Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KIMIA MEDISINAL

“MEKANISME KERJA DAN HUBUNGAN ANTARA STRUKTUR OBAT


ANTIKANKER DENGAN AKTIVITAS BIOLOGISNYA”

DISUSUN OLEH :

DIANA INDRI SULISTIA 1811102415026


HANA NABILA 1811102415042
KANAYA OKTA TABITIA 1811102415055
MAYA ZAHARA 1811102415067
MAULIDA HASANAH 1811102415066
MEIRIN SITI NAMIRA 1811102415070
NOOR AIDA 1811102415089
RONI SETIAWAN 1811102415123
SRI RAHAYU LESTARI 1811102415138

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS KESEHATAN DAN FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
2020
2

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, yang telah
memberikan nikmat iman dan nikmat islam kepada kita, tak lupa shalawat beserta
salam kita limpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Pada kesempatan ini
kami selaku penulis mencoba untuk membuat makalah tentang. “Mekanisme
kerja dan hubungan antara struktur obat antikanker dengan aktivitas biologisnya”
dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Kimia Medisinal”.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada segenap pembaca. Apabila
dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan, kami mohon maaf dan kami
sangat menantikan saran dan kritik pembaca yang sifatnya membangun. Atas
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Samarinda, 3 Mei 2020

Kelompok 8
3

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan Masalah.............................................................................................5
BAB II......................................................................................................................6
PEMBAHASAN......................................................................................................6
A. Pengertian Obat Antikanker..........................................................................6
1. Senyawa Pengalkilasi................................................................................6
2. Antimetabolit.............................................................................................7
4. Hormon....................................................................................................18
5. Golongan Lain- lain.................................................................................19
BAB III..................................................................................................................20
PENUTUP..............................................................................................................20
A. Kesimpulan.................................................................................................20
B. Saran............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21
4

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO (World Health Organization) kanker masih merupakan
penyebab kematian nomor dua setelah penyakit kardiovaskuler, dan setiap tahun
jumlah penderita kanker di dunia bertambah 6,25 juta orang. Dalam 10 tahun
mendatang diperkirakan 9 juta orang akan meninggal setiap tahun akibat kanker.
Dua per tiga dari penderita kanker di dunia berada di negara-negara yang sedang
berkembang (Anonim, 1994).
Myeloma multipel adalah suatu kanker sel plasma dimana sebuah klone dari
sel plasma yang abnormal berkembang biak, membentuk tumor di sumsum tulang
dan menghasilkan sejumlah besar antibodi yang abnormal, yang terkumpul di
dalam darah atau air kemih. Penyakit ini menyerang pria dan wanita, dan biasanya
ditemukan pada usia di atas 40 tahun. Sel plasma yang abnormal hampir selalu
menghasilkan sejumlah besar antibodi yang abnormal dan pembentukan antibodi
yang normal berkurang. Sebagai akibatnya, penderita lebih mudah terkena infeksi
(Anonim, 2006).
Pengobatan kanker, seperti pemberian obat antikanker, kemoterapi, dan
operasi, tergolong sangat mahal. Selain itu, tidak jarang pasien tidak berhasil lepas
dari penyakit kanker meskipun sudah melakukan berbagai usaha pengobatan
medis. Di masyarakat, pengobatan ala timur sering dijadikan alternatif jika cara
konvensional tidak dapat dilakukan. Bahkan telah muncul paradigma baru dalam
dunia pengobatan modern, yaitu back to nature atau kembali ke alam (Mangan,
2003).
Secara fitokimia, kulit batang tanaman Sukun (Artocarpus communis)
mengandung flavonoid menunjukkan sifat sitotoksik kuat terhadap sel murin
leukemia P-388 dan beberapa sel kanker lainnya (Syah, 2005). Dengan demikian,
dilakukan penelitian kajian sitotoksik fraksi semipolar ekstrak aseton kulit batang
Sukun (Artocarpus communis) terhadap sel myeloma sebagai usaha untuk
5

mendapatkan tanaman obat yang potensial dalam menanggulangi penyakit kanker


plasma.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Obat antikanker?
2. Bagaimana Senyawa pengalkilasi ?
3. Bagaimana Antimetabolit?
4. Bagaimana Antikanker Produk Alam ?
5. Bagaimana Hormon?
6. Bagaimana Golongan Lain-lain Antikanker?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui dan memahami pengertian Obat antikanker
2. Mengetahui dan memahami Senyawa pengalkilasi
3. Mengetahui dan memahami Antimetabolit
4. Mengetahui dan memahami Antikanker Produk Alam
5. Mengetahui dan memahami Hormon
6. Mengetahui dan memahami Golongan Lain-lain Antikanker
6

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Obat Antikanker
Obat antikanker adalah senyawa kemoterapeutik yang digunakan untuk
pengobatan tumor atau kanker. Tujuan utama kemoterapi kanker adalah merusak
secara selektif sel tumor yang berbahaya tanpa mengganggu sel normal. Obat
antikanker sering disebut juga sebagai sitotoksik. sitostatik atau antineoplasma.
Obat antikanker dibagi menjadi : Senyawa pengalkilasi, antimetabolit, antikanker
produk alam, hormon, dan golongan lain-lain.
Terapi pengobatan kanker
1. Senyawa Pengalkilasi
Agen pengalkilasi merupakan salah satu golongan obat antikanker yang
bekerja dengan membentuk senyawa kationik yang diikuti pemecahan cincin
membentuk io karbonium reaktif, ion ini bereaksi melalui reaksi alkilasi,
membentuk ikatan kovalen dengan gugus pendonor elektron yang terdapat pada
struktur asam amino. Reaksi ini membentuk cross lingking antara dua rangkaian
DNA dan mencegah mitosis. Sehingga proses pembentukan sel terganggu dan
terjadi hambatan pertumbuhan sel kanker (Siswandono, 2008).
Terdapat beberapa toksisitas yang umum terjadi ketika menggunakan obat
golongan ini antara lain, yaitu neurotoksisitas, oral toksisitas, toksisitas pada
rambut, toksisitas hematologi, toksisitas gastrointestinal toksisitas pulmo
(Remesh, 2003). Insiden busulfan dapat menyebabkan pulmotoksisitas yaitu (4 %)
(Sweetman, 2009).
Pada beberapa kasus di Amerika, obat ini terkadang dapat menyebabkan
terjadinya Acute Myelogenous Leukemia (AML)dan Myelodysplastic Syndrome
(MDS). Kejadian paling sering yaitu diawali dengan MDS yang kemudian
berkembang menjadi AML. Penelitian telah menunjukkan bahwa leukemia terjadi
sekitar 2 tahun setelah pengobatan menggunakan obat antikanker golongan agen
pengalkilasi, dan risiko semakin meningkat setelah 5 sampai 10 tahun pada
pemakaian obat antikanker golongan agen pengalkilasi. Insiden dari AML periode
yaitu sekitar 1%-10% (Sweetman, 2009).
7

Berikut beberapa obat yang dapat menyebabkan leukemia seperti


mechloretamin, chlorambucil, cyclophosphamide, melphalan, lomustine,
carmustine, dan busulfan (Travis, 2006).
Pada penelitian ini obat golongan pengalkilasi yang digunakan antara lain
mekloretamin, melphalan, chlorambucil, cyclophosphamide, ifosfamid,
bendamustine, alretamin, thiotepa, busulfan , carmustine, lomustine, streptozocin,
fotemustine, nimustine, cloretazine, cystemustine, procarbazine, dacarbazine,
temozolomide, cysplatin, carboplatin, oxaliplatin, dan nedaplatin (Missailidis,
2008)
2. Antimetabolit
Antimetabolit adalah senyawa yang dapat menghambat jalur metabolik yang
penting untuk kehidupan dan reproduksi sel kanker, melalui penghambatan asam
folat, purin, pirimidin dan asam amino, serta jalur nukleosida pirimidin, yang
diperlukan pada sintesis DNA. Penghambatan replikasi DNA ini dapat secara
langsung maupun tidak langsung sehingga menyebabkan sel tidak
berkembangbiak dan mengalami kematian. Spektrum lebih sempit dibanding
golongan antikanker lain. Struktur antimetabolit berhubungan erat dengan struktur
metabolit normal dan bersifat antagonis. Beberapa antimetabolit merupakan pra-
obat, dalam tubuh mengalami metabolisme menjadi bentuk aktifnya.
Antimetabolit menimbulkan efek samping cukup besar, seperti leukopenia,
trombositopenia, anemia dan perdarahan saluran cerna.
Berdasarkan sifat antagonisnya antimetabolit dibagi menjadi empat
kelompok, yaitu antagonis pirimidin, antagonis purin, antagonis asam folat dan
antagonis asam amino.
a. Antagonis Pirimidin
Antagonis pirimidin, umumnya berupa pra-obat, pada in vivo mengalami
anabolisme menjadi senyawa aktif, yang dapat mempengaruhi sintesis DNA pada
fase awal dengan menyebabkan kekosongan asam timidilat sehingga sel
mengalami kematian (thymineless death).
Contoh antagonis pirimidin : 5-fluorourasil, tegafur, sitarabin, gemsitabin dan
kapesitabin.
8

Mekanisme kerja :
5-fluorourasil menjadi aktif setelah mengalami anabolisme menjadi 5-
fluoro-2’deoksiuridin 5’-monofosfat. Hasil anabolisme merupakan senyawa
penghambat timidilat sintetase, enzim yang mengkatalis metilasi asam
deoksiuridilat menjadi asam timidilat. Hal ini berhubungan dengan aktivitas
antikanker karena hambatan enzim menyebabkan kematian sel kanker.
a) 5-fluorourasil (Adrucil), terutama digunakan untuk pengobatan tumor padat,
seperti kanker usus besar, rektal lambung, pankreas dan karsinoma payudara.
Absorpsi obat dalam saluran cerna rendah sehingga diberikan secara intravena.
Waktu paro plasma 5-fluorourasil ± 10 menit dan akan hilang dalam waktu ± 3
jam. Metabolitnya, 5-fluoro-2’deoksiuridin-5’monofosfat, tetap tinggal dalam
jaringan selama beberapa hari. Dosis I.V : 7-12 mg/kgbb 1 dd, selama 4 hari
berturut-turut.

b) Tegafur (Futraful-E). Adalah pra-obat, pada in vivo dimetabolisis secara


perlahan-lahan menjadi 5-fluorourasil aktif sehingga masa kerja obat lebih
panjang. Kadar plasma tertinggi obat dicapai ± 6 jam setelah pemberian oral.
Dosis oral : 800-1200 mg/hari, dalam dosis terbagi 2-4 kali.
c) Sitarabin (Sitosin arabinosida, Alexan, Cytosar-U, Erbabin) adalah nuleoksida
pirimidin sintetik yang menjadi aktif setelah diubah menjadi
arabinouranosilsitosin trifosfat. Metabolit aktif ini menghambat perubahan
asam sitidilat menjadi asam 2’-deksisitidilat dan penggabungan DNA-
dependent DNA polimerase ke dalam DNA dan RNA. Sitarabin menunjukkan
efek terutama pada fase S, digunakan untuk pengobatan leukemia mielositik,
dikombinasi dengan 6-tioguanin, untuk pengobatan leukemia limpositik dan
9

meningeal. Waktu paro distribusi obat ± 10 menit sedang waktu paro


eliminasinya ± 1-3 jam. Dosis I.V infus : 0,5-2 mg/kgbb/hari.
d) Gemsitabin (Cytogem, Gemzar, Gemtavis) adalah nukleosida pirimidin
sintetik dan analog sitarabin, merupakan senyawa pra-obat, dalam tubuh
mengalami metabolisme intrasel oleh nukleosida kinase menjadi bentuk aktif
turunan dan trifosfat. Bekerja sebagai antikanker dengan menghambat sintesis
DNA melalui penghambatan DNA polymerase dan ribonukleotida reduktase.
Senyawa dapat menginduksi apotosis dan bekerja terutama pada fase S. Sering
dikombinasi dengan sisplatin untuk pengobatan kanker yang sudah stadium
lanjut. Diekskresikan terutama melalui urin, waktu paro eliminasinya 42-94
menit. Dosis I.V infus : 1000 mg/m 2 selama 30 menit, diulang setiap minggu ,
diikuti 1 minggu istirahat dalam satu siklus.
e) Kapesitabin (Herceptin, Taxotere, Xeloda) adalah pta-obat turunan
fluoropirimidin karbamat dari 5-fluorourasil, dalam tubuh senyawa akan
diubah oleh enzim timidin fosforilase dan enzim esterase menjadi 5-
fluorourasil. Absorpsi dalam saluran cerna terjadi dengan segera, kadar plasma
tertinggi dicapai 2 jam setelah pemberian secara oral. Dosis oral : 2500 mg/m 2 ,
diulang setiap minggu selama 2 minggu, diikuti 1 minggu istirahat dalam satu
siklus.

b. Antagonis Purin
Pada umumnya antagonis purin adalah pra-obat dan menjadi aktif setelah
mengalami anabolisme menjadi nukleotida atau kadang-kadang menjadi turunan
difosfat atau trifosfat.
Contoh antagonis purin : 6-merkaptopurin, azatioprin dan tioguanin
a) 6-merkaptopurin (Puri-Nethol) dapat menggantikan secara spesifik
hipoxantin, suatu senyawa antara pada sintesis DNA. Dalam tubuh, 6-
10

merkaptopurin diubah menjadi ribonukleotida aktif, 6-tioinosinat, yang dapat


mempengaruhi sejumlah jalur metabolik penting untuk pertumbuhan dan
mitosis sel. 6-Merkaptopurin bekerja dengan menghambat tahap pertama
biosintesis nukleotida purin. Senyawa ini digunakan terutama untuk
pengobatan kariokarsinoma dan leukemia mielositik kronik. Absorpsi obat
dalam saluran cerna cepat tetapi tidak sempurna, kadar plasma tertinggi dicapai
dalam ± 2 jam. Dosis oral : 2,5 mg/kgbb/hari, dalam dosis tunggal atau terbagi

b) Azatioprin (Imuran) adalah pra-obat 6-merkaptopurin yang pada in vivo secara


perlahan-lahan diubah menjadi senyawa induk aktif dan 1-metil-4nitro-
tioimidazol. Azatioprin mempunyai waktu paro eliminasi urin ± 24 jam dan
efeknya ditunjukkan 2-4 hari setelah pemberian. Mekanisme kerjanya serupa
dengan 6-merkaptopurin. Dosis oral atau I.V 3-5 mg/kgbb 1 dd.
c) 6-Tioguanin, Mempunyai mekanisme kerja yang sama dengan 6-
merkaptopurin senyawa tersebut mengalami anabolisme menjadi nukleotida 6-
tioguanin- ribose-fosfat yang menghambat tahap pertama biosintesis purin dan
memblok proses metabolik yang lainnya. Tioguanin juga diubah menjadi
deoksinukleosida trifosfat yang dapat mengikat DNA sel tumor. Tioguanin
digunakan untuk pengobatan leukimia akut dan pada umumnya dikombinasi
dengan sitarabin. Absorpsi dalam saluran cerna tidak sempurna, ketersediaan
hayatinya 30%. Dosis oral : 2-3 mg/kgbb 1 dd.
11

d) Fludarabin fosfat (Fludara) mempunyai mekanisme kerja yang sama dengan


6-merkaptopurin. Senyawa dalam tubuh cepat mengalami defosforilasi menjadi
nukleosida fludarabin (2-fluoro-ara-A), kemudian mengalami fosforilasi
intrasel oleh enzim deoksistidin menjadi bentuk aktif trifosfat (2-fluoro-ara-
ATP). Bentuk aktif ini dapat menghambat DNA polymerase dan ribonukleotida
reduktase yang menghasilkan hambatan sintesis DNA dan menyebabkan
kematian sel. Fludarabin digunakan untuk pengobatan pada pasien di mana Sel
Beta leukemia limfositik kronik tidak bereaksi lagi, atau sesudah pengobatan
dengan senyawa pengalkilasi standar diekskresikan melalui saluran urin (60%).
Dosis I.V 25 mg/m2 1 dd, 5 hari berturut-turut setiap 28 hari.
c. Antagonis Asam Folat
Antagonis asam folat bekerja secara tidak spesifik, dengan menghambat
secara bersaing dihidrofolat reduktase suatu enzim yang mengkatalisis reduksi
asam dihidrofolat menjadi asam tetrahidrofolat. Antagonis folat mengikat enzim
tersebut secara kuat dan menyebabkan hambatan takterpulihkan yang bersifat
semu. Dasar kekuatan pengikatan adalah pada cincin diaminopirimidin yang
terprotonasi pada pH fisiologis. Asam tetrahidrofolat dimetabolisme menjadi
beberapa koenzim yang memegang peran penting dalam reaksi pemindahan
karbon yang terlibat dalam sintesis timidilat, purin, metionin dan glisin. Oleh
sebab itu penghambatan enzim dihidrofolat reduktase menyebabkan hambatan
sintesis DNA, RNA dan protein. Antagonis folat juga menghambat enzim
timidilat sintetase dan menyebabkan kematian sel karena kekurangan timin.
Contoh antagonis asam folat : aminopterin, metotreksat dan pemetreksed.
Aminopterin dan metotreksat mempunyai struktur mirip dengan asam
folat
12

a) Metotreksat (ametopterin, farmitrexat) adalah antagonis folat yang ditimbun


dalam sel tumor melalui sel mekanisme pengangkutan aktif. Senyawa ini
menghambat sintesis DNA pada fase S siklus kehidupan sel sehingga sel tumor
mengalami kematian. Metotreksat digunakan untuk pengobatan leukemia
limfositik, leukemia limfoblastik akut dan leukimia meningeal. Pada
pemberian secara oral, absorpsi metotreksat tergantung dosis. Pada dosis
rendah, absorpsi obat lebih cepat dibanding dosis tinggi. Kadar plasma
tertinggi dicapai dalam 1-2 jam dan ± 50% obat terikat oleh protein plasma.
Dosis oral atau I.M : 15-30 mg/hari, dan dapat ditingkatkan 3-5 kali bila
diperlukan.
b) Pemetreksad di Natrium (Alimta) adalah analog pirolopirimidin dari asam
folat yang berfungsi sebagai antagonis folat. Senyawa dapat menghambat
timidilat sintetase dan sintesis DNA, digunakan untuk pengobatan kanker paru
stadium lanjut. Dosis I.V : 500 mg/m 2 selama 10 menit pada hari pertama dari
siklus 3 minggu.

d. Antagonis Asam Amino


Glutamin dan asam glutamat bukan merupakan nutrien penting pada sel
normal, tetapi banyak sel tumor memerlukan kedua senyawa di atas untuk proses
kehidupannya. Glutamin dan asam glutamat merupakan donor atom nitrogen dan
gugus amino pada purin, guanin dan sitosin.
Antagonis glutamin dapat menghambat beberapa proses metabolik yang
memerlukan glutamin sebagai kofaktor. Aktivitas antikanker nya disebabkan oleh
kemampuan untuk menghambat fosforibosil formilglisinamidin sintetase, suatu
enzim yang mengubah formilglisinamida ribonukleotida menjadi
formilglisinamidin ribonukleotida
Contoh antagonis asam amino : azaserin dan 6-diazo-5-okso-L-norleusin (DON)
13

a) Azaserin, didapat sebagai hasil isolasi dari streptomyces SP dapat mengikat


gugus sulfhidril (SH) sistein enzim sel melalui ikatan kovalen. Reaksi
pengikatan gugus SH sistein enzim oleh azaserin dijelaskan sebagai berikut

b) DON mempunyai aktivitas penghambatan enzim yang lebih besar dibanding


azaserin dan dapat mengubah uridin nukleosida menjadi sitidin nukleosida.

3. Antikanker Produk Alam


Antikanker produk alam adalah senyawa yang dihasilkan dari produk alam
dan berkhasiat sebagai antikanker. Antikanker produk alam dibagi menjadi tiga
kelompok yaitu : antibiotika antikanker, antikanker produk tanaman dan
antikanker produk hewan.
a. Antibiotika Antikanker
Beberapa antibiotika, yang mula-mula dikembangkan sebagai senyawa
antibakteri nternyata didapatkan mempunyai efek sitotoksik tinggi. Efek samping
tersebut dievaluasi dan kemudian dikembangkan menjadi obat-obat antikanker.
Pada umumnya antibiotika antikanker sukar diabsorpsi di saluran cerna sehingga
diberikan melalui parenteral.
Contoh : mitomisin, daktinomisin, daunorubisin, doksorubisin, plikamisin,
bleomisin dan mitramisin.
a) Mitomisin C, didapat dari kultur Streptomyces caespitolus dan S.verticillatus.
Mekanisme kerja sebagai antikanker adalah dengan cross-linking
14

complementary DNA-strand sehingga menghambat sintesis DNA Pada kadar


tinggi mitomisin menghambat sintesis RNA" dan protein. Pada in vivo dengan
aktivasi enzim, cincin kuinon tereduksi, gugus metoksi tersier hilang dan
mitomisin menjadi bentuk terprotonasi. Bentuk inilah yang aktif sebagai
senyawa pengalkilasi. itomisin aktif tersebut membentuk cross-link dengan
guanin dari pasangan guanin sitosin . mitomisin bekerja secara tidak khas
terhadap siklus kehidupan sel dan lebih aktif pada akhir fase G1 dan awal fase
S. mitomisin digunakan untuk pengobatan adenokarsinoma pada payudara,
lambung dan kolorektal, sering dikombinasi dengan 5-fluorourasil dan
adriamisin. itomisin juga efektif untuk pengobatan kanker paru dan kandung
kemih. dosis 4-6 mg, 1-2 kali/minggu
b) Daktinomisin, diisolasi dari kultur Streptomyces chrysomallus, S.parvulus dan
S.antibioticus. daktinomisin mempunyai gugus kromofor aktinosin (3-
fenoksazon-1,9-dikarboksilat) yang dapat menginterkalasi, melalui interaksi
alih muatan, gugus guanine dari pasangan guanine-sitosin double heliks ADN.
Dua cincin lakton peptide daktinomisin dapat menduduki celah kecil pada
dobel heliks ADN dan berinteraksi dengan dua gugus amino dari guanine
melalui ikatan hydrogen khas. Kompleks antibiotika-ADN cukup stabil dan
menghambat secara selektif sintesis DNA- dependent RNA. Pada kadar tinggi
daktinomisin dapat menghambat sintesis ADN. Daktinomisin bekerja secara
tidak khas terhadap siklus nkehidupan sel. Perubahan struktur dan substiruen
daktinomisin, seperti pembukaan cincin lakton, perubahan stereokimia,
penggantian gugus dan 6-metil serta gugus 2-amino, akan mempengaruhi kerja
interkalasi dengan ADN dan biasanya menurunkan keefektifannya.
Daktinomisin digunakan untuk pengobatan leukemia limfositik dab granulotik
akut. Dosis I.V:10-25 µg/kg bb 1 dd, selama minimum 5 hari tiap 4-6 minggu.
c) Turunan antrasiklin, seperti doksorubisin, epirubisin, dan daunorubisin, didapat
dari kultur Streptomyces peucetius. Bekerja sebagai antikanker dengan
menghambat proses replikasi dan transkripsi ADN. Bagian struktur yang
terlibat pada mekanisme kerja tingkat molekul adalah cincin B dan C, sebagai
interkalator, cincin A dan gugus gula amino. Antibiotika tersebut mengikat
15

double heliks ADN secara kuat dengan menginterkalasi gugus kromofor planar
(pada cincin B dan C) pada dua pasangan basa. Komplek antibiotika-ADN ini
ditunjang oleh interaksi antara substituen pada cincin A (gugus gula amino)
dengan celah kecil dari heliks. Turunan antrasiklin bekerja secara tidak khas
pada siklus kehidupan sel, meskipun menunjukan aktivitas yang lebih besar
selama fase S. Turunan antrasiklin digunakan untuk pengobatan mielositik dan
limfositik leukemia akut, penyakit hodgkin, beberapa limfoma, sarcoma, dan
karsinoma. Doksorubisin (Adriamisin), dosis I.V.: 60-75mg per m², dengan
selang 3 minggu. Epirubisin HCL (farmorubisin), 4-epidoksorubisin, dosis I.V.
:60-90 per m², dengan selama 3 minggu. Idarubisin HCL (Zavedos), dosis :
I.V. :8-12 per m², selama 3-5 hari,kadang-kadang dikombinasikan dengan
sitarabin.
d) Plikamisin (Mitracin, Mitramycin) didapat dari kultur Streptomyces plicatus,
S.tanashiensis dan S. argillaceus. mekanisme kerjanya dengan menghambat
DNA- dependent RNA nukleotidiltarnsferase sehingga menghambat sintesis
ADN dan ARN. Plikamisin mengikat secara khas gugus guanine pada double
heliks ADN, dan tidak menginterkalasi pasangan basa ADN. Untuk mengikat
ADN, gugus kromofor antibiotika ini harus dalam bentuk kompleks dengan
logam divalent (Mg atau Ca). plikamisi bekerja secara tidak khas pada siklus
kehidupan sel, meskipun menunjukan aktivitas yang lebih besar selama fase S.
Plikamisin digunakan untuk pengobatan tumor embrional pada testis, penyakit
paget dan kanker tulang. Dosis I.V. infuse : 25-30 µg/kg bb/ hari, selama 8-10
hari.
16

e) Bleomisin (Bleocin), adalah campuran glikopeptida yang diisolasi dari kultur


Streptomyces verticillatus. Bleomisin bekerja sebagai antikanker sete lah
mengalami aktivitas pada in vivo, yaitu membentuk kompleks dengan io fero,
kemudian melepaskan radikal hidroksil dan superoksida yang sangat reaktif.
Gugus bitiazol dari bleomisin menginterkalasi sebagian ADN dan radikal
berinteraksi dengan double heliks ADN, memecah ikatan fosfodiester sehingga
sel kanker mengalami kematian. Bleomisin menunjukan aktivitas yang lebih
besar selama fase G₂, tetapi juga aktif pada akhir fase G₁, permulaan fase S
dan pada fase M. bleomisin digunakan untuk pengobatan kanker testis,
limfoma malignan dan karsinoma pada kepala, leher, uterus, vulva dan
isofagus. Mempunyai waktu paro plasma lebih panjang ± 36 jam. Dosis I.V,
I.M atau S.C. : 10-20 mg (potensi), 1-2 kali/minggu.
17

b. Antikanker Produk Tanaman


Contoh: vinblastin, vinkristin dan podophyllotoksin, seperti etoposida.
Alkaloida vinca, seperti vinblastin dan vinkristin, diisolasi dari tanaman Vinca
rosea Linn. &ekanisme kerjanya sebagai antikanker adalah dengan mengikat
tubuli dan menghambat pembentukan komponen mikrotubuli pada kumparan
mitosis sehingga metaphase berhenti. Alkaloida vinca bekerja secara khas pada
fase M. Vinkristin mempunyai aktivitas lebih besar dibandingkan vinblastin
karena mempunyai kemampuan penetrasi ke dalam sel kanker yang lebih
Podophillotoksin, seperti etoposida (vepesid), berasal dari tanaman
Phodophyllum peltatum, dapat menghentikan pertumbuhan sel kanker pada
fase S dan G. Sampai sekarang mekanisme kerjanya belum diketahui secara
pasti. Paklitaksel, senyawa diterpenoid yang berasal dari kulit kayu tanaman
Taxus brevifola. Mekanisme kerja sebagai antikanker dengan cara
meningkatkan polimerasi tubulin, kestabilan polimer mikrotubuli akan
menyebabkan hambatan mitosis pada fase G² dsn M.
a) Vinblastin sulfat (Erbablas), dikombinasi dengan bleomisin dan sisplatin,
merupakan obat pilihan untuk pengobatan tumor testicular dan penyakit
Hodgkin. Vinblastin juga efektif untuk pengobatan karsinoma payudara,
kariokarsinoma, kanker kepala dan leher, neuroblastoma dan beberapa
limfoma. Dosis I.V. : 0,4-1,4 mg/m² per minggu dapat ditingkatkan dengan
dosis maksimal 18,5 mg/m².
b) Vinkristin sulfat (Krebin), dikombinasi dengan prednisone untuk
pengobatan leukemia limfositik akut. Vinkristin juga efektif untuk
pengobatan beberapa leukemia, limfoma sarcoma dan karsinoma. Dosis I.V.
: 0,4-1,4 mg/m² per minggu.
c) Etoposida, digunakan untuk pengobatan karsinoma paru, kanker testis,
kariokarsinoma, leukemia mielogenous akut dan limfoma. Dosis oral atau
I.V. : 50-100 mg/m²/hari, selama 5 hari.
d) Paklitaksel (Taxol), digunkan untuk pengobatan karsinoma ovarium yang
telah metastatis, dan kanker payudara. Hubungan struktur aktivitas turunan
paklitaksel dijelaskan sebagai berikut:
18

1. Posisi 3 dan 10 harus dalam bentuk teresterifikasi. Hidrolisis ester pada C-


2 menyebabkan senyawa kehilangan aktivitas.
2. Modifikasi struktur dapat dilakukan OH pada C-2 dan C-7, pada umumnya
dilakukan dengan menambahkan gugus yang mudah larut dalam air
(hidrofil), untuk meningkatkan kelarutan senyawa dalam air, karena
paklitaksel mempunyai kelarutan yang sangat rendah. Dosis I.V. : 175
mg/m² selama 3 hari, dan diberikan setiap 3 minggu.
c. Antikanker Produk Rekayasa Genetik
Contoh: antineoplaston, interferon α-2a, interferon α-2b dan avaron. Interferon
α-2a (Roveron-A) dan interferon α-2b (Intron-A) mengandung 165 asam
amino, dihasilkan melalui teknologi rekombinan ADN menggunakan rekayasa
genetik pad strain E.coli. Mekanisme kerja antikanker masih belum jelas,
meskipun demikian diketahui bahwa pada percobaan in vitro Roveron-A
menunjukan aktivitas antiproliferasi pada bermacam-macam tumor manusia.
Roveron-A digunakan untuk pengobatan hairy cells leukemia. Turunan
interferon lebih banyak digunakan sebagai antivirus. Dosis I.M.: 3 juta IU/hari,
selama 4-6 bulan.
4. Hormon
Penelitian toksisitas akut dan kronik telah menunjukkan bahwa sebagian
besar temuan yang diamati terkait dengan efek hormonal dari obat antikanker
19

golongan hormon salah satunya toremifen. Toremifen berguna dalam mengobati


kanker payudara, seiring dengan kemajuan di bidang kedokteran, terdapat
beberapa penelitian yang menyebutkan bahwa penggunaan toremifen dalam
jangka waktu lama dapat berpotensi menyebabkan kanker endometrium sekunder
pada wanita serta pada tikus dapat menyebabkan hepatocarcinoma. Oleh karena
itu International Agency for Research on Cancer (IARC) mengklasifikasikan
toremifen kedalam kelas 3 penyebab karsinogen (Yang, et al., 2013). Pada
penelitian ini obat golongan hormon yang digunakan antara lain tamoxifene,
raloxifene, arzoxifene, fulvestrant, medroxyporgesterone, megestrol, anastrozole,
goserelin, idoxifene, dloroxifene, toramifene, flutamide, leuprorelin , leuprolide
acetate, leuprolide mesylate, exemestane, letrozole, dan megestrol acetate
(Missailidis, 2008)
5. Golongan Lain- lain
Obat golongan ini digunakan dalam pengobatan kanker, mekanisme kerja
obat ini masih belum bisa dijelaskan secara rinci. Akan tetapi obat golongan ini
sudah lama digunakan dan terbukti dapat mengobati kanker selama beberapa
dekade ini. Porfimer sodium merupakan salah satu bagian dari golongan lain-lain
11 ini. Porfimer sodium biasanya digunakan untuk terapi Billiary Tract
Carcinoma (BTC). Beberapa penelitian menyebutkan bahwa obat ini aman untuk
digunakan, namun untuk efek karsinogen masih belum ada data penelitian terkait
karsinogenisitas pada pofimer sodium (Pereira, et al., 2012). Pada penelitian ini
obat golongan lain-lain yang digunakan antara lain asparaginase, hydroxyurea,
dan porfimer sodium (Missailidis, 2008).
20

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Myeloma multipel adalah suatu kanker sel plasma dimana sebuah klone
dari sel plasma yang abnormal berkembang biak, membentuk tumor di sumsum
tulang dan menghasilkan sejumlah besar antibodi yang abnormal, yang
terkumpul di dalam darah atau air kemih. Penyakit ini menyerang pria dan
wanita, dan biasanya ditemukan pada usia di atas 40 tahun. Sel plasma yang
abnormal hampir selalu menghasilkan sejumlah besar antibodi yang abnormal
dan pembentukan antibodi yang normal berkurang. Sebagai akibatnya,
penderita lebih mudah terkena infeksi
Obat antikanker adalah senyawa kemoterapeutik yang digunakan untuk
pengobatan tumor atau kanker. Tujuan utama kemoterapi kanker adalah
merusak secara selektif sel tumor yang berbahaya tanpa mengganggu sel
normal. Obat antikanker sering disebut juga sebagai sitotoksik. sitostatik atau
antineoplasma. Obat antikanker dibagi menjadi: Senyawa pengalkilasi,
antimetabolit, antikanker produk alam, hormon, dan golongan lain-lain.

B. Saran
Diharapkan untuk penulis berikutnya, jika makalah ini dijadikan
bahanacuan untuk menulis makalah selanjutnya dapat dicari atau digali lagi
informasiterbaru dari senyawa antikanker lainnya yang terbaru dari jurnal atau
buku-buku pendukung lainnya
21

DAFTAR PUSTAKA
Kimia Medisinal, 2016. “Kimia Medisinal Edisi II”. Surabaya : Airlangga
Universitas Press.
Mutschler, Ernst, 1991. “Dinamika Obat” Bandung : ITB

Anda mungkin juga menyukai