Disusun Oleh :
Nama : Natasya Wulandari
NIM : 1814201210
Prodi : S1 Keperawatan
Dosen Pembimbing :
Ns. Andrye Fernandes, M.Kep.Sp.Kep.An
Obat-obat anti kanker ini dapat digunakan sebagai terapi tunggal (active single
agents), tetapi kebanyakan berupa kombinasi karena dapat lebih meningkatkan potensi
sitotoksik terhadap sel kanker. Selain itu sel-sel yang resisten terhadap salah satu obat
mungkin sensitif terhadap obat lainnya. Dosisi obat sitostatika dapat dikurangi sehingga
efek samping menurun. Sitostatika bersifat karsinogenik dan perlu penanganan yang
khusus, karena efek dari sitostatika bila tidak diberikan secara tepat misalnya melalui
intra vena pada pembuluh darah yang tidak paten dapat menimbulkan ekstravasasi pada
lokasi injeksi.
B. Tujuan Kemoterapi
Pemberian kemoterapi bertujuan untuk mengurangi kemungkinan hidup sel tumor,
mempertahankan konsentrasi toksis kemoterapi untuk sel tumor yang mungkin tumbuh,
dan mengobati okul metastase tumor yang mungkin telag terdapat saat dilakukan operasi.
Kemoterapi bisa digunakan untuk mengatasi tumor secara lokal dan juga untuk
mengatasi sel tumor apabila ada metastasis jauh. Secara lokal dimana vaskularisasi
jaringan tumor yang masih baik, akan lebih sensitif menerima kemoterapi sebagai
antineoplastik agen. Dan karsinoma sel skuamosa biasanya sangat sensitif terhadap
kemoterapi ini.
C. Macam Macam Kemoterapi
Beberapa bentuk tindakan kemoterapi adalah :
1. Melalui tablet atau kapsul. Kemoterapi dengan cara ini paling praktis karean dapat
dilakukan penderita sendiri di rumah dengan mengikuti saran dari dokter.
2. Melalui suntikan atau injeksi. Pemberian kemoterapi ini hanya bisa dilakukan oleh
dokter saja diklinik, rumah sakit, ruang praktek dokter atau jika dimungkinkan dokter
bisa datang kerumah.
3. Melalui infus. Pemberian kemoterapi melalui infus harus dilakukan oleh paramedis
yang berpengalaman. Pemberian kemoterapi ini harus dilakukan dirumah sakit atau
klinik khusus.
G. Prosedur
1. Persiapan
a. Sebelum diberikan kemoterapi maka harus dipersiapkan ukuran TB, BB, luas
badan, darah lengkap, fungsi ginjal, fungsi liver, gula darah, urin lengkap, EKG,
foto thorax AP/lateral, Ekokardiografi, BMP.
b. Periksa protokol dan program terapi yang digunakan, serta waktu pemberian obat
sebelumnya.
c. Periksa nama pasien, dosis obat, jenis obat, cara pemberian obat.
d. Periksa adanya inform concent baik dari penderita maupun keluarga.
e. Siapkan obat sitostatika
f. Siapkan cairan NaCl 0,9%, D5% atau intralit.
g. Pengalas plastik, dengan kertas obsorbsi atau kain diatasnya
h. Gaun lengkap panjang, masker, topi, kacamata, sarung tangan, sepatu
i. Spuit disposible 5cc , 10cc , 20cc , 50cc.
j. Alkohol 70% dengan kapas steril
k. Bak spuit besar
l. Label obat
m. Plastik tempat pembuangan bekas
n. Kardex (catatan khusus)
H. Cara Kerja
Semua obat di campur oleh staf farmasi yang ahli di bagian farmasi dengan
memakai alat “biosafety laminary airflow” kemudian dikirim kebangsal perawatan dalam
tempat khusus tertutup. Diterima oleh perawat dengan catatan nama pasien, jenis obat,
dosis obat dan jam pencampuran.
Bila tidak mempunyai biosafety laminary airflow maka, pencampuran dilakukan
diruangan khusus yang tertutup dengan cara :
1. Meja dialasi dengan pengalas plastik diatasnya ada kertas penyerap atau kain,
2. Pakai gaun lengan panjang, topi, masker, kacamata, sepatu.
3. Ambil obat sitostatika sesuai program, larutkan dengan NaCl 0,9%, d5% atau iralit.
4. Sebelum membuka ampul pastikan bahwa cairan tersebut tidak berada pada puncak
ampul. Gunakan kasa waktu membuka ampul agar tidak terjadi luka dan
terkontaminasi dengan kulit. Pastikan bahwa obat yang diambil sudah cukup, dengan
tidak mengambil 2 kali.
5. Keluarkan udara yang masih berada dalam spuit dengan menutupkan kapas atau kasa
steril diujung jarum spuit.
6. Masukkan perlahan-lahan obat kedalam flabot NaCl 0,9% atau D5% dengan volume
cairan yang telah ditentukan.
7. Jangan tumpah saat mencampur, menyiapkan dan saat memasukkan obat kedalam
falbot atau botol infus.
8. Buat tabel, nama pasien, jenis obat, tanggal, jam pemberian serta akhir pemberian atau
dengan syringe pump.
9. Masukkan kedalam kontainer yang terlah disediakan.
Penderita yang tergolong good risk dapat diberikan dosis yang relatif tinggi, pada
poor risk (apabila didapatkan gangguan berat pada faal organ penting) maka dosis obat
harus dikurangi, atau diberikan obat lain yang efek samping terhadap organ tersebut
lebih minimal. Efek samping secara spesifik untuk masing-masing obat.
Efek samping kemoterapi dipengaruhi oleh :
1. Masing-masing agen memiliki toksisitas yang spesifik terhadap organ tubuh tertentu.
2. Dosis.
3. Jadwal pemberian.
4. Cara pemberian (iv, im, peroral, per drip infus).
5. Faktor individual pasien yang memiliki kecenderungan efek toksisitas pada organ
tertentu.
L. Ekstravasasi
Ekstravasasi agen kemoterapi kejaringan sekitarnya merupakan kecelakaan yang
dapat menyebabkan kerusakan jaringan progresif irreversibel dalam hitungan jam sampai
hari. Berdasarkan jenis potensial untuk kerusakan jaringan, obat/agen dibagi atas jenis
vesicant, iritan, dan nonvesicant. Kerusakan jaringan terkait dengan ekstravasasi terjadi
oleh berbagai mekanisme, terbagi atas obat yang terikat pada DNA dan yang tidak
terikat.
Menifestasi klinis ekstravasasi berupa nyeri, edema, eritema, dan indurasi yang
kemudian berkembang menjadi ulkus dan eschar hitam dan kerusakan jaringan yang
mendasarinya. Pencegahan terjadinya ekstravasasi dapat dilakukan dengan menggunakan
pembulug darah yang paten dan dengan aliran yang cepat dan tetap memperhatikan
keluhan yang disampaikan pasien. Penatalaksanaan ekstravasasi dapat dilakukan dengan
memberikan antidote serta pemberian kompres dingin atau hangat (tergantung jenis
vesicant). Pembedahan diperlukan bila keluhan menetap dan dilakukan dengan eksisi
tepi luas meliputi seluruh jaringan yang terlibat.
DAFTAR PUSTAKA
Cicilia, Manik, Marisa, Florensa, Maria. 2014. Faktor Risiko Dan Kejadian Ekstravasasi
Obat Kemoterapi. Fakultas Ilmu Keperawatan dan Ilmu Kesehatan UPH.
Quin FB, Ryan, WM, 2003. Chemotherapy for Head and Neck Cancer, Grand Rounds
Presentation, UTMB, Dept, of Otolaryngology.