Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK

DENGAN KEMOTERAPI

DI SUSUN OLEH :

NAMA : ERWIN MUNAZIR


NIM : 2022206203117P

FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
TAHUN 2022 / 202

Page | 2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat- Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “Kemoterapi Pada
Bayi”
Adapun tulisan ini masih jauh dari sempurna dan perlu kajian yang lebih dalam lagi.
Kami membuka diri jika ada saran dan kritik yang ditujukan pada tulisan ini.
Kami juga sangat berterima kasih kepada teman-teman yang ikut membantu dalam
meyelesaikan tugas makalah ini, semoga kita semua senantiasa dilimpahkan rahmat-Nya
dan selalu dalam lindungan-Nya.

Tulang Bawang Barat, 22 Maret 2023

Page | 3
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................................................3
Daftar Isi...................................................................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................................5
A. Latar Belakang.............................................................................................................................5
B. Rumusan Masalah........................................................................................................................6
C. Tujuan Umum..............................................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................................7
A. Pengertian Kemoterapi................................................................................................................7
B. Manfaat Kemoterapi....................................................................................................................8
C. Klarifikasi Kemoterpi..................................................................................................................8
D. Cara Pemberian Obat Kemoterapi..............................................................................................10
E. Prosedur Tindakan Kemoterapi..................................................................................................11
F. Efek Samping Kemoterapi..........................................................................................................13
G. Indikasi Pemberian Obat Kemoterapi.........................................................................................15
H. Kontraindikasi.............................................................................................................................16
I. Efek Samping Kemoterapi..........................................................................................................17
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................................................19
A. Pengkajian....................................................................................................................................19
B. Analisa Data................................................................................................................................19
C. Diagnosa Keperawatan................................................................................................................20
D. Rencana Keperawatan.................................................................................................................21
BAB IV PENUTUP...................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................

Page | 4
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kanker merupakan penyebab kematian ke dua di dunia. Menurut laporan Badan Kesehatan dunia
(WHO) tahun 2003, setiap tahun timbul lebih dari 10 juta kasus penderita baru kanker dengan prediksi
peningkatan setiap tahun timbul lebih dari 10 juta kasus penderita baru kanker dengan prediksi peningkatan
setiap tahun kurang lebih 20%. Diperkirakan pada tahun 2020 jumlah penderita baru penyakit kanker
meningkat hamper 20 juta penderita, 84 juta orang di antaranya akan meninggal pada sepuluh tahun ke
depan. Diperkirakan setiap 11 menit ada satu penduduk dunia meninggal karena kanker dan setiap 3 menit
ada satu penderita kanker baru (Jauhari, 2009).
Kemoterapi merupakan salah satu modalitas pengobatan pada kanker secara sistemik yang sering dipilih
terutama untuk mengatasi kanker stadium lanjut, local maupun metastatis. Kemoterapi sangat penting dan
dirasakan besar manfaatnya karena bersifat sistemik mematikan/membunuh sel-sel kanker dengan cara
pemberian melalui infuse, dan sering menjadi pilihan metode efektif dalam mengatasi kanker terutama
kanker stadium lanjut local (Desen, 2008).
Teknik pemberian kemoterapi ditentukan dari jenis keganasan dan jenis obat yang diperlukan
(Adiwijono, 2006). Obat kemoterapi umumnya berupa kombinasi dari beberapa obat yang diberikan
secara bersamaan dengan jadwal yang telah ditentukan
.Selain membunuh sel kanker, obat kemoterapi juga berefek pada sel-sel sehat yang normal, terutama yang
cepat membelah atau cepat tumbuh seperti rambut, lapisan mukosa usus dan sumsum tulang. Beberapa efek
samping yang terjadi pada kemoterapi, ganggua n mual dan muntah adalah efek samping frekuensi terbesar
(Yusuf, 2007).
Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi keluhan mual muntah setelah kemoterapi
diantaranya adalah dengan terapi farmakologik, yaitu dengan obat anti mual dan muntah sebelum dan sesudah
kemoterapi (premedikasi) dan non farmakolo gik yaitu berupa lingkungan yang kondusif untuk tenang dan
nyaman, pengaturan pemberian nutrisi dan relaksasi (Abdulmuthalib, 2006).

Page | 5
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari kemoterapi?
2. Apa indikasi dilakukan kemoterapi?
3. Apa dampak Kemoterapi?
4. Bagaimana penanganan terhadap dampak kemoterapi?

C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dari kemoterapi;
2. Mengetahui manfaat dari kemoterapi;
3. Mengetahui macam-macam obat kemoterapi;
4. Mengetahui dosis dan cara pemberian obat kemoterapi;
5. Mengetahui indikasi dan kontra indikasi kemoterapi;
6. Mengetahui efek samping yang dapat timbul dari pengobatan kemoterapi dan cara mengatasinya.

Page | 6
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Kemoterapi adalah proses pengobatan dengan menggunakan obat-obatan yang bertujuan untuk
membunuh atau memperlambat pertumbuhan sel-sel Kanker. Banyak obat yang digunakan dalam Kemoterapi.
Kemoterapi adalah upaya untuk membunuh sel-sel kanker dengan mengganggu fungsi reproduksi sel.
Kemoterapi merupakan cara pengobatan kanker dengan jalan memberikan zat /obat yang mempunyai
khasiat membunuh sel kanker. Kemoterapi bermanfaat untuk menurunkan ukuran kanker sebelum operasi,
merusak semua sel-sel kanker yang tertinggal setelah operasi, dan mengobati beberapa macam kanker darah.
Stiller C. WHO ENHIS: incindence of childhood leukemis. Desember 2009.
Kemoterapi Merupakan bentuk pengobatan kanker dengan menggunakan obat sitostatika yaitu suatu zat-
zat yang dapat menghambat proliferasi sel-sel kanker.
(Tramer MR, Carroll D, Campbell FA, Reynolds DJ, Moore RA, McQuay HJ. ''Cannabinoids for
control of chemotherapy induced nausea and vomiting: quantitative systematic review.'')
Kemoterapi adalah penggunaan zat kimia untuk perawatan penyakit. Dalam penggunaa n modernnya,
istilah ini hampir merujuk secara eksklusif kepada obat sitostatik yang digunaka n untuk merawat kaker
(dalam http://id. wik iped ia.o rg/wik i/Ke mo terap i , 2014).
Obat kemoterapi secara umum disebut sitostatika, berefek menghambat atau membunuh semua sel
yang sedang aktif membelah diri.Jadi, sel normal yang aktif membelah atau berkembang biak juga terkena
dampaknya, seperti sel akar rambut, sel darah, sel selaput lendir mulut,dll.
Sel tubuh tersebut adalah yang paling parah terkena efek samping kemoterapi, sehingga dapat timbul
kebotakan, kurang darah, sariawan, dll (Hendry,dkk 2007).
Oleh karena itu, pemberian obat sitostatik (berupa obat medis ataupun obat herbal) harus dibawah pengawasan
dokter yang berpengalaman untuk mencegah timbulnya efek samping yang serius, dan bila terjadi efek
samping dapat segera diatasi atau diobati.
Agar sel tubuh normal mempunyai kesempatan untuk memulihkan dirinya, maka pemberian kemoterapi
biasanya harus diberi jedah (selang waktu) 2-3 minggu sebelum dimulai lagi pemberian kemoterapi
berikutnya (Hendry,dkk 2007).

Page | 7
B. MANFAAT KEMOTERAPI
Adapun manfaat kemoterapi adalah sebagai berikut:
1. Pengobatan.
Beberapa jenis kanker dapat disembuhkan secara tuntas dengan satu jenis Kemoterapi atau beberapa jenis
Kemoterapi.
2. Kontrol.
Kemoterapi ada yang bertujuan untuk menghambat perkembangan Kanker agar tidak bertambah besar atau
menyebar ke jaringan lain.
3. Mengurangi Gejala
Bila kemotarapi tidak dapat menghilangkan Kanker, maka Kemoterapi yang diberikan bertujuan untuk
mengurangi gejala yang timbul pada penderita, seperti meringankan rasa sakit dan memberi perasaan lebih baik
serta memperkecil ukuran Kanker pada daerah yang diserang.
Mengingat keterbatasan manfaat kemoterapi, maka digunakan kombinasi dengan cara pengobatan lain untuk
mengambil masing- masing manfaat, yaitu: Kemoterapi adjuvant, ialah kemoterapi yang diberikan sesudah
operasi. Manfaatnya mengurangi kekambuhan local dan mengurangi penyebaran yang akan timbul.

C. KLASIFIKASI KEMOTERAPI
1. Kemoterapi Induksi
Ditujukan untuk secepat mungkin mengecilkan massa tumor atau jumlah sel kanker, contoh pada tomur
ganas yang berukuran besar (Bulky Mass Tumor) atau pada keganasan darah seperti leukemia atau limfoma,
disebut juga dengan pengobatan penyelamatan.

2. Kemoterapi adjuvant
Kemoterapi adjuvant, ialah kemoterapi yang diberikan sesudah operasi. Kemoterapi adjuvant: Setelah
menjalani operasi untuk mengangkat organ atau bagian tubuh yang terdapat sel kanker, mungkin masih ada
beberapa sisa sel kanker yang tertinggal yang tidak terlihat. Ketika obat-obatan kemoterapi digunakan untuk
membunuh sisa sel-sel kanker yang tak terlihat, hal ini disebut sebagai pengobatan kemoterapi adjuvant.
Pengobatan adjuvant juga dapat diberikan setelah menjala ni radiasi. Manfaatnya mengurangi kekambuhan local
dan mengurangi penyebaran yang akan timbul.

Page | 8
3 . Kemoterapi neo adjuvant
Kemoterapi neo adjuvant ialah kemoterapi yang diberikan sebelum operasi.Kemoterap i dapat diberikan
sebelum pengobatan utama dilakukan, seperti operasi atau radiasi. Pemberian kemoterapi pertama ditujukan
untuk mengecilkan besarnya ukuran tumor dari sel-sel kanker, sehingga lebih mudah untuk diangkat ketika
menjalani operasi. Menyusutnya ukuran tumor juga memungkinkan untuk dilakukan sebelum radiasi.
Kemoterapi neoadjuvant juga dapat membunuh deposit kecil dari sel-sel kanker yang tidak dapat dilihat saat
dilakukan scan. Manfaatnya adalah mengurangi ukuran tumor sehingga mudah dioperasi.

4. Kemoterapi paliatif
Kemoterapi paliatif diberikan hanya untuk mengurangi besarnya tumor yang dalam hal ini karena atau lokasinya
menggangu pasien karena nyeri ataupun sulit bernafas.
Simo n, Sumanto, dr. Sp.PK (2003). Neoplasma Sistem Hematopoietik: Leukemia. Fakultas Kedokteran
Unika Atma Jaya Jakarta.

Page | 9
D. Cara pemberian obat kemoterapi (Munir, 2005)

1. Intra vena (IV)

Kebanyakan sitostatika diberikan dengan cara ini, dapat berupa bolus IV pelan-pelan sekitar 2 menit,
dapat pula per drip IV sekitar 30 – 120 menit, atau dengan continous drip sekitar 24 jam dengan infusion
pump upaya lebih akurat tetesannya.

2. Intra tekal (IT)

Diberikan ke dalam canalis medulla spinalis untuk memusnahkan tumor dalam cairan otak (liquor
cerebrospinalis) antara lain MTX, Ara.C.

3. Radiosensitizer, yaitu jenis kemoterapi yang diberikan sebelum radiasi, tujuannya untuk memperkuat
efek radiasi, jenis obat untukl kemoterapi ini antara lain Fluoruorac il, Cisplastin, Taxol, Taxotere,
Hydrea.

4. Oral

Pemberian per oral biasanya adalah obat Leukeran®, Alkeran®, Myleran®, Natulan®, Puri-netol®,
hydrea®, Tegafur®, Xeloda®, Gleevec®.

5. Subkutan dan intramuscular

Pemberian sub kutan sudah sangat jarang dilakukan, biasanya adalah L-Asparaginase, hal ini sering
dihindari karena resiko syok anafilaksis. Pemberian per IM juga sudah jarang dilakukan, biasanya
pemberian Bleomycin.
6. Topikal
7. Intra arterial
8. Intracavity
9. Intraperitoneal/Intrapleural
Intraperitoneal diberikan bila produksi cairan acites hemoragis yang banyak pada kanker ganas intra-
abdomen, antara lain Cisplastin. Pemberian intrapleural yaitu diberikan kedalam cavum pleuralis untuk
memusnahkan sel-sel kanker dalam cairan pleura atau untuk mengehntikan produksi efusi pleura hemoragis
yang amat banyak , contohnya Bleocin.

Page | 10
E. Prosedur Tindakan Kemoterapi Pada Pasien
1. Persiapan Pasien

Sebelum pengotan dimulai maka terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan yang meliputi :
a. Darah tepi; Hb, Leuko, hitung jenis, Trombosit.
b. Fungsi hepar; bilirubin, SGOT, SGPT, Alkali phosphat.
c. Fungsi ginjal; Ureum, Creatinin dan Creatinin Clearance Test bila serum creatinin meningkat.
d. Audiogram (terutama pada pemberian Cis-plastinum)
e. EKG (terutama pemberian Adriamycin, Epirubicin).

2. Syarat pasien yang layak mendapat tindakan kemoterapi :

Pasien dengan keganasan memiki kondisi dan kelemahan kelemahan, yang apabila diberikan kemoterapi
dapat terjadi untolerable side effect. Sebelum memberika n kemoterapi perlu pertimbangan sebagai berikut :

a. Menggunakan kriteria Eastern Cooperative Oncology Group (ECOG) yaitu status penampilan <= 2. Status
Penampilan Penderita Ca (Performance Status) ini mengambil indikator kemampuan pasien, dimana
penyakit kanker semakin berat pasti akan mempengaruhi penampilan pasien. Hal ini juga menjadi faktor
prognostik dan faktor yang menentukan pilihan terapi yang tepat pada pasien dengan sesuai status
penampilannya. Skala status penampilan menurut ECOG ( Eastern Cooperative Oncology Group) adalah
sebagai berikut:

1) Grade 0: masih sepenuhnya aktif, tanpa hambatan untuk mengerjakan tugas kerja dan pekerjaan
sehari-hari.

2) Grade 1: hambatan pada perkerjaan berat, namun masih mampu bekerja kantor ataupun pekerjaan
rumah yang ringan.

3) Grade 2: hambatan melakukan banyak pekerjaan, 50 % waktunya untuk tiduran dan hanya bisa
mengurus perawatan dirinya sendiri, tidak dapat melakukan pekerjaan lain.

4) Grade 3: Hanya mampu melakukan perawatan diri tertentu, lebih dari 50% waktunya untuk tiduran.

5) Grade 4: Sepenuhnya tidak bisa melakukan aktifitas apapun, betul-betul hanya di kursi atau tiduran
terus

Page | 11
b. Jumlah lekosit >=3000/ml
c. Jumlah trombosit>=120.0000/ul
d. Cadangan sumsum tulang masih adekuat misal Hb > 10 gram %
e. Creatinin Clearence diatas 60 ml/menit (dalam 24 jam) (Tes Faal Ginjal)
f. Bilirubin <2 mg/dl. , SGOT dan SGPT dalam batas normal ( Tes Faal Hepar ).
g. Elektrolit dalam batas normal.
h. Mengingat toksisitas obat-obat sitostatika sebaiknya tidak diberikan pada usia diatas 70 tahun.
i. Keadaan umum cukup baik.
j. Penderita mengerti tujuan dan efek samping yang akan terjadi, informed concent.
k. Faal ginjal dan hati baik.
l. Diagnosis patologik
m. Jenis kanker diketahui cukup sensitif terhadap kemoterapi.
n. Riwayat pengobatan (radioterapi/kemoterapi) sebelumnya.

3. Prosedur Pemberian Kemoterapi

a. Periksa pasien, jenis obat, dosis obat, jenis cairan, volume cairan, cara pemberian, waktu pemberian
dan akhir pemberian.
b. Pakai proteksi : gaun lengan panjang, topi, masker, kaca mata, sarung tangan dan sepatu.
c. Lakukan tehnik aseptik dan antiseptic
d. Pasang pengalas plastik yang dilapisi kertas absorbsi dibawah daerah tusukan infuse
e. Berikan anti mual ½ jam sebelum pemberian anti neoplastik (primperan, zofran, kitril secara intra
vena)
f. Lakukan aspirasi dengan NaCl 0,9 %
g. Beri obat kanker secara perlahn-lahan (kalau perlu dengan syringe pump) sesuai program
h. Bila selesai bilas kembali dengan NaCl 0,9%
i. Semua alat yang sudah dipakai dimasukkan kedalam kantong plastik dan diikat serta diberi etiket
j. Buka gaun, topi, asker, kaca mata kemudian rendam dengan deterjen. Bila disposible masukkkan dalam
kantong plasrtik kemudian diikat dan diberi etiket, kirim ke incinerator / bakaran
k. Catat semua prosedur
l. Awasi keadaan umum pasien, monitor tensi, nadi, RR tiap setengah jam dan awasi adanya tanda-tanda
ekstravasasi
Page | 12
F. EFEK SAMPING KEMOTERAPI

Agen kemoterapi tidak hanya menyerang sel tumor tapi juga sel normal yang membela h secara cepat
seperti sel rambut, sumsum tulang dan Sel pada traktus gastro intestinal. Akibat yang timbul bisa berupa
perdarahan, depresi sum-sum tulang yang memudahkan terjadinya infeksi. Pada traktus gastro intestinal bisa
terjadi mual, muntah anoreksia dan ulserasi saluran cerna. Sedangkan pada sel rambut mengakibatkan
kerontokan rambut.

Jaringan tubuh normal yang cepat proliferasi misalnya sumsum tulang, folikel rambut, mukosa saluran
pencernaan mudah terkena efek obat sitostatika. Untungnya sel kanker menjalani siklus lebih lama dari sel
normal, sehingga dapat lebih lama dipengaruhi oleh sitostatika dan sel normal lebih cepat pulih dari pada sel
kanker.
Efek samping yang muncul pada jangka panjang adalah toksisitas terhadap jantung, yang dapat dievaluasi
dengan EKG dan toksisitas pada paru berupa kronik fibrosis pada paru. Toksisitas pada hepar dan ginjal
lebih sering terjadi dan sebaiknya dievalusi fungsi faal hepar dan faal ginjalnya. Kelainan neurologi juga
merupakan salah satu efek samping pemberian kemoterapi.
Untuk menghindari efek samping intolerable, dimana penderita menjadi tambah sakit sebaiknya dosis obat
dihitung secara cermat berdasarkan luas permukaan tubuh (m2) atau kadang-kadang menggunakan ukuran
berat badan (kg). Selain itu faktor yang perlu diperhatikan adalah keadaan biologik penderita. Untuk
menentukan keadaan biologik yang perlu diperhatikan adalah keadaan umum (kurus sekali, tampak kesakitan,
lemah sadar baik, koma, asites, sesak, dll), status penampilan (skala karnofsky, skala ECOG), status gizi, status
hematologis, faal ginjal, faal hati, kondisi jantung, paru dan lain sebagainya.

Penderita yang tergolong good risk dapat diberikan dosis yang relatif tinggi, pada poor risk (apabila
didapatkan gangguan berat pada faal organ penting) maka dosis obat harus dikurangi, atau diberikan obat lain
yang efek samping terhadap organ tersebut lebih minima l. Intensitas efek samping tergantung dari karakteristik
obat, dosis pada setiap pemberian, maupun dosis kumulatif, selain itu efek samping yang timbul pada setiap
penderita berbeda walaupun dengan dosis dan obat yang sama, faktor nutrisi dan psikologis juga mempunya i
pengaruh bermakna.

Page | 13
Efek samping kemoterapi dipengaruhi oleh :

1. Masing-masing agen memiliki toksisitas yang spesifik terhadap organ tubuh tertentu.
2. Dosis.
3. Jadwal pemberian.
4. Cara pemberian (iv, im, peroral, per drip infus).
5. Faktor individual pasien yang memiliki kecenderungan efek toksisitas pada organ tertentu.

Umumnya efek samping kemoterapi terbagi atas :

1. Efek amping segera terjadi (Immediate Side Effects) yang timbul dalam 24 jam pertama pemberian,
misalnya mual dan muntah.

2. Efek samping yang awal terjadi (Early Side Effects) yang timbul dalam beberapa hari sampai beberapa
minggu kemudian, misalnya netripenia dan stomatitis.

3. Efek samping yang terjadi belakangan (Delayed Side Effects) yang timbul dalam beberapa hari
sampai beberapa bulan, misalnya neuropati perifer, neuropati.

4. Efek samping yang terjadi kemudian (Late Side Effects) yang timbul dalam beberapa bulan sampai
tahun, misalnya keganasan sekunder.

Efek samping Kemoterapi timbul karena obat-obat kemoterapi sangat kuat, dan tidak hanya membunuh sel-
sel kanker, tetapi juga menyerang sel-sel sehat, terutama sel-sel yang membelah dengan cepat. Karena itu
efek samping kemoterapi muncul pada bagian-bagian tubuh yang sel-selnya membelah dengan cepat.
Efek samping dapat muncul ketika sedang dilakukan pengobatan atau beberapa waktu setelah pengobatan.

Efek samping yang selalu hampir dijumpai adalah gejala gastrointestinal, supresi sumsum tulang,
kerontokan rambut. Gejala gastrointestinal yang paling utama adalah mual, muntah, diare, konstipasi, faringitis,
esophagitis dan mukositis, mual dan muntah biasanya timbul selang beberapa lama setelah pemberian sitostatika
dab berlangsung tidak melebihi 24 jam.

Gejala supresi sumsum tulang terutama terjadinya penurunan jumlah sel darah putih (leukopenia), sel
trombosit (trombositopenia), dan sel darah merah (anemia), supresi sumsum tulang belakang akibat

Page | 14
pemberian sitistatika dapat terjadi segera atau kemudian, pada supresi sumsum tulang yang terjadi segera,
penurunan kadar leukosit mencapai nilai terendah pada hari ke-8 sampai hari ke-14, setelah itu diperlukan
waktu sekitar 2 hari untuk menaikan kadar laukositnya kembali. Pada supresi sumsum tulang yang terjadi
kemudian penurunan kadar leukosit terjadi dua kali yaitu pertama-tama pada minggu kedua dan pada sekitar
minggu ke empat dan kelima. Kadar leukosit kemudian naik lagi dan akan mencapai nilai mendekati normal
pada minggu keenam. Leukopenia dapat menurunkan daya tubuh, trombositopenia dapat mengakibatkan
perdarahan yang terus-menerus/ berlabihan bila terjadi erosi pada traktus gastrointestinal.

Kerontokan rambut dapat bervariasi dari kerontokan ringan dampai pada kebotakan. efek samping yang
jarang terjadi tetapi tidak kalah penting adalah kerusakan otot jantung, sterilitas, fibrosis paru, kerusakan
ginjal, kerusakan hati, sklerosis kulit, reaksi anafilaks is, gangguan syaraf, gangguan hormonal, dan
perubahan genetik yang dapat mengakibatk a n terjadinya kanker baru.

Kardiomiopati akibat doksorubin dan daunorubisin umumnya sulit diatasi, sebagian besar penderita
meninggal karena “pump failure”, fibrosis paru umumnya i reversibe l, kelainan hati terjadi biasanya
menyulitkan pemberian sitistatika selanjutnya karena banyak diantaranya yang dimetabolisir dalam hati, efek
samping pada kulit, saraf, uterus dan saluran kencing relatif kecil dan lebih mudah diatasi.
Kemoterapi dapat mempengaruhi sel normal di lambung, sel lambung ini kemudian mengirim sinyal
ke ” pusat muntah” di otak, karena sinyal ini direspon berbeda sehingga memicu mual dan muntah. Ada
kala kemoterapi akan langsung bekerja di “pusat muntah” di otak. Mekanisme ini juga akan memicu mual
dan muntah.

G. INDIKASI PEMBERIAN OBAT KEMOTERAPI

Tidak semua kanker memerlukan obat sitostatika. Pemberian sitostatika harus dengan hati- hati dan atas
indikasi. Menurut Brule, (WHO,1973), ada 7 indikas i pemberian kemoterapi, yaitu:
1. Untuk menyembuhkan kanker
2. Memperpanjang hidup dan remisi
3. Memperpanjang interval bebas kanker
4. Menghentikan progesi sel kanker
5. Paliasi symptom
6. Mengecilkan volume kanker

Page | 15
7. Menghilangkan gejala para neoplasma

Katsung, B.G. Farmakologi Dasar Dan Klinik. Ed. ke-6 ECG. Jakarta 2001
H. KONTRAINDIKASI

Bagi kebanyakan pasien, kemoterapi merupakan bagian penting dari pengobatan kanker dan telah
meningkatkan angka kelangsungan hidup dari sejumlah besar kanker. Karena obat kemoterapi memiliki
beberapa efek samping jangka pendek dan panjang, maka dokter harus memastikan bahwa kondisi pasien
tidak membuat kemoterapi menjadi berbahaya atau bahkan mengancam jiwa. Adapun kontraindikasi pemberian
kemoterapi terdiri dari kontraindikasi absolute dan relatif.
1. Kontraindikasi pemberian kemoterapi absolute yaitu :

a. Trimester pertama kehamila n


Karena adanya potensi tinggi terhadap bayi lahir cacat, dan efek samping lainnya. Secara umum, trimester
pertama kehamilan merupakan kontraindikas i terhadap obat-obat kemoterapi. Namun, terdapat beberapa jenis
obat kemoterapi yang aman diberikan pada trimester kedua dan ketiga kehamilan.
Sehingga jika pasien tidak ingin mengakhiri kehamilan, pada umumnya, dokter akan menunggu sampai
trimester kedua kehamilan untuk memulai kemoterapi.

b. Septikemia (infeksi)
Infeksi yang sedang berlangsung juga merupakan salah satu kontraindikasi pemberian kemoterapi
karena kemoterapi dapat menurunkan jumlah sel darah sehingga pertahanan tubuh lemah dan
tubuh akan sulit melawan infeksi. Setelah infeksi ditangani, pemberian kemoterapi dapat
dimulai.

c. Penyakit stadium akhir

Koma
2. Kontraindikasi pemberian kemoterapi relatif yaitu:
a. Usia lanjut terutama untuk tumor yang tumbuhnya lambat dan sensitivitasnya rendah
b. Keadaan umum yang buruk
c. Gangguan fungsi organ vital yang berat seperti kerusakan hati , ginjal dan jantung
d. Penderita yang tidak kooperatif
e. Dimensia

Page | 16
f. Metastasis otak yang tidak dapat diobati dengan radioterapi
g. Pasca pembedahan atau operasi
h. Tumor yang resisten terhadap obat
i. Tidak ada fasilitas penunjang yang memadai

I. EFEK SAMPING KEMOTERAPI


Efek samping yang bisa timbul adalah antara lain:
1. Lemas
Efek samping yang umum timbul. Timbulnya dapat mendadak atau perlahan. Tidak langsung menghilang
dengan istirahat, kadang berlangsung terus hingga akhir pengobatan.
2. Mual dan Muntah
Ada beberapa obat Kemoterapi yang lebih membuat mual dan muntah. Selain itu ada beberapa orang
yang sangat rentan terhadap mual dan muntah. Hal ini dapat dicegah dengan obat anti mual yang diberikan
sebelum,se lama, atau sesudah pengobatan Kemoterapi. Mual muntah dapat berlangsung singkat ataupun lama.
(Pazdur, 2001).
3. Gangguan Pencernaan

Beberapa jenis obat kemoterapi berefek diare. Bahkan ada yang menjadi diare disertai dehidrasi berat
yang harus dirawat. Sembelit kadang bisa terjadi. Bila diare: kurangi makanan berserat, sereal, buah dan
sayur. Minum banyak untuk mengganti cairan yang hilang. Bila susah BAB, maka sebaiknya perbanyak
makanan berserat, olahraga ringan bila memungkinkan. (Pazdur, 2001).
4. Sariawan
Beberapa obat kemoterapi menimbulkan penyakit mulut seperti terasa tebal atau infeksi. Kondisi mulut
yang sehat sangat penting dalam kemoterapi.
5. Rambut Rontok
Kerontokan rambut bersifat sementara, biasanya terjadi dua atau tiga minggu setelah kemoterapi dimulai.
Dapat juga menyebabkan rambut patah di dekat kulit kepala. Dapat terjadi setelah beberapa minggu terapi.
Rambut dapat tumbuh lagi setelah kemoterapi selesai.
6. Otot dan Saraf
Beberapa obat kemoterapi menyebabkan kesemutan dan mati rasa pada jari tangan atau kaki serta
kelemahan pada otot kaki. Sebagian bisa terjadi sakit pada otot.
7. Efek Pada Darah

Page | 17
Beberapa jenis obat kemoterapi dapat mempengaruhi kerja sumsum tulang yang merupakan pabrik
pembuat sel darah, sehingga jumlah sel darah menurun. Yang paling sering adalah penurunan sel darah putih
(leokosit). Penurunan sel darah terjadi pada setiap kemoterapi dan tes darah akan dilaksanakan sebelum
kemoterapi berikutnya untuk memastikan jumlah sel darah telah kembali normal (Pazdur, 2001).

Penurunan jumlah sel darah dapat mengakibatkan:

8. Mudah terkena infeksi

Hal ini disebabkan oleh Karena jumlah leokosit turun, karena leokosit adalah sel darah yang berfungsi
untuk perlindungan terhadap infeksi. Ada beberapa obat yang bisa meningkatkan jumlah leokosit.
9. Perdarahan

Keping darah (trombosit) berperan pada proses pembekuan darah. Penurunan jumlah trombosit
mengakibatkan perdarahan sulit berhenti, lebam, bercak merah di kulit.
10. Anemia

Anemia adalah penurunan jumlah sel darah merah yang ditandai oleh penurunan Hb (hemoglobin).
Karena Hb letaknya di dalam sel darah merah. Akibat anemia adalah seorang menjadi merasa lemah,
mudah lelah dan tampak pucat.
11. Kulit dapat menjadi kering dan berubah warna Lebih sensitive terhadap matahari. Kuku tumbuh lebih lambat
dan terdapat garis putih melintang.
12. Produksi Hormon
Menurunkan nafsu seks dan kesuburan. Setiap obat memiliki efek samping yang berbeda! Reaksi tiap
orang pada tiap siklus juga berbeda! Tetapi Anda tidak perlu takut. Bersamaan dengan kemoterapi, biasanya
dokter memberikan juga obat-obat untuk menekan efek sampingnya seminimal mungkin. Lagi pula semua
efek samping itu bersifat sementara. Begitu kemoterapi dihentikan, kondisi pasien akan pulih seperti semula.

Page | 18
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK DENGAN POST KEMOTERAPI

1. Pengkajian
a. Riwayat penyakit : pengobatan kanker sebelumnya
b. Riwayat keluarga : adanya gangguan hematologis, adanya faktor herediter misal kembar (monozigot)
c. Kaji adanya tanda – tanda anemia : kelemahan, kelelahan, pucat, sakit kepala, anoreksia, muntah, sesak,
nafas cepat
d. Kaji adanya tanda – tanda leukopenia : demam, stomatitis, gejala infeksi pernafasan atas, infeksi
perkemihan; infeksi kulit dapat timbul kemerahan atau hiotam tanpa pus
e. Kaji adanya tanda – tanda trombositopenia : ptechiae, purpura, perdarahan membran mukosa, pembentukan
hematoma, kaji adanya tanda – tanda invasi ekstra medulla; limfadenopa t i, hepatomegali, splenomegali.
f. Kaji adanya pembesaran testis, hematuria, hipertensi, gagal ginjal, inflamasi di sekitar rektal dan nyeri.

2. Analisa Data Keperawatan


a. Data Subjektif
Data Subjektif yang mungkin timbul pada penderita leukemia adalah sebagai berikut :
 Lelah
 Letargi
 Pusing
 Sesak
 Nyeri dada
 Napas sesak
 Priapismus
 Hilangnya nafsu makan
 Demam
 Nyeri tulang dan persendian

Page | 19
b. Data Objektif
Data Subjektif yang mungkin timbul pada penderita leukemia adalah sebagai berikut :
 Pembengkakan Kelenjar Lympa
 Anemia
 Perdarahan
 Gusi berdarah
 Adanya benjolan tiap lipatan
 Ditemukan sel – sel muda

3. Diagnosa Keperawatan
a. Kelemahan / Keletihan (00093)
b. Risiko cidera (00086)
c. Risiko infeksi (00004)
d. Nyeri (00132)

Page | 20
4. RENCANA KEPERAWATAN

No. Diagnosa Tujuan dan criteria hasil intervensi


keperawatan

Page | 21
1 Kelemahan/keletihan NOC: NIC:
(00093) - Endurance Energy management
- Concentrasion - Observasi adanya
- Energy conservation pembatasan klien dalam
- Nutritional status: energy melakukan aktivitas
Criteria hasil : - Dorong anak untuk
- Memverbalisasikan mengungkapkan perasaan
peningkatan energy untuk terhadap keterbatasan
merasa lebih baik - Kaji adanya factor yang
- Menjelaskan menyebabkan kelelahan
- Monitor nutrisi dan sumber
penggunaa n energy untuk energy yang adekuat
mengatas i kelelahan - Monitor klien akan adanya
- Kecemasan menurun kelelahan fisik dan emosi
- Glukosa darah adekuat secara berlebihan
- Kualitas hidup meningkat - Monitor respon
- Istirahat cukup kardiovaskuler terhadap
- Mempertahankan aktivitas
kemampuan untuk - Monitor pola tidur dan
berkonsentrasi lamanya tidur/istirahat klien
- Dukung klien dan keluarga
untuk mengungkapka n
perasaan berhubunga n
dengan perubahan hidup
yang disebabkan keletihan
- Bantu aktivitas sehari- hari
sesuai dengan kebutuhan

Page | 22
- Tingkatkan tirah baring dan
pembatasan aktivitas
(tingkatkan periode
istirahat)
- Konsultasi dengan ahli gizi
untuk meningkatkan asupan
makanan yang berenergi
tinggi
Behavior Management
Activity Terapy
Energy Management
Nutrition
2 Risiko cidera NOC: Management
NIC:
- Risk Environment manageme
Control Criteria nt (manajemen lingkungan)
hasil - Sediakan lingkungan yang
- Klien terbebas dari cidera aman untuk klien
- Klien mampu menjelaska n - Identifikasi kebutuhan
cara/metode untuk mencegah keamanan klien, sesuai
injury/cedera kondisi fisik dan fungs i
- Klien mampu menjelaska n kognitifn klien dan riwayat
factor resiko dari penyakit terdahulu klien
lingkungan/perilaku personal - Menghindarkan lingkunga n
- Mempunyai gaya hidup untuk yang berbahaya (misalnya
mencegah injury memindahkan perabotan)
- Menggunakan fasilitas - Memasang side rail tempat
kesehatan yang ada tidur
- Mampu mengamati perubahan - Menyediakan tempat tidur
status kesehatan nyaman dan bersih

Page | 23
- Menempatkan saklar lampu
ditempat yang mudah
dijangkau klien
- Membatasi pengunjung
- Menganjurkan keluarga
untuk menemani klien
- Mengontrol lingkungan
dari kebisingan
- Memindahkan barang-
barang yang dapat
membahayakan
- Berikan penjelasan pada
klien dan keluarga atau
pengunjung adanya
perubahan status kesehatan
dan penyebab penyakit.
3 Resiko infeksi NOC: NIC:
- Immune status Infection control (control infeksi)
- Knowledge : infection control - Bersihkan lingkunga
- Risk n setelah dipakai klien lain
control Keiteria - Pertahankan teknik isolasi
hasil: - Batasi pengunjung bila
- Klien bebas daru tanda dan perlu
gejala infeksi - Instruksikan kepada
- Mendeskripsikan proses pengunjung untuk mencuci
penularan penyakit, factor tangan sebelum berkunjung
yang mempengaruhi penularan dan setelah meningga lkan
serta penatalaksanaannya klien.
- Menunjukkan kemampuan - Gunakan sabun antimikroba
untuk mencegah timbulnya untuk cuci tangan
infeksi
- Jumlah leukosit dalam batas - Cuci tangan setiap sebelum
normal dan sesudah
- Menunjukkan perilaku hidup melakukan tindakan
sehat. keperawatan
- Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
pelindung
- Pertahankan lingkunga n
aseptic selama pemasangan
alat
- Ganti letak IV perifer dan
line control dan dressing
sesuai dengan petunjuk
umum
- Tingkatkan intake nutrisi
- Berikan terapi antibiot ic
4 Nyeri akut NOC: NIC: bila perlu
- Pain level Pain management
- Pain control - Lakukan pengkajian nyeri
- Comfort secara komprehens
level Criteria hasil : if termasuk lokasi,
- Mampu mengontrol nyeri karakteristik, durasi,
(tahu penyebab nyeri, mampu frekuensi, kualitas dan
menggunakan teknik untuk factor presipitasi
mengurangi nyeri, mencari - Observasi reaksi nonverbal
bantuan) dari ketidaknyamanan
- Melaporkan bahwa nyeri - Gunakan teknik komunikas
berkurang dengan i teraupetik untuk
menggunakan manageme nt mengetahui pengalama n
nyeri nyeri klien
- Mampu mengenali nyeri - Kaji kultur yang
(skala, intensitas, mempengaruhi respon nyeri
frekuens i dan tanda - Evaluasi pengalaman nyeri
nyeri) masa lampau
- Menyatakan rasa nyaman - Evaluasi bersama klien dan
setelah nyeri berkurang. tim kesehatan lain tentang
ketidakefektifan control
nyeri masa lampau
- Bantu klien dan keluarga
untuk mencari dan
menemukan dukungan
- Control lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebingungan
- Kurangi factor presipitasi
nyeri
- Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan
interpersonal)
- Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentuka
n intervensi
- Ajarkan tentang teknik non
farmakologis
- Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
- Evaluasi keefektifan control
nyeri
BAB IV
PENUTUP

Kemoterapi efektif untuk menangani kanker pada anak, khususnya untuk jenis penyakit
tertentu yang tidak efektif bila hanya ditangani dengan pembedahan atau radiasi saja. Pada
kemoterapi, ada protokol atau panduan yang diikuti terkait jenis obat dan jadual pemberian
kemoterapi.

Kemoterapi dapat berlangsung selama beberapa bulan di rumah sakit dan untuk
beberapa kasus dilanjutkan dengan rawat jalan. Dengan demikian, klien harus menjalani proses
pengobatan dan perawatan yang panjang baik di rumah sakit maupun diluar rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, Aziz. 2008. Pengantar Ilmu Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika

Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi: Buku Saku Edisi 3. Jakarta:

EGC. Davey, Patrick. 2005. At a glance Medicine. Jakarta: EGC.

Handayani, Wiwik & Hariwibowo, Andi Sulistyo. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan
pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika .

Herman, T. Heather. 2012. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.

Jakarta : EGC. Hidayat, Aziz Alimut. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 2. Jakarta:

Salemba Medika

Hidayat, Aziz Alimut. 2008. Pengantar Ilmu Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika.

Schwartz, M. William. 2004. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: EGC.

Suriadi. Yuliani, Rita. 2006. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: Penebar Swadaya

Anda mungkin juga menyukai