Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH FARMASI KOMUNITAS DAN KLINIS

“SITOSTATIKA”

Oleh :

Hilli Kamilia

1511012024

Dosen Pembimbing:

Dr. Yelly Oktavia Sari, S.SI, M.Pharm., Apt

Fakultas Farmasi

Universitas Andalas

Padang

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan kita nikmat iman
dan kesehatan, sehingga saya diberi kesempatan yang luar biasa ini yaitu kesempatan untuk
menyelesaikan tugas penulisan makalah tentang “SITOSTATIKA.”

Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi agung kita, yaitu
Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita semua,
yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam yang
sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.

Sekaligus pula saya menyampaikan rasa terimakasih yang sebanyak-banyaknya untuk Ibu
Yelly Oktaviasari, M.Pharm, Apt. selaku dosen mata kuliah Farmasi Komunitas dan Klinis
yang telah menyerahkan kepercayaannya kepada saya guna menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu.

Saya juga berharap dengan sungguh-sungguh supaya makalah ini mampu berguna serta
bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan sekaligus wawasan terkait obat-obatan
sitostatika. Selain itu saya juga sadar bahwa pada makalah saya ini dapat ditemukan banyak
sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, saya benar-benar menanti
kritik dan saran untuk kemudian dapat saya revisi dan saya tulis di masa yang selanjutnya,
sebab sekali kali lagi saya menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa disertai
saran yang konstruktif.

Di akhir saya berharap makalah sederhana saya ini dapat dimengerti oleh setiap pihak yang
membaca. Saya pun memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam makalah saya
terdapat perkataan yang tidak berkenan di hati.

Padang, 15 Mei 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2


Daftar Isi .................................................................................................................................... 3
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................... 5
1.3 Tujuan ...................................................................................................................... 5
BAB II........................................................................................................................................ 6
ISI ........................................................................................................................................... 6
2.1 SITOSTATIKA ....................................................................................................... 6
2.2 TEKNIK PENANGANAN SEDIAAN SITOSTATIKA ........................................ 8
BAB III .................................................................................................................................... 13
KESIMPULAN .................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 14

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Penyakit kanker adalah penyakit yang timbul akibat pertumbuhan tidak normal
sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker, sedangkan tumor adalah kondisi
dimana pertumbuhan sel tidak normal sehingga membentuk suatu lesi atau dalam banyak
kasus, benjolan di tubuh. (Kementrian Kesehatan RI, 2015)
Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh
dunia. Pada tahun 2012, sekitar 8,2 juta kematian disebabkan oleh kanker. Kanker paru,
hati, perut, kolorektal, dan kanker payudara adalah penyebab terbesar kematian akibat
kanker setiap tahunnya. (Kementrian Kesehatan RI, 2015)
Pengobatan terhadap kanker umumnya berupa pembedahan, radio terapi
ataupun pemberian kemoterapi. Upaya pengobatan ini selain menghambat
perkembangbiakan sel kanker juga memberikan dampak ikutan terhadap sel normal dan
menimbulkan efek samping yang menyebabkan kondisi pasien menjadi tidak nyaman.
Sampai saat ini masih sedikit sekali obat kanker selektif yang hanya bekerja terhadap sel
yang mengalami mutasi, baik dalam tahap dini maupun tahap lanjut. Bila pun ada
sitostatika selektif, karena penggunaan dalam jangka waktu yang panjang dan secara
berkesinambungan maka resistensi terhadap sitostatika dapat timbul dan menjadi kendala
baru. Oleh karena itu, untuk mengwangi efek ikutan yang tidak diinginkan dan faktor
resistensi yang muncul dengan cepat, maka selektivitas senyawa obat terhadap sel kanker
dan penggunaan sitostatika tidak secara tunggal dalam suatu mekanisme terapi sangat
dibutuhkan (Esteller, 2006)
Kemoterapi adalah salah satu bentuk terapi yang diberikan kepada pasien
kanker yang biasanya menggunakan obat - obat cytotoxic, dimana penggunaan
kombinasi agen sitostatika lebih efektif daripada penggunaan agen sitostatika
tunggal. (Siregar, 2004)
Sitostatika adalah suatu pengobatan untuk mematikan sel – sel secara
fraksional ( fraksi tertentu mati), sehingga 90 % berhasil daan 10 % tidak berhasil.
(Daniele, 2000)
Bahan Sitostatika adalah zat/obat yang merusak dan membunuh sel normal
dan sel kanker, serta digunakan untuk menghambat pertumbuhan tumor malignan. Istilah

4
sitostatika biasa digunakan untuk setiap zat yang mungkin genotoksik, mutagenik,
onkogenik, teratogenik, dan sifat berbahaya lainnya. (Daniele, 2000)
Sitostatika tergolong obat beresiko tinggi karena mempunyai efek toksik yang
tinggi terhadap sel, terutama dalam reproduksi sel sehingga dapat menyebabkan
karsinogenik, mutagenik dan tertogenik. Oleh karena itu, penggunaan obat sitstatika
membutuhkan penanganan khusus untuk menjamin keamanan, keselamatan penderita,
perawat, profesional kesehatan, dan orang lain yang tidak menderita sakit. Tujuan
penanganan bahan sitostatika adalah untuk menjamin penanganannya yang tepat dan
aman di rumah sakit. (Daniele, 2000)
Bahaya - bahaya akibat paparan obat sitostatika, dibuktikan melalui
penelitian yang dilakukan oleh Falck pada tahun 1970, dimana ditemukan lebih
banyak adanya substansi mutagenik dalam urine para perawat daripada pekerja
rumah sakit yang tidak terpapar oleh obat sitostatika. Selain itu beberapa studi
menunjukkan bahwa dampak buruk yang paling serin g terjadi pada organ
reproduksi yaitu meningkatnya fetal loss (Selevan, 1985 ; Stucker, 1990),
malformasi kongenital (Hemminki, 1985), berat badan bayi lahir rendah, bayi
abnormal (Peelen, 1999) dan infertilitas (Valanis, 1999) oleh sebab itu sangat
pentin g bagi para petugas kesehatan yang terlibat dalam proses kemoterapi untuk 14
bekerja secara hati - hati dan taat prosedur yan berlaku untuk menghindari bahaya
dari paparan obat - obat sitostatika. (K Falck, 1970)

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Sitostatika?
2. Bagaimana peran farmasis dalam penggunaan obat sitostatika?
3. Bangaimana aturan-aturan dalam penyiapan sediaan sitostatika?

1.3 Tujuan
1. Memberikan penjelasan mengenai sitostatika dan obat-obat sitostatika.
2. Untuk mengetahui peran farmasis dalam penggunaan obat sitostatika.
3. Untuk mengetahui aturan-aturan dalam penyiapan sediaan sitostatika.

5
BAB II
ISI

2.1 SITOSTATIKA
Sitostatika merupakan nama lain dari obat kanker yang digunakanuntuk
kemoterapi. Kanker adalah Penyakit yang disebabkan oleh timbulnya suatu populasi sel
yang terus menerus membelah diri secara tak terkendali. SedangkanSitostatika yaitu Zat-
zat yang dapat menghentikan pertumbuhan pesat sel-selmaligne. Akibat dari kanker yaitu
pembengkakan atau benjolan yang disebuttumor atau neoplasma. Gejala-gejala umum
utama adalah nyeri yang sangat hebat, penurunan berat badan dan berkeringat malam.
Penggunaan Sitostatika:
1. Sebagai Induksi yaitu Satu-satunya pengobatan karena tidak ada alternatif lain,
biasanya secara kombinasi
2. Sebagai Ajuvan yaitu Sitostatika diberi setelah penderita diobati denganmodalitas
pengobatan lain, seperti pembedahan, atau radiasi, biasa setelahtumor dikeluarkan
dengan cara operasi, yang dikhawatirkan akan kambuh ataukepada orang-orang yang
faktor yang berpengaruh buruk terhadap hasil pengobatan.
3. Sebagai Neoajuvan yaitu Sitostatika diberikan sebagai pengobatan pendahuluan pada
penderita dengan tumor yang terlokalisasi dan memiliki alternatif lain,namun hasilnya
cukup efektif.
4. Sebagai Pengobatan setempat : Langsung disuntikkan kearah tumor. Contohnya
Kanker hati.
Penggolongan obat sitostatika :
a. Alkylating agent : Cisplatin, sikofosfamid
b. Anti metabolites : Cystosine, florouracil
c. Antibiotika : Bleomycin, daunomiycine
d. Mitotik inhibitors : Vinkristine, inblastine

2.1.1 Efek Samping Sitostatika


Agen kemoterapi tidak hanya menyerang sel tumor tapi juga sel normal yang
membelah secara cepat seperti sel rambut, sumsum tulang dan Sel pada traktus gastro
intestinal. Akibat yang timbul bisa berupa perdarahan, depresi sum-sum tulang yang
memudahkan terjadinya infeksi. Pada traktus gastro intestinal bisa terjadi mual, muntah
anoreksia dan ulserasi saluran cerna. Sedangkan pada sel rambut mengakibatkan

6
kerontokan rambut. Berikut adalah nama obat sitostatika beserta efek samping jangka
panjan serta jangka pendeknya.

7
2.2 TEKNIK PENANGANAN SEDIAAN SITOSTATIKA

2.2.1 Penyiapan
Proses penyiapan sediaan sitostatika sama dengan proses penyiapan pencampuran
obat suntik.
2.2.2 Persyaratan umum
Sumber Daya Manusia
a. Apoteker .
Setiap apoteker yang melakukan persiapan/ peracikan sediaan steril harus memenuhi
beberapa syarat sebagai berikut:
 Memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang penyiapan dan pengelolaan
komponen sediaan steril termasuk prinsip teknik aseptis.
 Memiliki kemampuan membuat prosedur tetap setiap tahapan pencampuran
sediaan steril.
 Apoteker yang melakukan pencampuran sediaan steril sebaiknya selalu
meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya melalui pelatihan dan
pendidikan berkelanjutan.
b. Tenaga Kefarmasian (Asisten Apoteker, D3 Farmasi)
Tenaga Kefarmasian membantu Apoteker dalam melakukan pencampuran sediaan
steril.
Petugas yang melakukan pencampuran sediaan steril harus sehat dan khusus untuk
penanganan sediaan sitostatika petugas tidak sedang merencanakan kehamilan, tidak
hamil maupun menyusui.

2.2.3 Pencampuran
Proses pencampuran sediaan sitostatika
1. Memakai APD sesuai PROSEDUR TETAP
2. Mencuci tangan sesuai PROSEDUR TETAP
3. Menghidupkan biological safety cabinet (BSC) 5 menit sebelum digunakan.
4. Melakukan dekontaminasi dan desinfeksi BSC sesuai PROSEDUR TETAP
5. Menyiapkan meja BSC dengan memberi alas sediaan sitostatika.
6. Menyiapkan tempat buangan sampah khusus bekas sediaan sitostatika.
7. Melakukan desinfeksi sarung tangan dengan menyemprot alkohol 70%.
8. Mengambil alat kesehatan dan bahan obat dari pass box.

8
9. Meletakkan alat kesehatan dan bahan obat yang akan dilarutkan di atas meja
BSC.
10. Melakukan pencampuran sediaan sitostatika secara aseptis.
11. Memberi label yang sesuai pada setiap infus dan spuit yang sudah berisi sediaan
sitostatika
12. Membungkus dengan kantong hitam atau aluminium foil untuk obat-obat yang
harus terlindung cahaya.
13. Membuang semua bekas pencampuran obat kedalam wadah pembuangan khusus.
14. Memasukan infus untuk spuit yang telah berisi sediaan sitostatika ke dalam
wadah untuk pengiriman.
15. Mengeluarkan wadah untuk pengiriman yang telah berisi sediaan jadi melalui
pass box.
16. Menanggalkan APD sesuai prosedur tetap
2.2.4 Cara Pemberian
Cara pemberiaan sediaan sitostatika sama dengan cara pemberiaan obatsuntik kecuali
intramuskular.

2.2.5 Penanganan tumpahan dan kecelakan kerja


A. Penanganan tumpahan
Membersihkan tumpahan dalam ruangan steril dapat dilakukan petugas tersebut atau
meminta pertolongan orang lain dengan menggunakan chemotherapy spill kit yang terdiri
dari:
1. Membersihkan tumpahan di luar BSC dalam ruang steril
a. Meminta pertolongan, jangan tinggalkan area sebelum diizinkan.
b. Beri tanda peringatan di sekitar area.
c. Petugas penolong menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
d. Angkat partikel kaca dan pecahan-pecahan dengan menggunakan alat seperti
sendok dan tempatkan dalam kantong buangan.
e. Serap tumpahan cair dengan kassa penyerap dan buang dalam kantong tersebut.
f. Serap tumpahan serbuk dengan handuk basah dan buang dalam kantong tersebut.
g. Cuci seluruh area dengan larutan detergent.
h. Bilas dengan aquadest.
i. Ulangi pencucian dan pembilasan sampai seluruh obat terangkat.
j. Tanggalkan glove luar dan tutup kaki, tempatkan dalam kantong pertama.

9
k. Tutup kantong dan tempatkan pada kantong kedua.
l. Tanggalkan pakaian pelindung lainnya dan sarung tangan dalam, tempatkan dalam
kantong kedua.
m. Ikat kantong secara aman dan masukan dalam tempat penampung khusus untuk
dimusnahkan dengan incenerator.
n. Cuci tangan.
2. Membersihkan tumpahan di dalam BSC
Serap tumpahan dengan kassa untuk tumpahan cair atau handuk basah untuk
tumpahan serbuk.
a. Tanggalkan sarung tangan dan buang, lalu pakai 2 pasang sarung tangan baru.
b. Angkat hati-hati pecahan tajam dan serpihan kaca sekaligus dengan alas
kerja/meja/penyerap dan tempatkan dalam wadah buangan.
c. Cuci permukaan, dinding bagian dalam BSC dengan detergent, bilas dengan
aquadestilata menggunakan kassa. Buang kassa dalam wadah pada buangan.
d. Ulangi pencucian 3 x.
e. Keringkan dengan kassa baru, buang dalam wadah buangan.
f. Tutup wadah dan buang dalam wadah buangan akhir.
g. Tanggalkan APD dan buang sarung tangan, masker, dalam wadah buangan akhir
untuk dimusnahkan dengan inscenerator.
h. Cuci tangan.
B. Penanganan kecelakaan kerja
 Dekontaminasi akibat kontak dengan bagian tubuh:
1. Kontak dengan kulit:
a. Tanggalkan sarung tangan.
b. Bilas kulit dengan air hangat.
c. Cuci dengan sabun, bilas dengan air hangat.
d. Jika kulit tidak sobek, seka area dengan kassa yang dibasahi dengan larutan
Chlorin 5 % dan bilas dengan air hangat.
e. Jika kulit sobek pakai H2O2 3 %.
f. Catat jenis obatnya dan siapkan antidot khusus.
g. Tanggalkan seluruh pakaian alat pelindung diri (APD)
h. Laporkan ke supervisor.
i. Lengkapi format kecelakaan.
2. Kontak dengan mata
10
a. Minta pertolongan.
b. Tanggalkan sarung tangan.
c. Bilas mata dengan air mengalir dan rendam dengan air hangat selama 5 menit.
d. Letakkan tangan di sekitar mata dan cuci mata terbuka dengan larutan NaCl
0,9%.
e. Aliri mata dengan larutan pencuci mata.
f. Tanggalkan seluruh pakaian pelindung.
g. Catat jenis obat yang tumpah.
h. Laporkan ke supervisor.
i. Lengkapi format kecelakaan kerja.
3. Tertusuk jarum
a. Jangan segera mengangkat jarum. Tarik kembali plunger untuk menghisap
obat yang mungkin terinjeksi.
b. Angkat jarum dari kulit dan tutup jarum, kemudian buang.
c. Jika perlu gunakan spuit baru dan jarum bersih untuk mengambil obat dalam
jaringan yang tertusuk.
d. Tanggalkan sarung tangan, bilas bagian yang tertusuk dengan air hangat.
e. Cuci bersih dengan sabun, bilas dengan air hangat.
f. Tanggalkan semua APD.
g. Catat jenis obat dan perkirakan berapa banyak yang terinjeksi.
h. Laporkan ke supervisor.
i. Lengkapi format kecelakaan kerja.
j. Segera konsultasikan ke dokter.

C. Pengelolaan limbah sitostatika


Pengelolaan limbah dari sisa buangan pencampuran sediaan sitoatatika
(seperti: bekas ampul,vial, spuit, needle,dll) harus dilakukan sedemikian rupa hingga
tidak menimbulkan bahaya pencemaran terhadap lingkungan. Langkah – langkah yang
perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD).
b. Tempatkan limbah pada wadah buangan tertutup.
Untuk bendabenda tajam seperti spuit vial, ampul, tempatkan di dalam wadah yang
tidak tembus benda tajam, untuk limbah lain tempatkan dalam kantong berwarna
(standar internasional warna ungu) dan berlogo sitostatika

11
c. Beri label peringatan (Gambar 2) pada bagian luar wadah.
d. Bawa limbah ke tempat pembuangan menggunakan troli tertutup.
e. Musnahkan limbah dengan incenerator 1000ºC.
f. Cuci tangan.

12
BAB III

KESIMPULAN

Sitostatika adalah suatu pengobatan untuk mematikan sel – sel secara fraksional (
fraksi tertentu mati), sehingga 90 % berhasil dan 10 % tidak berhasil. Tujuan Pemberian
Kemoterapi : Meringankan gejala, Mengontrol pertumbuhan sel- sel kanker. Cara pemberian
obat sitostatika dapat dilakukan secara PO : Per Oral, SC : Sub Cutan, IM : Intra Muscular,
IV : Intra Vena, IT : Intra Thecal, IP : Intra Peritoneal / Pleural
Prinsip kerja Kemoterapi adalah membunuh sel-sel yang cepat berkembang biak
(terutama sel-sel kanker) dengan merusak atau mengganggu proses pembelahan sel.
Ada beberapa aturan yang harus dipenuhi dalam proses persiapan sediaan sitostatika
dan pengelolaan limbah sitostatika serta penanganan ketika terjadi kecelakaan kerja.

13
DAFTAR PUSTAKA

Daniele, G. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. Jakarta: EGC.

Esteller, M. (2006). Epigeiletic provides a new generation of oncogenes and tumour


suppressor gen. British Journal of Cancer , 94(2): 183-179.

K Falck, P. G. (1970). Mutagenicity in urine of nurses handling cytostatic drugs. Lancet ,


1(12),1250.

Kementrian Kesehatan RI. (2015). STOP KANKER, Situasi Penyakit Kangker. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Indonesia.

Muchid, Abdul. (2009). Pedoman Pencampuran Obat Suntik dan Penanganan Sediaan
Sitostatika. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Siregar, P. D. (2004). Farmasi Klinik Teori Dan Penerapan. Bandung: EGC.

14

Anda mungkin juga menyukai