Anda di halaman 1dari 8

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Tentang
FIMOSIS

Oleh :
1. Ade verdianti
2. Siti rahmawati
3. Supriadin

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2015

SATUAN ACARA PENYULUHAN


1.

POKOK BAHASAN

: fimosis

2.

SUB POKOK BAHASAN

Pengertian fimosis
Penyebab fimosis
Tanda gejala fimosis
Pencegahan fimosis
Penatalaksanaan fimosis

3.

SASARAN

: Pengunjung Puskesmas

4.

WAKTU

: 30 menit

5.

TEMPAT

: Puskesmas

6.

HARI / TANGGAL

: Minggu, 31 Maret 2015

7.

PENYULUH

: Ade verdianti, Siti Rahmawati, dan Supriadin

8.

TUJUAN PENYULUHAN
a.

Tujuan Instruksional Umum:


Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan Pengunjung Puskesmas dapat mengetahui
tentang fimosis

b.

Tujuan Instruksional Khusus:


Setelah dilakukan penyuluhan selama 1 x 15 menit, diharapkan ibu mampu:

Pengertian fimosis
Penyebab fimosis
Tanda gejala fimosis
Pencegahan fimosis
Penatalaksanaan fimosis

9. KEGIATAN PENYULUHAN
N
O
1

LANGKAHLANGKAH
Pendahuluan

Penyajian

Penutup

WAKTU

KEGIATAN PENYULUH

5 MENIT

Memberi salam
Memperkenalkan diri
a.
Menjelaskan maksud dan tujuan
Penyuluhan
Menyebutkan Materi Pokok
Bahasan yang akan disampaikan
10 MENIT Pelaksanaan kegiatan penyuluhan.
Menjelaskan materi penyuluhan
secara berurutan dan teratur.
Pengertian fimosis
Penyebab fimosis
Tanda gejala fimosis
Pencegahan fimosis
Penatalaksanaan fimosis
15 MENIT Penutup
Tanya Jawab seputar materi yang
disampaikan
Menyimpulkan Materi yang
telah disampaikan
Menyampaikan Ucapan terima
kasih atas perhatian dan waktu
yang telah diberikan oleh peserta
Mengucapkan Salam

10. METODE

: Ceramah, dan Tanya jawab

11. MEDIA

: Leaflet, Laptop, LCD

12. MATERI

: Terlampir

KEGIATAN
SASARAN
Menjawab salam,
Mendengarkan
dan
Memperhatikan

Mendengarkan,
Melihat
dan
Memperhatikan

Partisipasi aktif,
Memberi
Pesan
dan kesan dan
menjawab salam.

Lampiran Materi
LAPORAN PENDAHULUAN
2.1 Definisi
1. Fimosis adalah suatu kelainan dimana prepusium penis yang tidak dapat di retraksi (ditarik) ke
proksimal sampai ke korona glandis. Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir
karena terdapat adhesi alamiah antara prepusium dan glands penis. (Purnomo, Basuki ; 2000)
2. Fimosis adalah tercerutnya kepala zakar oleh lubang kulup yang terlalu sempit. (Ramali,
Ahmat ; 2003)
1. Fimosis adalah ketidakmampuan kulup zakar untuk diretraksi pada umur tertentu yang cecara
normal dapat diretraksi. (Behram, Richard ; 20003)
2. Fimosis adalah penyempitan lubang prepusium sehingga tidak dapat ditarik ke atas glands
penis. (catzel, pincus ; 1990)
2.2 Etiologi
Fimosis dapat disebabkan oleh :
Kegagalan kulup untuk melonggar selama proses pertumbuhan.

Fimosis pada bayi laki-laki yang baru lahir biasanya terjadi karena ruang di antara kulup
dan penis tidak berkembang dengan baik. Kondisi ini menyebabkan preputium menjadi
melekat pada glands penis, sehingga sulit ditarik kearah proximal. Apabila stenosis atau
retraksi tersebut ditarik dengan paksa melewati glands penis, sirkulasi glands dapat
terganggu hingga menyebabkan kongesti, pembengkakan, dan nyeri distal penis atau bisa
disebut parafimosis.
Infeksi seperti balinitis

Infeksi yang terjadi kemungkinan timbul dari ketidakmampuan melakukan pembersihan


yang efektif sehingga menyebabkan pembengkakan, kemerahan, dan rasa sakit didaerah
tersebut.
Cacat yang disebabkan oleh trauma.

Fimosis dapat timbul kemudian setelah lahir.


Hal ini berkaitan dengan tingkat higienitas alat kelamin yang buruk, peradangan kronik
glands penis dan kulit preputium (balanoposthitis kronik).

Forceful retraction
Penarikan berlebihan kulit prepitium.

2.3 Manifestasi Klinis


Tanda dan gejala fimosis diantaranya :
1. Penis membesar dan menggelembung akibat tumpukan urin.
2. Kadang-kadang keluhan dapat berupa ujung kemaluan menggembung saat mulai miksi
yang kemudian menghilang setelah berkemih. Hal tersebut disebabkan oleh karena urine
yang keluar terlebih dahulu tertahan dalam ruangan yang dibatasi oleh kulit pada ujung
penis sebelum keluar melalui muaranya yang sempit.
3. Biasanya bayi menangis dan mengejan saat BAK karena timbul rasa sakit.
4. Kulit penis tidak bisa ditarik kearah pangkal ketika akan dibersihkan.
5. Air seni keluar tidak encer. Kadang-kadang menetes dan kadang-kadang memancar
dengan arah yang tidak dapat diduga.
6. Bisa juga disertai demam.
7. Iritasi pada penis.
2.4 Pencegahan
1. Jangan gunakan pampers sepanjang hari. Cukup saat tidur malam atau bepergian.
2. Jangan berganti-ganti merk pampers. Gunakan hanya satu merk yang cocok dengan
bayi
3. Lebih baik gunakan popok lain. Jika terpaksa menggunakan pampers, kendurkan
bagian paha untuk ventilasi dan seringlah menggantinya (tiap kali ia habis buang air
kecil atau besar)
4. Tak ada salahnya sesekali membirkan bokongnya terbuka. Jika perlu, biarkan ia tidur
dengan bokong yang terbuka. Pastikan suhu ruangan cukup hangat sehingga ia tidak
kedinginan.

5. Jika peradangan popok pada kulit bayi tidak membaik dalam 1-2 hari atau lebih, bila
timbul lecet atau bintil-bintil kecil, hubungi dokter.
Tindakan yang sebaiknya dilakukan adalah :
1. Sebaiknya setelah BAK penis dibersihkan dengan air hangat menggunakan kasa.
Membersihkannya sampai selangkang, jangan digosok-gosok. Cukup diusap dari
atas kebawah dengan satu arah sehingga bisa bersih dan yang kotor bisa hilang.
2. Setiap selesai BAK, popok selalu diganti agar kondisi penis tidak iritasi.
3. Setelah BAK penis jangan dibersihkan dengan sabun yang banyak karenaa bisa
menyebabkan iritasi.
2.5 Penatalaksanaan
Prinsip terapi dan manajemen keperawatan
1. Perawatan rutin
Ada beberapa pengobatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi fimosis, yaitu:
kebersihannya agar tidak terjadi infeksi yang dapat menghambat saluran kemih kembali.
Selain itu usahakan untuk selalu membersihkan kepala penis perlahan-lahan setiap kali
anak selesai buang air kecil. Hal ini penting untuk menjaga kebeersihan:
a. Menggunakan cream tropis, steroid, dan non steroid yang dioleskan pada bagian
kulup.
b. Peregangan bertahap untuk membuka kulup sehingga menjadi longgar.
c. Pembedahan untuk membentuk kembali kulup dan membuatnya lebih lebar.
2. Kebersihan penis
Penis harus dibasuh secara seksama dan bayi tidak boleh ditinggalkan berbaring dengan
popok basah untuk waktu yang lama.
3. Fimosis dapat diterapi dengan membuat celah dorsal untuk mengurangi obstruksi
terhadap aliran keluar.
4. Sirkumsisi

Pada pembedahan ini, kelebihan kulup diangkat. Digunakan jahitan catgut untuk
mempertemukan kulit dengan mukosa dan mengikat pembuluh darah. Fimosis yang harus
ditangani dengan melakukan sirkumsisi bila terdapat obstruksi dan balanoposititis. Bila
ada balopolisititis, sebaiknya dilakukan sayatan dorsal terlebih dahulu yang disusul
dengan sirkumsisi sempurna setelah radang mereda.
Secara singkat teknik sirkumsisi dapat dijelaskan sebagai berikut :
Setelah pasien diberi narkose, pasien diletakkan dalam posisi supine. Desinfeksi
lapangan pembedahan dengan antiseptic kemudian dipersempit dengan linen steril.
Preputium dibersihkan dengan cairan antiseptic pada sekitar glands penis. Preputium di
klem pada 3 tempat. Prepusium digunting dengan posisi dorsal penis sampai batas corona
glandis. Dibuat teugel diujung insisi. Teugel yang sama dikerjakan pada frenulum penis.
Preputium kemudian dipotong melingkar sejajar dengan korona glandis. Kemudian kulit
dan mukosa dijahit dengan plain cut gut 4.0 atraumatik interrupted.
5. Perawatan bedah rutin
a. Perawatan pasca bedah
Pembedahan ini bukan tanpa komplikasi. Observasi termasuk adanya perdarahan.
Pembalut diangkat jika sudah basah oleh urin dan lap panggul berguna untuk
membersihkan penis. Popok perlu sering diganti.
b. Bimbingan bagi orang tua
Instruksi yang jelas harus diberikan pada orangtua jika bayi atau anak siap untuk
pulang kerumah. Ini termasuk hygine dari daerah dan pengenalan setiap komplikasi.
Mereka juga harus diberikan pedoman untuk pencegahan dermatitis amonia dan jika
hal ini terjadi bagaimana untuk mengobatinya.
Ada tiga cara lain untuk mengatasi fimosis, yaitu:
a. Sunat
Banyak dokter yang menyarankan sunat untuk menghilangkan masalah fimosis secara
permanen. Rekomendasi ini diberikan terutama bila fimosis menimbulkan kesulitan
BAK atau peradangan di kepala penis (ballonitis). Sunat dapat dilakukan dengan
anastesi umum ataupun local.
b. Obat
Terapi obat dapat diberikan dengan salep yang meningkatkan elastisitass kulup.
Pemberian salep kortikoid (0,05-0,1%) dua kali sehari selama 20-30 hari, harus
dilakukan secara teratur dalam jangka waktu tertentu agar efektif.
c. Peregangan

Terapi peregangan dilakukan dengan peregangan bertahap kulup yang dilakukan


setelah mandi air hangat selama 5-10 menit setiap hari. Peregangan ini harus dilakukan
dengan hati-hati untuk menghindari luka yang menyebabkan pembentukan jaringan
parut.

Anda mungkin juga menyukai