Anda di halaman 1dari 51

MAKALAH FARMAKOTERAPI

SITOSTATIKA DAN IMUNOSUPRESAN

Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok terstuktur

Mata Kuliah : Farmakoterapi

Dosen Pengampuh : Devi Yava Roni, S.Si, M.Farm., Apt.

Disusun Oleh :

Pakungwati NIM 181916068

Rahma Widyati NIM 181916069

Riska Pratiwi NIM 181916071

Sri Maryati 181916073

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AN NASHER CIREBON

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT, yang telah memberikan
nikmat, rahmat, dan hidayahnya kepada kita sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
Farmakoterapi dengan judul ’Sitotastik & Imunosupresan” dengan baik dan tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk membahas tentang pengertian dari
sitotastik dan imunosupresan, penyakit yang ditimbulkan serta penggolongan masing-masing
obat dan contohnya.
Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga,
sahabat, dan kita sebagai generasi penerus hingga akhir zaman. Tidak lupa kami mengucapkan
kepada ibu Devi Yava Rony,S.Si,Apt. Selaku dosen Farmakoterapi yang telah membimbing
kami. Kami menyadari bahwa, manusia tidak luput dari kesalahan begitu juga dalam
pembuatan makalah ini yang masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
pembaca kami butuhkan untuk memperbaiki ksalahan di kemudian hari. Akhir kata kami
ucapkan terimakasih, dan semoga makalah ini bermanfaat pagi pembacanya.

Cirebon, 18 Juni 2021

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumus Masalah ...................................................................................... 2
1.3 Tujuan .................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sitostatik ................................................................................................. 3
2.1.1 Pengertian sitotastik ..................................................................... 3
2.1.2 Penggolongan obat sitotastik ........................................................ 9
2.4 Imunosupresan ..................................................................................... 26
2.2.1 Pengertian imunosupresan .......................................................... 26
2.2.2 Penggolongan obat imunosupresan ............................................ 28
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 45
3.2 Saran ................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 46

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker merupakan masalah kesehatan masyarakat yang bisa menimpa semua orang.
Menurut Organitasi Kesehatan Dunin (WHO), setiap tahun jumlah perderita kanker di dunia
bertambah 6.25 juta orang. Menurut hasil Survet Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), kematian
yang disebabkan kanker meningkat dari tahun ke tahun (Hawari, 2009), Kanker payudara
adalah tumor ganas yang berasal dari kelenjar payudara. Termasuk saluran kelenjar air suru
dan jaringan penunjangnya yang tumbuh infiltratif, destriktif, serta bernetastase ( Suryana,
2008).
Bila pada suatu tempat di badan kita terdapat pertumbuhan sel-sel yang berlebihan,
maka akan terjadi suatu benjolan atau Tumor. Tumor ini dapat bersifat jinak maupun ganas.
Tumor yang ganas inilah yang disebut dengan Kanker. Tunor Ganas mempunyai sifat yang
khas, yaitu dapat menyebar luas ke bagian lain di seluruh tubuh untuk berkembang menjadi
Tumor yang baru. Penyebaran ini disebut Metastase. Kanker mempunyai karakteristik yang
berbeda-beda. Ada yang tumbuh secara cepat, ada yang tumbuh tidak terlalu cepat.
Terdapat kurang lebih 130 jenis penyakit Kanker, yang mempengarubi kondisi tubuh
kita dengan berbagai macam cara dan membutuhkan penanganan yang berbeda-beda. Tetapi
semua jenis Kanker itu memiliki kesaman: terdiri atas sel-sel yang membelah dengan cepat dan
tumbuh tak terkontrol. Fungsi utama obat-obat Kemoterapi (Ing. Chamotherapy) adalah
mengenali dan menghancutkan sel-sel sepeti ini.
Kemoterapi telah digunakan sejak tahun 1950-an. Biasa diberikan sebelum atau
sesudah pembedahan. Tujuannya adalah membasmi seluruh sel-sel Kanker sampai ke akar-
akarnya sampai ke lokasi yang tidak terjangkau pisau bedah. Paling tidak untuk mengontrol
sel-sel Kanker agar tidak menyebar lebih Iuas. Pengobatan Kanker tergantung pada jenis atau
tipe Kanker yang diderita dan dari mana asal Kanker tersebut. Unsur, kondisi kesehatan umum
pasien serta system pengobatan juga mempengaruhi proses pengobatan kanker.
Pada kasus Kanker Pengobatan utama adalah melalui Pembedahan atau Operasi,
Kemoterapi atau dengan cara pemberian Obat-obatan dan Radioterapi atau Penggunaan Sinar
Radiasi. Pada kenyataannya Secara umum biasarya digunakan lebih dari satu macam cara
pengobatan di atas, misalnya Pombedahan yang dikuti oleh Kemoterapi atau Radioterapi,
bagian kadang pengobatan digunakan dengan 3 kombinasi (Pombedahan, Kemotarapi dan
Radioterapi) Pada desarrya

1
Tujuani utama dari Pembedahan adalah mengangkat Kanker secara keseluruhan karena
Kanker hanya dapat sembuh apabila belum menjalar ketempat Lain Sedangkan Kemoterapi
dan Riadiasi tidak bukan dan tidak lain berturuan untuk membunuh sel-sel Kanker atau
menghentikan pertumbuhan sel-sel Kanker yang manih tertinggal

1.2 Rumusan Masalah


1 Jelaskan pengertian dari sitostatika dan imunosupresan?
2.Jelaskan tentang penyakit sitostatika dan imunosupresan?
3.Sebutkan penggolongan obat sitostatika dan imunosupresan?
4.Sebutian indikasi obat stostatika dan imunosupresan?
5.Sebutkan dasis obat sitastatika dan Imunosupresan?
6.Jelaskan mekanisme kerja obat sitostatika dan imunosupresan?
7 Sebutkan efek samping obat sitostatika dan imunosupresan ?
8.Sebutkan kontraindikasi obat sitostatika dan imunosupresan?
9.Sebutkan interaksi obat sitostatika dan imunosupresan?
10. Sebutkan obat sitostatika dan imunosupresan yang beredar dipasaran
1.3 Tujuan
1. untuk mengetahui pengertian dari sitostatika dan Imunosupresan
2.Untuk mengetahui tentang penyakit sitostatika dan imunosupresan
3.Untuk mengetahui penggolongan obat sitostatika dan imunosupresan
4.Untuk mengetahui indikasi obat sitostatika dan imunosupresan
S.Untuk mengetahui dosis obat sitostatika dan imunosupresan
6.Untuk mengetahui mekanisme kerja obat sitostatika dan Imunosupresan
7.Untuk mengetahui efek samping obat sitostatika dan imunosupresan
8. Untuk mengetahul koptraindikasi obat sitostatika dan imunosupresan
9.Untuk mengetahul interaksl obat sitostatika dan imunosupresan
10.Untuk mengetahul obat sitostatika dan imunosupresan yang beredar

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sitotastika
2.1.1 Pengertian Sediaan sitostatika
Sediaan sitostatika adalah Sitostatik mengacu pada komponen seluler atau obat yang mampu
menghambat pertumbuhan sel. Umumnya digunakan dalam kemoterapi kanker, pengobatan
penyakit kulit dan pengobatan infeksi tertentu. Sediaan ini termasuk produk steril yang harus
higienis. Jadi Obat sitostatika adalah obat-obatan yang digunakan untuk membunuh atau
memperlambat pertumbuhan sel–sel kanker.
Organisme laut yang mempunyai potensi sitotoksik diantaranya berasal dari spon laut,
karang lunak, alga merah dan lain-lain. Spon merupakan salah satu ekosistem terumbu karang
di laut yang sangat potensial sebagai sumber bahan aktif. Spon sebagai invertebrata yang
menghasilkan senyawa bioaktif terbesar. Spon merupakan organisme multiseluler tak
bertulang belakang yang potensial dijadikan bahan eksplorasi pencarian senyawa baru
antikanker karena spon merupakan penghasil senyawa bioaktif antiviral maupun senyawa
sitotoksik (Setyowati, et al., 2007).Spon mudah dikoleksi dan memiliki kandungan metabolit
sekunder dengan bioaktivitas menarik, seperti antibakteri yang berhasil diisolasi dari Angela
sclathrodes (Setyowati, et al., 2005), antioksidan dari Callyspongia sp. (Hanani, et al., 2005),
antifungi dari Stylissa flabelliformis dan Haliclona sp. (Setyowati, et al., 2007), antiinflamasi
dari Axinella brevistyla (Yalcin, 2007), dan aktivitas sitotoksik dari Petrosia sp. (Handayani,
et al., 2012). Kandungan metabolit sekundernya memiliki berbagai bioaktivitas yang sangat
menjanjikan sebagai lead compound, terutama aktivitasnya secara farmakologi. Informasi
tentang keragaman, distribusi, kelimpahan maupun kandungan metabolit sekunder spon
Indonesia saat ini relatif masih sedikit (Rachmat, 2007).
 Pengertian Kanker
Kanker merupakan penyakit yang dapat menyerang seluruh bagian tubuh. Tubuh secara
teratur memproduksi sel baru yang berguna untuk pertumbuhan serta untuk menggantikan sel
yang rusak atau yang sakit. Secara normal, sel tumbuh dan berkembang dengan cara yang tetap.
Namun, ada pula pertumbuhan yang tidak terkontrol yang kemudian tampak menjadi benjolan
yang disebut tumor. Tumor terdiri dari tumor jinak dan tumor ganas. Tumor jinak timbul ketika
terjadi pertumbuhan sel tidak normal yang tidak melewati batas jaringan, tumbuh lamban,
bersimpai, dan berselaput pembungkus sehingga mudah dioperasi dan diangkat. Sedangkan
tumor ganas atau kanker adalah pertumbuhan sel abnormal yang tumbuh cepat, tidak
bersimpai, dan tumbuhnya menyusup ke bagian lain melalui pembuluh getah bening. Kanker

3
adalah penyakit yang bermula ketika sel abnormal diubah oleh mutasi genetik dari DNA seluler
(Smeltzer, 2001).
Pada pasien kanker, komplikasi yang sering timbul adalah infeksi, yaitu pada pengidap
kanker stadium lanjut. Infeksi ini terjadi akibat kekurangan protein dan zat gizi lainnya, serta
penekanan sistem imun yang sering terjadi setelah pengobatan konvensional.
Gejala kanker
Tanda-tanda penyakit kanker sangat bergantung pada bagian organ yang terjangkit. Namun,
secara umum kanker memberikan gejala antara lain sebagai berikut:
 Terdapat pendarahan atau pengeluaran cairan yang tidak wajar. Seperti mimisan terus-
menerus, keluarnya cairan puting susu yang terdapat darah, cairan liang sanggama yang
berdarah di luar siklus menstruasi maupun menopause, ditemukan darah dalam feses
ketika buang air besar, darah dalam air kemih, hingga batuk atau muntah yang
mengandung darah
 Penurunan berat badan dengan cepat akibat kurang lemak dan protein
 Benjolan pada payudara
 Perubahan tahi lalat atau kulit yang mencolok.
Secara spesifik, kanker memiliki tipe berdasarkan organ yang diserangnya. Gejala yang terjadi
memiliki ciri khas masing-masing, tetapi tidak menutup kemungkinan dapat juga muncul
kombinasi gejala.
1. Kanker Otak
Sakit kepala, badan terasa lemah, kebas pada lengan dan kaki, perubahan pada ingatan,
kesulitan berjalan, perubahan tidak normal pada penglihatan secara signifikan, kesulitan
bicara.
2. Kanker Mulut
Terdapat sariawan pada mulut, lidah, dan gusi yang tidak kunjung sembuh
3. Kanker Nasofaring
Perdarahan melalui hidung yang ringan hingga berat, atau sumbatan pada hidung, telinga
nyeri, telinga berdenging, rasa tidak nyaman, keluhan pada mata berupa pandangan ganda,
pembesaran, atau benjolan di leher.
4. Kanker Leher Rahim
Gejala paling umum dari kanker leher rahim adalah perdarahan abnormal dari vagina, atau
terdapatnya flek kekuningan yang encer diikuti dengan bau amis pada vagina. Perdarahan
abnormal ini terutama terjadi setelah berhubungan seksual, tetapi dapat juga muncul
perdarahan di antara dua siklus menstruasi atau setelah menopause. Apabila kanker sudah

4
menyebar ke panggul, maka nyeri punggung dapat terjadi diikuti dengan hambatan dalam
berkemih serta pembesaran ginjal.
5. Kanker Ovarium
Pada umumnya tidak didapatkan gejala dini pada kanker ini, seandainya ada biasanya
samar-samar. Gejala tersebut di antaranya nyeri pada panggul, kembung, mudah lelah,
penurunan berat badan, konstipasi, dan perdarahan menstruasi yang tidak teratur. Pada
pemeriksaan fisik, jika didapatkan adanya suatu massa atau benjolan pada panggul
merupakan tanda yang perlu dicurigai
6. Kanker Payudara
Adanya benjolan, penebalan kulit, perubahan bentuk payudara, gatal-gatal, kemerahan, rasa
sakit yang tidak berhubungan dengan menyusui atau menstruasi.
7. Kanker Saluran Pencernaan
Adanya darah dalam kotoran yang ditandai dengan warna merah terang atau hitam, rasa
tidak enak terus-menerus pada perut, benjolan pada perut, rasa sakit setelah makan,
penurunan berat badan.
8. Kanker Serviks
Pendarahan di periode-periode datang bulan, pengeluaran darah saat menstruasi yang tidak
seperti biasanya, dan rasa sakit yang luar biasa
9. Kanker Kolon
Pendarahan pada usus, ada darah pada kotoran, perubahan buang air besar (diare yang terus-
menerus atau sulit buang air besar)
10. Kanker Kandung Kemih atau Ginjal
Ada darah pada air urine, rasa sakit atau perih pada saat buang air kecil, keseringan atau
kesulitan buang air kecil, sakit pada kandung kemih.
11. Kanker Prostat
Kencing tidak lancar, rasa sakit yang terus-menerus pada pinggang belakang, penis dan paha
atas.
12. Kanker Darah (Leukimia)
Pucat, kelelahan kronis, penurunan berat badan, sering kena infeksi, mudah terluka, rasa
sakit pada tulang dan persendian, dan mimisan
13. Kanker Kulit
Munculnya benjolan pada kulit yang menyerupai kutil (mengeras seperti tanduk), infeksi
yang tidak kunjung sembuh, bintik-bintik berubah warna dan ukuran, rasa sakit pada daerah
tertentu, perubahan warna kulit berupa bercak-bercak.

5
 Penyebab
Penyebab Kanker adalah sering terjadinya perubahan dari sel DNA menjadi tumor jinak, dan
sebagian akhirnya menjadi tumor ganas atau kanker. Perubahan inilah yang menyebabkan
pertumbuhan sel yang sangat cepat dan tidak terkontrol. Secara umum, beberapa alasan
terjadinya hal ini dapat dibagi dua, yaitu:
1. Mutasi gen yang telah ada sejak lahir yang diturunkan dari orangtua atau akibat
gangguan pembentukan gen sebelum lahir
2. Mutasi gen setelah lahir yang disebabkan oleh rokok, radiasi, virus, bahan kimiawi
penyebab kanker, obesitas, akibat hormonal, peradangan dalam jangka waktu lama,
dll.
Pengobatan kanker pun bergantung pada jenis atau tipe kanker yang diderita, darimana asal
kanker tersebut atau pola penyebarannya. Umur, kondisi kesehatan umum pasien, serta sistem
pengobatan juga memengaruhi proses pengobatan kanker. Pengobatan yang umumnya
diberikan adalah melalui:
 Operasi.
 Kemoterapi dengan obat-obatan.
 Radioterapi dengan menggunakan sinar radiasi.
 Terapi hormonal untuk peningkatan daya tahan tubuh.
Secara umum, biasanya digunakan lebih dari satu macam cara pengobatan. Misalnya
pembedahan yang diikuti oleh kemoterapi atau radioterapi, bahkan sering kali pengobatan
digunakan dengan kombinasi (operasi, kemoterapi, dan radioterapi). Sesudah itu, kadang-
kadang diberikan terapi hormonal dan biologik sesuai dengan kebutuhan. Tujuan utama operasi
adalah mengangkat kanker secara keseluruhan, karena kanker hanya dapat sembuh kalau belum
menjalar ke tempat lain. Sedangkan kemoterapi dan radiasi bertujuan untuk membunuh sel
kanker atau menghentikan pertumbuhan sel kanker yang masih tertinggal, atau paling tidak
memperlambat perkembangan sel kanker baru. Dengan demikian, kanker dapat disembuhkan
secara total melalui pengobatan kemoterapi dan radiasi. Atau bila kanker sudah sedemikian
lanjut, setidaknya pengobatan tersebut dapat berfungsi untuk mengurangi gejalanya.
Patofisiologi kanker
Mekanisme pembentukan neoplasma atau tumor ganas disebut dengan karsinogenesis.
Karsinogenesis merupakan suatu proses multi tahap transformasi sel normal menjadi sel ganas
melalui displasi terjadi mekanisme yang sangat rumit, tetapi secara umum mekanisme
karsinogenesis ini terjadi melalui 4 tahap, (Junaidi, 2007) yaitu:

6
a. Tahap inisiasi
Tahap inisiasi merupakan tahap pertama karsinogenesis yang bersifat irreversibel, dimana gen
pada sel normal bertransformasi menjadi malignan. DNA dirusak oleh zat-zat inisiator seperti
radiasi dan radikal bebas dapat mengganggu proses reparasi normal sehingga terjadi mutasi
DNA dengan kelainan pada kromosomnya. Kerusakan DNA ini diturunkan pada anak-anak sel
dan seterusnya. Tahap inisiasi berlangsung dalam satu sampai beberapa hari.
b. Tahap promosi
Proses poliferasi sel terjadi pengulangan siklus sel tanpa hambatan dan secara continue terus
mengulang lalu diteruskan dengan proses metastatis dimana penyebab utama dari kenaikan
morbiditas dan mortalitas pada pasien dengan keganasan. Dalam berlangsungnya proses ini
melibatkan interaksi kompleks tidak hanya ditentukan oleh jenis sel kanker itu sendiri, namun
matriks ekstraseluler, membran basal, reseptor basal, reseptor endotel serta respon kekebalan
host yang berpartisipasi. Mekanisme metastatis merupakan indikasi bahwa mekanisme
pertahanan pasien kanker gagal untuk mengatasi dan memblokir penyebaran sel kanker.
Setelah itu, terjadi lagi proses neoangiogenesis.
c. Tahap angiogenesis
Tahap angiogenesis adalah proses pembentukan pembuluh darah baru yang terjadi secara
normal dan sangat penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Angiogenesis juga
terlibat dalam proses penyembuhan seperti pembentukan jaringan baru setelah cedera.
Angiogenesis juga merupakan tahap yang sangat penting dalam karsiogenesis atau
pertumbuhan sel kanker sehingga terjadi perkembangan sel kanker yang tidak terkendali dan
bersifat ganas. Angiogenesis dapat berkembang menjadi sesuatu yang bersifat patologis dan
berhubungan dengan kanker, inflamasi, penyakit kulit dan penyakit mata. Kondisi patologi
angiogenesis ini diawali oleh pembentukan pembuluh darah baru dan penghancuran sel normal
yang ada disekitarnya, berbeda dengan angiogenesis fisiologis, angiogenesis patologi ini dapat
berlangsung lama sampai beberapa tahun dan biasanya berhubungan dengan beberapa gejala
klinis.
d. Tahap progresif
Pada tahap ini gen-gen pertumbuhan yang diaktivasi oleh kerusakan DNA mengakibatkan
mitosis dipercepat dan pertumbuhan liar dari sel-sel ganas, terjadi aktivasi, mutasi atau
hilangnya gen. Pada tahap progresif ini timbul perubahan benigna menjadi pra-malignan dan
malignan. Metastasis kanker terjadi akibat penyebaran sel kanker utama dan terjadi
pembentukan tumor di tempat baru yang jauh dari sel kanker utama. Pada awalnya kanker
primer harus memiliki akses ke sirkulasi baik melalui pembuluh darah maupun sistem limfatik,

7
setelah sel kanker mampu menembus saluran tersebut sel kanker harus mampu bertahan hidup
dan akhirnya sel kanker tersebut akan menyebar ke organ dan membentuk jaringan baru.
Selanjutnya, sel kanker harus bisa memulai pertumbuhan jaringan baru dengan membentuk
vaskularisasi baru untuk suplai oksigen dan nutrisi.
Cara mencegah kanker
1. Mengonsumsi makanan sehat
2. Rutin berolahraga
3. Berhenti merokok dan jauhi asap rokok
4. Melakukan deteksi dini
5. Melindungi diri dengan asuransi

 Kemoterapi
1. Pengertian kemoterapi
Kemoterapi adalah terapi pengobatan yang diberikan pada pasien kanker dengan
memberikan obat-obat yang bertujuan untuk menghambat poliferasi sel-sel kanker, obat
tersebut bisa diminum ataupun diinfuskan ke pembuluh darah sehingga obatnya dapat
menyebar ke seluruh jaringan tubuh. Penyebaran obat kemoterapi dalam tubuh sangat luas
sehingga efektivitas obatnya baik serta efek samping yang diberikan juga banyak (Kelvin dan
Tyson, 2011).
Obat kemoterapi secara umum disebut sitostatika, obat ini berefek menghambat atau
membunuh semua sel yang sedang aktif membelah diri termasuk sel normal seperti sel akar
rambut, sel darah dan sel selaput lender pada mulut. Oleh sebab itu, pemberian obat sitostatika
harus di bawah pengawasan dokter yang berpengalaman dan tenaga medis lainnya untuk
mencegah timbulnya efek samping yang serius. Penderita kanker yang menjalani kemoterapi
biasanya pengobatannya diberi selang waktu selama 2-3 minggu sebelum dilakukan
kemoterapi berikutnya, hal ini bertujuan agar sel tubuh normal mempunyai kesempatan untuk
memulihkan diri (Sukardja, 2000).
Kemoterapi terkadang merupakan pilihan pertama dalam menangani kanker, karena
kemoterapi bersifat sistemik berbeda dengan radiasi atau pembedahan yang bersifat setempat
sehingga kemoterapi dapat menjangkau sel–sel kanker yang telah menjalar dan menyebar
kebagian tubuh yang lain (Kelvin dan Tyson, 2011).
2. Tujuan kemoterapi
Tujuan dilakukan kemoterapi pada pasien kanker yaitu :

8
 Sebagai terapi induksi, kemoterapi merupakan satu-satunya pilihan terapi bagi pasien
karena sel kanker telah menyebar dan tidak ada pilihan terapi lainnya
 Sebelum pembedahan, untuk mengecilkan ukuran tumor sebelum dibedah
 Setelah pembedahan, untuk mengurangi penyebaran atau kambuhnya kanker
 Sebagai pengobatan setempat, obat kemoterapi disuntikkan langsung ke dalam tumor
misalnya pada kanker hati (Junaidi,2007)

3. Mekanisme kerja kemoterapi


Obat kemoterapi terutama bekerja pada DNA yang merupakan komponen utama gen yang
mengatur pertumbuhan dan diferensiasi sel. Oleh karena itu, obat kemoterapi tidak hanya
bekerja pada sel kanker tetapi juga pada sel yang sehat. Mekanisme obat kemoterapi yaitu :
a) Menghambat atau mengganggu sintesa DNA atau RNA
b) Merusak replikasi DNA
c) Mengganggu transkripsi DNA oleh RNA
d) Mengganggu kerja gen
4. Obat kemoterapi (sitostatika)
Dalam pengobatan kanker menggunakan kemoterapi, biasanya digunakan obat obat
sitostatika dalam bentuk kombinasi 2 atau 3 obat. Dilakukan terapi kombinasi untuk obat yang
bekerja pada bagian yang berbeda dari proses metabolisme sel sehingga meningkatkan
kemungkinan hancurnya jumlah sel-sel kanker. Selain itu, efek samping yang berbahaya dari
obat sitostatika dapat dikurangi karena masing–masing obat diberikan dalam dosis yang lebih
rendah dari dosis obat jika obat tersebut digunakan dalam bentuk tunggal (William, dkk, 2008)

2.1.2 Penggolongan Obat Sitostatika


1. Alkylating agents
2. Antimetab olit
3. Topoisomerase Inhibitors
4. Penghambat Microtubule
5. Antracycline
6. Hormon
 Alkylating Agents
1. Busulfan
Indikasi Obat
9
Indikasi busulfan adalah untuk induksi remisi leukemia mielositik kronik. Indikasi
lainnya adalah sebagai regimen pengkondisian sebelum transplantasi sumsum tulang
pada pasien leukemia mieloblastik akut, terapi paliatif pada fase kronik leukemia
mielositik kronik, serta terapi untuk memperpanjang remisi pada polisitemia vera.
Dosis
Suntik
Untuk transplantasi sumsum tulang
Dewasa: 0,8 mg/kg tubuh ideal diberikan dalam 6 jam selama 4 hari dimulai sejak 7
hari sebelum transplantasi; siklofosfamid diberikan selama 2 hari dimulai setidaknya
24 jam setelah dosis akhir busulfan. Dosis harus diberikan lebih dari 2 jam melalui
kateter vena sentral menggunakan pompa infus.
Anak umur 0-17 tahun:
Berat badan dibawah 9 kg: 1 mg/kg, berat badan 9-16 kg: 1,2 mg/kg; 16-23 kg: 1,1
mg/kg, berat badan 23-34 kg: 0,95 mg/kg, berat badan lebih dari 34 kg: 0,8 mg/kg.
Semua dosis diberikan 6 jam selama 4 hari dilanjutkan oleh siklofosfamid atau
melfalan, dimulai setidaknya 24 jam setelah dosis akhir busulfan.
Oral
- Untuk transplantasi sumsum tulang
Dewasa: 1 mg/kg 6 jam selama 4 hari, mulai 7 hari sebelum transplantasi, siklofosfamid
diberikan selama 2 hari, mulai 24 jam setelah dosis akhir busulfan.
Anak: dibawah umur 18 tahun Hingga 37,5 mg/m 2 6 jam selama 4 hari, mulai 7 hari
sebelum transplantasi, siklofosfamid diberikan selama 2 hari, mulai 24 jam setelah
dosis akhir busulfan.
- Polycythemia vera
Dewasa: 4-6 mg setiap hari dilanjutkan untuk pemantauan 4-6 minggu/darah, terutama
trombosit. lebih dari itu dapat diberikan jika kambuh terjadi; alternatifnya, terapi
pemeliharaan kira-kira setengah dosis induksi dapat diberikan.
- Leukemia myeloid kronik
Dewasa: Induksi remisi: Awalnya, 0,06 mg/kg setiap hari. Maks: 4 mg setiap hari.
Anak: dosis sama seperti orang dewasa.
- Trombositemia esensial
Dewasa: 2-4 mg setiap hari.
Mekanisme kerja

10
Busulfan bekerja dengan cara menempel pada salah satu untai DNA sel kanker,
sehingga sel tersebut tidak dapat membelah diri. Dengan begitu, pertumbuhan dan
penyebaran sel kanker di dalam tubuh dapat dihambat.
Efek Samping
Beberapa efek samping yang mungkin timbul akibat penggunaan busulfan adalah:
Mulut, hidung, dan tenggorokan terasa kering,Kulit tampak lebih gelap,Demam dan
meriang Mual,Diare,Nafsu makan berkurang,Nyeri otot,Sakit kepala,Sariawan,Sulit
tidur (insomnia).
Kontraindikasi
Busulfan kontraindikasi pada pasien yang sebelumnya sudah resisten terhadap
busulfan. Busulfan juga tidak boleh diberikan pada pasien yang memiliki riwayat
hipersensitivitas terhadap busulfan atau komponen preparatnya. Kontraindikasi lain
adalah pemberian pada pasien yang belum memiliki diagnosis definitif leukemia
mielositik kronik.
Interaksi Busulfan dengan Obat Lain
Ada beberapa efek interaksi obat yang dapat terjadi jika busulfan digunakan bersama
obat lain, di antaranya:
- Peningkatkan risiko terjadinya efek samping obat, bila digunakan bersama
paracetamol, itraconazole, atau metronidazole
- Penurunan efektivitas obat, bila digunakan bersama phenytoin
-Peningkatkan risiko terjadinya kejang, bila digunakan bersama tramadol,
phenothiazine, teofilin, atau amitriptyline
-Peningkatkan risiko terjadinya gangguan liver, bila digunakan bersama thioguanine
2. Carboplatin
Indikasi
Kanker ovarium, NSCLC & SCLC, kanker kepala & leher (sel skuamous), kanker
kandung kemih (sel transisional), kanker serviks.
Dosis
AUC 4-7 mg/mL.menit.
Mekanisme kerja
Berikatan dengan DNA sehingga menyebabkan hambatan replikasi dan transkripsi.
Ekskresi terutama melalui ginjal, 32% dalam bentuk utuh.
Efek Samping

11
Mielosupresi, mual muntah, gangguan saluran cerna, nefrotoksik, ototoksik,
peningkatan kadar enzim hati, reaksi alergi.
Kontraindikasi:
Mielosupresi berat, gangguan fungsi ginjal berat, hipersensitif, tumor dengan
perdarahan, kehamilan & laktasi.
Interaksi
Obat ini termasuk ke dalam golongan obat keras yang penggunaannya harus melalui
resep dokter. Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan
obat kemoterapi ini :
 Jangan gunakan obat ini pada pasien yang hipersensitif terhadap bahan aktif dan
komponen lain yang terkandung dalam obat ini.
 Hindari penggunaan obat ini pada pasien yang memiliki disfungsi ginjal, infeksi,
masalah pendengaran, cacar air, dan herpes zoster.

 Antimetab Olit
1. Fluorouracil
Indikasi
Indikasi fluorouracil (fluorourasil) adalah agen kemoterapi untuk berbagai jenis
tumor solid multipel, seperti kanker payudara dan saluran cerna. Rata-rata pasien
akan mendapat 6 siklus kemoterapi dengan fluorouracil.
Dosis
Fluorouracil termasuk dalam golongan obat keras sehingga hanya bisa didapatkan
dan digunakan berdasarkan resep dokter.
Dewasa: 12 mg / kg berat badan/ hari (maksimal: 0,8-1g / hari) selama 3-4 hari.
Terapi dapat diulangi setelah 4-6 minggu atau dosis pemeliharaan 5-15 mg / kg
berat badan/ minggu (maksimal: 1 g / minggu) dapat diberikan.
Melalui infus: 15 mg / kg berat badan/ hari (maksimal: 1 g setiap hari) dalam 500
ml saline normal atau 5% glukosa selama 4 jam, diulangi pada hari-hari berikutnya
sampai terjadi toksisitas atau total 12-15 g diberikan. Terapi dapat di ulangin
setelah 4-6 minggu.
Mekanisme kerja
Fluorouracil adalah obat dengan nama generik yang diproduksi beberapa
perusahaan farmasi. Obat ini dapat menghambat pertumbuhan dan penyebaran sel

12
kanker. Obat ini bekerja menghalangi pertumbuhan sel tidak normal baik itu sel
kanker maupun sel pra kanker.
Efek samping
Efek samping penggunaan Fluorouracil yang mungkin terjadi adalah:
 Stomatitis (sariawan)
 Diare
 Mual dan muntah
 Leukopenia (kekurangan darah putih)
 Alopesia (kebotakan)
 Dermatitis (peradangan kulit).
Kontraindikasi
Hindari penggunaan Fluorouracil pada pasien:
 Pasien yang memiliki status nutrisi buruk
 Mielosupresi (produksi darah tertekan)
 Hipersensitif terhadap komponen Fluorouracil Injeksi
Interaksi Obat
 Penggunaan bersama fluorouracil dapat meningkatkan efek dari warfarin.
 Dapat mengurangi respon terhadap vaksin dan memiliki kemungkinan
infeksi jika menggunakan vaksin hidup.
 Dapat mengubah efek fluorouracil jika digunakan bersama allopurinol.
 Kalsium leucovorin dapat meningkatkan toksisitas fluorouracil.

2. Methotrexate
Indikasi
Indikasi penggunaan methotrexate atau metotreksat adalah untuk mengobati
beberapa jenis kanker, serta mengontrol gejala psoriasis dan rheumatoid arthritis.
Selain itu, methotrexate dapat menjadi pilihan untuk pengobatan mikosis
fungoides, penyakit Crohn, dan kehamilan ektopik.
Dosis
Methotrexate merupakan golongan obat keras. Obat ini memerlukan resep dokter
untuk pembelian serta penggunaannya. Penggunaan Methotrexate injeksi harus
dibantu oleh tenaga ahli medis
Koriokarsinoma

13
Dewasa: 15-30 mg setiap hari selama 5 hari. Ulangi setelah setidaknya 1 minggu.
Atau, 0,25-1 mg / kg (maksimal: 60 mg) setiap 48 jam untuk 4 dosis diikuti dengan
penyelamatan asam folinat, ulangi dengan interval 7 hari selama 4 atau lebih
kursus. Di berikan melalui injeksi intramuskular (melalui otot).
Fungoides mikosis
Dewasa: di berikan dosis 50 mg seminggu sebagai dosis tunggal atau 2 dosis
terbagi. Di berikan melalui injeksi intramuskular (melalui otot).
Mekanisme kerja
Methotrexate termasuk dalam golongan antikanker yang memiliki efek
imunosupresan. Obat ini bekerja dengan cara menghambat kerja enzim yang
penting untuk pembentukan DNA sel. Dengan begitu, proses replikasi dan
pertumbuhan sel dapat diperlambat atau terhenti.
Efek Samping
Efek samping penggunaan Methotrexate yang mungkin terjadi adalah:
 Ulserasi mulut dan gangguan saluran pencernaan (stomatitis atau luka pada
mulut dan gusi akibat peradangan dan diare)
 Depresi sumsum tulang
 Reaksi kulit
 Gagal ginjal
 Hepatotoksisitas (kerusakan hati karena zat kimia)
 Alopecia (kebotakan)
 Iritasi mata
 Arachnoiditis (keluhan nyeri dari punggung hingga selangkangan) pada
penggunaan intratekal
 Anemia megaloblastik
 Osteoporosis (kepadatan tulang menurun)
 Artralgia (nyeri sendi)
 Nekrosis/kematian jaringan dan tulang
 Anafilaksis (alergi berat)
 Gangguan kesuburan.
Kontraindikasi
Hindari penggunaan pada pasien dengan kondisi:
 Gangguan ginjal atau hati berat

14
 Supresi sumsum tulang dalam yang sudah ada sebelumnya pada pasien dengan
psoriasis (peradangan kulit) atau artritis rheumatoid
 Penyakit hati alkoholik, AIDS, diskrasia (gangguan pada sel plasma darah)
yang sudah ada
 Kehamilan (pada pasien dengan psoriasis atau artritis reumatoid), menyusui.
Interaksi Obat
Efektivitas menurun jika di berikan bersamaan dengan asam folat dan turunannya.

 Topoisomerase Inhibitors
1. Bleomycin
Indikasi
Bleomycin adalah obat untuk menangani karsinoma sel skuamosa, kanker kelenjar
getah bening (limfoma), atau efusi pleura akibat kanker.
Dosis
M/SC : 15-30 mg; IV: 15-30 mg; Intrapleura: 30-60 mg.
Mekanisme kerja
Bleomycin akan bekerja dengan cara membentuk radikal bebas yang dapat
merusak DNA sel kanker. Dengan demikian, penyebaran sel kanker dalam tubuh
dapat terhambat.
Efek Samping
Beri tahu dokter atau petugas medis jika efek samping di bawah ini tidak kunjung
mereda atau semakin memberat:
 Mual dan muntah
 Rambut rontok
 Hilang nafsu makan atau berat badan turun
 Sariawan atau luka di mulut atau lidah
 Warna kulit yang berubah menjadi lebih gelap
 Demam atau tidak enak badan
 Merah, gatal, atau bengkak, di area penyuntikan
Kontraindikasi
Hindari penggunaan bleomycin pada pasien dengan kondisi, seperti:
 Alergi terhadap bleomycin
 Infeksi paru akut
 Penurunan fungsi paru-paru
15
 Menyusui
Interaksi Bleomycin dengan Obat Lain
Berikut ini adalah sejumlah efek interaksi yang dapat terjadi jika bleomycin
digunakan bersama obat lain:
 Peningkatan risiko terjadinya agranulositosis jika digunakan dengan
clozapine
 Peningkatan risiko terjadinya sindrom Raynaud jika digunakan dengan
vinca alkaloid
 Peningkatan risiko terjadinya penggumpalan darah jika digunakan
dengan thalidomide
 Peningkatan risiko terjadinya infeksi yang fatal dan berbahaya jika
digunakan dengan etanercept
 Menurunnya penyerapan obat phenytoin
 Penurunan efektivitas vaksin hidup, seperti vaksin BCG atau vaksin
campak
 Peningkatan risiko terjadinya kerusakan paru jika digunakan dengan
cisplatin, bretuximab, terapi oksigen, atau jika terapi dilakukan
bersamaan dengan radioterapi.
2. Epirubicin
Indikasi
Indikasi utama epirubicin adalah sebagai terapi adjuvan pada pasien pasca reseksi
tumor ganas primer payudara yang memiliki tumor metastasis di kelenjar getah
bening aksila. Dosis epirubicin yang diberikan tergantung pada indikasinya.
Meskipun kanker payudara merupakan indikasi utama, beberapa literatur
melaporkan bahwa epirubicin juga dapat digunakan untuk beberapa jenis kanker
lain.
Dosis
Sebagai dosis tunggal : 60-90 mg/m2 setiap 3-4 minggu.
Mekanisme kerja
Epirubicin bekerja dengan cara memperlambat pertumbuhan sel-sel kanker.
Epirubicin termasuk dalam kelas obat yang dikenal sebagai anthracyclines.
Epirubicin juga dapat digunakan untuk mengobati kanker lainnya, seperti kanker
tulang.
Efek samping
16
 Kardiotoksik (keracunan pada jantung)
 Alopesia (kebootakan)
 Mual dan muntah
 Demam
 Hiperpigmentasi pada kulit dan kuku
Kontraindikasi
Hindari penggunaan pada pasien dengan kondisi:
 Pasien yang memiliki riwayat hipersensitif terhadap epirubicin
 Wanita hamil dan menyusui
 Gangguan jantung, serangan jantung berat atau baru-baru ini
 Disfungsi hati yang parah
Interaksi Obat
Hindari penggunaan Epirubicin bersamaan dengan obat-obat berikut:
 Paclitaxel dan anthracyclines lainnya
 Cimetidine
 Heparin
 Obat antineoplastic
 Obat kardiotoksik
 Radiasi
 Obat hepatoaktif.

 Penghambat Microtubule
1. Doxatacel
Indikasi
Terapi tambahan pada kanker payudara node positif dan node negatif yang dapat
dioperasi diberikan secara kombinasi dengan doksorubisin dan siklofosfamid,
kanker payudara stadium lanjut atau metastase dalam kombinasi dengan
doksorubisin untuk kemoterapi awal atau terapi tunggal untuk kanker payudara
stadium lanjut atau metastase yang gagal diobati dengan antrasiklin atau zat
pengalkilasi, kanker payudara metastase dengan tumor over express HER2 untuk
kemoterapi awal dalam kombinasi dengan trastuzumab, kanker payudara stadium
lanjut atau metastase dalam kombinasi dengan kapesitabin yang gagal diobati
antrasiklin, kanker paru non small cell stadium lanjut atau metastase yang gagal
diobati dengan kemoterapi sebelumnya atau dalam kombinasi dengan
17
sisplatin/karboplatin untuk kemoterapi awal, kanker ovarium metastase yang gagal
diobati dengan kemoterapi sebelumnya, adenokarsinoma gastrik metastase
termasuk adenokarsinoma gastroesophageal junction sebagai kemoterapi awal
dalam kombinasi dengan sisplatin dan 5-fluorourasil, kanker lanjut squamous cell
pada kepala dan leher dalam kombinasi dengan sisplatin dan 5- fluorourasil, kanker
prostat metastase dalam kombinasi dengan prednison/prednisolon.
Dosis & Cara Penggunaan
Docetaxel termasuk dalam golongan obat keras, maka dari itu penggunaan obat ini
harus sesuai anjuran dan resep dokter.
Dewasa: 60-75 mg/m2 melalui infus selama lebih dari 1 jam setiap 3 minggu sekali.
Atau sesuai petunjuk dokter.
Mekanisme kerja
Cara kerja obat ini adalah dengan menghancurkan dan mematikan sel kanker
sebelum menyebar lebih jauh.
Efek Samping
Efek Samping yang mungkin terjadi adalah:
 Lemah
 Mual dan muntah
 Diare
 Sembelit
 Kehilangan nafsu makan
 Nyeri otot
 Menstruasi tidak teratur
 Rambut rontok
 Perubahan warna kuku.
Kontraindikasi
Hindari pemberian pada pasien yang memiliki Hipersensitif (reaksi berlebihan atau
sangat sensitif) terhadap kandungan dalam obat tersebut.
Interaksi Dengan Obat lain
Obat doxatacel akan berinterkasi dengan sejumlah jenis obat-obatan yang mana hal
ini dapat mengurangi efektivitas obat. Jenis obat-obatan yang di maksud adalah
sebagai berikut:
 Atazanavir
 Aprepitant

18
 Cobicistat
 Carbamazepine
 Dabrafenib
 Dalfopristin
 Sorafenib
 Telitromisin
 Vorikonazol

2. Vinblastin
Indikasi
Obat vinblastine adalah obat kanker testis, kanke rkandung kemih, sarcoma
Kaposi, limfoma histiositik, limfoma Hodgkin, karsinoma sel skuasmosa, atau
penyakit letterer-siwe. Selain itu obat ini digunakan untuk mengatasi histiosis dan
germ cell tumor pada anak.
Dosis
Dewasa : 6 mg/ m2 tiap 2 minggu
Anak-anak : 6 mg/m2 tiap 1-2 minggu dalam 3-4 minggu pengobatan
Mekanisme kerja
Vinblastin bekerja dengan cara memperlambat atau menghentikan pertumbuhan sel
kanker dengan mengganggu proses pembentukan materi genetik DNA/RNA sel
kanker.
Efek Samping
 nyeri atau kemerahan di tempat bekas suntikan
 Mual dan Muntah
 Hilang nafsu makan
 Sembelit
 Rambut rontok
Kontraindikasi
Jangan menggunakan vinblastine jika mempunyai kondisi medis di bawah ini:
 Kehamilan dan menyusui
 Alergi vinblastine
 Mengalami infeks bakteri yang belum diobati atau dikontrol
 Kadar leukosit rendah

19
 Mengkonsumsi obat nefazodone
 Mengkonsumsi antibiotic erythromycin, clarithromycin, telithromycin
 Mengkonsumsi obat HIV/AIDS
 Mengkonsumsi obat hepatitis C telaprevir, boceprevir
 Mengkonsumsi atau menggunakan obat antijamur itraconazle,
itraconazole, posaconazole,ketoconazole.
Interaksi dengan obat lain
Mengkonsumsi vinblastine dengan obat lain secara bersamaan dapat menyebabkan
beberapa interaksi meliputi :
 Menurunnya sitem imun tubuh bila digunakan dengan vaksin
 Dapat berinteraksi dengan obat phenytoin
 Penurunan metabolism vinblastine ketika digunakan dengan miconazole
 Peningkatan risiko neutropenia saat digunakan dengan ritonavir.

 Antracyclin
Mekanisme kerja : Membentuk ikatan kompleks untuk mengikat DNA sel
Indikasi : ovarium, kandung kemih, kanker paru-paru, kanker rahim, kanker payudara,
limfoma, leukemia
Efak samping : reaksi alergi, hilangnya nafsu makan, mual, muntah, demam dan kadar
gula darah tinggi
1. Mytocin C
Indikasi
Obat kanker, kanker kandung kemih dan operasi glaukoma
Mekanisme Kerja
Menghentikan pertumbuhan sel-sel kanker dan tumor dalam tubuh.
Interaksi
Penggunaan bersamaan dengan obat kemoterapi lainnya dapat meningkatkan efek
samping
 Kelelahan
 Jumlah darah rendah
 Kehilangan selera makan
 Merasa atau sakit
 Berat badan

20
Kontraindikasi
 Hipersensitif terhadap Mitomycin.
 Pasien dengan gangguan trombositopenia.
 Pasien yang memiliki gangguan koagulasi dan peningkatan
kecenderungan perdarahan.
 Pasien dengan gangguan infeksi akut.
 Pasien yang memiliki masalah kreatinin serum >1,7 mg/dL.
 Ibu hamil dan menyusui.

Dosis
1. Kanker, pankreas, kanker lambung, kanker kepala dan leher, kanker payudara
metastatik, kanker paru-paru sel kecil dan kanker prostat
 Injeksi
Dosis biasa 10-20 mg/m2 dapat diulangi dengan interval 6-8 minggu jika jumlah
darah memungkinkan dan dapat disesuaikan sesuai dengan respons hematologis
sebelumnya. Atau, 4-10 mg (0,06-0,15 mg/kg) pada 1-6 interval mingguan
2. Adjunct operasi glaukoma
 Optalmik
 Sebagai 0,2 mg / mL larutan:
 Oleskan melalui spons ke bekas operasi filtrasi glaukoma.
 Simpan (tahan) spons di area perawatan selama 2 menit

3. Tumor kandung kemih superfisial


 Intravesical
 Dosis normal: 20-40 mg ditanamkan sekali seminggu atau 3 kali
seminggu untuk total 20 dosis.
 Simpan larutan dalam kandung kemih selama minimal 1 jam dengan
memutar kontak dosis dengan semua area urothelium kandung kemih
setiap 15 menit.
 Atau, 4-10 mg (0,06-0,15 mg / kg) ditanamkan sekali seminggu atau 3
kali seminggu.
 Untuk profilaksis kasus berulang: 20 mg setiap 2 minggu atau 40 mg
bulanan atau 3 bulanan.

21
Obat yang ada dipasaran : Mitomycin dan mutamycin

2. Bleomycin
Indikasi
Kanker paru, lambung dan anus karsinoma testis dan serviks, limfoma Hodgkin
dan non- Hodgkin.
Mekanisme kerja
Menghambat sintesis DNA, ikatan-ikatan DNA untuk selanjutnya terjadi
pemutusan untai tunggal dan ganda.
Efek samping
 Muntah
 Kulit kemerahan
 Garis-garis gelap pada kulit
 Perubahan warna kulit
 Demam
 Kerontokan rambut
 Menggigil
 Ruam dan gatal pada kulit
Interaksi obat
Mengonsumsi bleomycin dengan obat lain bersamaan dapat menyebabkan
beberapa interaksi meliputi:
 Radioterapi
Penggunaan bersama dapat menyebabkan kerusakan paru.
 Fenitoin
Fenitoin dapat meningkatkan kadar bleomycin dalam darah, sehingga
dapat meningkatkan efek samping, seperti demam dan kerontokan
rambut.
 Clozapine
Penggunaan bersama clozapine dapat menyebabkan risiko
agranulositosis atau kegagalan sumsum tulang membentuk granulosit
(jenis sel darah putih untuk melawan infeksi)

22
 Thalidomide
Penggunaan bersama thalidomide dapat meningkatkan risiko
penggumpalan darah.
 Oksigen, cisplatin, atau brentuximab
 Alkaloid vinca
Kontraindikasi
 Alergi terhadap bleomycin
 Infeksi paru akut
 Penurunan fungsi paru-paru
 Menyusui

Dosis
1) Kondisi: Karsinoma sel skuamosa, kanker testis
Dosis 15.000 IU, 3 kali seminggu, atau 30.000 IU, 2 kali seminggu.
Pengulangan dosis diberikan dengan interval 3–4 minggu. Total dosis
kumulatif selama pemberian adalah 360.000 IU.
2) Kondisi:Limfoma
Dosis 15.000 IU, 1–2 kali seminggu, hingga total dosis adalah 225.000 IU.
Obat akan diberikan melalui suntikan ke otot (intramuskular/IM).
3) Kondisi:Efusi pleura
Dosis 60.000 IU yang dilarutkan dalam 100 mL NaCl 0,9% hingga total
dosis adalah 360.000 IU. Obat akan diberikan melalui selang yang
langsung ke rongga pleura (chest tube).
Obat yang beredar dipasaran : Bleomycin atau Bleocin

 Hormon
1. Progesteron
Indikasi
Kontraindikasi
 Penyakit jantung
 Masalah sirkulasi darah
 Sakit kepala sebelah (migrain)
 Asma

23
 Penyakit ginjal
 Kejang atau epilepsi
 Riwayat depresi
 Menyusui
Efek Samping
Sakit kepala, konstipasi, diare, pusing, nyeri paudara, perut kembung, bengkak
di kaki atau tangan, keputihan dan nyeri sendi
Interaksi
Mengatasi gejala akibat defisiensi progesteron, terutama pada saat
premenopause (mestruasi yang tidak teratur, sindrom premenstruasi,
mastodinia), functional uterine bleeding dan menoragia fibroma, endometriosis,
dismenorea, terapi sulih hormon dalam kombinasi dengan estrogen.
 Edoxaban
Progesteron dapat meningkatkan kadar edoxaban dalam darah.
 Venetoclax
Penggunaan bersama secara signifikan dapat meningkatkan kadar dan
efek venetoclax dalam darah.
Mekanisme Kerja
a) Menghambat Ovulasi karena terganggu fungsi proses hipotalamus,
hypophyse, ovarium dan modifikasi dari FSH dan LH pada pertengahan siklus.
b) Menghambat Implantasi: implementasi dapat dicegah bila diberikan
progesterone pra ovulasi
c) Mengentalkan lender serviks
Dosis
2-3 kapsul setiap hari dalam dosis terbagi. Dosis dapat bervariasi berdasarkan
indikasi dan kebutuhan pasien.
Obat yang ada dipasaran : Raloxifen
2. Estrogen
Indikasi
mengatasi kekurangan hormon estrogen di dalam tubuh.
Kontraindikasi
kehamilan, trombosis, perdarahan yang belum jelas sebabnya, tumor yang
tergantung pada estrogen.
Mekanisme kerja
24
Estrogen bekerja dengan cara menambah kadar estrogen di dalam tubuh,
sehingga dapat mengatasi beragam kondisi yang disebabkan oleh penurunan
kadar estrogen
Efek Samping :
 Nyeri pada payudara (wanita dan pria)
 Payudara membesar (wanita dan pria)
 Sakit perut
 Mual dan muntah
 Perut kembung
 Sakit kepala
 Berat badan meningkat secara drastis
 Diare
 Kram dan rasa terbakar pada tungkai
 Depresi
 Pusing
 Rambut rontok
 Perubahan gairah seksual
 Penebalan dinding rahim
Interaksi
 Penurunkan efektivitas obat jika digunakan bersama dengan
phenytoin dan rifampicin
 Peningkatkan risiko terjadinya efek samping jika digunakan
bersama dengan ritonavir dan erythromycin
Dosis
a) Oral
 Gangguan saraf akibat menopause: 0,3 mg/hari
 Pencegahan osteoporosis pascamenopause: 0,3 mg/hari
 Hipogonadisme pada wanita: 0,3–0,625 mg/hari
 Atrofi vagina atau atrofi vulva akibat menopause: 0,3 mg/hari
 Infertilitas (kemandulan): 1,25 mg/hari
b) Krim vagina
 Kraurosis vulva (atrofi vulva yang progresif) akibat menopause: 0,5
g/hari

25
 Dispareunia (nyeri saat berhubungan seks) akibat menopause: 0,5 g,
2 kali/minggu
Untuk obat estrogen suntik, dosis akan ditentukan oleh dokter di rumah
sakit. Obat suntik hanya boleh diberikan oleh dokter atau oleh petugas medis
di bawah pengawasan dokter.
Obat yang ada dipasaran : Tamoxsifen

26
2.2 Imunosupresan
2.2.1 Pengertian Imunosupresan
Imunosupresan adalah kelompok obat yang digunakan untuk menekan respon imun
seperti pencegah penolakan transpalansi,mengatasi penyakit autoimun dan mencegah
hemolisis rhesus dan neonatus. Sebagian dari kelompok ini bersifat sitotokis dan digunakan
sebagai antikanker , imonusupresan merupakan zat zat yang justru menekan aktivitas sistem
imun dengan jalan interaksi diberbagai titik dari sitem tersebut.
Titik kerja nya dalam proses imun dapat berupa penghambatan transkripsi dari eytokin,
sehingga rantai penting dalam respon imun diperlemah , Khususnya H-2 adalah esensial bagi
perbanyakan dan diferensial limfosit yang dihambat pula oleh efek sitostatis
langsung,Imunosupresan digunakan untuk tiga indikasi utama yaitu transplanatasi organ ,
penyakit autoimun dan pencegahan hemolisis Rhesus pada neonatus , Mekanisme kerja obat
imunosupresan secara umum adalah mendepresi sistem imun pasien melalui berbagai cara,
antara lain dengan mengganggu berbagai tahapan aktivasi sistem imun, menginhibisi sintesis
RNA dan DNA, menghambat fungsi dan proliferasi sel imun, menghambat aktivasi sel T, dan
penurunan jumlah produksi berbagai macam sitokin.
Terdapat dua kelompok kondisi yang dapat diatasi dengan obat imunosupresan. Kondisi
tersebut, yaitu:
1. Gangguan autoimun
Penyakit autoimun terjadi ketika sistem imun menyerang jaringan tubuh penderitanya.
Obat imunosupresan dapat menekan atau menghambat reaksi sistem imun tersebut karena
dapat melemahkan’ sistem imun. Dengan begitu, efek dari penyakit autoimun diharapkan dapat
berkurang.Gangguan autoimun yang dapat diatasi dengan imunosupresan, yaitu
Berikut ini adalah beberapa contoh penyakit autoimun dan gejalanya:
 Lupus
Lupus dapat memengaruhi hampir semua organ tubuh dan menimbulkan beragam gejala,
seperti demam, nyeri sendi dan otot, ruam kulit, kulit menjadi sensitif, sariawan, bengkak
pada tungkai, sakit kepala, kejang, nyeri dada, sesak napas, pucat, dan perdarahan.
 Penyakit Graves.
Penyakit Graves dapat menimbulkan gejala berupa kehilangan berat badan tanpa alasan
yang jelas, mata menonjol, rambut rontok, jantung berdebar, insomnia, dan gelisah.
 Psoriasis
Penyakit ini dapat dikenali dengan kulit yang bersisik dan munculnya bercak merah pada
kulit.

27
 Multiple sclerosis.
Gejala yang dapat ditimbulkan oleh multiple sclerosis meliputi nyeri, mati rasa pada salah
satu bagian tubuh, gangguan penglihatan, otot kaku dan lemas, koordinasi tubuh
berkurang, dan kelelahan.
 Myasthenia gravis.
Gejala yang dapat dialami akibat menderita myasthenia gravis adalah kelopak mata
terkulai, pandangan kabur, lemah otot, kesulitas bernapas, dan kesulitan menelan.
 Tiroiditis Hashimoto.
Penyakit ini dapat menimbulkan gejala berupa berat badan naik tanpa sebab yang jelas,
sensitif terhadap udara dingin, mati rasa di tangan dan kaki, kelelahan, rambut rontok, dan
kesulitan berkonsentrasi.
 Kolitis ulseratif dan Crohn’s disease.
 Gejala yang dapat dialami jika menderita kedua penyakit ini adalah nyeri perut, diare,
buang air besar berdarah, demam, dan berat badan turun tanpa sebab.
 Rheumatoid arthritis.
Rheumatoid arthritis dapat membuat penderitanya mengalami gejala berupa nyeri sendi,
radang sendi, pembengkakan sendi, dan kesulitan bergerak.
 Sindrom Guillain Barre.
Penyakit ini menimbulkan gejala berupa lemas yang jika kondisinya semakin parah dapat
berkembang menjadi kelumpuhan.
 Vaskulitis
Vaskulitis dapat dikenali dengan gejala demam, penurunan berat badan tanpa alasan yang
jelas, kelelahan, tidak nafsu makan, dan ruam kulit
Penyebab autoimun
 Memiliki berat badan berlebih atau obesitas Merokok,
 Menggunakan obat-obatan yang memengaruhi sistem kekebalan tubuh, seperti obat
simvastatin atau antibiotic .
 Terkena paparan bahan kimia atau cahaya matahari,
 Menderita infeksi bakteri atau virus, misalnya infeksi virus Epstein Barr
Obat-obatan yang dapat diberikan untuk menangani penyakit autoimun meliputi:
 Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), seperti ibuprofen atau aspirin, untuk mengatasi
nyeri

28
 Obat penekan sistem kekebalan tubuh, seperti kortikosteroid, untuk menghambat
perkembangan penyakit dan memelihara fungsi organ tubuh
 Obat anti-TNF, seperti infliximab, untuk mencegah peradangan akibat penyakit
autoimun rheumatoid arthritis dan psoriasis
2. Transplantasi organ
Sebagian besar pasien yang menerima transplantasi organ harus mengonsumsi obat
imunosupresan atau anti-rejeksi. Obat ini berfungsi melemahkan sistem kekebalan tubuh untuk
mengurangi reaksi tubuh terhadap organ asing. Obat-obatan memungkinkan organ yang
ditransplantasikan akan tetap sehat dan mencegah kerusakan
Penyebab transplantasi organ yaitu:
Transplantasi organ ini ditujukan untuk menggantikan organ yang rusak atau tak
berfungsi pada penerima dengan organ lain yang masih berfungsi dari donor. Donor
organ dapat berasal dari orang yang masih hidup maupun sudah meninggal dunia. Untuk
menentukan jenis obat imunosupresif yang akan diberikan dengan melihat kondisi pasien, baik
pada pasien transplantasi organ maupun penyakit autoimun.

2.2.2 Penggolongan obat imunosupresan


Ada 6 golongan imunosupresan, yaitu:
1. Imunosupresan antiploriferatif
2. Calcineurin Inhibitor
3. mTor Inhibitor
4. Kortekosteroid
5. Pengahambat janus kinase
6. Antibodi monoklonal

• Imunosupresan antiploriferatif
1. Azatioprin
Indikasl
Azatioprin banyak digunakan pada transplantasi dan digunakan untuk pengobatan
beberapa kondisi autoimun, umumnya bila penggunaan kortikosteroid tunggal tidak
memberi hasil yang cukup baik.
Mekanisme kerja
Menghasilkan imunosupresi dengan mengganggu metabolisme asam nukleat purin
pada tahap yang diperlukan dalam proliferasi sel limfosit setelah stimulasi antegenik.

29
Diserap dengan baik di saluran cerna dan terutama dimetabolisme menjadi
merkaptopurin. Setelah pemberian azatioprin sejumlah kecil obat tidak diubah dan
merkaptopurin juga diekskresikan oleh ginjal dan tolsisiasnya dapat meningkat dua
kali lipat pada pasien anefrik atau anurik.
Efek samping
Reaksi hipersensitivitas (malaise, pusing. mual, demam, nyeri otot. nyeri sendi,
gangguan fungsi hati, ikterus, arimia, hipotensi, nefritis intertisial); supresi sumsum
tulang yang bergantung dosis, rambut rontok, rentan terhadsp infeksi bila digunakan
bersama kortikosteroid, mual. pankreatitis, pneumonitis; efek terhadap imun respons.
Kontraindikasi
Hipersensitivitas azatioprin. kehamilan.
Interaksi
Adanya peningkatkan efek dan toksisitas azatioprin jika diberikan bersama allopurinol
(turukan dosis azatioprin menjadi seperempat dosis lazim)
Peringatan
Harya digunakan bila monitoring selama penggunaannya dapat dilaksanakan yang
harus dipantau adalah hitung darah lengkap, yaitu setiap minggu selama 8 minggu
pertama, lalu setiap 3 bulan; dosis dikurangi pada gangguan fungsi ginjal, gangguan
fungsi hati dan manula.
Pasien harus dingatkan untuk segera melaporkan bila ada tanda-tanda infeksi, luka
yang tidak jelas penyebabnya, pendarahan atau manifestasi lain penekanan sumsum
tulang.
Kategori Kehamilan : D
Sediaan
- Imuran (azatiroprin 50 mg) Tablet salut selaput (K)
Dosis awal : 3-5 mgkgBB/ hari mulai pada saat transplantasi
dilakukan.
Terapi untuk semua kondisi : Dosis lazim 2-25 mgkgBB/hari
peroral, diberikan setelah makan.
- Azathiropine Sandoz (azatiroprin 50 mg) Tablet (K)

30
2. Mikofenolat Mofetil
Indikasi
Profilaksis penolakan organ akut pada pasien yang menerinua transplantasi ginjal
allogenik dan transplantasi jantung allogenik. Mikofenolat mofetil harus digunakan
bersamaan dengan siklosporin dan kortikosteroid.
Mekanisme kerja
Menghambat jalur biosintesis purin secara denovo (relatif selektif terhadap
limfosit). Mikofenolat mofetil diabsorpsi dengan cepat setelah pemberian oral dan
dihidrolisis menjadi asam mikofenolat yang aktif. Absorpsi oral baik, 95% terikat
albumin plasma, 90% diekskresikan dalam bentuk mekofenolat-glukoronat.
Efek samping
Diare, gangguun abdominal, gastritis, mual, muntah, konstipasi; batuk, sindroma
seperti influenza; sakit kepala, infeksi (viral, bakteria dan jamur); peningkatan
kreatinin darah; leukopenia, anemia, trombositopenia; refluks gastro-esofagal,
pendarahan dan ulserasi saluran cerna, pankreatitis, uji fungsi hati, hepatitis,
takikardia, perubahan tekanan darah, udem, dispnea, tremor, insomnia, pusing,
hiperglisemi, peringkatan risiko keganasan, gangguan lemak darah dan elektrolit,
nekrosis tubular ginjal, arthralgia, alopesia, jerawat.
Kontraindikasi
Hipersensitif, kehamilan; menyusui.
Interaksi
Kadar asiklovir dan gansiklovir meningkat dengan pemberian mikofenolat mofetil;
Pemberian dengan kolestiramin menurunkan AUC MPA (Mychophenolic acid):
Pemberian dengan takrolimus dan probenesid meningkatkan AUC MPA; vaksin
hidup tidak bolch diberikan pada pasien dengan kenusakan respon imun. Respon
antibodi terhadap vaksin lain dapat berkurang
Peringatan
Hitung darah total setiap minggu setama 4 minggu kemudian dua kali sebulan
selama 2 bulan kemudian setiap bulan pada tahun pertama pengobatan dapat
dihentikan sementara jika neutropenia berlanjut) (risiko infeksi meningkat,
perdarahan gastrointestinal dan udem paru); anak-anak (kejadian efek samping
lebih tinggi dapat terjadi untuk reduksi sementara dosis atau interups); penyakit
saluran cerna serius aktif (risiko perdarahan, ulserasi dan perforasi); fungsi ginjal
cangkok yang tertunda; peningkatan risiko terhadap kanker kulit (hindari

31
pemaparan terhadap cahaya matahari langsung)SUPRESI SUMSUM TULANG.
Pasien harus diperingatkan untuk segera melaporkan scetiap tanda atau gejala
supresi sumsum tulang misalnya infeksi dan lebam yang tidak terduga atau
pendarahan.
Kategori Kehamilan : D
Dosis
Dosis standar untuk profilaksis penolakan akut pada transplantasi ginjal : Dosis
awal harus diberikan secara oral dalam 72 jam sctelah transplantasi. Walaupun
dosis 1,5 g yang diberikan dua kali schari (dosis harian 3 g) digunakan dalam uji
klinik dan terbukti aman dan efektif, tidak ada manfaat efikasi yang bisa diterbitkan
untuk pasien transplantasi ginjal.
Pasien yang menerima 2 g mikofenolat mofetil per hari menunjukkan profil
kemanan keseluruhan yang lebih baik dibandingkan dengan pasien yang menerima
3 g mikofenolat mofetil per hari.
Dosis standar untuk profilaksis penolakan akut pada transplantasi jantung : Dosis
awal harus diberikan secara oral dalam 5 hari setelah transplantasi. Dosis 1,5 g
yang diberikan dua kali schari (dosis harian 3 g) direkomendasikan untuk
digunakan pada pasien transplantasi jantung. Pemberian secara oral : Dosis awal
harus diberikan sesegera mungkin sctelah transplantasi ginjal atau jantung.
Instruksi dosis khusus Neutropeni. Jika neutropenia berkembang Gumlah neutrofil
absolut < 1,3 x 10'/meL), pengobatan harus dihentikan atau dosis dikuningi.
Gangzuan jungsi ginjal berat. pada pasicn transplan ginjal dengan kenusakan einial
kronik parah (kecepatan filtrasi glomerular < 25 mL/menit/1,73 m²), diluar periode
post-transplan atau setelah pengobatan rejeksi akut atau refraktori, dosis lebih besar
dari I g yang diberikan dua kali sehari harus dihindari. Tidak ada data tersedia untuk
pasien transplan jantung dengan kerusakan ginjal kronik parah.
Lansia (2 65 tahun), dosis oral 1 g dua kali sehari yang direkomendasikan untuk
pasien transplantasi ginjal dan 1,5 g dua kali sehari. untuk pasien transplantasi
jantung.
Sediaan
- Cellcept (Roche) Kapsul 250 mg, Tablet salut selaput 500 mg (K)

32
3. Asam Mikofenolat
Indikasi
Kombinasi dengan siklosporin mikroemulsi dan kortikosteroid untuk profilaksis
penolakan transplantasi akut pada pasien yang menerima transplantasi ginjal
alogenik.
Mekanisme kerja
Menghambat jalur biosintesis purin secara denovo (relatif selektif terhadap
limfosit).
Efek samping
Sangat umum: infeksi virus, bakteri dan jamur, leukopenia, diare, hipokalsemia,
hipokalemia, hiperurisemia, hipertensi, hipotensi.
Umum: infeksi saluran kemih, infeksi herpes zoster, kandidiasis oral, sinusitis,
infeksi saluran napas atas, gastroenteritis, herpes simplex, nasofaringitis,
pneumonia, anemia, trombositopenia, pusing, sakit kepala, batuk, dispnea, dispnea
saat beraktivit as, distensi abdomen, nyeri perut, konstipasi, dispepsia, flatulensi,
gastritis, feses lunak, mual, muntah, lelah, udem perifer, demam, hiperkalemia,
hipomgnesemia, penyimpangan hasil uji fungsi hati, perburukan hipertensi,
artrlgia, astenia, mialgia, ansictas, peningkatan kreatinin darah.
Tidak umum: inteksi luka, sepsis, osteomiehits, Iymphocele, ymphopenia,
neutropenia, limpdenopati.penyakit paru interstitial seperti fibrosis paru yang fatal,
kongesti paru, mengi, abdomen menjadi lunak, pankreatitis, sendawa, halitosis,
ileus, esofagitis, ulkus peptik, subileus, perdarahan gastrointestinal, mulut kering,
ulkus mulut, obstruksi saluran parotid, penyakit refluks gastroesofagal, hiperplasia
gingival, peritonitis, inyluenza like ilmess, udem tungkai bawah, nyer, kaku,
lemah, anoreksia, hipedipidemia, diabetes melitus, hiperkolesterolemia,
hipofosfatemia, kebotakan, luka memar, jerawat, takikardi, udem paru, venrricular
extrasystoles, konjungtivitis, pengihatan kabur, nyeri punggung kram otot,
papiloma kulit, karsinoma sel basal, sarkoma Kaposi, gangguan
limpoproliferatif.karsinoma sel squamous, mimpi buruk, delusi, hematuria, renal
tubular necrosis, urethral stricture, impotensi.
Kontraindikasi
Hipersensitivitas, kehamilan.

33
Interaksi
Azatioprin: asam mikofenolat sebaiknya tidak diberikan bersama dengan
azatriopin.
Vaksin hidup: sebaiknya tidak diberikan pada pasien dengan ganggu respon imun.
Respon antibodi terbadap vaksin kemungkinan hilang
Asiklovir: peningkatan kadar plasma asam mikofenolat glukuronida dan asiklovir
dapat timbul pada pasien gangguan fungsi ginjal. Pada keadaan ini, pasien harus
ditindaklanjuti dengan hati-hati.
Antasida: absorpsi mikofenolat natrium menurun.
Gansiklovir: hati-hati penggunaan bersama pada gangguan fungsi ginjal.
Peringatan
Defisiensi herediter hipoxanthine-guanin phasphoribosy/- transferase, wanita yang
kemungkinan hamil, menyusui, kcganasan, infeksi, diskrasia darah, vaksinasi,
gangguan gastrointestinal.
Dosis
Oral 720 mg dua kali schari.
Tablet harus diminum utuh, tidak boleh dihancurkan.
1.3.8 Sediaan
- Myfortic (Novartis) Tablet 180mg dan 360mg (K)

• Calcineurin Inhibitor
1. Cyclosporin
Indikasi
Transplantasi organ (ginjal, hati dan jantung).
Mekanisme kerja
Ciclosporin berikatan dengan protein sitosolik cyclophilin (imunophilin) di
limfosit, terutama limfosit T. Himpunan (kompleks) cicosporin dan cyclophilin
akan menghambat calcineurin yang dalam keadaan normal bertanggung jawab atas
transkripsi IL-2. Di samping itu juga menghambat sintesis serta
pembuangan/sekresi sitokin (interlcukin), schingga secara kescluruhan
menghambat fungsi pemengaruh (efektor) dari limfosit T. Ikatan pada protein 90%,
dimetabolisme oleh enzim hati dan memiliki waktu paruh 8,4-27 jam. Eksresi
ditemukan dalam urin sebesar 6%.

34
Efek samping
Pemberian ciclosporin dapat mengakibatkan ADR (reaksi obat yang
merugikan/adverse drug reaction) parah (serius), meliputi: hiperplasia gusi,
kejangkejang (konvulsi), tukak peptik, pankreatitis, demam, muntah, diare,
bingung, kesulitan bemapas, gatalgatal (pruritis), peningkatan tekanan darah,
tambatan (retensi) kalium, keracunan ginjal (nefrotoksik) dan keracunan hati
(hepatotoksik), termasuk juga terjadinya peluang jangkitan (infeksi oportunistik)
jamur dan virus.
Kontraindikasi
persensitivitas, hipertensi yang tidak terkontrol, hiperlipidemia, infeksi tidak
terkontrol dan keganasan.
Interaksi
Amfoterisin B8 dan neomycin PO : dapet meningkatkan kejadian nefrotoksisitas
dan atau ototoksisitas (Kontraindikasi).
Atorvastatin : meningkatkan toksisitas atorvastatin.
Peringatan
Pantau fungsi ginal, penurunan dosis pada pasien transplantasi dapat dilakukan
dengan meningkatkan kadar kreatinin serum dan urea atau dihentikan pada pasien
non-transplantasi; pantau fungsi hati (penyesuaian dosis berdasarkan pada bilirubin
dan enzim hati mungkin diperiukan); pantau tekanan darah - hentikan bila
peningkatan tekanan darah tidak terkontrol dengan antihipertensi; pantau kadar
Natrium serum terutama pada disfungsi ginjal; lakukan pengukuran kadar lemak
darah sebelum pengobatan dan sesudah pengobatan. Kategori kehamilan (C).
Dosis
Transplantasi organ : digunakan sendiri dewasa dan anak-anak > 3 bulan ( 3-5
mg/kgBB/ hari) melalui infus IV selama 2-6 jam dari schari sebelum transplantasi
dan hingga 2 minggu setelah operasi. Kemudian 12,5 mg/kgBB/hari melalui oral
selama 3-6 bulan kemudian dihentikan.
Kategori Kehamilan : C
Sediaan
- Cyclohexal (Sandoz) Kapsul lunak 25, 50, 100 mg; Cairan injeksi 100mg/mL (K).
- Gengraf(Abbot Indonesia) Kapsul 25, 100 mg.
-Sandimmun (Novartis) Cairan injeksi 50mg/mL (K)

35
- Sigmasporin Microral (Gulf Pharmaceutical Industries) Kapsul lunak 50 mg, 100
mg; Cairan injeksi 100 mg/mL (K).
2. Tacrolimus
Indikasi
Pencegahan graft rejection sctelah transplantasi hati atau ginjal, pengobatan
allograft rejection hati dan ginjal pad pasien yang telah mendapaikan bahan
imunosupresif lain.
Mekanisme kerja
Mirip dengan cyclosporin walaupun berikatan dengan protein sitoplasmik yang
berbeda.
Efek samping
Sebagian besar mirip dengan cyclosporine, diabetes melitus lebih sering,
hipertensi, hiperlipidemia, dan defek kosmetik lebih jarang.
Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap makrolida; kehamilan (tidak termaksud sebelum
memulai-jika kontrasepsi diperlukan, tidak perlu metode hormonal); menyusui;
hindari penggunaan bersama dengan siklosporin.
Interaksi
Danazol dan klotimazol dapat meningkatkan level plasma takrolimus. Penggunaan
bersama metil prednisolon dapat meningkatkan dan menurunkan level plasma
tacrolimus.
Peringatan
Monitoring ECG; status penglihatan, glukosa darah, parameter hemtologi dan
neurology, tekanan darah, kalium dalam darab, dan elektrolit lain; kreatinin; BUN;
uji fungsi hati dan ginjal.
Dosis
Imunosupresi primer pasien dewasa
Transplantasi hati : dosis oral awal 0,1 - 0,20 mgkgBB/hari harus diberikan dalam
2 dosis terbagi.
Transplantasi ginjal : dosis oral awal 0,15-0,30 mgkgBB/hari diberikan dalam 2
dosis terbagi pada pagi dan sore.
Imunosupresi primer anak-anak Transplantasi ginjal dan hati : dosis oral awal 0,30
mgkgBB/ hari harus diberikan dalam 2 dosis terbagi pagi dan sore.
Kategori Kehamilan : C

36
Sediaan
- Prograf (Janssens-Cilag) Kapsul 0,5 mg. 1 mg, 5 mg (K)

• mTor Inhibitor
1. Sirolimus
Indikasi
Profilaksis penolakan transplantasi ginjal
Mekanisme kerja
Pembentukan kompleks sirolimus-FK Binding Protein menghambat target of
rapamycin dan proliferasi limfosit. Bioavailability 14 % pada sediaan Iarutan oral;
ikatan pada protein mencapai 92% waktu paruh 2,5 hari dan dicksresikan melalui
feses sebesar 91%.
Efek samping
Supresi sumsum tulang, hiperlipidemia, pneumonitis interstisiel, meningkatkan
toksisitas cyclosposrin/tacrolimus.
Interaksi
Kombinasi bersama cyclosporine menyebabkan resiko toksisikan cyclosporin,
terjadi peningkatan kadar sirolimus bila diberikan bersama fluconazolc,
Griscofulvin akan menurunkan efek sirolimus dengan mempengaruhi metabolisme
hepatic.
Kontraindikasi
Hipersensitivitas sirolimus atau antibiotik macrolida.
Peringatan
Tidak dianjurkan pada transplantasi hati dan paru karena keamanan yang belum
ditctapkan. Terjadinya trombosit arteri hepatik telah diamati pada penerima
transplantasi hati.
Dosis
Tablet 0,5mg, 1 mg. 2 mg.*
Lanutan onl 1 mgmL
2. Everolimus
Indikasi
Everolimus digunakan untuk terapi beberapa keganasan, seperti kanker payudara
stadium lanjut, tumor neuroendokrin, karsinoma sel renal stadium lanjut,

37
dan tuberous sclerosis complex. Everolimus sebagai obat antikanker memiliki efek
yang tidak hanya merusak sel kanker, tetapi juga sel normal.
Mekanisme kerja
everolimus mengikat cyclophilin FKBP-12, dan kompleks ini mengikat
serin/treonin kinase, mTOR (target mamalia rapamycin) ketika dikaitkan dengan
raptor dan mLST8 untuk membentuk kompleks (mTORC1), dan menghambat
sinyal hilir.
Efek samping
Efek samping yang sering terjadi akibat penggunaan everolimus adalah
stomatitis, rash, diare, infeksi, hiperglikemia, hiperlipidemia, hipofosfatemia,
gangguan hematologi, dan erupsi mukokutan. Efek samping yang paling
menimbulkan rasa tidak nyaman pada pasien adalah stomatitis, yang dapat
berkurang dengan menurunkan dosis. Kejadian fatal yang dilaporkan adalah
kardiotoksisitas, gagal napas, dan syok sepsis.
Interaksi
Penghambat kuat CYP3A4 atau penghambat P-glikoprotein (P-gp) (namun tidak
terbatas pada ketokonazol, itrakonazol, ritonavir, klaritromisin, dan telitromisin):
hindari. Penghambat CYP3A4 atau penghambat P-gp sedang (namun tidak terbatas
pada eritromisin, verapamil, siklosporin, flukonazol, diltiazem, amprenavir,
foramprenavir, atau aprepitan): dipantau efek yang tidak diinginkan dan kurangi
dosis jika diperlukan. Penginduksi kuat CYP3A4 atau P-gp [kortikosteroid
(deksametason, prednison, dan prednisolon), antikonvulsan (karbamazepin,
fenobarbital, dan fenitoin), dan agen anti HIV (efaviren dan nevirapin)]: pantau
respons klinis dan pertimbangkan peningkatan dosis everolimus. Vaksin hidup
[vaksin influenza intranasal, cacar, gondong, rubela (MMR, measles, mumps,
rubella), polio oral, BCG, yellow fever, varisela, dan vaksin tifus TY21a]: hindari.
Makanan yang dapat mempengaruhi aktivitas sitokrom P450 dan P-gp (grapefruit,
belimbing, dan jeruk Sevilla): hindari. Penghambat ACE: meningkatkan risiko
angiodema.
Kontraindikasi
verolimus tidak dapat diberikan pada pasien dengan riwayat hipersensitif
everolimus, atau derivat rapamycin lainnya. Pasien yang sedang menyusui, serta
pasien yang akan menerima vaksin hidup sebaiknya tidak diberikan everolimus.
Vaksin hidup yang tidak boleh diberikan selama pengobatan everolimus adalah

38
vaksin measles-mumps-rubella (MMR), polio oral, Bacille Calmette Guerin
(BCG), yellow fever, varisela, dan tifoid TY21a.
Peringatan
Anak, pantau pada hiperlipidemia, penyesuaian dosis untuk lansia, gangguan
fungsi ginjal atau hati, tidak boleh menyusui pada masa terapi, pantau kadar
glukosa dalam darah, diagnosis terhadap pneumonitis non-infeksi jika terdapat
gejala dan tanda-tanda gangguan pernapasan yang tidak spesifik (hipoksia, efusi
pleural, batuk, atau sesak napas). Gejala yang muncul ringan: pengobatan dapat
dilanjutkan, gejala yang muncul sedang: dapat dipertimbangkan untuk
menghentikan pengobatan sementara, gejala yang muncul berat: hentikan
pengobatan. Selama penghentian pengobatan, kortikosteroid dan siklosporin
mungkin diperlukan hingga gejala klinis membaik. Everolimus mempunyai efek
menekan sistem imun dan dapat menyebabkan pasien terinfeksi terutama infeksi
terhadap bakteri patogen oportunistik. Ulkus mulut, stomatitis, dan mukositis
mulut dapat terjadi. Hindari sediaan kumur yang mengandung alkohol atau
peroksida. Gunakan kontrasepsi saat mengkonsumsi obat ini sampai 8 minggu
setelahnya karena berdampak pada fertilitas pria dan wanita. Minimalkan paparan
sinar matahari, sinar UV, dan gunakan tabir surya yang tepat.
Dosis
Karsinoma sel ginjal tingkat lanjut dan PNET, kanker payudara, TSC dengan
angiomyolipoma ginjal: 10 mg sekali sehari. Dapat diturunkan menjadi 5 mg sekali
sehari atau selang sehari, jika terjadi efek samping berat yang tidak dapat
ditoleransi, atau diberikan bersamaan dengan penghambat CYP3A4 sedang atau
penghambat P-gp. Dapat ditingkatkan secara bertahap dengan penambahan 5 mg,
dan seterusnya hingga 20 mg jika diberikan bersamaan dengan penginduksi
CYP3A4 kuat, namun hindari penggunaan bersamaan. Dosis harus dititrasi untuk
mencapai kadar dalam darah 3 – 15 ng/mL. Dosis ditingkatkan sebesar 2,5 mg
setiap 2 minggu jika konsentrasi dibawah 3 ng/mL.
• Kortekosteroid
1. Prednison
Indikasi
digunakan untuk mengobati dan meredakan peradangan serta alergi parah dan
untuk mengobati penyakit autoimun yang menyebabkan gangguan saraf pada otak,

39
mata, dan tulang belakang (multiple sclerosis) serta peradangan sendi akibat sistem
kekebalan tubuh menyerang jaringannya sendiri (rheumatoid arthritis).
Mekanisme kerja
Prednison menurunkan peradangan melalui penekanan migrasi leukosit
polimorfonuklear dan membalikkan peningkatan permeabilitas kapiler. Ini juga
menekan sistem kekebalan dengan mengurangi aktivitas dan volume sistem
kekebalan.
Efek samping
Penambahan berat badan, sakit kepala, Gangguan pencernaan, Banyak berkeringat,
Gangguan kesulitan tidur (insomnia), Kegelisahan, Mual, Peningkatan nafsu
makan, Kulit kering, Pusing, Perut kembung, Sakit perut, Perubahan suasana hati.
Interaksi
 Antidiabetik.
Prednisone dapat mengurangi efektivitas obat antidiabetek dalam menurunkan
kadar gula dalam darah, sehingga pasien akan tetap mengalami diabetes.
 Estrogen.
Estrogen dapat meningkatkan efek prednisone, sehingga dapat memicu efek
samping, seperti peningkatan berat badan.
 Digitalis digoksida.
Penggunaan bersama digitalis digoksida dapat meningkatkan risiko gangguan
irama jantung (aritmia).
 Antikoagulan kumarin.
Penggunaan bersama prednisone dapat meningkatkan atau mengurangi efektivitas
kumarin, sehingga meningkatkan risiko perdarahan.
 Mifepriston, phenobarbital, rifampicin, primidon, dan carbamazepine.
Efektivitas prednisone dalam mengatasi peradangan dapat berkurang jika
dikonsumsi bersama obat di atas.
 Ketoconazole, ritonavir, dan eritromisin.
Obat di atas dapat menurunkan pembersihan dan meningkatkan konsentrasi serum
prednisone dalam tubuh, sehingga dapat memicu efek samping, seperti sakit
kepala.
 Aluminium dan magnesium.
Obat di atas dapat menurunkan penyerapan prednisone, sehingga efektivitas
prednisone dalam mengatasi peradangan akan berkurang.

40
 Fluorokuinolon, misalnya siprofloksasin dan levofloksasin.
Penggunaan prednisone dengan obat di atas dapat meningkatkan risiko cedera pada
tendon.
 Siklosporin.
Prednisone dapat meningkatkan kadar siklosporin, sehingga dapat menyebabkan
risiko efek samping, seperti mual dan muntah.
 Amfoterisin B dan diuretik.
Obat di atas dapat meningkatan risiko penurunan kadar kalium dalam darah
(hipokalemia).
 Vaksin hidup.
Prednison dapat mengurangi efek pengobatan vaksin hidup.
 NSAID dan salisilat.
Prednisone dapat meningkatkan risiko perdarahan dan luka pada saluran
pencernaan.
 Agen antikolinergik, misalnya atropin.
Penggunaan obat di atas bersama prednison dapat meningkatkan tekanan
intraokular tambahan.
 Prazikuantel dan isoniazid.
Prednison dapat menurunankan konsentrasi serum prazikuantel dan isoniazid.
 Somatropin.
Prednisone dapat mengurangi efektivitas somatropin dalam mengatasi gangguan
pertumbuhan.
 Klorokuin, hidroksiklorokuin, dan meflokuin.
Penggunaan bersama obat di atas dapat meningkatan risiko gangguan pada otot
(miopati) atau kardiomiopati.
Kontraindikasi
Menderita infeksi jamur sistemik, Mengalami malaria otak, Menderita tuberkulosis
aktif, Menderita infeksi akut, Menerima vaksin hidup, Mengalami luka pada
dinding lambung dan usus (ulkus peptikum), Menderita herpes simpleks pada mata,
Memiliki riwayat alergi atau hipersensitif pada obat golongan kortikosteroid,
Memiliki alergi terhadap prednisone, Menderita infeksi sistemik kecuali diobati
dengan anti infeksi spesifik, Pemberian bersama vaksin hidup atau jenis vaksin
yang paling menyerupai infeksi alami (vaksin hidup yang dilemahkan), terutama
dosis imunosupresif.

41
Dosis
Dosis awal 10-20mg
Kategori kehamilan C dan D pada trimester pertama
• Pengahambat janus kinase
1. Tofacitinib
Indikasi
obat imunosupresif selektif yang digunakan untuk menginduksi imunosupres,
untuk membantu mengurangi rasa sakit / nyeri / bengkak pada persendian
seperti radang sendi dan juga kolitis ulserativa.
Mekanisme kerja
Tofacitinib adalah penghambat janus kinase (JAK) parsial dan reversibel yang akan
mencegah tubuh merespons sinyal sitokin. Dengan menghambat JAK, tofacitinib
mencegah fosforilasi dan aktivasi STAT. Jalur pensinyalan JAK-STAT terlibat
dalam transkripsi sel yang terlibat dalam hematopoiesis, dan fungsi sel imun.
Tofacitinib bekerja secara terapeutik dengan menghambat jalur JAK-STAT untuk
mengurangi respon inflamasi. Namun, ada bukti yang menunjukkan bahwa itu juga
dapat mencapai kemanjuran melalui jalur lain juga.
Efek samping
Infeksi, diare, sakit kepala
Efek yang jarang terjadi (beritahu dokter jika anda mengalaminya):
Nyeri kandung kemih, urin berdarah atau keruh, penglihatan kabur, sakit atau nyeri
tubuh, panas dingin, batuk, sulit buang air kecil, terbakar, atau nyeri, sulit bernafas,
pusing, hidung tersumbat, demam, sering ingin buang air kecil, sakit kepala,
kehilangan suara, nyeri punggung bawah atau samping, nyeri otot, kegugupan,
berdebar-debar di telinga, detak jantung lambat atau cepat, bersin, sakit
tenggorokan, hidung tersumbat atau meler,kelelahan atau kelemahan yang tidak
biasa.
Kontraindikasi
 infeksi aktif termasuk infeksi lokal, TB aktif, infeksi serius
(misalnya sepsis, infeksi oportunistik).
 Dosis 10 mg bid: Gagal jantung, tromboemboli vena sebelumnya (baik DVT
atau emboli paru), kelainan koagulasi bawaan, keganasan, pasien yang
menjalani operasi besar.
 Gangguan hati berat (Child-Pugh kelas C).

42
 Kehamilan dan menyusui.
 Penggunaan bersama dengan DMARDs biologis, imunosupresan kuat
(misalnya azathioprine, 6-mercaptopurine, tacrolimus, ciclosporin), vaksin
hidup dan kontrasepsi hormonal atau HRT (dosis bid 10 mg).
Peringatan
 Pasien dengan riwayat infeksi serius atau oportunistikPasien dengan infeksi
kronis atau rekuren
 Pasien dengan pajanan terhadap TB
 Pasien dengan penyakit paru kronik atau interstisial, kondisi yang mendasari
predisposisi infeksi (misalnya diabetes mellitus);
 Pasien dengan denyut jantung dasar <60 denyut per menit,
 Pasien dengan kelainan konduksi, sinkop atau aritmia, penyakit
jantung iskemik, gagal jantung
 Pasien dengan penyempitan gastrointestinal yang sudah ada sebelumnya (tab
rilis diperpanjang).
 Pasien dengan risiko trombosis atau emboli paru (misalnya merokok, obesitas,
imobilisasi), perforasi gastrointestinal (misalnya riwayat divertikulitis),
 Pasien dengan reaktivasi virus (misalnya dosis bid 10 mg, RA jangka panjang,
ras Jepang atau Korea),
 Pasien dengan faktor risiko KV ( misalnya hipertensi, hiperlipidemia), dan
mereka yang pernah tinggal atau bepergian ke daerah dengan TB atau mikosis
endemik, Ras Asia.
 Pasien dengan gangguan hati berat dan hati sedang.
Dosis
Sebagai tab pelepasan langusng: 5 mg dua kali lipat.
Sebagai tab pelepasan diperpanjang 11 mg sehari sekali.

• Antibodi monoklonal
1. Basiliximab
Indikasi
untuk pencegahan respons penolakan akut setelah transplantasi ginjal. Penggunaan
pada transplantasi organ lain seperti jantung dan liver belum diresmikan oleh FDA.
Untuk transplantasi ginjal, basiliximab diberikan dalam dua dosis, yaitu sebelum
dan sesudah pembedahan.

43
Mekanisme kerja
Basiliximab adalah glikoprotein yang diproduksi oleh teknologi rekombinan. Ini
digunakan untuk mencegah sel darah putih dari penolakan transplantasi ginjal akut.
Ini secara khusus mengikat dan memblokir rantai alfa reseptor interleukin-2 (IL-
2R alfa), juga dikenal sebagai antigen CD25, pada permukaan limfosit T yang
diaktifkan.
Efek samping
Efek samping basiliximab yang umum dilaporkan adalah mual, muntah, sakit
perut, diare, konstipasi, kemerahan pada lokasi injeksi, gejala mirip flu, akne,
insomnia, nyeri kepala, serta pembengkakan pada tangan atau kaki.
Interaksi
 Obat antidiabetes: Dapat mengurangi efek terapeutik obat antidiabetes
 Baricitinib: Dapat meningkatkan efek imunosupresif baricitinib
 Vaksin BCG: Dapat mengurangi efek vaksin BCG
 Cladribine: Dapat meningkatkan efek imunosupresif kedua obat
 Denosumab: Dapat meningkatkan efek samping/toksik kedua obat, terutama
risiko infeks
 Echinacea: Dapat mengurangi efek terapeutik imunosupresan
 Inebilizumab: Dapat meningkatkan efek imunosupresif kedua obat
 Leflunomide: Dapat meningkatkan efek samping/toksik leflunomide terutama
pansitopenia, agranulositosis, dan/atau trombositopenia.
 Natalizumab: Dapat meningkatkan efek samping/toksik natalizumab
 Vaksin smallpox dan monkeypox (vaksin hidup): Dapat mengurangi efek
vaksin
 Tacrolimus (topical): Dapat meningkatkan efek samping/toksik
 Vaksin (inaktif): Dapat mengurangi efek terapeutik vaksin
 Vaksin (hidup): Dapat meningkatkan etek samping/toksik vaksin dan
mengurang etek terapeutik
Kontraindikasi
Basiliximab tidak boleh diberikan pada pasien yang memiliki riwayat
hipersensitivitas terhadap basiliximab atau komponen preparatnya.
Peringatan
 Pasien dengan infeksi tertentu (akibat cytomegalovirus) dan menggunakan
obat atau pengobatan lainnya.

44
 Pasien yang pernah melakukan perawatan dengan Basiliximab.
 Pasien yang memiliki penyakit kanker dan diabetes.
 Pasien yang memiliki kolesterol tinggi dan kadar elektrolit yang tidak
seimbang (seperti kadar potasium terlalu rendah).
Dosis
Dewasa: Sebanyak 20 mg dengan injeksi intravena atau infus, Pemberian obat
dilakukan selama 20 – 30 menit dan 2 jam sebelum transplantasi. Diikuti dengan
pemberian 20 mg setelah 4 hari dari waktu transplantasi.
Anak-anak: Sebanyak 10 mg dengan injeksi intravena atau infus, Pemberian obat
dilakukan selama 20 – 30 menit dan 2 jam sebelum transplantasi. Diikuti dengan
pemberian 10 mg setelah 4 hari dari waktu transplantasi.

45
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sediaan sitostatika adalah Sitostatik mengacu pada komponen seluler atau obat yang
mampu menghambat pertumbuhan sel. umumnya digunakan dalam kemoterapi kanker,
pengobatan penyakit kulit dan pengobatan infeksi tertentu. Penggolongan obat sitostatika ada
6 yaitu: alkylating agents (Busulfan, Carboplatin, ), antimetab olit (Fluorouracil,
Methotrexate), topoisomerase inhibitors (Bleomycin, Epirubicin), penghambat microtubule
(Doxatacel, Vinblastin), antracycline (Mytocin C, Bleomycin) dan hormon (Progesteron,
Estrogen).
Imunosupresan adalah kelompok obat yang digunakan untuk menekan respon imun
seperti pencegah penolakan transpalansi,mengatasi penyakit autoimun dan mencegah
hemolisis rhesus dan neonatus. Sebagian dari kelompok ini bersifat sitotokis dan digunakan
sebagai antikanker , imonusupresan merupakan zat zat yang justru menekan aktivitas sistem
imun dengan jalan interaksi diberbagai titik dari sitem tersebut. Penggolongan imunosupresan
ada 6, yaitu: Imunosupresan antiploriferatif (Azatioprin, Mikofenolat Mofetil, Asam
Mikofenolat), Calcineurin Inhibitor (Cyclosporin, Tacrolimus), mTor Inhibitor (Sirolimus,
Everolimus), Kortekosteroid (Prednison), Pengahambat janus kinase (Tofacitinib), Antibodi
monoklonal (Basiliximab).
3.2 Saran
Kami menyadari bahwa makah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar dalam makalah
selanjutnya bisa lebih baik lagi.

46
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/url?q=https://doktersehat.com/obat-
docetaxel/&usg=AOvVaw1xeuUICZ-8GBIGwdI8cZ-Q

https://www.alodokter.com/vinblastin#:~:text=Beberapa%20jenis%20kanker%20yang%20u
mumnya,germ%20cell%20tumor%20pada%20anak.

https://m.klikdokter.com/obat/fluorouracil

https://www.google.com/url?q=https://id.j-medic.com/96-details-
83617%23:~:text%3DAzacitidine%2520adalah%2520obat%2520kemoterapi.,dan%2520tida
k%2520berfungsi%2520dengan%2520baik.&usg=AOvVaw27H1VNw24SvgePEpVW-sl1

https://www.google.com/url?q=http://www.farmakoterapi.com/mengenal-penggolongan-
obat-kemoterapi-yang-sering-digunakan/&usg=AOvVaw17wHhYLXbtnqyXmc_58UxZ

https://idnmedis.com/epirubicin

http://repository.poltekeskupang.ac.iD

http://journal.wima.ac.id Studi Penggunaan Carboplatin untuk Penderita Kanker Payudara

http://eprints.ums.ac.id BAB...PDF 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker


payudara ...

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2008, Informatorium

Obat Nasional Indonesia 1ONI: Koperpom

Ma'at, Suprapto, 2008. Menahan atau Menekan Kekebalan (Imunosupresi) untuk

Pencangkokan Ginjal. Indonesian Joumat Of Clnical Pathotoey and

Medical Laboratoy Vol.14(No.3).

Syarifuddin, Imunologi Dasar : Prinsip Dasar Sistem Kekebalann Tubuh; Klinik

Cendekia.

Tjokroprawiro, Askandar, 2015, Bukui Ajar Imu Penyakit Dalam; Airlangga

University Press (AUP).

https://www-sehatq-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.sehatq.com/artikel/imunosupresan-
adalah-obat-penekan-sistem-imun-apa-
gunanya/amp?amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQHKAFQArABIA%3D%3D#aoh
=16239225381994&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=From%20%251
%24s&ampshare=https%3A%2F%2Fwww.sehatq.com%2Fartikel%2Fimunosupresan-
adalah-obat-penekan-sistem-imun-apa-gunanya

47
https://www.alomedika.com/obat/antineoplastik-imunosupresan-dan-obat-untuk-terapi-
paliatif/imunosupresan/basiliximab/kontraindikasi-dan-peringatan

https://idnmedis-
com.cdn.ampproject.org/v/s/idnmedis.com/tofacitinib/amp?amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp
=mq331AQHKAFQArABIA%3D%3D#aoh=16239619117815&referrer=https%3A%2F%2F
www.google.com&amp_tf=From%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Fidnmedis.c
om%2Ftofacitinib

https://www.sehatq.com/obat/prednisone?_gl=1*mylbqc*_ga*dnduN0pBQ3hEZDNrUDFPR
XV0MDNPOHFIa25sM0V5empjYl9vVE1xQnBUb2NWcFkzTzhxZTg2RlBhSmplUGRibg..

https://www.alomedika.com/obat/antineoplastik-imunosupresan-dan-obat-untuk-terapi-
paliatif/imunosupresan/everolimus/indikasi-dan-dosis

http://eprints.ums.ac.id/18761/2/02_BAB_I.pdf

http://pionas.pom.go.id/node/46550/estrogen-untuk-terapi-sulih-hormon-
tsh#:~:text=hiperlipidemia%2C%20diabetes%20mellitus.-,Kontraindikasi%3A,%2C%20saki
t%20kepala%2C%20perdarahan%20berkepanjangan

https://www.alodokter.com/estrogen

http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-6-sistem-endokrin/64-hormon-kelamin/641-hormon-
perempuan/6412-progestogen

https://www.sehatq.com/obat/progesteron

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2299/3/BAB%20II.pdf

https://www.alodokter.com/progesteron

https://idnmedis.com/mitomycin

48

Anda mungkin juga menyukai