Anda di halaman 1dari 37

MATA KULIAH GINEKOLOGI GANGGUAN DAN MASALAH DALAM

SYSTEM REPRODUKSI WANITA “TUMOR JINAK DAN TUMOR


GANAS”

Dosen Pembimbimbing Mata Kuliah

Olkamien J. Longulo, S.Kep., Ns., MSc.

Disusun Oleh : Kelompok 3

1. Ayong Gracelya Y. Santika (PO7124318021)


2. Sri Wulandari (PO7124318022)
3. Indah Cahyani Lapadu (PO7124318023)
4. Sri Dewi Mawanti (PO7124318024)
5. Ayu Febriyanti (PO7124318025)
6. Putri Fadillah (PO7124318027)
7. Dian Rahmayani (PO7124318030)
8. A.A Rindi (PO7124318031)
9. Assyah Burniarsih Madengke (P07124318037)
10. Ratna Aprilina (PO7124318040)

PROGRAM STUDI D4 JURUSAN KEBIDANAN


POLTEKKES KEMENKES PALU

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur patut kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat rahmat dan karuniaNYA makalah kami yang berjudul “Gangguan
dan Masalah pada System Reproduksi Wanita tentang Tumor Jinak dan Tumor
Ganas” ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini telah kami selesaikan
dengan maksimal dan teliti.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat, maupun susunan bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik yang
membangun sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap agar makalah ini dapat memberi manfat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

Palu, 2 September 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I. Pendahuluan

A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................2

BAB II. Tinjauan Teori

A. Pengertian Tumor/Kanker....................................................................3
B. Penyebab dan Faktor Risiko Tumor.....................................................3
C. Gejala Tumor........................................................................................4
D. Diagnosis Tumor..................................................................................5

BAB III. Pembahasan

A. Tumor Jinak Pada Organ Reproduksi Wanita......................................6


B. Tumor Ganas Pada Organ Reproduksi Wanita.....................................2

BAB IV. Penutup

A. Kesimpulan...........................................................................................33
B. Saran.....................................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................34

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO)
adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh dan tidak adanya
penyakit atau kelemahan, dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem
reproduksi dan fungsi-fungsinya serta proses.
Salah satu organ tubuh yang penting serta sensitif dan memerlukan
perawatan khusus adalah alat reproduksi. Pengetahuan dan perawatan yang
baik merupakan faktor penentu dalam memelihara kesehatan reproduksi.
Apabila alat reproduksi tidak dijaga kebersihannya maka akan menyebabkan
infeksi, yang pada akhirnya dapat menimbulkan penyakit
Pada diri seorang wanita di masa reproduksi biasanya mengalami
beberapa gejala psikologik yang negatif atau gejala fisik. Sifat gejalanya
bervariasi dan cenderung memburuk ketika saat-saat menjelang dan selama
terjadinya proses perdarahan haid pada tubuhnya. Keadaan ini tidak selalu
terjadi pada setiap siklus haidnya dan intensitasnya pun tidak sama. Beberapa
wanita ada juga yang mengalami gejala alam perasaan dan fisiknya berat,
salah satunya adalah menyebabkan terjadinya keputihan.
Salah satu penyakit pada alat reproduksi yang membahayakan adalah
tumor. Tumor adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan
adanya pertumbuhan massa (solid/padat) atau jaringan abnormal dalam tubuh
yang meliputi tumor jinak (benigna tumor) dan tumor ganas
(malignanttumor). Tumor ganas lebih dikenal sebagai kanker. Massa ini
timbul sebagai akibat dari ketidak-seimbangan pertumbuhan dan regenerasi
sel. Pertumbuhan sel yang tidak terkendali disebabkan kerusakan DNA yang
mengakibatkan mutasi (perubahan genetik yang bersifat menurun) pada gen

1
vital yang bertugas mengontrol pembelahan sel. Beberapa mutasi mungkin
dibutuhkan untuk mengubah sel normal menjadi sel kanker.
Perkembangan kanker ditandai dengansel-sel tumor berinteraksi
dengan komponen lingkungan di sekitarnya seperti sel normal, sel imun (sel
efektor), maupunagen terapi yang secara eksternal dapat ditambahkan ke
dalam sistem tubuh. Agen terapi yang dimaksud adalah kemoterapi dan
imunoterapi. Sifat interaksi lingkungan tumor adalah kompleks dan
tergantung pada banyak faktor, di antaranya adalah umur, jenis kelamin dan
sebagainya. Faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan perubahan sel tumor
menjadi kompleks.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja jenis-jenis tumor jinak yang dapat terjadi pada organ reproduksi
wanita ?
2. Apa saja jenis-jenis tumor ganas/kanker yang dapat terjadi pasa organ
reproduksi

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui jenis-jenis tumor jinak yang dapat terjadi pada organ
reproduksi serta penanganannya
2. Untuk mengetahui jenis-jenis tumor ganas/kanker yang dapat terjadi pada
organ reproduksi serta penanganannya

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Tumor/Kanker
Tumor (dalam bahasa latin artinya ”pembengkakan”) merupakan
sekelompok sel abnormal yang terbentuk dari proses pembelahan sel yang
berlebihan dan tidak terkoordinasi. Dalam bahasa medisnya, tumor dikenal
sebagai neoplasia. “Neo” berarti “baru”, “plasia” berarti “pertumbuhan” atau
“ pembelahan”. Neoplasia mengacu pada pertumbuhan sel-sel di sekitarnya
yang normal. Berdasarkan pengertian tumor diatas, tumor dibagi menjadi dua
golongan besar, yaitu tumor jinak (beningn) dan tumor ganas (malignan) atau
kanker.

B. Penyebab dan Faktor Risiko Tumor

Tumor terbentuk akibat ketidakseimbangan antara jumlah sel baru yang


tumbuh dengan jumlah sel lama yang mati. Kondisi ini bisa terjadi bila sel
baru terbentuk secara berlebihan, atau sel lama yang seharusnya mati tetap
hidup. Penyebab ketidakseimbangan tersebut dapat berbeda-beda pada setiap
jenis tumor, namun umumnya penyebab belum diketahui secara pasti. Meski
begitu, beberapa hal di bawah diduga berkaitan dengan tumbuhnya tumor:

1. Pola makan yang buruk, misalnya terlalu banyak mengonsumsi makanan


berlemak.
2. Paparan sinar matahari
3. Infeksi virus atau bakteri, misalnya HPV, virus hepatitis, dan H. pylori
4. Konsumsi alkohol yang berlebihan
5. Paparan radiasi akibat tindakan medis, seperti foto Rontgen atau CT scan.
6. Konsumsi obat-obatan imunosupresif, misalnya setelah tindakan
transplantasi organ.
7.  Merokok

3
8. Obesitas
9. Paparan bahan kimia, misalnya arsen atau asbes.

C. Gejala Tumor

Gejala utama dari tumor adalah terbentuknya benjolan. Benjolan bisa terlihat
dengan mudah dari luar, namun bisa juga tidak terlihat jika tumbuh pada
organ dalam. Biasanya benjolan pada organ dalam baru diketahui setelah
dilakukan pemeriksaan oleh dokter. Pada kasus tertentu, benjolan yang mirip
dengan tumor itu bisa disebabkan oleh adanya kista.

Selain benjolan, gejala lain yang dapat muncul akibat tumor tergantung pada
lokasi, jenis, dan pengaruh tumor terhadap fungsi organ. Tumor yang tumbuh
di organ dalam bisa tanpa gejala, bisa juga menimbulkan gejala berupa:

1. Lemas

2. Demam

3. Tidak nafsu makan

4. Berkeringat di malam hari

5. Nyeri dada

6. Perubahan warna kulit, misalnya menjadi kuning, kemerahan, atau


menjadi lebih gelap

7. Perdarahan atau memar yang tidak jelas sebabnya

8. Penurunan berat badan.

4
D. Diagnosis  Tumor

Dalam mendiagnosis suatu benjolan, dokter akan melakukan serangkaian


pemeriksaan untuk menentukan apakah benjolan tersebut jinak atau ganas.
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi penelusuran gejala melalui tanya-
jawab saat konsultasi, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang
terdiri dari:

1. Tes urine atau tes darah, untuk mengidentifikasi kondisi yang tidak
normal. Contohnya adalah pemeriksaan darah lengkap untuk melihat
jumlah dan jenis sel darah yang mengalami gangguan pada penderita
leukemia.
2. USG, CT scan, MRI, atau PET scan, untuk mengetahui lokasi, ukuran,
dan penyebaran tumor.
3. Biopsi, yaitu pengambilan sampel jaringan tumor untuk diperiksa di
laboratorium. Dari pemeriksaan ini, dapat diketahui jenis tumor dan
apakah tumor bersifat ganas atau jinak.

5
BAB III
PEMBAHASAN

A. TUMOR JINAK
1. Tumor Jinak Vulva yang sering dijumpai
a. Kista Bartholini
1) Definisi
Tumor ini merupakan pembesaran kistik pada kelenjar
Bartholini yang terjadi akibat parut setelah infeksi ( terutama
oleh Neisseria Gonorea, steptococcus, staphylococcus) atau
trauma yang kemudian menyebabkan sumbatan pada saluran
ekskresi kelenjar Bartholini.

2) Gejala Klinis
a) Bila belum terjadi infeksi sekunder umumnya tidak
ditemukan keluhan dan hanya dikenali melalui palpasi
b) Bila terjadi infeksi akut akan menimbulkan penyumbatan
indurasi, peradangan
c) Gejala utama nyeri sentuh dan dispareunia
d) Pada tahap sepuratif → dinding kista memerah, tegang dan
nyeri

6
e) Pada tahap eksudatif → (terjadi abses), rasa nyeri dan
ketegangan dinding kista menjadi sedikit berkurang disertai
dengan penipisan dinding diarea yang lebih putih dan
sekitarnya.

3) Patofisiologi
Penyumbatan pada muara kelenjar Bartholini (akibat infeksi
non spesifik atau trauma), Peregangan dinding kelenjar
Bartholini dan salurannya, Terbentuk kista pada kelenjar
Bartholini, Kolonisasi dan infeksi pada kista, Terbentuk
abses.

4) Etiologi
Bakteri anaerob adalah penyebab tersering, serta Neisseria
gonorrhea dan Chlamydia trachomatis yang merupakan bakteri
aerob.
a) Organisme Aerob
(1) Neisseria gonorrhoeae
(2) Staphylococcus aureus
(3) Streptococcus faecalis
(4) Escherichia coli
(5) Pseudomonas aeruginosa
(6) Clammydia trachomatis

b) Organisme Anaerob
(1) Bacteroides fragilis
(2) Clostridium perfringens
(3) Peptostreptococcus species
(4) Fusobacterium species

5) Terapi

7
Prosedur mersupialisasi (insisi dinding kista dan drainase cairan
kista) disertai pemberian antibiotik

b. Kista Pilosebasea
1) Definisi
Merupakan kista yang terbentuk akibat adanya penyumbatan
yang disebabkan oleh infeksi atau akumulasi material sebum
pada duktus sekretorius kelenjar sebasea

2) Gejala Klinis
a) Kista umumnya kecil, soliter, dan asimptomatik
b) Pada kondisi tertentu kista dapat terjadi dibeberapa tempat
pada labia mayora
c) Bila terjadi infeksi akan menimbulkan nyeri lokal

3) Terapi
Insisi dan drainase disertai pemberian antibiotik

c. Fibroma Vulva
1) Definisi
Merupakan tumor jinak yang berasal dari jaringan ikat vulva
bertangkai, dan sering kali berlokalisasi di labium mayor.
Fimbroma merupakan tumor pada vulva yang paling banyak
ditemukan. Tumor ini merupakan proliferasi dari jaringan
fibrobias labium mayor.

2) Gejala Klinis
a) Sebagian besar fibroma merupakan tumor bertangkai
dengan diameter kecil dan tidak dikenali oleh penderita

8
b) Pertumbuhan lanjut dan pembesaran ukuran fibroma
menumbulkan gangguan aktifitas seksual/membatasi
mobilitas penderita
c) Jika pertumbuhan tumor cepat maka akan menimbulkan
gejala mekanis seperti nyeri, dorongan pada uterus,
gangguan senggama.

3) Terapi :
Eksisi fibroma

2. Tumor Jinak Vagina Yang Sering Dijumpai


a. Kista Inklusi
1) Definisi
Merupakan tumor jinak yang paling sering ditemukan pada
vagina. Umumnya berlokasi pada 1/3 bawah vagina dan posterior
atau lateral. Kista muncul akibat penjahitan robekan atau laserasi
perineum yang kurang sempurna. Kista inklusi merupakan tumor
kistik berbatas tegas dengan gerakan yang terbatas dan berisi
massa berupa cairan musin yang kental.

2) Penyebab Dan Faktor Resiko


luka pada dinding vagina menyebabkan inklusi kista. Faktor
risiko yang paling mungkin terjadi pada kista inklusi adalah robek
atau robek saat melahirkan, operasi yang merusak lapisan vagina,

9
atau episiotomi (luka kecil antara vagina dan anus) yang
dilakukan sebelum melahirkan untuk memperlebar pembukaan
vagina

3) Gejala klinis
Kista inklusi sebagian besar asimptomatik. Adapun gejala lain
yang biasanya timbul antara lain nyeri dan dispareunia.
4) Terapi
Eksisi kista

b. Kista Garthner
1) Definisi
Kista ini berasal dari kanalis wolfii (duktus gartner) yang berjalan
disepanjang permukaan anterior dan bagian atas vagina.

2) Penyebab Kista Gartner


Pada saat pertumbuhan dan perkembangan sistem reproduksi
janin perempuan, salah satu organ yang terbentuk adalah duktus
Gartner atau duktus mesonefrik pada dinding vagina, yang
seharusnya mengalami degradasi saat kelahiran. Terjadinya kista
Gartner umumnya disebabkan oleh menetapnya duktus Gartner,

10
suatu organ sistem reproduksi wanita yang umumnya ditemui
pada saat perkembangan janin perempuan di dalam rahim.
Apabila duktus Gartner menetap pasca kelahiran, dapat terjadi
pengumpulan cairan di bagian-bagian tertentu pada duktus
tersebut yang kemudian membentuk kista pada dinding vagina.

3) Gejala Klinis
Biasanya asimptomatik, dapat menimbulkan dispareunia

4) Terapi
Insisi dinding anterolateral vagina dan eksisi untuk mengeluarkan
kista dari sisa kanalis kista Gartner

3. Tumor Jinak Uterus Yang Sering Dijumpai


a. Mioma uteri
1) Definisi
Mioma uteri (Lelomioma Uteri) merupakan tumor otot polos
yang terbatas pada daerah tertentu dan disertai oleh jaringan
fibrosa.

2) Etiologi
Mioma uteri yang berasal dari sel otot polos miometrium,
menurut teori onkogenik maka patogenesa mioma uteri dibagi

11
menjadi 2 faktor yaitu insiator dan promotor. Faktor-faktor
yang menginisiasi pertumbuhan mioma uteri masih belum
diketahui dengan pasti. Dari penelitian menggunakan glucose-
6-phospatase dihydrogenase diketahui bahwa mioma berasal
dari jaringan yang uniselular. Transformasi neoplastik dari
miometrium menjadi mioma melibatkan mutasi somatik dari
miometrium normal dan interaksi kompleks dari hormon
steroid seks dan growth factor lokal. Mioma uteri sangat
dipengaruhi oleh hormon reproduksi dan hanya bermanifasi
selama usia reproduktif.

3) Klasifikasi Mioma uteri.


Mioma uteri menurut letaknya dibagi menjadi 3 yaitu :
a) Mioma submukosum : dibawah endometrium dan
menonjol ke cavum uteri.
b) Mioma intramural : berada di dinding uterus di antara
serabut miometrium.
c) Mioma subserosum : tumbuh keluar dinding uterus
sehingga menonjol pada permukaan uterus, diliputi oleh
serosa (Nurafif & Hardi, 2013 :445).

4) Patofisiologi.
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil di dalam
miometrium dan lambat laun membesar karena pertumbuhan
itu miometrium terdesak menyusun semacam pseudekapsula
atau simpai semu yang mengelilingi tumor di dalam uterus
mungkin terdapat satu mioma, akan tetapi mioma biasanya
banyak. Jika ada satu mioma yang tumbuh intramural dalam
korpus uteri maka korpus ini tampak bundar dan konstipasi
padat. Bila terletak pada dinding depan uterus, uterus mioma
dapat menonjol ke depan sehingga menekan dan

12
mendorongkandung kencing ke atas sehingga sering
menimbulkan keluhan miksi. Tetapi masalah akan timbul jika
terjadi: berkurangnya pemberian darah pada mioma uteri yang
menyebabkan tumor membesar, sehingga menimbulkan rasa
nyeri dan mual. Selain itu masalah dapat timbul lagi jika
terjadi perdarahan abnormal pada uterus yang berlebihan
sehingga terjadi anemia. Anemia ini bisa mengakibatkan
kelemahan fisik, kondisi tubuh lemah, sehingga kebutuhan
perawatan diri tidak dapat terpenuhi. Selain itu dengan
perdarahan yang banyak bisa mengakibatkan seseorang
mengalami kekurangan volume cairan

5) Tanda dan Gejala mioma uteri.


Adapun ciri- ciri atau gejala dari tumor jinak pada uterus
yaitu :
a) Pendarahan abnormal.
b) Menstruasi yang menyakitkan.
c) Menstruasi yang berkepanjangan.
d) Perut terasa sakit, penuh, dan tertekan.
e) Perut atau rahim yang membesar.
f) Sembelit.
g) Sering buang air kecil.
h) Sakit saat berhubungan seksual.

6) Diagnosis
Menurut (Unicef, 2013) Diagnosis dari mioma uteri
a) Adanya masa yang terlihat menonjol atau teraba seperti
bagian janin.
b) Diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan USG.

13
Menurut (Benson & Pernoll, 2008) Diagnosis banding mioma
uteri yaitu Pembesaran atau ketidak peraturan uterus yang di
sebebkan oleh mioma dapat di sebab kan oleh kehamilan,
adenomiosis atau neoplasma uteri yang salah didiagnosis.
Keadaan lain yang perlu di pertimbangkan adalah subinfolusi,
kelainan kongenital, perlekapan adneksa, omentum atau usus
besar, hipertrofi jinak dan sarkoma atau karsinoma

7) Komplikasi.
Menurut (Marmi, 2010) Komplikasi mioma uteri terbagi
menjadi 3 yaitu :
a) Pertumbuhan leimiosarkoma.
b) Torsi (putaran tangkai).
c) Nekrosis dan infeksi.

8) Pengobatan (Terapi).
Terapi harus memperhatikan usia, paritas, kehamilan,
konservasi fungsi reproduksi, keadaan umum, dan gejala yang
ditimbulkan. Bila kondisi pasien sangat buruk, lakukan upaya
perbaikan yang diperlukan termasuk nutrisi, suplementasi zat
esensial, ataupun transfusi. Pada keadaan gawat darurat akibat
infeksi atau gejala abdominal akut, siapkan tindakan bedah
gawat darurat untuk menyelamatkan penderita. Pilihan
prosedur bedah terkait dengan mioma uteri adalh miomektomi
atau histerektomi ( Anwar, 2011).

9) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan palpasi abdomen dan palpasi bimanual dapat
teraba masa abdomen padat dengan permukaan halus dan dapat
berbentuk tidak teratur.

14
10) Pemeriksaan Penunjang
a) Ultrasonografi (transvaginal dan transabdominal)
b) MRI

11) Tata Laksana


a) Penanganan Konservatif : mioma yang berukuran kecil
dan asimtomatik belum memerlukan penanganan kusus.
Sebaiknya lakukan observasi secara berkala
b) Penanganan Medikamentosa
(1) NSAID : untuk mengurangi dismenorea
(2) Terapi hormonal dengan : DMPA, levonorgestrel-
releasing intrauterine system (minera), GnRh agonis
(triptorelin)

b. Polip Endometrium
1) Definisi
Berupa benjolan langsung dari lapisan endometrium atau
merupakan tumor bertangkai dengan pembesaran dibagian
ujungnya. Polip endometrium merupakan pertumbuhan aktif
stroma dan kelenjar endometrium secara fokal, terutama pada
daerah fundus atau korpus uteri

15
2) Gejala klinis
a) Perdarahan diluar siklus haid yang nonspesifik
b) Polip endometrium memiliki konsistensi lebih kenyal dan
berwarna lebih merah daripada polip serviks
c) Apabila tangkai polip berukuran cukup panjang sehingga
memungkinkan ujung polip yang keluar dari ostium serviks
sering mengalami perdarahan, nekrotik, dan peradangan

3) Terapi
Pengangkatan polip dengan cara pemutusan tangkai polip (bila
ujung polip keluar melalui ostium serviks) atau kuretase dengan
bantuan hikteroskopi (bila polip tidak bertangkai)

c. Adenomiosis
1) Definisi
Merupakan infiltrasi miometrium oleh deposit endometrium
ektopik.

2) Etiologi
Pertumbuhan endometrium menembus membran basalis. Etiologi
tidak diketahui secara pasti, kemungkinan disebabkan oleh erupsi

16
membran basalis dan trauma berulang, persalinan berulang,
operasi sesar, maupun kuretase

3) Gejala klinis
a) Sebanyak 50% mengalami menoragi, mungkin disebabkan
oleh gangguan kontraksi miometrium akibat adanya fokus
adenomiosis atau pun makin bertambahnya vaskularisasi
dalam rahim
b) Sebanyak 30% mengeluh dismenorea yang semakin lama
semakin berat, disebabkan oleh pembengkakan pra haid dan
pendarahan haid didalam kelenjar endometrium
c) subfertilitas→sulit mendapatkan keturunan
d) pada pemeriksaan dalam didapatkan rahim yang membesar
secara merata. Rahim biasanya nyeri tekan dan sedikit lunak
bila dilakukan pemeriksaan bimanual sebelum pra haid(tanda
halban)

4) pemeriksaan Penunjang
USG, MRI, patologi Anatomi

5) terapi
a) pengobatan hormonal GnRH agonis selama bulan
b) pengobatan dengan suntikan progesteron
c) penggunaan IUD yang mengandung hormon progesteron
d) aromatase inhibitor
e) histerektomi (dilakukan pada perempuan yang tidak
membutuhkan fungsi reproduksi)

4. Tumor Jinak Pada Tuba


a. Definisi

17
Tumor tuba fallopi adalah tumbuhnya jaringan abnormal pada
system reproduksi wanita yaitu pada tuba fallopi, ini sangat jarang
terjadi kalaupun ada biasanya merupakan penyebaran dari organ lain
(misalnya ovarium indung telur). Tumor tuba fallopi paling banyak
ditemukan pada wanita pasca menopause, tetapi bisa juga ditemukan
pada wanita yang lebih muda. Yang paling sering ditemukan adalah
tumor Adneksa. Tumor tuba uterus dapat berupa neoplasma maupun
non neoplasma. Tumor tuba uterine yang nonplastik jarang sekali
ditemukan.
1) Tumor neoplastik tuba uterine
Terletak diantara tuba bagian distal dan ovariumdengan
diameter biasanya tidak mencapai 4 cm. Kista berisi cairan
jernih.
2) Tumor non neiplastik tuba uterine
Tumor-tumor disebabkan oleh radang dibicarakan dalam Bab
Radang dan beberapa penyakit alat genetal, antara lain
hidrosalpin, piosalping, dan kista tuboovarial.

b. Etiologi
Tumor tuba fallopi paling sering disebabkan oleh gonococcus,
disamping itu oleh staphylococcus dan bakteri. Infeksi dapat terjadi
sebagai berikut :
a. Menjalar dari alat yang berdekatan seperti dari ovarium yang
meradang
b. Naik dari cavum uteri

Penyebab lain tumor fallopi yaitu radang beberapa penyakit pada


alat genetal, antara lain :

1) Hidrosalping
2) Pilosalping
3) Kista tuboovarial

18
c. Tanda dan Gejala
Ketidak suburan yang memperlihatkan tanda-tanda dan gejala bahwa
masalah itu disebabkan berkenaan dengan kandungan atau tuba
fallopi yang abnormal. Tuba fallopi yang mengalami penyumbatan
atau menjadi rusak dapat mengurangi kesuburan dengan mencegah
sperma mencapai telur atau mencegah telur mencapai rahim.
Ketidaksuburan pada tuba fallopi juga dapat timbul setelah
terjadinya infeksi keguguran, infeksi pada saat melahirkan anak,
radang selaput perut atau oprasi. Gejala lain tumor tuba fallopi antara
lain :
1) Nyeri pada bagian bawah perut atau sekitarnya
2) Terjadi pendarahan abnormal
3) Menstruasi tidak normal

d. Patofisiologi
Dengan adanya penyebaran bakteri dari vagina ke uterus lalu tuba
dan atau parametrium, terjadilah salpingitis dengan atau tanpa
ooforitis, keadaan ini bisa terjadi pada pasca abortus, pasca
persalinan atau setelah tindakan genekologik sebelumnya.
Mekanisme pembentukan ATO yang pasti sukar ditentukan,
tergantung sampai dimana keterlibatan tuba infeksinya sendiri. Pada
permulaan proses penyakit, lumen tuba masih terbuka mengeluarkan
eksudat yang purulen dari febriae dan menyebabkan peritonitis,
ovarium sebagaimana struktur lain dalam pelvis mengalami
keradangan, tempat ovulasi dapat sebagai tempat masuk infeksi.
Abses masih bisa terbatas mengenai tempat masuk infeksi. Abses
masih bisa terbatas mengenai tuba dan ovarium saja, dapat pula
melibatkan struktur pelvis yang lain seperti usus besar, buli-buli atau
adneksa yang lain. Proses peradangan dapat mereda spontan atau
sebagai respon pengobatan, keadaan ini biasanya memberi

19
perubahan anatomi disertai perlekatan fibrin terhadap organ
terdekatnya.

e. Pencegahan Dan Deteksi Dini


Menurut Mansjoer (2006) mengidentifikasikan pencegahan dan
deteksi dini tumor jinak tuba fallopi adalah sebagai berikut :
1) Tidak beganti-ganti pasangan
Salah satu penyebab tumor jinak tuba fallopi adalah PMS
(Penyakit Menular Seksual).
2) Sadari
Seperti apabila terdapat atau merasakan gejala seperti yang telah
dijelaskan maka segera periksa jangan menunda, agar segera
ditangani dan tidak menjadi tumor ganas.

f. Jenis Dan Pengobatan


Menurut Andira (2010) mengidentifikasikan jenis dan pengobatan
penyakit tumor jinak pada tuba fallopi dibagi dua adalah sebagai
berikut :
1) Tumor jinak tuba fallopi non-neoplastik bisa mengempis
sendiri setelah 2-3 bulan
2) Tumor jinak tuba fallopi neoplastik harus dengan operasi untuk
mengangkatnya.

20
5. Tumor Jinak Pada Ovarium
a. Kista Ovarium

1) Definisi Kista
Kista adalah suatu benjolan yang berada di ovarium yang dapat
mengakibatkan pembesaran pada abdomen bagian bawah
dimana pada kehamilan yang disertai kista ovarium seolah-olah
terjadi perlekatan ruang bila kehamilan mulai membesar
(prawirohardjo,2009). Kista ovarium merupakan salah satu
tumor jinak ginekologi yang paling sering dijumpai pada wanita
di masa reproduksinya. Kista ovarium disebabkan oleh ganguan
(pembentukan) hormone pada hipotalamus, hipofisis dan
ovarium.

2) Etiologi
Menurut Nugroho (2010), kista ovarium disebabkan oleh
ganguan (pembentukan) hormone pada hipotalamus, hipofisis
dan ovarium. Beberapa teori menyebutkan bahwa penyebab
tumor adalah bahan karsinogen seperti rokok, bahan kimia, sisa-
sisa pembakaran zat arang, bahan-bahan tambang. Penelitian
yang pernah dilakukan oleh Intan Ayu Maulina (2013) dalam

21
penelitiannya dengan judul “Asuhan Kebidanan Gangguan
Reproduksi pada Ny.M Umur 47 Tahun dengan Post Salpingo
Oophorektomi Dextra di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Semarang” menuliskan bahwa beberapa factor resiko
berkembangnya kista ovarium, adalah wanita yang biasanya
memiliki:
a) Riwayat kista terdahulu
b) Siklus haid tidak teratur
c) Perut buncit
d) Menstruasi di usia dini (11 tahun atau lebih muda)
e) Sulit hamil
f) Penderita hipotiroid

3) Klasifikasi
a) Kistik : Non Neoplastik, Fungsional, Non Fungsional
b) Padat

4) Gejala secara umum


Gejala yang timbul tergantung besar kista, lokasi dan adanya
komplikasi. Umumnya tidak menimbulkan gejala. Adapun
gejala yang timbul dan patognomonik adalah :
a) Penekanan terhadap vesika atau rektum
b) Perut terasa penuh
c) Pembesaran perut
d) Perdarahan (jarang)
e) Nyeri (jika terjadi ruptur kista)
f) Sesak nafas, edema tungkai (pada tumor yang sangat besar)

5) Patofisiologi
Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah
hormone dan kegagalan pembentukan salah satu hormone

22
tersebut bisa mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak akan
berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan
hormone hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang
abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel yang
terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel
tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel
telur, terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium karena
itu terbentuk kista di dalam ovarium (corvin, E.J 2008).

6) Diagnosis Kista Ovarium


Selain wawancara dan pemeriksaan fisik terutama pemeriksaan
pelvis, beberapa pemeriksaan penunjang dan tindakan diagnostik
juga perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis, di antaranya:

a) Tes kehamilan: positif pada kista korpus luteum.


b) USG pelvik: untuk menentukan lokasi, ukuran, dan isi kista.
c) Laparoskopi: merupakan tindakan diagnosis dan terapeutik.
d) Tes darah CA 125: kadar protein yang disebut antigen
kanker (CA125) dalam darah sering meningkat pada wanita
dengan kanker ovarium. Dokter mungkin akan
menganjurkan tes ini bila mencurigai kami terkena kanker
ovarium.

7) Pencegahan Kista Ovarium

Meskipun tidak ada cara untuk mencegah kista ovarium, tapi


pemeriksaan panggul secara teratur bisa membantu mendeteksi
adanya perubahan dalam ovarium, sehingga kista ovarium bisa
dideteksi sedini mungkin. Para wanita juga dianjurkan untuk
mewaspadai perubahan dalam siklus bulanan, termasuk gejala
menstruasi yang tidak biasa, apalagi bila kondisi tersebut terjadi
selama lebih dari beberapa siklus.

23
8) Terapi

a) Perlu ditentukan apakah kista fungsional/bukan

b) Perlu dtentukan apakah termasuk golongan neoplastik atau non


neoplastik

c) Pengangkatan kista tergantung jenis dan besar kista

d) Pengangkatan kista dapat dilakukan dengan laparaskopi atau


laparatomi

Penjelasannya:

a) Observasi
Kebanyakan kista ovrium terbentuk normal yang disebut kista
fungsional dimana setiap ovulasi, telur dilepaskan keluar
ovarium dan terbentuklah kantung sisa tempat telur. Kista ini
normalnya akan mengkerut sendiri biasanya setelah 1-3 bulan.
Oleh sebab itu, dokter menganjurkan agar kembali berkonsultasi
setelah 3 bulan untuk meyakinkan apakah kistanya sudah betul-
betul menyusut (Yatim, 2005).
b) Pemberian Hormone
Pengobatan gejala hormone androgen yang tinggi, dengan
pemberian obat pil KB (gabungan esterogen-progesteron) boleh
ditambahkan obat anti androgen progesterone cyproteronasetat
(Yatim, 2005).

c) Terapi bedah atau operasi


Cara ini perlu mempertimbangkan umur penderita, gejala, dan
ukuran besar kista. Pada kista fungsional dan perempuan yang
bersangkutan masih menstruasi, biasanya tidak dilakukan
pengobatan dengan operasi. Tetapi bila hasil pada sonogram,

24
gambaran kista bukan kista fungsional dan kista berukuran
besar, biasanya dokter menganjurkan untuk mengangkat kista
dengan operasi. Begitu pula bila perempuan sudah menopause
dan dokter menemukan adanya kista, sering kali dokter yang
bersangkutan mengangkat kista tersebut dengan jalan operasi
meskipun kejadian kanker ovarium jarang ditemukan. Akan
tetapi, apabila si permpuan berusia 50-70 tahun, maka resiko
tinggi terjadi kanker (Yatim, 2005). Prinsip pengobatan kista
dengan operasi menurut yatim, (2005) yaitu:
(1) Apabila kistanya kecil (misalnya, sebesar permen) dan pada
pemeriksaan sonogram tidak terlihat tanda-tanda proses
keganasan, biasanya dokter melakukan operasi dengan
laparoskopi. Dengan cara ini, alat laparoskopi dimasukan
kedalam rongga panggul dengan melakukan sayatan kecil
pada dinding perut, yaitu sayatan searah dengan rambut
kemaluan.
(2) Apabila kistanya agak besar, biasanya pengangkatan kista
dilakukan dengan laparatomi. Teknik ini dilakukan dengan
pembiusan total. Dengan cara laparatomi, kista bisa
diperiksa apakah sudah mengalami proses keganasan,
operasi sekalian mengangkat ovarium dan saluran tuba,
jaringan lemak sekitar serta kelenjar limfe. Metode
pembedahan:
(a) Laparaskopi adalah dengan pembiusan secara umum
(general anastesi). Luka sayatan pada dinding perut
sekitar 1 cm. Dengan video laparaskopi bisa terlihat
baik bagian-bagian rongga perut dan bagian depan
rongga panggul. Dengan kombinasi penggunaan alat
pembuka (koagulator), electro surgery, dan ultrasonic,
dan ultrasonic surgery atau sinar laser dilakukan
pengangkatan miom dan perbaikan dinding uterus kaya

25
dengan pembuluh darah, hingga perlu teknik-teknik
tertentu untuk mengatasi komplikasi perdarahan
(Yatim, 2008).
(b) Laparatomi adalah pembedahan perut sampai membuka
selaput perut. Yang dimaksud pembedahan laparatomi
adalah berbagai jenis operasi pada uterus, operasi pada
tuba fallopi, Operasi pada ovarium.
(c) Ooforektomi adalah pengangkatan ovarium.
(d) Histerektomi Histerrektomi adalah pengangkatan
uterus, yang umumnya merupakan tindakan terpilih.
Histerektomi dapat dilaksanakan per abdominam atau
per vaginam. Yang akhir ini jarang dilakukan karena
uterus harus lebih kecil dari telor angsa dan tidak ada
perlekatan dengan sekitarnya. Adanya prolapsus uteri
akan mempermudah prosedur pembedahan.
Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alas an
mencegah akan timbulnya karsinoma servisis uteri.
Histerektomi supravaginal hanya dilakukan apabila
terdapat kesukaran teknis dalam mengangkat uterus
keseluruhan (Prawirohardjo, 2007).

B. TUMOR GANAS
1. Kanker Vulva
a. Pengertian Kanker Vulva
Kanker vulva adalah jenis kanker yang terjadi pada permukaan luar
genitalia wanita. Vulva adalah area kulit yang mengelilingi uretra
dan vagina, termasuk klitoris dan labia. Kanker vulva umumnya
terbentuk sebagai benjolan atau luka pada vulva yang sering
menyebabkan gatal. Meskipun dapat terjadi pada segala usia, kanker
vulva paling sering didiagnosis pada usia tua. Kanker vulva muncul

26
dalam bentuk benjolan atau luka di area vulva. Kanker ini lebih
sering menyerang wanita yang lebih tua, umumnya yang telah
mengalami menopause. Terdapat dua jenis kanker vulva berdasarkan
jenis sel yang terkena dampaknya. Jenis kanker ini juga berguna bagi
dokter untuk menentukan jenis langkah pengobatan yang akan
diambil.
1) Vulva melanoma, yaitu sel kanker yang terbentuk di sel
penghasil pigmen yang terdapat pada kulit vulva.
2) Vulva karsinoma sel skuamus (vulvar squamous cell
carcinoma), yaitu sel kanker yang terbentuk pada sel tipis,
berpermukaan datar yang melapisi permukaan vulva. Sebagian
besar kasus kanker vulva berasal dari jenis ini.

Beberapa tipe lainnya, yaitu:

1) Sel basal karsinoma, yaitu luka pada labia majora atau pada area
lain di vulva, yang lama-lama berkembang menjadi kanker. Jika
tidak segera diobati, luka ini dapat dengan mudah muncul
kembali.
2) Karsinoma kelenjar Bartholin, yaitu tumor langka pada kelenjar
Bartholin yang biasa menyerang wanita di usia pertengahan 60-
an.

27
b. Penyebab Kanker Vulva
Walau belum diketahui penyebabnya, beberapa faktor berikut adalah
kondisi yang dapat meningkatkan timbulnya kanker vulva, yaitu:
1) Merokok. Pertambahan usia. Risiko kanker vulva umumnya
meningkat pada usia 65 tahun ke atas dan mereka yang berada
pada masa menopause. Kasus ini jarang ditemui pada wanita
berusia di bawah 50 tahun yang belum mengalami menopause.
2) Terpapar infeksi HPV (human papillomavirus), salah satu
penyakit menular seksual yang banyak ditemui pada wanita
yang aktif secara seksual. Umumnya infeksi HPV dapat mereda
dengan sendirinya. Pada sebagian kasus lainnya penyakit ini, sel
yang terinfeksi dapat bermutasi dan berkembang menjadi sel
kanker.
3) Terinfeksi HIV (human immunodeficiency virus) yang
melemahkan sistem kekebalan tubuh dan menjadikan penderita
rentan terhadap infeksi HPV.
4) Menderita gangguan pada kulit di area vulva, misalnya penyakit
Lichen Sclerosus.
5) Pernah berada dalam kondisi prakanker vulva, atau vulvar
intraepithelial neoplasia (VIN), yang bisa berkembang menjadi

28
kanker vulva. VIN adalah kondisi ketika sel mengalami
perubahan yang tidak menjurus kepada kanker. Meski pada
kebanyakan kasus yang pernah terjadi, kondisi ini dapat
menghilang dengan sendirinya, namun pada kenyataannya dapat
juga berkembang menjadi sel kanker.

c. Gejala Kanker Vulva


Kanker vulva bisa menyebabkan gatal-gatal yang sangat
mengganggu di area vulva. Kondisi ini juga bisa menyebabkan
terjadinya vulvitis atau radang vulva. Berikut ini adalah gejala-
gejala lain dari kanker vulva.

1) Perdarahan yang bukan berasal dari menstruasi.

2) Perubahan pada kondisi kulit, seperti warna dan ketebalan


kulit. Kulit dapat berwarna merah, putih, atau menggelap.

3) Terdapat tahi lalat di area vulva yang berubah bentuk atau


warna.

4) Benjolan yang menyerupai jerawat, bisul, atau luka terbuka.

5) Nyeri atau sensitif terhadap rasa sakit di area panggul,


terutama ketika berhubungan seksual.

6) Terasa perih, khususnya ketika sedang kencing.

d. Diagnosis Kanker Vulva


Beberapa tes dan prosedur yang digunakan untuk mendiagnosis
kanker vulva, antara lain:

1) Pemeriksaan lebih mendetail pada vulva menggunakan alat


kaca pembesar untuk mencari tanda-tanda kanker vulva pada
area ini. Pemeriksaan ini disebut kolposkopi.

29
2) Pemeriksaan sistoskopi yang dilakukan menggunakan sebuah
tabung kecil disertai kamera dan lampu yang dimasukkan ke
kandung kemih.

3) Melakukan biopsi kemudian memeriksa sampel yang telah


diambil dari vulva, atau kelenjar getah bening, untuk mencari
tanda-tanda kanker. Penderita biasanya diberikan bius lokal
di daerah yang akan dibiopsi. Pemeriksaan dapat dilakukan
dengan atau tanpa jahitan, tergantung dari ukuran sampel
yang diambil.

4) Pemeriksaan pada area panggul, untuk mengetahui apakah


kanker telah menyebar ke area ini.

5) Pemeriksaan dengan menggunakan X-ray, CT scan, MRI


scan, dan PET scan, pada area dada, paru-paru, kelenjar getah
bening, perut atau organ lain, untuk mengetahui penyebaran
kanker di area ini.

Setelah diagnosis didapatkan, dokter akan menentukan stadium


kanker yang akan membantu dalam pemilihan langkah
pengobatan. Tingkatan stadium kanker vulva meliputi:

1) Stadium 1 – Kanker belum menyebar ke kelenjar getah


bening atau area tubuh lainnya. Terdapat tumor kecil pada
vulva atau kulit di antara area vagina dan anus (perineum).

2) Stadium 2 – Berbeda dengan stadium 1, pada tingkatan ini,


tumor telah merambat ke area sekitarnya. Area-area yang
dimaksud adalah pada bagian bawah saluran kencing
(urethra), vagina, dan anus.

3) Stadium 3 – Penyebaran kanker pada stadium ini secara


spesifik telah menjalar ke kelenjar getah bening.

30
4) Stadium 4A – Kanker telah menyebar ke area yang lebih luas
di kelenjar getah bening, atau ke bagian atas urethra atau
vagina, atau ke kandung kemih, dan rektum/dubur. Selain itu,
area tulang panggul telah terkena dampak penyebaran sel
kanker.

5) Stadium 4B – Kanker telah menyebar atau bermestastase ke


anggota tubuh lain yang tidak hanya berada di dekat vulva.

e. Pengobatan Kanker Vulva


Salah satu langkah pengobatan kanker vulva adalah prosedur
pengangkatan kanker dan sejumlah jaringan sehat di sekitar vulva
(biasanya sekitar 1 sentimeter) atau bedah radial eksisi luas.
Namun ada juga kasus kanker vulva yang mengharuskan vulva
diangkat seluruhnya, termasuk klitoris dan jaringan di bawahnya
yang bernama vulvektomi radikal.. Berikut adalah beberapa
prosedur pengangkatan kanker vulva lainnya.

1) Vulvektomi parsial. Pada prosedur ini, hanya sebagian vulva


dan jaringan di bawahnya yang diangkat.

2) Prosedur pelvic exenteration untuk kanker stadium lanjut.


Prosedur ini dilakukan jika kanker telah menyebar ke luar
dari vulva kepada organ lainnya, dengan cara mengangkat
seluruh bagian vulva dan organ yang terkait, misalnya usus
besar. Sebuah lubang akan dibuat di perut (stoma) agar
kotoran atau urine bisa dimasukkan ke dalam kantong ostomi.
Tindakan ini termasuk ke dalam operasi besar yang saat ini
sudah tidak banyak dilakukan lagi.

31
3) Prosedur rekonstruksi. Prosedur pengangkatan kanker pada
area yang lebih luas biasanya meninggalkan luka lebar yang
tidak bisa menutup dengan sendirinya. Hal ini terjadi pada
kanker yang telah menyebar hingga jaringan di sekitarnya.
Pada kasus ini, dokter akan melakukan bedah rekonstruksi
dengan mengambil kulit dari bagian tubuh lain untuk
menutup area tersebut.

Seperti pengobatan kanker lainnya, kanker vulva juga bisa


ditangani dengan kemoterapi, terapi radiasi, atau gabungan dari
keduanya.

f. Pencegahan Kanker Vulva


Melakukan pemeriksaan kesehatan rutin (medical check-up)
dapat membantu Anda memonitor kesehatan sekaligus
mendeteksi penyakit yang tidak diketahui sebelumnya.
Diskusikan bersama dokter mengenai rentang waktu yang ideal
untuk melakukan medical check-up secara rutin. Anda juga bisa
berkonsultasi tentang jadwal pemeriksaan panggul. Prosedur
pemeriksaan panggul akan memberikan informasi mengenai
kondisi organ reproduksi dalam Anda. Beberapa langkah
pencegahan yang juga bisa dilakukan untuk mengurangi risiko
kanker vulva maupun penyakit menular seksual seperti HPV atau
HIV adalah:

1) Menggunakan kondom tiap melakukan hubungan seksual.

2) Membatasi jumlah atau tidak bergonta-ganti pasangan seksual.

3) Memperoleh vaksin HPV. Vaksin ini dapat mengurangi


risiko perkembangan kanker vulva dan direkomendasikan bagi
anak perempuan yang berusia 12-13 tahun.

32
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang
utuh dan tidak adanya penyakit atau kelemahan, dalam segala hal yang
berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsinya serta proses.
Salah satu penyakit pada alat reproduksi yang membahayakan adalah tumor.
Tumor terbentuk akibat ketidakseimbangan antara jumlah sel baru yang
tumbuh dengan jumlah sel lama yang mati. Kondisi ini bisa terjadi bila sel
baru terbentuk secara berlebihan, atau sel lama yang seharusnya mati tetap
hidup. Tumor dibedakan menjadi 2 yaitu tumor jinak dan tumor
ganas/kanker. Penyebab dari tumor ini sendiri berbeda-beda tergantung dari
jenisnya, faktor-faktor yang dapat meneyebabkan tumor salah stunya adalah
virus, bakteri, paparan radiasi dan makanan yang tidak sehat. Tumor pada alat
reproduksi lebih banyak disebabkan oleh virus dan baakteri. Penanganan dari
tumor ini pun berbeda-beda tergantung jenisnya.

33
B. Saran
menjaga kesehatan reproduksi merupakan suatu hal yang sangat penting
terutama bagi wanita. Menjaga kebersihan alat reproduksi, menghindari
penggunaan bahan-bahan yang berbahaya dan menghindari sex bebas dapat
mncegah terjadinya penyakit pada alat reproduksi kita. Contohnya
tumor/kanker, penyakit ini dapat disebabkan oleh banyak faktor, bisa dari
virus, bakteri maupun jamur. Tumor/kanker dinyatakan sebagai salah satu
penyebab angka kematian. Oleh karena itu, sebelum terjadi kanker sebaiknya
kita cegah dengan lebih memperhatikan kebersihan dan kesehatan alat
reproduksi kita

DAFTAR PUSTAKA

https://www.slideshare.net/pjj_kemenkes/kb-1-tumor-jinak-alat-reproduksi

http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=4216

http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=19742

http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=4216

http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=19742

Medical Mini Notes - ginekologi edition

34

Anda mungkin juga menyukai