SIRKUMSISI
Disusun Oleh :
Diah Candra Rukmana
NIM. P1337420419087
3A
A. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang tujuan sirkumsisi selama 1 x 15
menit keluarga dapat memahami dan mengerti tentang materi penyuluhan serta mau
melaksanakan tindakan sirkumsisi.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 1x20 menit diharapkan keluarga mampu
a. Menjelaskan Pengertian Sirkumsisi
b. Menyebutkan Tujuan Sirkumsisi
c. Menyebutkan Manfaat Sirkumsisi
d. Menyebutkan Indikasi Tindakan Sirkumsisi
e. Menyebutkan Kontraindikasi Tindakan Sirkumsisi
f. Menyebutkan Teknik Sirkumsisi
B. Materi Pembahasan :
1. Pengertian Sirkumsisi
2. Tujuan Sirkumsisi
3. Manfaat Sirkumsisi
4. Indikasi Tindakan Sirkumsisi
5. Kontraindikasi Tindakan Sirkumsisi
6. Menyebutkan Teknik Sirkumsisi
C. Susunan Acara Kegiatan
Waktu Tahap KEGIATAN
Pemateri Sasaran
Kegiatan
3 menit Pembukaan 1. Membuka acara 1. Menjawab salam
mengucapkan salam. 2. Mendengarkan
2. Menyampaikan topik dan 3. Menyetujui
tujuan pendidikan kesehatan. kesepakatan waktu
3. Kontrak waktu untuk pelaksanaan Penkes
kesepakatan pelaksanaan
Penkes.
D. Materi
Terlampir
E. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
F. Media
Leaflet
G. Evaluasi
1. Prosedur : Post Test
2. Bentuk : Lisan
3. Jenis : Tanya Jawab
4. Butir Pertanyaan :
a. Apa pengertian dari sirkumsisi?
b. Apa tujuan dari sirkumsisi?
c. Apa saja manfaat sirkumsisi?
d. Sebutkan indikasi dari tindakan sirkumsisi?
e. Sebutkan kontraindikasi dari tindakan sirkumsisi?
f. Apa saja teknik yang dilakukan dalam tindakan sirkumsisi?
H. Sumber
https://www.poltekkes-malang.ac.id/index.php/sugeng/cetak/174
https://www.alomedika.com/tindakan-medis/genitourinaria/sirkumsisi/teknik
2. Tujuan Sirkumsisi
Secara medis sirkumsisi bertujuan untuk:
1) Menjaga penis tetap bersih
2) Menurunkan risiko infeksi saluran kemih
3) Menurunkan risiko infeksi akibat aktivitas seksual, seperti sifilis.
4) Menurunkan risiko kanker penis dan kanker serviks pada pasangannya.
3. Manfaat Sirkumsisi
1) Mengurangi risiko infeksi penyakit seksual menular seperti human papilloma virus
(HPV) dan penyakit seksual menular seperti herpes atau sifilis.
2) Mencegah terjadinya penyakit pada penis seperti nyeri pada kepala atau kulup penis
yang disebutfimosis. Ini adalah kondisi saat kulup penis yang tidak disunat sulit untuk
ditarik. Kondisi ini bisa menyebabkan radang pada kepala penis yang disebut
balanitis.
3) Mengurangi risiko infeksi saluran kemih yang dapat merujuk kepada masalah ginjal.
Infeksi ini umumnya lebih sering terjadi pada orang yang tidak menjalani sunat.
4) Mengurangi risiko kanker penis.
5) Mengurangi risiko kanker serviks pada pasangan. Risiko kanker serviks menurun
pada wanita yang pasangannya telah menjalani prosedur sirkumsisi.
6) Membuat kesehatan penis lebih terjaga. Penis yang disunat lebih mudah dibersihkan,
sehingga kesehatannya lebih terjamin dibandingkan yang tidak disunat sehingga bisa
mencegah terjadinya peradangan, mengingat ujung penis merupakan tepat tumbuhnya
bakteri dan jamur.
4. Indikasi Sirkumsisi
1) Fimosis atau Parafimosis, yaitu suatu keadaan dimana prepusium penis sangat ketat
sehingga tidak bisa ditarik ke belakang pada glans penis
2) Balanitis rekuren, yaitu radang pada penis yang berulang-ulang
3) Kondiloma akuminata, yaitu lesi seperti jengger ayam yang memiliki tonjolan-
tonjolan dan terdapat di bawah prepusium atau pada kulit di daerah perianal
4) Karsinoma skuamosa prepusium, yaitu sejenis kanker pada daerah prepusium.
5) Pada kasus Parafimosis adalah tindakan yang harus segera dikerjakan untuk
menyelamatkan glans atau bagian distal dari jeratan penis. Tindakan yang yang
dilakukan bisa berupa dosumsisi saja untuk melepaskan cincin penjerat oleh berupa
prepusium penis yang teretraksi ke daerah proksimal.
5. Kontraindikasi Sirkumsisi
Sirkumsisi ini tidak boleh dilakukan pada penderita :
1) Hipospadia, yaitu malformasi kongenital pada uretra
2) Epispadia
3) chordae, yaitu bengkak disertai nyeri pada uretra
4) Megalouretra, yaitu uretra yang terlalu besar
5) Webbed penis, yaitu adanya jaringan antara penis dan rafe skrotum sehingga penis
dan skrotum menjadi gandeng. Kulit prepusium pada kelainan penis / uretra tersebut
tidak boleh dibuang, karena merupakan bahan yang sangat penting untuk rekonstruksi
uretra (uretroplasti) sehingga tidak boleh dilakukan sirkumsisi.
6) Bleeding diarthesis (kelainan pembekuan darah) merupakan kontraindikasi relatif
7) Hemofilia (kontaindikasi relatif)
6. Teknik Sirkumsisi
Beberapa macam teknik sirkumsisi diantaranya :
1) Teknik Dorsal slit / dorsumsisi
Kulit prepusium diklem pada arah jam 1, 11 dan jam 6. Kemudian prepusium di arah
jam 12 dipotong dari ujung distal ke proksimal sampai sulkus koronarius. Selanjutnya
dilakukan pemotongan secara melingkar hingga kulit oreousium terlepas.
2) Teknik Guillotine
Prepusium ditegangkan/ ditarik ke arah ventral kemudian dijepit dengan klem dengan
batas proksimal klem berada di sebelah distal glans penis. Selanjutnya prepusium
dipotong hingga terlepas.
Sunat dengan metode ini dilakukan dengan cara memotong langsung kulup dengan
alat potong, seperti gunting atau pisau bedah. Metode sunat ini telah digunakan sejak
lama dan masih banyak digunakan saat ini.
3) Metode Sirkumsisi atau konvensional
Adapun kelebihan yang ditawarkan, yaitu minim risiko dan dapat dilakukan untuk
pasien segala usia. Namun, proses penyembuhan metode ini lumayan lama dan
membutuhkan perawatan di rumah yang lebih saksama.
4) Metode Laser (Electrical Cauter)
Sunat dengan metode laser menggunakan pemanas elektrik yang ditembakkan ke
ujung penis untuk memotong kulup. Metode sunat dengan laser kini menjadi pilihan
banyak orang tua untuk anak. Proses tindakan ini lebih cepat dibandingkan metode
lainnya. Kelebihan metode laser adalah minim jahitan dan perdarahan. Proses
penyembuhannya pun bisa lebih cepat dan perawatannya lebih sederhana. Adapun
kekurangannya, kepala penis berisiko terpotong.
Sunat dengan metode ini dilakukan dengan cara memasang alat klem di
batang penis sesuai dengan ukuran. Setelah itu, kulup dipotong dengan pisau
bedah. Klem akan terpasang pada penis hingga luka mengering.
Kelebihan dari metode klem adalah tidak menggunakan jahitan dan minim
perdarahan. Selain itu, proses penyembuhan juga berlangsung cepat dan tidak terlalu
terlalu nyeri. Sayangnya, metode ini terbilang mahal dan klem berisiko menggantung
di penis.
5) Metode Stapler
Sunat dengan metode stapler umumnya dilakukan pada pria remaja dan dewasa.
Caranya dengan menggabungkan metode potong serta jahit dengan alat strapler
berbentuk lonceng pada bagian dalam untuk melindungi kepala penis. Selanjutnya,
ada lonceng lain di luar yang punya pisau bundar untuk memotong kulup. Metode ini
punya kelebihan jahitan yang lebih kuat dan minim perdarahan. Akan tetapi, mirip
seperti klem, harga metode stapler terbilang mahal. Stapler juga berisiko
menggantung di kepala penis.