“HANDLING SITOSTATIK”
OLEH:
ARNIATI AGUS
RISNAWATI .N
SISKARIYAWARI SUBHANUDDIN
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah Farmasi Rumah Sakit ini dengan dengan tepat waktu meskipun banyak
kekurangan di dalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
Penyusun
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan…………………………………………………….........
B. Saran...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kemudian menyusul penyinaran terhadap sel-sel tumor ganas yang peka sinar
harapan dan tumpuan dunia medis terhadap efek pengobatan dengan sitostatika
paparan pada petugas pemberian sitostatika telah banyak diteliti. Falck dkk,
th.1979 melaporkan bahwa perawat yang bekerja pada ward kemoterapi tanpa
lebih besar dari pada control subject. Toksisitas yang sering dilaporkan
liver, neutropenia ringan, fetal malformation, fetal loss, atau kasus timbulnya
kanker. Tahun 1983 Sotaniemi, dkk. Melaporkan adanya kerusakan liver pada
3 orang perawat yang bekerja pada ward oncology. Di dua rumah sakit di Italy
urine perawat dan staf farmasi yang tidak mengikuti peraturan khusus dalam
aseptis, Personal yang terlibat harus terlindung dari exposure bahan berbahaya,
atau ingestion.
B. Rumusan Masalah
berikut :
C. Tujuan
Cytotoxic Handling
D. Manfaat
Cytotoxic Handling
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi dari Sitostatik
Senyawa sitoksik adalah suatu senyawa atau zat yang dapat merusak
dan sel normal dan juga sel kanker, serta digunakan untuk menghambat
pertumbuhan dari sel tumor maliginan. Istilah dari toksisitas juga dapat
fraksional (fraksi tertentu mati), sehingga 90% berhasil dan 10% tidak berhasil.
ditunjukkan untuk terapi tetapi tidak terbatas hanya pada pengobatan kanker
saja. Obat-obat ini adalah suatu obat yang dikenal sangat beracun untuk sel,
ekresikan melalui ginjal dan hati (Gippsland Oncology Nurses Group, 2010).
kecacatan bayi, dan kemungkinan terjadi leukemia dan kanker lainnya (Ni
Nyoman, 2016).
pada pengobatan kanker. Obat ini diketahui sangat beracun bagi sel-sel,
terutama melalui tindakannya pada reproduksi sel. Obat sitotoksik
dan klinik hewan untuk pengobatan kanker dan kondisi medis lainnya seperti
untuk mengobati kanker, sering sebagai bagian dari rezim kemoterapi. Bentuk
yang paling umum dari obat sitotoksik dikenal sebagai antineoplastik. Obat
rambut dan lapisan dari sistem pencernaan. Sebagai hasil dari pengobatan,
kontrol tindakan gagal atau tidak di tempat. Paparan dapat terjadi melalui
kontak kulit, menghirup aerosol dan partikel obat , dan luka benda tajam.
limbah.
1. Penyiapan
Sebelum menjalankan proses pencampuran obat suntik, perlu
jelas/tidak lengkap.
2. Pencampuran
dalam LAF
e) Pegang ampul dengan posisi 45º, patahkan bagian atas ampul dengan
detik.
f) Berdirikan ampul.
buangan.
2. Pegang ampul dengan posisi 45º, masukkan spuit ke dalam ampul, tarik
botol infus dengan posisi 45º perlahan-lahan melalui dinding agar tidak
6. Untuk permintaan Intra Vena bolus ganti needle dengan ukuran yang
1. Membuka vial larutan obat, meliputi (a) Buka penutup vial. (b) Seka
Berdirikan vial (d) Bungkus penutup vial dengan kassa dan buang ke
5. Beri tekanan negatif dengan cara menarik udara ke dalam spuit kosong
6. Pegang vial dengan posisi 45º, tarik larutan ke dalam spuit tersebut.
7. Untuk permintaan infus intra vena (iv) , suntikkan larutan obat ke dalam
botol infus dengan posisi 45º perlahan-lahan melalui dinding agar tidak
8. Untuk permintaan intra vena bolus ganti needle dengan ukuran yang
9. Bila spuit dikirim tanpa needle, pegang spuit dengan posisi jarum ke atas
10. Pegang spuit dengan bagian terbuka ke atas, tutup dengan ”luer lock
cap”.
11. Seka cap dan syringe dengan alkohol. 12) Setelah selesai, buang
tertutup.
9) Memberi label yang sesuai untuk setiap spuit dan infus yang sudah berisi
10) Membungkus dengan kantong hitam atau alumunium foil untuk obat-obat
12) Mengeluarkan wadah yang telah berisi spuit atau infus melalui pass box
khusus
memerlukan rekonstitusi dengan aqua pro injeksi atau NaCl 0,9% sebelum
digunakan. Keuntungan dari sediaan berbentuk dry powder ini adalah dapat
disimpan dalam waktu yang lebih lama. Beberapa kelemahan dari sediaan
telah direkonstitusi karena adanya tekanan dalam vial (beberapa vial dibuat
digunakan
Contoh : Ranitidine, amiodaron Keuntungan dari preparasi ini adalah:
Preparasi ini dapat berupa kantong atau ampul dengan volume kecil
yang dapat dibuat tanpa pelarut tambahan, tapi tetap mengandung larutan
ampul)
Preparasi ini termasuk kantong infus dan syringe yang belum diisikan
(pre-filled), contohnya: NaCl (Sodium Chloride) 0,9% 500 ml, morfin sulfat
karena berguna selama proses rekonstitusi. Jika vial tersebut tidak memiliki
tekanan di dalamnya, maka udara harus dikeluarkan terlebih dahulu
yang telah direkonstitusi dari dalam vial perbedaan tekanan harus dihitung
7. Cara Pemberian
cara, untuk jangka waktu yang pendek atau untuk waktu yang lama, a)
terus-menerus (continuous).
jam. Volume infus dapat beragam mulai dari volume infus kecil
kulit.
otot.
secara
aseptis dalam kemasan siap pakai sesuai kebutuhan pasien oleh tenaga
lingkungan, petugas maupun sediaan obatnya dari efek toksik dan kontaminasi,
melakukan harus sesuai prosedur yang ditetapkan dengan alat pelindung diri
yang memadai.
pelarut yang sesuai, c) Mencampur sediaan obat kanker sesuai dengan protokol
Indonesia, 2014).
c. HEPA filter
Indonesia, 2014).
Letak ruangan diusahakan tidak untuk lalu lintas orang. Ruangan ini terdiri
dari:
1. Ruang persiapan
kesehatan dan bahan obat (etiket, pelabelan, penghitungan dosis dan volume
dan tidak digunakan untuk lalu lintas bahan, wadah dan peralatan. Ruang
3. Ruang antara
Petugas yang akan masuk ke ruang steril melalui suatu ruang antara.
ukuran dan jumlah partikel. Ruangan ini dirancang untuk mencegah partikel
Indonesia, 2009).
dalam satu jam. Semakin banyak jumlah partikel yang diijinkan dalam suatu
ruangan, maka perputaran udara per jam harus semakin ditingkatkan. Agar
udara yang masuk ke dalam ruangan adalah udara steril/ bebas partikel,
maka digunakan HEPA Exhaust filter. HEPA filter biasanya diletakkan
pada jarak dua meter dari tepi ruangan (dinding ruangan). Rentang
Adapun fasilitas yang diperlukan dalam cytotoxic clean room antara lain:
sebaiknya terbuat dari bahan yang impermeable (tidak tembus cairan), tidak
bagian depan. 2) Sarung tangan, Sarung tangan yang dipilih harus memiliki
bagi petugas dan cukup panjang untuk menutup pergelangan tangan. Sarung
tangan terbuat dari latex dan tidak berbedak (powder free). Khusus untuk
2. Pass Box
ataupun uap yang berasal dari ampul atau vial. Alat ini digunakan untuk
Air Flow). Aliran udara langsung mengalir kebawah dan jauh dari petugas
(BSC) kelas II dengan syarat tekanan udara di dalam BSC harus lebih
Alat pelindung diri harus disediakan untuk setiap personil yang terlibat
pelindung
diri (APD) yang diperlukan dalam pembuatan obat sitotoksik, antara lain:
Gambar 1. Gowns
harus menutup rambut yang terlihat seperti kumis dan jenggot. Pelindung
karena pelindung kepala melindung semua rambut yang terlihat pada kepala
(Stull, 1998).
natural rubber latex karena natural rubber latex memiliki elastisitas yang
Gambar 4. Gloves
melindungi seluruh bagian mata dari debu dan percikan saat pembuatan
obat, dan harus mudah dicuci dengan air setelah penggunaannya (OSH,
1997).
Gambar 5. Pelindung Mata
dan mulut yang tujuannya melindungi saluran pernafasan dari bahan kimia
pernafasan dari paparan obat sitotoksik maupun partikel gas dan zat yang
mudah menguap sehingga partikel tersebut tidak terhirup dan tidak masuk
5. Masukkan insenerator suhu > 1000 derajat Celcius atau inaktivasi dgn
seperti spuit vial, ampul, tempatkan di dalam wadah yang tidak tembus
benda tajam, untuk limbah lain tempatkan dalam kantong berwarna (standar
f. Cuci tangan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
fraksional (fraksi tertentu mati), sehingga 90% berhasil dan 10% tidak
berhasil.
ditunjukkan untuk terapi tetapi tidak terbatas hanya pada pengobatan kanker
saja. Obat-obat ini adalah suatu obat yang dikenal sangat beracun untuk sel,
B. Saran
sitostatika.
DAFTAR PUSTAKA
Airley, Rachel. (2009). Cancer Chemotherapy: Basic Science to the Clinic. United
Kingdom: John Willey and Scots Ltd, p. 55-56
Gippsland Oncology Nurses Group. 2010. GONG Cancer Care Guidelines. Safe
Handling Of Cytotixic SubtancesJacobson, Joseph. 2009. American Society
of Clinical Oncology/ Oncology Nursing Society Chemotherapy
Administration Safety Standards. America; American Society of Clinical
Oncology.
Buku Pedoman Pencampuran Obat Suntik dan Penanganan Obat Sitostatika,
2009. Jakatra.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2014. Jakarta.
Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004.
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI.
Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004.
Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI.