Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sitostatika merupakan golongan obat yang digunakan dalam pengobatan kanker yang
paling banyak menunjukkan kemajuan dalam pengobatan penderita kanker. Karena itu pula
harapan dan tumpuan dunia medis terhadap efek pengobatan dengan sitostatika terus
meningkat. Sejalan dengan harapan tersebut upaya menyembuhkan atau sekurangnya
mengecilkan ukuran kanker dengan sitostatika terus meluas.
Namun, penggunaan sitostatika dalam dunia kesehatan memiliki resiko yang sangat
besar. Menurut NIOSH (2004), bekerja dengan atau dekat dengan obat-obat berbahaya
(sitotoksik) di tatanan kesehatan dapat menyebabkan ruam kulit, kemandulan, keguguran,
kecacatan bayi, dan kemungkinan terjadi leukemia dan kanker lainnya. Selain itu, toksisitas
yang sering dilaporkan berkenaan dengan preparasi dan handling cytotoxic berupa toksisitas
pada liver, neutropenia ringan, fetal malformation, fetal loss, atau kasus timbulnya kanker.
Tahun 1983 dilaporkan adanya kerusakan liver pada 3 orang perawat yang bekerja pada ward
oncology..
Prosedur penanganan obat sitostatika yang aman perlu dilaksanakan untuk mencegah
risiko kontaminasi pada personel yang terlibat dalam preparasi, transportasi, penyimpanan
dan pemberian obat sitostatika. Potensial paparan pada petugas pemberian sitostatika telah
banyak diteliti. Perawat yang bekerja pada ward kemoterapi tanpa perlindungan yang
memadai menunjukkan aktivitas mutagenik yang signifikan lebih besar dari pada control
subject.
Selain untuk melindungi petugas dan lingkungan dari keterpaparan obat kanker, preparasi
obat sitostatika secara aseptis (handling citotoxic) diperlukan untuk melindungi produk dari
kontaminasi mikroba dengan teknik aseptis, melindungi personal dan lingkungan yang
terlibat dari exposure bahan berbahaya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja bahaya dari obat sitostatik?
2. Bagaimana metode penanganan obat sitostatik ?
3. Bagaimana cara pemberian obat dan perawatan pasien sitostatik?
4. Bagaimana cara pembersihan tumpahan dan pembuangan sampah sitostatik?
5. Apa saja peran TTK dalam handling sitosstatik?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bahaya dari obat sitostatik.
2. Untuk mengetahui metode penanganan obat sitostatik.
3. Untuk mengetahui cara pemberian obat dan perawatan pasien sitostatik.
4. Untuk mengetahui cara pembersihan tumpahan dan pembuangan sampah sitostatik.
5. Untuk mengetahui saja peran TTK dalam handling sitosstatik.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Bahaya obat sitostatik
Senyawa sitostasik adalah suatu senyawa atau zat yang dapat merusak dan sel
normal dan juga sel kanker, serta digunakan untuk menghambat pertumbuhan dari sel
tumor maliginan. Istilah dari toksisitas juga dapat digunakan untuk zat-zat yang bersifat
genotoksik, mutagenik, onkogenik, teratogenik, dan zat-zat yang bersifat berbahaya
(Sarce, 2009).
Obat sitotoksik adalah agen yang ditujukan untuk terapi, khususnya pada
pengobatan kanker. Obat ini diketahui sangat beracun bagi sel-sel, terutama melalui
tindakannya pada reproduksi sel. Obat sitotoksik semakin sering digunakan dalam
berbagai pengaturan kesehatan, laboratorium dan klinik hewan untuk pengobatan kanker
dan kondisi medis lainnya seperti rheumatoidarthritis, multiple sclerosis dan kelainan
auto-imun.
Obat sitotoksik mencakup obat yang menghambat atau mencegah fungsi sel. Obat
sitotoksik termasuk obat-obatan yang terutama digunakan untuk mengobati kanker,
sering sebagai bagian dari rezim kemoterapi. Bentuk yang paling umum dari obat
sitotoksik dikenal sebagai antineoplastik. Obat sitotoksik memiliki efek mencegah
pertumbuhan yang cepat dan pembagian (mitosis) sel kanker . Namun, obat sitotoksik
juga mempengaruhi pertumbuhan sel-sel lain membagi cepat dalam tubuh seperti folikel
rambut dan lapisan dari sistem pencernaan. Sebagai hasil dari pengobatan, banyak sel-sel
normal yang rusak bersama dengan sel-sel kanker.

B. Metode penanganan obat sitostatik


Handling cytotoxic drugs adalah metode penanganan penggunaan obat sitostatika.
Hal ini perlu dilakukan karena obat ini dikenal sangat beracun untuk sel, terutama melalui
tindakan mereka pada reproduksi sel. Banyak yang terbukti menjadi karsinogen, mutagen
atau teratogen. Adapun tujuan Handling Cytotoxid yaitu :

1. Mencegah kontak langsung atau keterpaparan petugas kesehatan terhadap sitostatika


pada waktu pencampuran, pengoplosan , dan pemberian kpd pasien.
2. Menjamin sterilitas produk akhir sitostatika setelah dicampur / dioplos
3. Menjamin keamanan buangan sisa sitostatika dan material yg dipakai yg telah
terkontaminasi dgn sitostatika

C. Pemberian obat dan perawatan pasien


1. Cara pemberiaan
Cara pemberian sediaan sitostatika sama dengan cara pemberiaan obat suntik kecuali
intramuscular.
a. Injeksi Intravena (i.v.)
Injeksi intravena dapat diberikan dengan berbagai cara, untuk jangka waktu
yang pendek atau untuk waktu yang lama.
1) Injeksi bolus
Injeksi bolus volumenya kecil ≤ 10 ml, biasanya diberikan dalam waktu 3-5
menit kecuali ditentukan lain untuk obat-obatan tertentu.
2) Infus
Infus dapat diberikan secara singkat (intermittent) atau terus-menerus
(continuous).
 Infus singkat (intermittent infusion)
Infus singkat diberikan selama 10 menit atau lebih lama. Waktu
pemberiaan infus singkat sesungguhnya jarang lebih dari 6 jam per dosis.
 Infus kontinu (continuous infusion)
Infus kontinu diberikan selama 24 jam. Volume infus dapat beragam mulai
dari volume infus kecil diberikan secara subkutan dengan pompa suntik
(syringe pump), misalnya 1 ml per jam, hingga 3 liter atau lebih selama 24
jam, misalnya nutrisi parenteral.
b. Injeksi intratekal
Injeksi intratekal adalah pemberian injeksi melalui sumsum tulang belakang.
Volume cairan yang dimasukkan sama dengan volume cairan yang dikeluarkan.
c. Injeksi subkutan
Injeksi subkutan adalah pemberian injeksi di bawah kulit.

Pemilihan vena dan arteri yang tepat serta peralatan yang harus dipakai ditentukan
oleh usia pasien, status vena dan obat yang diberikan melalui infus. Lakukan
pemilihan vena diatas area yang lentur serta pemilihan iv cateter yang paling pendek
dan ukurannya yang paling kecil yang sesuai. Vena yang sering digunakan adalah :
Basillic, cephalica dan metakarpal. Tempat penusukan harus diganti setiap 72 jam
dan vena yang cocok untuk penusukan terasa halus dan lembut, tidak keras dan
menonjol serta memilih vena yang cukup lebar untuk tempat peralatan, media
kemoterapi dapat membuat iritasi pada vena dan jarigan lunak.

2. Perawatan pasien
Penanganan yang tepat obat-obat sitostatik dan berbahaya adalah sangat penting
ketika diberikan pada pasien. Obat-obat tersebut hendaknya diberikan hanya oleh
personel terlatih, dalam teknik pemberian yang tepat dan mengetahui efek terapi, efek
merugikan obat-obat itu, serta resiko yang mungkin pada personel pelayan kesehatan.
Pelatihan itu didokumentasikan. Prosedur baku dikembangkan untuk pemberian obat
berbahaya dan memastikan bahwa prosedur itu diikuti.
1) Persiapan Pasien
a) Fisik penderita
b) Radiologi : terutama keadaan paru-paru
c) Laboratorium : terutama kadar hemoglobin, lekosit dan trombosit
d) Psikologis penderita dan keluarga
2) Persiapan Obat dan Alat : 5 tepat 1 waspada
Persiapan Obat : 5 tepat 1 waspada yaitu tepat indikasi, tepat jenis, tepat dosis,
tepat waktu, tepat cara, waspada efek samping obat (ESO).
3) Cara meminimalkan efek samping obat
a) Ekstravasasi
 Stop infuse
 Aspirasi obat dari tempat pemasangan infuse sebanyak mungkin
 Cabut needle, tekan kuat minimal 5 menit
 Kompres dingin pada daerah yang terkena ekstravasasi, hindari perabaan.
Observasi terhadap nyeri, bengkak, kemerahan, nekrosis, kolaborasi
pemberian analgesic
 Imobilisasi selama 48 jam
 Cari lokasi baru untuk IV line
b) Mual dan Muntah
 Untuk obat sitostatika yang menyebabkan mual dan muntah sebaiknya
diberi antiemetic terlebih dahulu 1 menit-1 jam sebelum kemoterapi
diberikan. Pemberian dilanjutkan 16-24 jam setelah kemoterapi kemudian
dilanjutkan sampai 3-5 hari
 Mempertahankan suasana yang nyaman, hilangkan bau yang merangsang
untuk muntah
 Memberikan makanan sedikit tapi sering dan dalam keadaan hangat
 Lakukan teknik relaksasi
 Untuk klien yang tidak dapat makan sama sekali, lakukan pemberian
nutrisi parenteral melalui kolaborasi

3) Mucositis/stomatitis
 Lakukan oral hygiene dengan cairan fisiologis dan boraks gliserin 3-
4x/hari
 Sikat gigi dengan bulu sikat yang lembut atau cotton swab beberapa kali
sehari
 Bila klien tidak bisa berkumur, bersihkan dengan kasa yang dibasahi
dengan NaCl 0,9% dan anjurkan banyak minum
 Kolaborasi untuk pemberian nystatin 100.000 IU/ml 5 ml dioleskan di
mulut minimal selama 2 menit dan kemudian ditelah, diberikan setiap 4-6
jam, atau chlorhexidine 0,12% 15 ml setiap 4-6 jam

4) Hematologi
a) Anemia
 Berikan nutrisi TKTP
 Batasi aktivitas
 Kolaborasi pemberian transfuse dan obat-obat suplemen dan vitamin
 Cek darah lengkap rutin
b) Netropenia
 Tempatkan pasien di ruang isolasi
 Perawat dan petugas lain, keluarga harus cuci tangan sesuai protap
 Batasi kunjungan keluarga
 Observasi tanda vital
 Kolaborasi untuk pemberian antibiotic dan antipiretik
 Jaga kebersihan diri secara adekuat
 Diet TKTP dan istirahat cukup
c) Trombositopenia
 Observasi tanda-tanda perdarahan
 Minimalkan tindakan invasive
 Bila ada penusukan pada vena, lakukan penekanan selama 5-10 menit
 Kolaborasi pemberian transfuse trombosit
d) Alopecia
 Anjurkan untuk memakai topi/jilbab
 HE : Proses pertumbuhan rambut akan terjadi lagi setelah efek
kemoterapi hilang
 Beri semangat atau penguatan untuk membangun kepercayaan diri

4) Upaya mengurangi masalah psikososial


a) Membuat ruang anak mendekati suasana di rumah (ada ruang bermain, gambar
kartun, perpustakaan dll)
b) Anjurkan orangtua untuk mendampingi anak saat dilakukan tindakan
c) Gunakan teknik komunikasi terapeutik saat melakukan hubungan interpersonal
baik dengan klien ataupun keluarga
d) Gunakan teknik distraksi, terapi bermain untuk meminimalkan efek tindakan
pada anak
e) Libatkan tokoh agama untuk klien terminal
D. Pembersihan tumpahan dan pembuangan sampah
1. Pembersihan tumpahan
Membersihkan tumpahan dalam ruangan steril dapat dilakukan petugas tersebut
atau meminta pertolongan orang lain dengan menggunakan chemotherapy spill kit
yang terdiri dari:
1) Membersihkan tumpahan di luar BSC dalam ruang steril
a) Meminta pertolongan, jangan tinggalkan area sebelum diizinkan.
b) Beri tanda peringatan di sekitar area.
c) Petugas penolong menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
d) Angkat partikel kaca dan pecahan-pecahan dengan menggunakan alat seperti
sendok dan tempatkan dalam kantong buangan.
e) Serap tumpahan cair dengan kassa penyerap dan buang dalam kantong
tersebut.
f) Serap tumpahan serbuk dengan handuk basah dan buang dalam kantong
tersebut.
g) Cuci seluruh area dengan larutan detergent.
h) Bilas dengan aquadest.
i) Ulangi pencucian dan pembilasan sampai seluruh obat terangkat.
j) Tanggalkan glove luar dan tutup kaki, tempatkan dalam kantong pertama.
k) Tutup kantong dan tempatkan pada kantong kedua.
l) Tanggalkan pakaian pelindung lainnya dan sarung tangan dalam, tempatkan
dalam kantong kedua.
m) Ikat kantong secara aman dan masukan dalam tempat penampung khusus untuk
dimusnahkan dengan incenerator.
n) Cuci tangan.
2) Membersihkan tumpahan di dalam BSC
a) Serap tumpahan dengan kassa untuk tumpahan cair atau handuk basah untuk
tumpahan serbuk.
b) Tanggalkan sarung tangan dan buang, lalu pakai 2 pasang sarung tangan baru.
c) Angkat hati-hati pecahan tajam dan serpihan kaca sekaligus dengan alas
kerja/meja/penyerap dan tempatkan dalam wadah buangan.
d) Cuci permukaan, dinding bagian dalam BSC dengan detergent, bilas dengan
aquadestilata menggunakan kassa. Buang kassa dalam wadah pada buangan.
e) Ulangi pencucian 3 x.
f) Keringkan dengan kassa baru, buang dalam wadah buangan.
g) Tutup wadah dan buang dalam wadah buangan akhir.
h) Tanggalkan APD dan buang sarung tangan, masker, dalam wadah buangan
akhir untuk dimusnahkan dengan inscenerator.
i) Cuci tangan.

Gambar . Biological Safety Cabinet

2. Pembuangan sampah

Pengelolaan limbah dari sisa buangan pencampuran sediaan sitoatatika (seperti:


bekas ampul,vial, spuit, needle,dll) harus dilakukan sedemikian rupa hingga tidak
menimbulkan bahaya pencemaran terhadap lingkungan. Langkah – langkah yang perlu
dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Gunakan Alat Pelindung Diri (APD).
2) Tempatkan limbah pada wadah buangan tertutup. Untuk bendabenda tajam seperti
spuit, vial, ampul, tempatkan di dalam wadah yang tidak tembus benda tajam,
untuk limbah lain tempatkan dalam kantong berwarna (standar internasional warna
ungu) dan berlogo sitostatika
3) Beri label peringatan (Gambar 2) pada bagian luar wadah.
4) Bawa limbah ke tempat pembuangan menggunakan troli tertutup.
5) Musnahkan limbah dengan incenerator 1000ºC.
6) Cuci tangan.

E. Peran TTK dalam handling sitostatik


Dalam handling sitostatik TTK mempunyai peran dalam penanganan obat
sitostatika/kanker secara aseptis dalam kemasan siap pakai sesuai
kebutuhan pasien oleh tenaga farmasi yang terlatih dengan pengendalian
pada keamanan terhadap lingkungan, petugas maupun sediaan obat dari efek toksik
dan kontaminasi, denganmenggunakan alat pelindung diri, mengamankan pada
saat penampuran, distribusi, maupun proses pemberian kepada pasien
sampai pembuanganlimbahnya.
Secara operasional dalam mempersiapkan dan melakukan harus sesuai prosedur
yang ditetapkan dengan alat pelindung diri yang memadai.
a. Kegiatan :
1) Melakukan perhitungan dosis secara akurat
2) Melarutkan sediaan obat kanker dengan pelarut yang sesuai
3) Mencampur sediaan obat kanker sesuai dengan protokol pengobatan
4) Mengemas dalam kemasan tertentu
5) Membuang limbah sesuai prosedur yang berlaku
b. Faktor yang Perlu di perhatikan
1) Ruangan khusus yang dirancang dengan kondisi yang sesuai
2) lemari pencampuran (Biological Safety Cabinet)
3) HEPA filter
4) Alat Pelindung diri
5) Sumber daya Manusia yang terlatih
6) Cara Pemberian obat kanker

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Senyawa sitostasik adalah suatu senyawa atau zat yang dapat merusak dan sel normal dan
juga sel kanker, serta digunakan untuk menghambat pertumbuhan dari sel tumor maliginan.
Namun, obat sitotoksik juga mempengaruhi pertumbuhan sel-sel lain membagi cepat dalam
tubuh seperti folikel rambut dan lapisan dari sistem pencernaan. Sebagai hasil dari
pengobatan, banyak sel-sel normal yang rusak bersama dengan sel-sel kanker.
Handling cytotoxic drugs adalah metode penanganan penggunaan obat sitostatika. Hal ini
perlu dilakukan karena obat ini dikenal sangat beracun untuk sel, terutama melalui tindakan
mereka pada reproduksi sel. Banyak yang terbukti menjadi karsinogen, mutagen atau
teratogen.
Cara pemberiaan sediaan sitostatika sama dengan cara pemberiaan obat suntik kecuali
intramuscular. Membersihkan tumpahan dalam ruangan steril dapat dilakukan petugas
tersebut atau meminta pertolongan orang lain dengan menggunakan chemotherapy spill kit.
Pengelolaan limbah dari sisa buangan pencampuran sediaan sitoatatika (seperti: bekas
ampul,vial, spuit, needle,dll) harus dilakukan sedemikian rupa hingga tidak menimbulkan
bahaya pencemaran terhadap lingkungan.
Dalam handling sitostatik TTK mempunyai peran dalam penanganan obat
sitostatika/kanker secara aseptis dalam kemasan siap pakai sesuai kebutuhan
pasien oleh tenaga farmasi yang terlatih dengan pengendalian pada keamanan
terhadap lingkungan, petugas maupun sediaan obat dari efek toksik dan kontaminasi,
denganmenggunakan alat pelindung diri, mengamankan pada saat penampu ran,
distribusi, maupun proses pemberian kepada pasien sampai pembuangan
limbahnya.
2. Saran
Disarankan agar mahasiswa dapat memperdalam pengetahuan tentang handling
sitostatik karena sangat penting ketika memasuki dunia pekerjaan selain itu agar pelayanan
kefarmasian di Apotek, Rumah sakit dan tempat pelayanan keseatan lainnya dapat berjalan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

DAFTAR PUSTAKA
Wibisono, a., 2019. Tingkat kepatuhan petugas menggunakan alat pelindung diri saat handling
kemoterapi di rs semen gresik (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Gresik).
Gustyas, S.R.K.I. and Pratama, J.E., 2018. Evaluasi penanganan obat sitostatika di rumah sakit
panti nirmala malang (Doctoral dissertation, AKFAR PIM).
Rikomah, S.E., 2018. Farmasi Klinik. Deepublish.
Bakti Husada, 2009, Pedoman Pencampuran Obat Suntik dan Penanganan Sediaan Sitostatika,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai