Tentang
FIMOSIS
Oleh :
1. Ade verdianti
2. Siti rahmawati
3. Supriadin
POKOK BAHASAN
: fimosis
2.
Pengertian fimosis
Penyebab fimosis
Tanda gejala fimosis
Pencegahan fimosis
Penatalaksanaan fimosis
3.
SASARAN
: Pengunjung Puskesmas
4.
WAKTU
: 30 menit
5.
TEMPAT
: Puskesmas
6.
HARI / TANGGAL
7.
PENYULUH
8.
TUJUAN PENYULUHAN
a.
b.
Pengertian fimosis
Penyebab fimosis
Tanda gejala fimosis
Pencegahan fimosis
Penatalaksanaan fimosis
9. KEGIATAN PENYULUHAN
N
O
1
LANGKAHLANGKAH
Pendahuluan
Penyajian
Penutup
WAKTU
KEGIATAN PENYULUH
5 MENIT
Memberi salam
Memperkenalkan diri
a.
Menjelaskan maksud dan tujuan
Penyuluhan
Menyebutkan Materi Pokok
Bahasan yang akan disampaikan
10 MENIT Pelaksanaan kegiatan penyuluhan.
Menjelaskan materi penyuluhan
secara berurutan dan teratur.
Pengertian fimosis
Penyebab fimosis
Tanda gejala fimosis
Pencegahan fimosis
Penatalaksanaan fimosis
15 MENIT Penutup
Tanya Jawab seputar materi yang
disampaikan
Menyimpulkan Materi yang
telah disampaikan
Menyampaikan Ucapan terima
kasih atas perhatian dan waktu
yang telah diberikan oleh peserta
Mengucapkan Salam
10. METODE
11. MEDIA
12. MATERI
: Terlampir
KEGIATAN
SASARAN
Menjawab salam,
Mendengarkan
dan
Memperhatikan
Mendengarkan,
Melihat
dan
Memperhatikan
Partisipasi aktif,
Memberi
Pesan
dan kesan dan
menjawab salam.
Lampiran Materi
LAPORAN PENDAHULUAN
2.1 Definisi
1. Fimosis adalah suatu kelainan dimana prepusium penis yang tidak dapat di retraksi (ditarik) ke
proksimal sampai ke korona glandis. Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir
karena terdapat adhesi alamiah antara prepusium dan glands penis. (Purnomo, Basuki ; 2000)
2. Fimosis adalah tercerutnya kepala zakar oleh lubang kulup yang terlalu sempit. (Ramali,
Ahmat ; 2003)
1. Fimosis adalah ketidakmampuan kulup zakar untuk diretraksi pada umur tertentu yang cecara
normal dapat diretraksi. (Behram, Richard ; 20003)
2. Fimosis adalah penyempitan lubang prepusium sehingga tidak dapat ditarik ke atas glands
penis. (catzel, pincus ; 1990)
2.2 Etiologi
Fimosis dapat disebabkan oleh :
Kegagalan kulup untuk melonggar selama proses pertumbuhan.
Fimosis pada bayi laki-laki yang baru lahir biasanya terjadi karena ruang di antara kulup
dan penis tidak berkembang dengan baik. Kondisi ini menyebabkan preputium menjadi
melekat pada glands penis, sehingga sulit ditarik kearah proximal. Apabila stenosis atau
retraksi tersebut ditarik dengan paksa melewati glands penis, sirkulasi glands dapat
terganggu hingga menyebabkan kongesti, pembengkakan, dan nyeri distal penis atau bisa
disebut parafimosis.
Infeksi seperti balinitis
Forceful retraction
Penarikan berlebihan kulit prepitium.
5. Jika peradangan popok pada kulit bayi tidak membaik dalam 1-2 hari atau lebih, bila
timbul lecet atau bintil-bintil kecil, hubungi dokter.
Tindakan yang sebaiknya dilakukan adalah :
1. Sebaiknya setelah BAK penis dibersihkan dengan air hangat menggunakan kasa.
Membersihkannya sampai selangkang, jangan digosok-gosok. Cukup diusap dari
atas kebawah dengan satu arah sehingga bisa bersih dan yang kotor bisa hilang.
2. Setiap selesai BAK, popok selalu diganti agar kondisi penis tidak iritasi.
3. Setelah BAK penis jangan dibersihkan dengan sabun yang banyak karenaa bisa
menyebabkan iritasi.
2.5 Penatalaksanaan
Prinsip terapi dan manajemen keperawatan
1. Perawatan rutin
Ada beberapa pengobatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi fimosis, yaitu:
kebersihannya agar tidak terjadi infeksi yang dapat menghambat saluran kemih kembali.
Selain itu usahakan untuk selalu membersihkan kepala penis perlahan-lahan setiap kali
anak selesai buang air kecil. Hal ini penting untuk menjaga kebeersihan:
a. Menggunakan cream tropis, steroid, dan non steroid yang dioleskan pada bagian
kulup.
b. Peregangan bertahap untuk membuka kulup sehingga menjadi longgar.
c. Pembedahan untuk membentuk kembali kulup dan membuatnya lebih lebar.
2. Kebersihan penis
Penis harus dibasuh secara seksama dan bayi tidak boleh ditinggalkan berbaring dengan
popok basah untuk waktu yang lama.
3. Fimosis dapat diterapi dengan membuat celah dorsal untuk mengurangi obstruksi
terhadap aliran keluar.
4. Sirkumsisi
Pada pembedahan ini, kelebihan kulup diangkat. Digunakan jahitan catgut untuk
mempertemukan kulit dengan mukosa dan mengikat pembuluh darah. Fimosis yang harus
ditangani dengan melakukan sirkumsisi bila terdapat obstruksi dan balanoposititis. Bila
ada balopolisititis, sebaiknya dilakukan sayatan dorsal terlebih dahulu yang disusul
dengan sirkumsisi sempurna setelah radang mereda.
Secara singkat teknik sirkumsisi dapat dijelaskan sebagai berikut :
Setelah pasien diberi narkose, pasien diletakkan dalam posisi supine. Desinfeksi
lapangan pembedahan dengan antiseptic kemudian dipersempit dengan linen steril.
Preputium dibersihkan dengan cairan antiseptic pada sekitar glands penis. Preputium di
klem pada 3 tempat. Prepusium digunting dengan posisi dorsal penis sampai batas corona
glandis. Dibuat teugel diujung insisi. Teugel yang sama dikerjakan pada frenulum penis.
Preputium kemudian dipotong melingkar sejajar dengan korona glandis. Kemudian kulit
dan mukosa dijahit dengan plain cut gut 4.0 atraumatik interrupted.
5. Perawatan bedah rutin
a. Perawatan pasca bedah
Pembedahan ini bukan tanpa komplikasi. Observasi termasuk adanya perdarahan.
Pembalut diangkat jika sudah basah oleh urin dan lap panggul berguna untuk
membersihkan penis. Popok perlu sering diganti.
b. Bimbingan bagi orang tua
Instruksi yang jelas harus diberikan pada orangtua jika bayi atau anak siap untuk
pulang kerumah. Ini termasuk hygine dari daerah dan pengenalan setiap komplikasi.
Mereka juga harus diberikan pedoman untuk pencegahan dermatitis amonia dan jika
hal ini terjadi bagaimana untuk mengobatinya.
Ada tiga cara lain untuk mengatasi fimosis, yaitu:
a. Sunat
Banyak dokter yang menyarankan sunat untuk menghilangkan masalah fimosis secara
permanen. Rekomendasi ini diberikan terutama bila fimosis menimbulkan kesulitan
BAK atau peradangan di kepala penis (ballonitis). Sunat dapat dilakukan dengan
anastesi umum ataupun local.
b. Obat
Terapi obat dapat diberikan dengan salep yang meningkatkan elastisitass kulup.
Pemberian salep kortikoid (0,05-0,1%) dua kali sehari selama 20-30 hari, harus
dilakukan secara teratur dalam jangka waktu tertentu agar efektif.
c. Peregangan