air terkenal membawa paham wihdatul wujud, yang
diambil dari pemikiran Ibnu Arabi.

2)   Nuruddin Ar-Ramiri

Nuruddin Ar-Ramiri merantau ke nusantara dan memilih aceh sebagai tempat tinggalnya.
Sebelum mengembara, ia mengajar agama dan diangkat sebagai sekh tarekat Rifaiah di India.
Ia terkenal sebagai seorang ulama dan penulis yang sangat produktif. Tulisannya meliputi
berbagai cabang ilmu agama seperti sejarah, fikih, hadis, akidah mistik, filsafat, dan juga
ilmu perbandingan agama.

3)   Syehk Nawawi Al-Bantani

Beliau lahir di Tanar, Serang, Banten. Sejak kecil ia dan kedua saudaranya, Tamim dan
Ahmad, di didik oleh ayahnya dalam bidang agama seperti ilmu nahwu, fiqh dan tafsir.
Selain itu ia juga belajar dari Haji Sabal, ulama terkenal saat itu, dan dari Raden Haji Yusuf
di Purwakarta Jawa Barat. Kemudian ia pergi ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji dan
menetap disana kurang lebih tiga tahun. Di Mekkah ia belajar Sayid Abmad bi Sayid
Abdurrahman An-Nawawi, Sayid Ahmad Dimyati dan Sayid Ahmad Zaini Dahlan.
Sedangkan di Madinah ia berguru kepada Syaikh Muhammad Khatib Sambas Al-Hambali.

Pada tahun 1833 beliau kembali ke Banten. Dengan bekal pengetahuan agamanya ia banyak
terlibat proses belajar mengajar dengan para pemuda di wilayahnya yang tertarik denga
kepandaiannya, tetapi ternyata beliau tidak betah tinggal di kampung halamannya. Karena itu
pada tahun 1855 ia berangkat ke Haramain dan menetap disana hingga beliau wafat pada
tahun 1897 M/1314 H.

b.      Wali Songo

Dalam sejarah penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di pulau Jawa terdapat sembilan
orang ulama yang memiliki peran sangat besar. Mereka dikenal dengan sebutan wali songo.

Para wali ini umumnya tinggal di pantai utara Jawa sejak dari abad ke-15 hingga pertengahan
abad ke-16. Para wali menyebarkan Islam di Jawa di tiga wilayah penting, yaitu; Surabaya,
Gresik dan Lamongan (Jawa Timur), Demak, Kudus dan Muria (Jawa Tengah), serta di
Cirebon Jawa Barat. Wali Songo adalah para ulama yang menjadi pembaru masyarakat pada
masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru seperti, kesehatan, bercocok
tanam, niaga, kebudayaan, kesenian, kemasyarakatan hingga pemerintahan.

Adapun wali-wali tersebut yaitu; Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan
Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Gunung Jati, Sunan Drajat, Sunan Kudus dan Sunan Muria.

3.      Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia

a.       Kerajaan Samudera Pasai di Sumatera

Kerajaan Pasai adalah Kerajaan Islam pertama di Indonesia. Kerajaan ini terletak di pesisir
timur laut Aceh. Kemunculan pertama kalinya diperkirakan abad ke-13 M, sebagai proses
dari hasil Islamisasi daerah-daerah pinggir pantai yang pernah disinggahi para pedagang-
pedagang muslim sejak abad ke-7, ke-8, dan seterusnya. Bukti berdirinya kerajaan ini adalah
dengan adanya nisan kubur yang terbuat dari batu granit asal Samudera Pasai. Dan nisan itu,
dapat diketahui bahwa raja pertama kerajaan itu meninggal pada bulan Ramadhan tahun 696
H, yang diperkirakan bertepatan dengan tahun 1297 M.

Malik Al-Shaleh adalah raja pertama kerajaan tersebut dan merupakan pendiri kerajaan itu.
Hal ini diketahui melalui tradisi Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat Melayu, dan juga hasil
penelitian atas berbagai sumber yang dilakukan sarjana-sarjana Barat, khususnya Belanda,
seperti Snouck Hurgronye, J.P.Molquette, J.L.Moens, J.Hushoff Poll, G.P.Rouffaer,
H.K.J.Cowan, dan lain-lain.

Dari segi politik, munculnya kerajaan Samudera Pasai pada abad ke-13 M itu sejalan dengan
suramnya peranan kerajaan Sriwijaya, yang sebelumnya memeganag peranan penting di
kawasan Sumatera dan sekelilingnya.
b.      Kerajaan Demak di Jawa

Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama di Jawa, kerajaan ini muncul ketika
melemahnya Raja Majapahit. Di bawah pimpinan Sunan Ampel Denta, Walisongo bersepakat
mengangkat Raden Patah menjadi Raja pertama kerajaan Demak. Gelar Raden Fatah adalah
Senopati Jimbun Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama. Demak
sebelumnya adalah Bintoro yang  merupakan daerah vasal Majapahit yang diberikan oleh
Raja Majapahit kepada Raden Patah.

Pemerintahan Raden Patah berlangsung kira-kira di akhir abad ke-15 hingga awal abad ke-16
M. Dikatakan, ia adalah seorang anak Raja Majapahit dari seorang ibu muslim keturunan
Campa. Ia digantikan anaknya yang bernama Sambrang Lor, dikenal juga dengan julukan
Pati Unus. Menurut Tome Pires, Pati Unus baru berumur 17 tahun ketika menggantikan
ayahnya sekitar tahun 1507. Menurutnya tidak lama setelah naik tahta, ia merencanakan suatu
rencana serangan terhadap Malaka. Semangat perangnya memuncak ketika Malaka
ditaklukkan Portugis pada tahun 1511. Akan tetapi, sekitar pergantian tahun 1512-1513,
tentaranya mengalami kekalahan besar.

Pati Unus digantikan oleh Trenggono yang dilantik sebagai Sultan oleh Sunan Gunung Jati
dengan gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin. Ia memulai pemerintahan pada tahun 1524-1546.
Pada masa Sultan Demak yang ketiga inilah Islam dikembangkan keseluruh tanah Jawa,
bahkan sampai ke Kalimantan Selatan. Penaklukan Sunda Kelapa berakhir tahun 1527 yang
dilakukan oleh gabungan Demak dan Cirebon di bawah pimpinan Fadhilah Khan. Majapahit
dan Tuban jatuh ke bawah kekuasaan Demak diperkirakan pada tahun 1527 itu juga.

c.       Tumbuh dan Berkembangnya Kerajaan-Kerajaan Islam di Kalimantan, Maluku, dan


Sulawesi.

1)    Kerajaan Banjar di Kalimantan Selatan

Kerajaan ini muncul ketika terjadi peristiwa pertentangan dalam keluarga istana, antara
Pangeran Samudera sebagai pewaris sah kerajaan Daha, dengan pamannya yang bernama
Pangeran Tumenggung. Ketika Raja Sukarama hampir tiba ajalnya, Ia berwasiat agar yang
menggantikannya adalah cucunya Raden Samudera. Keempat putranya tentu tidak menerima
wasiat itu.

Pertentangan itu menimbulkan keluarnya Pangeran Samudera dari kerajaan dan berkelana
sampai ke kerajaan Demak. Ia meminta bantuan disana, dan akhirnya kerajaan Demak mau
membantu pangeran Samudera asalkan dia mau menganut ajaran Islam dan akhirnya berhasil
dan kerajaan itu berkembang menjadi kerajaan Islam.

2)    Maluku

Kerajaan ini berdiri sekitar tahun 1406 M, Raja Ternate memeluk Islam, nama raja itu adalah
Vongi Tidore. Ia mengambil seorang istri keturunan Ningrat Jawa. Namun raja yang benar-
benar memeluk agama Islam adalah raja yang bernama Zayn Al-Abidin pada tahun 1486 M.
3)    Sulawesi

Kerajaan Goa-Tallo merupakan kerajaan kembar yang saling berbatasan, biasanya disebut
dengan kerajaan Makassar. Kerajaan ini terletak di semenanjung barat daya pulau Sulawesi.
Kerajaan tersebut menerima ajaran agama Islam dari Gresik atau Giri yang tersebar dalam
proses Islamisasi diseluruh nusantara. Kemudian kerajaan kembar Goa-Tallo menyampaikan
“pesan Islam” kepada kerajaan-kerajaan lain seperti Luwu, yang lebih tua, Wajo, Soppeng,
dan Bone.

4.      Pengaruh Islam Terhadap Peradaban Nusantara

Dakwah Islam pada masa awal lebih bertumpu pada usaha para saudagar secara perorangan.
Namun ketika para adipati atau raja mereka masuk Islam, dakwah para saudagar dilanjutkan
oleh para penguasa dan para wali sebagai pemegang kendali pemerintahan. Ulama yang
diberi kepercayaan sebagai penasihat kerajaan atau hakim dalam pemerintahan mendorong
meluasnya penyebaran agama Islam ke daerah lain. Hal ini memberi pengaruh dalam
perkembangan peradaban di Nusantara.

Dalam bidang seni arsitektur, pembangunan mesjid diutamakan sebagai umah ibadah
sekaligus pusat kegiatan umat. Banyak mesjid yang didirikan oleh para wali yang
mengembangkan gaya arsitektur dengan sentuhan etnik dan budaya lokal. Dalam bidang seni
dan budaya, para ulama, wali, dan mubaligh mampu membangun keharmonisan antara
budaya atau tradisi lama dengan ajaran Islam. Adat-istiadat yang berkembang di Indonesia
banyak terpengaruh oleh peradaban Islam. Demikian pula dalm bidang politik, ketika
kerajaan-kerajaan Islam mengalami masa kejayaan, banyak sekali unsur politik Islam yang
berpengaruh dalam sistem politik pemerintahannya.

B. Telaah Formatif

1.      Standar Kompetensi

Standar Kompetensi untuk materi Tokoh-tokoh Pembaru Islam adalah “Memahami


perkembangan Islam di Indonesia”. Standar Kopetensi yang digunakan sudah sangat memdai
untuk menampung materi tentang Perkembangan Islam di Indonesia.

2.      Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi yang digunakan adalah sebagai berikut:

a.       Menjelaskan perkembangan Islam di Indonesia

b.      Mengidentifikasi peristiwa-peristiwa penting dan tokoh-tokoh berprestasi dalam


perkembangan Islam di Indonesia.

c.       Mengambil ibrah dari peristiwa perkembangan Islam di Indonesia dan meneladani


tokoh-tokohnya.
3.      Bahasa

Bahasa yang digunakan sudah baik, tetapi kurang penjelasan pada istilah-istilah baru yang
masih asing ditelinga peserta didik.

4.      Metode

Metode Ceramah, sosio drama, dan Tanya Jawab sangat cocok digunakan untuk materi
sejarah.

5.      Media

Media yang digunakan bisa dengan media yaitu gambar, foto, slide, dan film.

6.      Evaluasi

Evaluasi yang baik digunakan untuk materi Perkembangan Islam di Indonesia adalah
Evaluasi Kognitif dan Evaluasi afektif.

7.      Alokasi Waktu

Waktu 3x45 menit sudah cukup untuk untuk materi tentang Perkembangan Islam di
Indonesia, yang bisa dibagi menjadi 2x pertemuan atau cukup 1x pertemuan saja.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Jikalau kita amati perjalanan Sejarah Islam di Indonesia dari masa ke masa  sejak kedatangan,
proses penyebaran sampai zaman tumbuh dan berkembangnya Kesultanan Kesultanan
bahkan mencapai keemasannya terasa telah terjadinya dinamika histories yang
menggembirakan. Di zaman Keemasan Kesultanan-Kesultanan di Indonesia sebagaimana
telah dicontohkan terutama abad ke-17 M. telah memberikan warisan sejarah yang gemilang
dalam berbagai aspek: Sosial- politik Sosial-ekonomi-perdagangan, Sosial–keagamaan dan
kebudayaan, ternyata telah memberikan citra yang dapat dibanggakan.

Namun demikian setelah mulai dimasuki pengaruh baik politik, ekonomi-perdagangan


maupun system pemerintahan maka umat Islam mengalami keresahan yang akibatnya muncul
perlawanan atau pemberontakan melwan politik penjajahan baik melalui gerakan politik
mapun gerakan keagamaan dan gerakan pendidikan. Namun upaya perjuangan masyarakat
Musilm di bawah pimpinan para ulama itu mengalami kegagalan akibat berbagai factor
antara lain: perselisihan internal yang kemudian dimasuki politik divide et empera,
pemisahan persatuan antara ulama dan umara, antara perjuangan dari satu daerah dengan
daerah lainnya belum ada persatuan, pendidikan masyarakat yang dengan sengaja oleh
pokitik Belanda dibedakan terutama menuju sekulerisme dengan pengawasan ketat terhadap
pendidikan non-pemerintah yang berlandaskan keagamaan dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai