Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL SUPERVISI

RUANG BOUGENVILE RSUD DR. MOHAMAD SALEH KOTA


PROBOLINGGO

Disusun untuk memenuhi tugas stase Managemen Keperawatan semester 2 Prodi


Ilmu Profesi Ners

STIKES dr. Soebandi Jember

Disusun Oleh :
Devi Lestari (17020017)
Fika Novita Sari (17020031)
Hoirul Anam (17020036)
Rivana Zuhro W (17020078)
Victor Radiansyah P (17020091)
Yusroful Miad (17020101)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER
TAHUN AKADEMI 2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Seiring dengan semakin tingginya tingkat pengetahuan dan kesadaran
akan kebutuhan kesehatan maka semakin tinggi pula tuntutan masyarakat
pada pelayanan keperawatan. Keadaan tersebut menuntun perawat pada
suatu bentuk persaingan untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat akan
pelayanan keperawatan, hal mana membuat perawat harus meningkatkan
pelayanan keperawatan yang paripurna. Pelayanan yang berkualitas
haruslah didukung oleh sumber-sumber yang memadai, antara lain sumber
daya manusia yang bermutu, standar pelayanan termasuk pelayanan
keperawatan yang berkualitas, disamping fasilitas yang sesuai harapan
masyarakat. Agar pelayanan keperawatan senantiasa memenuhi harapan
konsumen dan sesuai dengan standar yang berlaku maka diperlukan suatu
pengawasan terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan. Melalui
pengawasan atau supervisi diharapkan perawat dapat melaksanakan asuhan
yang berkualitas sesuai standar. Supervisi tersebut merupakan salah satu
bentuk kegiatan dari manajemen dan merupakan cara yang tepat untuk
menjaga mutu pelayanan keperawatan.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah melakukan tindakan supervisi keperawatan, mahasiswa
mampu mengaplikasikan peran kepala ruangan sebagai supervisor dan peran
perawat primer maupun perawat associate di Ruang Bougenvile RSUD dr.
Mohamad Saleh Kota Probolinggo
2. Tujuan khusus
a. Kepala ruangan mampu mengevaluasi dan menilai kinerja perawat
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
b. Kepala ruangan mampu memberikan umpan balik ( feed back)
terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan perawat.
c. Kepala ruangan memberikan tindak lanjut (follow up) terhadap
permasalahan yang dihadapi oleh perawat selama melakukan asuhan
keperawatan.
d. Mampu menjalin kerjasama dan keakraban antar perawat.
e. Meningkatkan kinerja ketua tim dan perawat pelaksana
C. Manfaat
1. Bagi Perawat ·
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perawat yang disupervisi
dan meningkatkan hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis
antara supervisor dan perawat yang disupervisi. Meningkatkan
kemampuan perawat primer dan perawat associate dalam menerapkan
asuhan keperawatan dan mengurangi adanya kesalahan yang dilakukan
perawat.
2. Bagi Institusi
Membantu menyusun pedoman atau petunjuk tentang pelaksanaan
tindakan keperawatan sehingga tercipta pelayanan keperawatan
professional
3. Bagi Pasien
Pasien mendapat pelayanan keperawatan yang berkualitas dan sesuai
dengan tuntutan pasien.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan peningkatan
kemampuan pihak yang disupervisi agar mereka dapat melaksanakan tugas
kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif (Huber, 2000).
Supervisi keperawatan adalah kegiatan pengawasan dan pembinaan yang
dilakukan secara berkesinambungan oleh supervisor mencakup masalah
pelayanan keperawatan, masalah ketenagaan dan peralatan agar pasien
mendapat pelayanan yang bermutu setiap saat.
B. Tujuan Supervisi
Tujuan supervisi adalah memberikan bantuan kepada bawahan secara
langsung, sehingga bawahan
memiliki bekal yang cukup untuk dapat melaksanakan tugas atau pekerjaan
dengan hasil yang baik.
C. Prinsip Supervisi
1. Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi.
2. Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen, keterampilan
hubungan antarmanusia dan kemampuan menerapkan prinsip
manajemen dan kepemimpinan.
3. Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisir dan dinyatakan
melalui petunjuk, peraturan, uraian tugas, dan standar.
4. Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokratis antara
supervisor dan perawat pelaksana.
5. Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan, dan rencana yang
spesifik.
6. Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif,
kreativitas, dan motivasi.
7. Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna dalam
pelayanan keperawatan yang memberi kepuasan klien, perawat, dan
manajer.
D. Pelaksana Supervisi
1. Kepala Ruang:
a. bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan keperawatan pada
klien di ruang perawatan;
b. merupakan ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya tujuan
pelayanan kesehatan di rumah sakit;
c. mengawasi perawat pelaksana dalam melaksanakan praktik
keperawatan di ruang perawatan sesuai dengan yang didelegasikan.
2. Pengawas keperawatan, bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan
kepada kepala ruangan yang ada di instalasinya.
3. Kepala seksi keperawatan, mengawasi instalasi dalam melaksanakan
tugas secara langsung dan seluruh perawat secara tidak langsung.
C. Langkah Supervisi
Prasupervisi
1. Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi.
2. Supervisor menetapkan tujuan dan kompetensi yang akan dinilai.
Pelaksanaan Supervisi
1. Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau instrumen
yang telah disiapkan.
2. Supervisor mendapat beberapa hal yang memerlukan pembinaan.
3. Supervisor memanggil PP dan PA untuk mengadakan pembinaan dan
klarifikasi permasalahan.
4. Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara, dan memvalidasi
data sekunder.
a. Supervisor mengklarifikasi permasalahan yang ada.
b. Supervisor melakukan tanya jawab dengan perawat.
Pascasupervisi–3F
1. Supervisor memberikan penilaian supervisi (F-Fair).
2. Supervisor memberikan feedback dan klarifikasi (sesuai hasil laporan
supervisi).
3. Supervisor memberikan reinforcement dan follow up perbaikan.
D. Peran Supervisor dan Fungsi Supervisi Keperawatan
Peran dan fungsi supervisor dalam supervisi adalah mempertahankan
keseimbangan pelayanan keperawatan dan manajemen sumber daya yang
tersedia.
1. Manajemen pelayanan keperawatan.
Tanggung jawab supervisor adalah sebagai berikut.
a. Menetapkan dan mempertahankan standar praktik keperawatan.
b. Menilai kualitas asuhan keperawatan dan pelayanan yang diberikan.
c. Mengembangkan peraturan dan prosedur yang mengatur pelayanan
keperawatan, kerja sama dengan tenaga kesehatan lain yang terkait.
2. Manajemen anggaran.
Manajemen keperawatan berperan aktif dalam membantu perencanaan
dan pengembangan. Supervisor berperan dalam hal berikut.
a. Membantu menilai rencana keseluruhan dikaitkan dengan dana
tahunan yang tersedia dan mengembangkan tujuan unit yang dapat
dicapai sesuai tujuan RS.
b. Membantu mendapatkan informasi statistik untuk merencanakan
anggaran keperawatan.
c. Memberi justifikasi proyeksi anggaran unit yang dikelola.
d. Supervisi yang berhasil guna dan berdaya guna tidak dapat terjadi
begitu saja, tetapi memerlukan praktik dan evaluasi penampilan agar
dapat dijalankan dengan tepat. Kegagalan supervisi dapat
menimbulkan kesenjangan dalam pelayanan keperawatan.
E. Teknik Supervisi meliputi
1. Proses supervisi keperawatan terdiri atas tiga elemen kelompok, yaitu:
a. mengacu pada standar asuhan keperawatan;
b. fakta pelaksanaan praktik keperawatan sebagai pembanding untuk
menetapkan pencapaian;
c. tindak lanjut dalam upaya memperbaiki dan mempertahankan kualitas
asuhan.
2. Area supervisi.
a. Pengetahuan dan pengertian tentang asuhan keperawatan kepada klien.
b. Keterampilan yang dilakukan disesuaikan dengan standar.
c. Sikap penghargaan terhadap pekerjaan misalnya kejujuran dan empati.
Area supervisi keperawatan mencakup aspek kognitif, sikap dan perilaku,
yang meliputi:
a. kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien;
b. pendokumentasian asuhan keperawatan;
c. penerimaan pasien baru;
d. pendidikan kesehatan melalui perencanaan pulang;
e. pengelolaan logistik dan obat;
f. penerapan metode ronde keperawatan dalam menyelsaikan masalah
keperawatan klien;
g. pelaksanaan timbang terima.
3. Cara supervisi.
Supervisi dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu sebagai berikut.
a. Langsung
Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang sedang
berlangsung, yaitu supervisor dapat terlibat dalam kegiatan, umpan
balik, dan perbaikan. Proses supervisi meleputi:
1) perawat pelaksana melakukan secara mandiri suatu tindakan
keperawatan didampingi oleh supervisor;
2) selama proses, supervisor dapat memberi dukungan, reinforcement,
dan petunjuk;
3) setelah selesai, supervisor dan perawat pelaksana melakukan
diskusi yang bertujuan untuk menguatkan yang telah sesuai dan
memperbaiki yang masih kurang. Reinforcement pada aspek yang
positif sangat penting dilakukan oleh supervisor.
b. Supervisi secara tidak langsung
Supervisi dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan.
Supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi di lapangan
sehingga mungkin terjadi kesenjangan fakta. Umpan balik dapat
diberikan secara tertulis.
Peran Kepala Ruangan, PP dan PA dalam Metode Asuhan Keperawatan
Profesional Primer (MAKP–Primer)
1. Peran kepala ruang
a. Sebagai konsultan dan pengendali mutu perawat primer.
b. Mengorientasi dan merencanakan karyawan baru.
c. Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan kepada PP.
d. Evaluasi kerja.
e. Merencanakan atau menyelenggarakan pengembangan staf.
2. Peran perawat/ners primer (PP)
a. Menerima klien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komperhensif.
b. Membuat tujuan dan merencanakan keperawatan.
c. Melaksanakan rencana yang telah dibuat.
d. Mengomunikasikan dan mengoordinasikan pelayanan yang diberikan
oleh disiplin lain atau perawat.
e. Menerima dan menyesuaikan rencana asuhan.
f. Menyiapkan penyuluhan untuk pasien pulang.
g. Menyiapkan rujukan kepada tim pelayanan kesehatan terkait
h. Mengadakan kujungan rumah bila perlu.
3. Peran perawat/ners associate (PA)
Peran PA adalah melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan
rencana yang telah disusun oleh PP.
Delegasi/Pendelegasian
Delegasi adalah pendelegasian penyelesaian pekerjaan yang dikerjakan melalui
orang lain untuk menyelesaikan tujuan organisasi (Nursalam, 2002). Unsur-
unsur dalam proses delegasi meliputi R-A-A, yaitu:
1. Tanggung Jawab (responsibility), adalah pekerjaan-pekerjaan yang harus
diselesaikan oleh seseorang pada jabatan tertentu.
2. Kemampuan (accountability), adalah kompeten dalam memberikan
pertanggungjawaban atas pelimpahan yang diberikan kepadanya.
3. Kewenangan (authority), adalah hak atau wewenang untuk memutuskan
segala sesuatu yang berhubungan dengan fungsinya.
Dari uraian ketiga unsur di atas, jelas bahwa authority (kekuasaan) dan
responsibility (tugas) dapat didelegasikan, sedangkan accountability
(kemampuan) tidak dapat didelegasikan. Ini berarti bahwa seseorang pemimpin
yang mendelegasikan tugas dan kekuasaannya kepada bawahannya tidak berarti
mendelegasikan pertanggungjawabannya, tetapi ia tetap bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan tugas yang didelegasikan kepada bawahannya.

Tugas-Tugas yang Didelegasikan


Tugas yang dapat didelegasikan dari atasan kepada bawahan, dapat dibedakan
menjadi dua, yang dapat ditinjau dari aspek berikut.
1. Ditinjau dari tugas proses (Manullang, 2001: 113–114)

Manajer bertugas

Perencanaan Pelaksanaan pengawasan


Pengorganisasian

Sebagai delegasi kepada


Perencanaan Pelaksanaa bawahan

Pada Figur 1 di atas, terlihat bahwa fungsi manajer (supervisor) disederhanakan


menjadi tiga fungsi, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.

Tugas-tugas
pelaksanaan

Perencanaan pelaksanaan pengawasan

A B C A B C

Pada Figur 2 di atas, terlihat bahwa para bawahan yang menerima delegasi
tugas dan kekuasaan, selanjutnya mendelegasikan tugas dan kekuasaan kepada
bawahannya. Pada keadaan ini manajer terdahulu lebih banyak lagi
mendelegasikan perencanaan dan pelaksanaan dan semakin banyak ia
memusatkan perhatian dalam pengawasan. Kalau diperhatikan, kedua gambar
di atas tampak bahwa tugas-tugas perencanaan dan pelaksanaan sebagaian
besar dapat didelegasikan, sedangkan tugas pengawasan tidak dapat
didelegasikan (hanya sebagian kecil saja).

2. Ditinjau dari aspek bidang (spesialisasi).


Pendelegasian dari aspek ini sesuai dengan struktur organisasi karena
masing-masing bidang mempunyai uraian tugas sesuai fungsi masing-masing
bidang. Delegasi yang efektif memiliki beberapa ciri-ciri, yaitu:
a. unsur delegasi harus lengkap dan jelas;
b. harus mendelegasikan kepada orang yang tepat;
c. pemberi delegasi harus memberikan peralatan yang cukup dan
mengusahakan keadaan lingkungan yang efisien;
d. yang memberi delegasi harus memberikan insentif atau rangsangan materi
atau nonmateri.
INSTRUMEN SUPERVISI INJEKSI INTRAVENA

Hari/Tanggal : ......................... Supervisor : ..................................


Yang disupervisi : .......................... Ruangan : ..................................

Penilaian Parameter Bobot Ya Tidak Keterangan


Persiapan A. Menyiapkan alat steril
1. Kapas steril 1
2. Bak injeksi 1
3. Spuit sesuai kebutuhan
1
B. Menyiapkan alat nonsteril
1. Sarung tangan 1
2. Alkohol 70% 1
3. Pengalas 1
4. Bengkok 1
5. Alat tulis 1
6. Buku injeksi
1
7. Jam tangan dengan detikan
1
C. Menyiapkan bahan-bahan
1. Obat. 3

D. Menyiapkan pasien
1. Memberi penjelasan kepada 2
pasien tentang prosedur yang
akan dilakukan.
2. Mengatur posisi pasien yang 1
nyaman.
Pelaksanaan Pelaksanaan injeksi intravena:
1. Cuci tangan kemudian 3
menggunakan sarung tangan.
2. Memasukkan obat dalam spuit. 3
3. Pastikan infus dalam keadaan 2
menetes lancar tidak ada tanda-
tanda flebitis, kemudian
klem atau pengatur tetesan
dimatikan.
4. Melakukan desinfeksi dengan alkohol 3
70% pada daerah yang akan
diinjeksi.
5. Obat dimasukkan. 3
6. Lihat ekspresi wajah wajah 2
pasien.
7 Pengatur tetesan dibuka kembali, 2
kemudian tetesan diatur sesuai
dengan kebutuhan yang sudah
ditentukan.
8. Pasien dirapikan, alat-alat 1
dibereskan.
9 Melepas sarung tangan dan cuci 1
tangan.
10 Mencatat dan memberi tanda 3
pada format pemberian injeksi
dan buku injeksi.

Sikap Sikap perawat pada waktu injeksi:


1.Komunikasi 1
2.Kerja sama 1
3.Tanggung jawab 3
4.Kewaspadaan 3
Evaluasi Evaluasi:
1.Mengevaluasi lokasi penyuntikan 2
dan kelancaran tetesan.
2.Mengevaluasi kenyamanan posisi. 1
3.Mengobservasi kemungkinan flebitis. 1
Total nilai 40

Kriteria:
Baik : 35–40
Cukup : 30–35
Kurang : <30
CONTOH FORMAT LAPORAN SUPERVISI

Masalah Yang ditemukan Penyebab Rekomendasi/Saran

Tanggal,
Tanda Tangan Ners yang Disupervisi Tanda Tangan Supervisor
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. 2000. Pengantar Administrasi Kesehatan, edisi ke 3. Jakarta: Bina Rupa


Aksara, hlm 287–321.
Huber, D. L. Leadership and Nursing Care Management. 3rd ed. Philadelphia:
Saunders Elsevier.
Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam???. 2007. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam???. 2011. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional. Edisi 3.Jakarta: Salemba Medika.
Marquis, B.L. dan C.J. Huston .1998. Management Decision Making for Nurses,
124. Case Studies. Edisi 3.Philadelphia: JB. Lippincott.

Anda mungkin juga menyukai