Anda di halaman 1dari 4

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN CUTIMED SORBACT GEL DIBANDINGKAN DENGAN

CAIRAN NACL PADA PASIEN POST DEBRIDEMENT DENGAN PRESSURE


ULCER DI RUANG RAWAT INAP BEDAH PRIA
RS DR.M.DJAMIL PADANG

A. Pendahuluan
Pressure ulcer didefinisikan oleh European Pressure Ulcer Advisory Panel (EPUAP)
dan National Pressure Ulcer Advisory Panel (NPUAP) sebagai luka lokal pada kulit dan /
atau jaringan di bawahnya yang biasanya terlalu menonjol, akibat tekanan, atau kombinasi
antara tekanan dan gesekan (EPUAP-NPUAP, 2009). Meskipun saat ini tekanan etiologi
ulkus, patologi, perlindungan, diagnosis dini, dan metode pengobatan sudah diketahui
dengan baik dan ada banyak panduan referensi internasional mengenai masalah ini, masih
dapat diobservasi sebagai masalah yang sangat serius (Kse et al, 2016).
Pressure ulcer merupakan masalah yang harus dihadapi oleh pasien pasien yang
mengalami penyakit kronis, kondisi lemah, kelumpuhan dan bahkan hal ini menjadi
penderitaan sekunder bagi pasien yang dirawat di rumah sakit. Pressure ulcer merupakan
suatu keadaan dimana jaringan kulit telah rusak akibat tekanan langsung pada kulit dan
akibat gesekan serta friksi (Morison, 2004).
Faktor risiko meliputi usia lanjut, gangguan kognitif, gangguan fisik, dan kondisi
komorbid yang mempengaruhi integritas dan penyembuhan jaringan lunak (seperti
inkontinensia urin, edema, gangguan mikrosirkulasi, hipoalbuminemia, dan malnutrisi).
Ulkus tekanan mempengaruhi 1,3 juta sampai 3 juta orang dewasa di Amerika Serikat dan
dikaitkan dengan penurunan kualitas hidup; gangguan fungsi; komplikasi, seperti infeksi;
prognosis yang lebih buruk; dan peningkatan biaya perawatan (Chou et al, 2013).
Mobilitas terbatas akibat cedera sumsum tulang belakang, kecelakaan serebrovaskular
atau patah tulang pinggul merupakan faktor pendukung yang penting dalam pressure ulcer.
Diabetes, gagal jantung kongestif, disfungsi ginjal, penyakit paru obstruktif kronik,
gangguan neurologis progresif, kekurangan gizi dan penuaan kulit juga dianggap sebagai
komorbiditas medis yang terkait dengan pressure ulcer. Pengaruh tekanan ekstrinsik,
gesekan, tegangan geser dan kelembaban yang berlebihan berkontribusi terhadap hipoksia
jaringan dan penyembuhan luka yang buruk diikuti oleh nekrosis jaringan. Tekanan ulkus
dapat menyebabkan kesusahan pasien, kualitas hidup yang buruk dan infeksi parah
berulang; hal ini sering memperpanjang masa rawatan di rumah sakit, tingkat kematian, dan
kebutuhan akan perawatan kesehatan jangka panjang (Chou et al, 2015).
Kerusakan kulit yang disebabkan oleh gesekan dapat dikurangi dengan penggunaan
pelumas, film pelindung (mis., Sealant transparan dan kulit), pembalut pelindung (misalnya
hidrokoloid). Penggunaan balutan merupakan komponen utama dalam menjaga lingkungan
yang lembab. Ada lebih dari 300 pembalut luka modern yang berbeda yang tersedia untuk
mengelola pressure ulcer. Kebanyakan jenis balutan dapat dipecah menjadi tujuh klasifikasi
yaitu transparent films, foam islands, hydrocolloids, petroleum-based nonadherents,
alginates, hydrogels, dan kain kasa. Beberapa penelitian terkontrol acak telah dilakukan
untuk mengevaluasi keefektifan pembalut dalam klasifikasi tertentu. Meskipun banyak jenis
balutan luka modern, tidak ada satu kategori balutan luka (terlepas dari kasa) yang mungkin
lebih baik dari kategori lain. Sebagian besar penelitian yang mengevaluasi efek pembalutan
biasanya membandingkan kasa (standar) pada pembalut luka modern (Lyder&Ayello, 2008).
Salah satu bentuk balutan luka modern yaitu Cutimed Sorbact Gel. Cutimed Sorbact
Gel adalah jenis balutan luka modern yang mengandung hidrogel mengurangi beban bakteri
dengan metode Sorbact yang diuji dan terbukti sambil memberikan kondisi luka lembab.
Bakteri dan jamur luka terikat dengan cepat dan tidak aktif oleh serat rias berlapis khusus
tanpa menggunakan zat kimia yang aktif. Cutimed Sorbact Gel membersihkan luka dari
jaringan slough dan nekrotik dan meningkatkan penyembuhan luka (BSN Medical, 2013).
Penelitian yang membahas tentang penggunaan balutan luka modern yang mengandung
hidrogel salah satunya adalah penelitian Pangesti (2013) terhadap satu orang pasien dengan
ulkus diabetik yang dilakukan di Ruang Rawat IPD Lantai 7 Zona A RS Cipto
Mangunkusumo. Pada penelitian tersebut peneliti menggunakan Cutimed Sorbact dipadu
dengan Cutimed Gel. Setelah dilakukan pengamatan selama 17 hari sebanyak 4 kali
perawatan luka yang diamati, tampak komposisi biofilm dan eksudat tidak berkurang, hilang
saat nekrotomi dan muncul kembali saat balutan diganti dalam 2-3 hari, ukuran dan
kedalaman luka tidak berkurang. Sedangkan setelah 3 kali menggunakan balutan luka
Cutimed Sorbact gel, tampak ulkus lebih mudah mengalami autolisis pada jaringan biofilm,
luka tampak kemerahan, lebih lembab, dan eksudat minimal sehingga tidak perlu nekrotomi
yang luas.

Pada penelitian Xakellis (1992) tentang Hydrocolloid Versus Saline-Gauze Dressings in


Treating didapatkan hasil bahwa kedua terapi yang diteliti ternyata efektif dalam mengobati
pressure ulcer. Pengobatan dengan dressing Saline-Gauze membutuhkan banyak waktu
perawatan; Penggunaan dressing hydrocolloids dapat mengurangi waktu ini secara
signifikan. Biaya total untuk mengobati pressure ulcer dalam perawatan jangka panjang
rendah, dan sebagai konsekuensinya, penghematan biaya total dari penggunaan dressing
hydrocolloid daripada kassa lembab relatif rendah.

Pada penelitian ini akan dilakukan inovasi dengan membandingkan keefektifan antara
Cutimed Sorbact gel dengan penggunaan kassa lembab dalam perawatan pressure ulcer.
RSUP Dr.M.Djamil Padang sebagai rumah sakit umum pusat yang menerima berbagai
pasien dengan masa rawatan yang lama dan memungkinkan terjadinya pressure ulcer pada
pasien. Pemberian Cutimed Sorbact gel dianggap sebagai bentuk penanganan pada
perawatan pressure ulcer yang dapat diterapkan.
Komponen PICO pada inovasi Evidence Based Nursing dengan tema Penggunaan
Cutimed Sorbact Gel dibandingkan dengan Cairan NaCl pada Pasien Post Debridement
dengan Pressure Ulcer adalah:
P : Pasien post debridement dengan pressure ulcer
I : Penerapan balutan luka modern menggunakan cutimed sorbact gel
C : Penerapan balutan luka menggunakan cairan NaCl
O : Masalah pressure ulcer mengalami perbaikan menggunakan cutimed sorbact gel

Perumusan masalah yang ditemui adalah Manakah yang lebih efektif penerapan
balutan luka modern menggunakan cutimed sorbact gel atau penerapan balutan luka
menggunakan cairan NaCl?

B. Critical Appraisal Topic

BSN Medical. (2013). Cutimed sorbact gel. Diakses pada 07 Juli 2017 melalui
http://www.bsnmedical.co.uk/en/products/alphabetical-productsearch/c/cutimedr-sorbactr-
gel.html

Chou R, Dana T, Bougatsos C, Blazina I, Starmer AJ, Reitel K, et al. (2013). Pressure ulcer risk
assessment and prevention: a systematic comparative effectiveness review. Ann Intern Med
159: 2838
Chou C-L, Lee W-R, Yeh C-C, Shih C-C, Chen T-L, Liao C-C. (2015). Adverse Outcomes after
Major Surgery in Patients with Pressure Ulcer: A Nationwide Population-Based
Retrospective Cohort Study. PLoS ONE 10(5): e0127731. doi:10.1371/
journal.pone.0127731

European Pressure Ulcer Advisory Panel and National Pressure Ulcer Advisory Panel.
Prevention and treatment of pressure ulcers: quick reference guide. Washington DC:
National Pressure Ulcer Advisory Panel; 2009

Kse, Ipek; Yesil, Pinar, PhD; ztun, Grsel, PhD; Eskimez, Zehra, PhD. (2016). Knowledge of
Nurses Working in Intensive Care Units in Relation to Preventive Interventions for Pressure
Ulcer. International Journal of Caring Sciences, Nicosia: 677-686

Lyder C, Ayello E. Pressure Ulcers: A Patient Safety Issue. In: Hughes R, ed. Patient Safety and
Quality: An Evidence-Based Handbook for Nurses. AHRQ publication no. 08-0043.
Rockville, MD: Agency for Healthcare Research and Quality; 2008:1-33

Morison,M.J. (2004). Manajemen Luka Edisi 1. Jakarta: EGC

Pangesti, A.D.H. (2013). Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan
pada Pasien Diabetes Melitus dengan Ulkus Kaki Diabetik di Ruang Rawat IPD Lantai 7
Zona A RS Cipto Mangunkusumo Tahun 2013. FIK UI: Depok

Xakellis GC, Chrischilles EA. Hydrocolloid Versus Saline-gauze Dressings in Treating Pressure
Ulcers: a Cost-Effectiveness Analysis. Arch Phys Med Rehabil 1992;73:463-9

Anda mungkin juga menyukai