Anda di halaman 1dari 15

EVALUASI KEPERAWATAN GERONTIK

Disusun Guna untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik


Dosen Pembimbing : Teguh Wahyudi, MN

Disusun Oleh :
Diah Candra Rukmana
NIM. P1337420419087 / 43
3A

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN BLORA

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah
yang berjudul “Evaluasi Keperawatn Lnsia”. Atas dukungan moral dan materil yang diberikan
dalam penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Teguh Wahyudi, MN selaku dosen pembimbing kami, yang memberikan dorongan,


masukan kepada penulis.
2. Dan teman-teman, yang banyak memberikan materi pendukung, dorongan, dan masukan,
kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun dari pembaca sangat kami butuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.

Blora, 2 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul……………………………………………………………………………………i
Kata pengantar………………………………………………………………………..…….……ii
Daftar Ini………………………………………………………………………………….….….iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakan…………………………………………………………………………….1
B. Rumusan masalah………………………………………………………………………..1
C. Tujuan……………………………………………………………………………………1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Evaluasi…………………………………………………………………........2
B. Fungsi Evaluasi ……………………………………………………………………….…2
C. Karakteristik Evaluasi……………………………………………………………………3
D. Teknik Evaluasi…………………………………………………………………………..3
E. Komponen Evaluasi Keperawatan Lansia ………………………………………………5
F. Jenis Evaluasi Keperawatan Lansia…………………….....................................................7
G. Tahapan Evaluasi Lansia………………………………………………………………...9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………………………..12
B. Saran……………………………………………………………………………………12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesejahteraan sosial bagi lanjut usia diatur dalamPeraturan Pemerintah (PP) No.
43 tahun 2004 tentang upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia. Dalam PP
dijelaskan bahwa kesejahteraan lanjut usia meliputi tata kehidupan dan penghidupan
sosial material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan
ketentraman lahir batin yang memungkinkan setiap warga negara untuk mengaddakan
pemenuhan kebutuhan – kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang sebaik – baiknya
bagi diri , keluarga seta masyarakat yang menjunjung tinggi hak – hak asasi serta
kewajiban manusia sesuai pancasila.
Evaluasi adalah suatu usaha untuk mengukur dan memberi nilai secara
obyektifpencapaian hasil – hasil yang telah direncanakan sebelumnya.
Wilkinson (2007) menyebutkan bahwa evaluasi dalam proses keperawatan adalah
aktivitas yang dilakukan secara sengaja dan direncanakan secara terus menerus dimana
klien, keluarga, perawat serta tenaga kesehatan professional lainnya menentukan
kemajuan klien terhadap hasil tindakan yang dicapai dan melihat efektifitas dari tindakan
keperawatan itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Proses Evaluasi pada Keperawatan Gerontik?

C. Tujuan
Untuk mengetahui proses dari evaluasi keperawatn gerontik.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Evaluasi
Wilkinson (2007) menyebutkan bahwa evaluasi dalam proses keperawatan adalah
aktivitas yang dilakukan secara sengaja dan direncanakan secara terus menerus dimana
klien, keluarga, perawat serta tenaga kesehatan professional lainnya menentukan
kemajuan klien terhadap hasil tindakan yang dicapai dan melihat efektifitas dari tindakan
keperawatan itu sendiri.
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan sistematis dan terencana antar hasil akhir yang teramati dan tujuan atau
kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Asmadi, 2008). Dua hal utama yang
perlu diperhatikan dalam tahap evaluasi yang pertama adalah perkembangan klien
terhadap hasil yang sudah ia capai dan kedua adalah efektif atau tidaknya rencana
keperawatan yang sudah disusun sebelumnya. Pengkajian dasar perlu dilakukan dalam
tahap evaluasi ini. Untuk membedakan kegiatan pengumpulan data antara pengkajian
dan evaluasi yang perlu diperhatikan adalah manfaat/kegunaan dari data yang
dikumpulkan tersebut.
Meskipun evaluasi adalah langkah akhir dari proses keperawatan, evaluasi bukan
berarti akhir dari proses karena informasi digunakan untuk memulai siklus yang baru.
Setelah mengimplementasikan asuhan keperawatan, perawat membandingkan respon
pasien terhadap outcome yang telah direncanakan dan menggunakan informasi ini untuk
me-review asuhan keperawatan.

B. Fungsi Evaluasi
1. Memastikan perkembangan klien lanjut usia
2. Menakar produktivitas, efisiensi, dan efektivitas tindakan.
3. Sebagai ukuran untuk meningkatkan kualitas keperawatan.
4. Memastikna penilaian langsung dari klien terkait proses keperawatan yang
berjalan.
C. Kriteria Evaluasi Keperawatan Lansia
1. Efektifitas: yang mengidentifikasi apakah pencapaian tujuan yang diinginkan telah
optimal.
2. Efisiensi: menyangkut apakah manfaat yang diinginkan benar-benar berguna atau
bernilai dari program publik sebagai fasilitas yang dapat memadai secara efektif.
3. Responsivitas: yang menyangkut mengkaji apakah hasil kebijakan memuaskan
kebutuhan/keinginan, preferensi, atau nilai kelompok tertentu terhadap pemanfaatan
suatu sumber daya.

D. Teknik Evaluasi
a. Pengamatan atau observasi
Teknik yang dilakukan dengan mengamati perilaku dan keadaan klien demi
memperoleh data tentang perkembangan kesehatannya. Observasi bisa dilakukan
dengan melihat atau kontak lain semisal sentuhan. Tiga hal yang perlu
diperhatikan dalam melakukan observasi :
1. Amati dengan cermat aspek fisik, psikis, spiritual klien.
2. Hasil pengamatan perlu dicatat secara rinci dalam buku catatan khusus.
3. Dalam observasi perawat tidak perlu menjelaskan secara detail kepada klien
mengenai hasil amatan perawat. Hal ini untuk mencegah timbulnya rasa
khawatir klien yang berlebihan. Selain itu, dalam mengobservasi diusahakan
tampak natural agar klien bersikap sebagaimana biasanya hasil yang didapat
sungguh alami, tidak dibuat – buat.
b. Wawancara
Teknik wawancara merupakan cara yang paling banyak menggunakan
interaksi verbal antara perawat dan klien. Teknik ini menjadi penting karena perawat
bisa menanyakan langsung kepada klien perihal perkembangan kesehatannya secara
utuh. Klien akan lebih aktif untuk ikut memahami proses perawatan yang tengah
dijalaninya serta perkembangan-perkembangan apa saja yang dihasilkan. Selain itu,
komunikasi verbal dalam wawancara membuat hubungan yang terjalin antara perawat
dan klien menjadi semakin erat.
Pertanyaan yang diberikan bisa berupa pertanyaan terbuka atau tertutup.
Perawat wajib menggali setiap jawaban klien dan memastikan semua responsnya
valid, seperti ekspresi wajah, kontak mata, bahasa tubuh, nada suara, dan keyakinan
menjawab pertanyaan. Agar dapat menjalankan proses wawancara dengan maksimal,
perlu dipersiapkan beberapa tahapan berikut ini:
1) Persiapan
Sebelum melakukan wawancara, perawat harus mempersiapkan data awal
sebagai bekal. Data yang dimaksud adalah perkembangan kesehatan klien,
riwayat kesehatan sebelum dirawat,serta kepribadian dan latar belakang lainnya
agar tidak ada prasangka, yang bisa berujung pada rasa tidak percaya satu sama
lain.Perawat pun harus mempersiapkan diri untuk situasi tertentu yang bisa terjadi
selama wawancara berlangsung. Misalnya, ketika pertanyaan yang diberikan tidak
bisa klien jawab, perawat harus memiliki plan B untuk mengatasinya.
2) Perkenalan
Wawancara dalam evaluasi keperawatan gerontik adalah sebuah keadaan
yang terbuka, maka perkenalan menjadi sangat penting. Perkenalan di sini tidak
hanya soal identitas perawat karena kemungkinan sudah saling mengenal.
Perawat perlu memperkenalkan apa tujuan wawancara ini, di mana kepada siapa
data wawancara ini akan diberikan.
3) Inti
Ketika proses inti wawancara berjalan, perawat perlu menfokuskan
pertanyaan pada hal-hal yang harus diketahui. Meski begitu, untuk membuat
suasana lebih santai, perlu ada pembicaraan selingan. Hal-hal khusus yang perlu
diperhatikan adalah:
a) Fokus wawancara adalah klien
b) Pastikan pertanyaan terbuka atau tertutup ditanyakan pada saat yang tepat.
c) Gunakan bahasa yang mudah dipahami klien.
d) Mendengarkan dengan penuh perhatian. Bila klien kurang paham sesuatu,
jelaskan sebaik-baiknya.
e) Beri klien waktu untuk menjawab apabila ada yang benar-benar harus dia
pikirkan sebelum menjawab asuhan Keneiawatan gerontik
c. Terminasi
Perawat mempersiapkan untu penutupan wawancara. Untuk itu klien harus
mengetahui kapan wawancara dan tujuan dari wawancara pada awal perkenalan,
sehingga diharapkan pada akhir wawancara perawat dan klien mampu menilai
keberhasilan dan dapat mengambil kesimpulan bersama. Jika diperlukan, perawat
perlu membuat perjanjian lagi untuk pertemuan berikutnya. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam melakukan wawancara dengan klien adalah:
1) Menerima keberadaan klien sebagaimana adanya
2) Memberikan kesempatan kepada klien untuk menyampaikan keluhan-
keluhannya / pendapatnya secara bebas
3) Dalam melakukan wawancara harus dapat menjamin rasa aman dan nyaman bagi
klien
4) Perawat harus bersikap tenang, sopan dan penuh perhatian
5) Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
6) Tidak bersifat menggurui
7) Memperhatikan pesan yang disampaikan
8) Mengurangi hambatan-hambatan
9) Posisi duduk yang sesuai (berhadapan, jarak tepat/sesuai, cara duduk)
10) Menghindari adanya interupsi
11) Mendengarkan penuh dengan perasaan
12) Memberikan kesempatan istirahat kepada klien

E. Komponen Evaluasi Keperawatan Lansia


Komponen evaluasi dapat dibagi menjadi 5 komponen (Pinnell & Meneses, 1986):
1. Menentukan kriteria, standar praktik, dan pertanyaan evaluatif.
a. Kriteria
Kriteria digunakan sebagai pedoman observasi untuk pengumpuln data
dan sebagai penentuan kesahihan data yang terkumpul. Semua kriteria yang
digunakan pada tahap evaluasi ditulis sebagai kriteria hasil. Kriteria hasil
menandakan hsil akhir asuhan keperawatan. Sedangkan standar keperawatan
digunakan sebagai dasar untuk evaluasi praktik keperawatan secara luas. Kriteria
hasil didefinisikan sebagai sandar untuk menjelaskan respons atau hasil dari
rencana asuhan keperawatan. Hasil tersebut akan menjelaskan bagaimana keadaan
klien setelah dilakukan observasi. Kriteria hasil dinyatakan dalam istilah prilaku
(behaviour) sebagaiman disebutkan dalam bab terdahulu, supaya dapat
diobservasi atau diukur dan kemudian dijelaskan dalam istilah yang mudah
dipahami. Idealnya, setiap hasil dapat dimengerti oleh setiap orang yang terlibat
dalam evaluasi.
b. Standar Praktik
Standar asuhan keperawatan dapat digunakan untuk mengevaluasi praktik
keperawatan secara luas. Standar tersebut menyatakan hal yang harus
dilaksanakan dan dapat digunakan sebagai suatu model untuk kualitas pelayanan.
Standar harus berdasarkan hasil penelitian, konsep teori, dan dapat diterima oleh
praktik klinik keperawatan saat ini. Standar harus secara cermat disusun dan diuji
untuk menentukan kesesuaian dalam penggunaannya. Contoh pemakaian standar
dapat dilihat pada Standar praktik Keperawatan yang disusun oleh ANA.
c. Pertanyaan Evaluatif
Untuk menentukan suatu kriteria dan standar, perlu digunakan pertanyaan
evaluative (evaluative questions) sebagai dasar mengevaluasi kualitas asuhan
keperawatan dan respons klien terhadap intervensi. Pertanyaan-pertanyaan yang
dapat digunakan untuk mengevaluasi:
1) Pengkajian : apakah dapat dilakukan pengkajian pada klien?
2) Diagnosis : apakah diagnosis disusun bersama dengan klien?
3) Perencanan : apakah tujuan telah diidentifikasi dalam perencanaan?
4) Implementas : apakah klien mengetahui tentang intervensi yang akan
diberikan?
5) Evaluasi : apakah modifikasi asuhan keperawatan diperlukan?
2. Mengumpukan data mengenai status kesehatan klien yang baru terjadi.
Pada tahap ini kita perlu mempertimbangkan beberapa pertanyaan. Siapa yang
bertanggung jawab dalam pengumpulan data? Kapan data tersebut diperoleh? Dan
sarana apa yang akan digunakan untuk memperoleh data? Perawat professional yang
pertama kali mengkaji data klien dan menyusun perencanaan adalah orang yang
bertanggung jawab dalam mengevaluasi respon klien terhadap intervensi yang
diberikan. Perawat lain yang membantu memberikan intervensi kepada klien harus
berpartisipasi dalam proses evaluasi. Validitas informasi meningkat jika lebih dari
satu orang yang ikut melakukan evaluasi.
3. Menganalisis dan membandingkan data terhadap kriteria dan standar.
Perawat memerlukan ketrampilan dalam berfikir kritis, kemampuan
menyelesaikan masalah, dan kemampuan mengambil keputusan klinik. Kemampuan
ini diperlukan untuk menentukan kesesuaian dan pentingnya suatu data dengan cara
membandingkan data evaluasi dengan kriteria serta standar dan menyesuaikan asuhan
keperawatan yang diberikan dengan kriteria dan standar yang sudah ada. Pada tahap
ini perawat dituntut untuk dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang mungkin dapat
memengaruhi efektifitas asuhan keperawatan.
4. Merangkum hasil dan membuat kesimpulan.
Pertama kali yang perlu dilaksanakan oleh perawat pada tahap ini adalah
menyimpulkan efektivitas semua intervensi yang telah dilaksanakan. Kemudian
menentkan kesimpulan pada setiap diagnosis yang telah dilakukan intervensi. Yang
perlu diingat disini adalah tidak mungkin membuat suatu perencanaan 100% berhasil
oleh karena itu memerlukan suatu perbaikan dan perubhan-perubahan, sebaliknya
tidak mungkin perencanaan yang telah disusun 100% gagal. Untuk itu diperlukan
kejelian dalam menyusun perencanaan, intervensi yang tepat, dan menilai respon
klien setelah diintervensi seobjektif mungkin.

F. Jenis Evaluasi

Rohman & Saiful (2009) menyebutkan bahwa evaluasi dalam keperawatan dapat
dibedakan menjadi dua jenis yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil:

1. Evaluasi proses.

Evaluasi proses atau evaluasi formatif adalah evaluasi yang berfokus pada
aktivitas proses keperawatan dan hasil tindakan keperawatan. Evaluasi ini dilakukan
segera setelah perawat melalukan intervensi keperawatan untuk melakukan penilaian
efektifitas dari tindakan keperawaatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi proses juga
harus dilakukan secara terus menerus sampai tujuan yang ditetapkan oleh perawat
tercapai. Dapat dicontohkan disini jika tindakan yang dilakukan perawat adalah
“memberikan posisi tidur semifowler, maka evaluasi prosesnya adalah “pasien terlihat
melakukan posisi tidur semifowler selama 20 menit tanpa mengeluh pusing”
2. Evaluasi hasil.
Evaluasi hasil atau disebut juga dengan istilah evaluasi sumatif adalah
evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas proses keperawatan selesai
dilakukan/setelah waktu yang ditetapkan pada tujuan keperawatan tercapai. Jadi
evaluasi ini memuat kondisi pasien saat ini dan dibandingkan dengan kriteria
keberhasilan yang tertulis pada tujuan yang telah di rumuskan sebelumnya.
Terdapat tiga kemungkinan yang terjadi pada pasien saat kegiatan evaluasi ini
dilakukan, yaitu:
a. Tujuan tercapai jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang
telah ditentukan.
b. Tujuan tercapai sebagian atau klien masih dalam proses pencapaian tujuan jika
klien menunjukkan perubahan pada sebagian kriteria yang telah ditetapkan.
c. Tujuan tidak tercapai jika klien hanya menunjukkan sedikit perubahan dan tidak
ada kemajauan sama sekali atau bahkan bisa timbul masalah baru.
Evaluasi hasil ini dinyatakan dalam bentuk SOAP/SOAPIER yang dapat
dijelaskan sebagai berikut:
S (Subjective) : adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien
setelah pada saat dilakukan pengumpulan data untuk
evaluasi. pada saat mengumpulkan data subyektif perawat
perlu memperhatikan bahwa catatan ini berhubungan
masalah dengan sudut pandang pasien, ekspresi pasien
mengenai kekhawatiran dan keluhannya pasien perlu untuk
dicatat sebagai kutipan langsung/ringkasan dan pada
bayi/anak kecil data subjektif ini dapat diperoleh dari orang
tuanya (data sekunder).
O (Objective) : adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,
penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat pada
saat dilakukan pengumpulan data untuk evaluasi. Jadi data
ini diperoleh melalui pengukuran atau observasi secara
langsung pada pasien.
A (Analisis) : adalah membandingkan antara informasi subjective dan
objective dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian
diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi
sebahagian, atau tidak teratasi
P (Planning) : adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
setelah dilakukan analisa. pada tahap ini, rencana
keperawatan dapat dilanjutkan atau dapat dihentikan.
Tindakan keperawatan yang menunjukkan hasil
memuaskan dan tidak memerlukan pengulangan secara
umum akan dihentikan dan sebaliknya, tindakan yang
memberikan hasil belum memuaskan dilanjutkan. Pada
tahap ini, perawat dapat menambahkan rencana baru jika
muncul masalah baru atau rencana yang ada sudah tidak
I (Implementasi) : kompeten dalam menyelesaikan masalah
adalah melakukan tindakan keperawatan yang telah
E (Evaluasi) : direncanakan pada tahap planning.
adalah penafsiran terhadap efek tindakan (Implementasi)
yang telah dilakukan. pada tahap ini dilakukan penilaian
terhadap efektifitas tindakan dalam memcahkan masalah
klien
R (Reassesment/ : Apakah rencana keperawatan akan dirubah
Revised)

G. Tahap Evaluasi Keperawatan Lansia


Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaian untuk
melihat keberhasilannya. Bila tidak atau belum berhasil, perlu disusun rencana baru yang
sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilaksanakan dalam satu kali
kunjungan ke keluarga. Untuk itu dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan
waktu dan kesediaan keluarga.
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional. Tahapan
evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi
yang dilakukan selama proses asuhan keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif adalah
evaluasi akhir.
Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai. Evaluasi selalu
berkaitan dengan tujuan. Apabila dalam penilaian ternyata tujuan tidak tercapai, maka
perlu dicari penyebabnya.
1. Dimensi dalam penilaian:
a. Keberhasilan dari tindakan keperawatan yang diakitkan dengan pencapaian tujuan
b. Ketepatgunaan yang dikaitkan dengan biaya apakah dalam bentuk uang, waktu,
tanaga dan bahan/peralatan yang diperlukan
c. Kecocokan, dikaitkan dengan kesanggupan tindakan yang dilakukan untuk
memecahkan masalah dengan baik sesuai dengan pertimbangan profesional
d. Kecukupan, menyinggung kelengkapan dari tindakan apakah semua tindakan
dilaksanakan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
2. Kriteria dan standar
Kriteria adalah gambaran tentang faktor-faktor tidak tetap yang dapat
memberi petunjuk bahwa tujuan telah tercapai. Standar menunjukkan tingkat
pelaksanaan yang diinginkan untuk membandingkan pelaksanaan yang sebenarnya.
Standar akan memberitahukan apakah tingkat pelaksanaan atau keadaan
menunjukkan keberhasilan atau tercapainya tujuan.
3. Pengukuran Hasil Penilaian
Hasil asuhan keperawatan dapat diukur dari 3 dimensi:
a. Keadaan fisik, misalnya peningkatan berat badan anak pada anak dengan BB
BGM.
b. Psikologis dan sikap, misalnya berkembangnya sikap positif keluarga terhadap
anggota keluarga yang sakit setelah sebelumnya sempat ditelantarkan.
c. Pengetahuan dan perubahan perilaku, keluarga melaksanakan petunjuk-petunjuk
yang berkaitan dengan perawatan lansia dengan keterbatasan aktivitas.
4. Alasan Pentingnya Penilaian:
a. Menghentikan tindakan/kegiatan yang tidak berguna.
b. Untuk menambah ketepatgunaan tindakan keperawatan.
c. Sebagai bukti hasil dari tindakan perawatan.
d. Untuk pengembangan dan penyempurnaan praktik keperawatan.
5. Metoda Penilaian
a. Observasi langsung : mengamati secara langsung perubahan yang terjadi dalam
keluarga.
b. Wawancara keluarga, yang berkaitan dengan perubahan sikap, apakah telah
menjalankan anjuran yang diberikan perawat.
c. Memeriksa laporan, dapat dilihat dari rencana asuhan keperawatan yang dibuat
dan tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana.
d. Latihan simulasi, berguna dalam menentukan perkembangan kesanggupan
melaksanakan asuhan keperawatan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan sistematis dan terencana antar hasil akhir yang teramati dan tujuan atau
kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Asmadi, 2008). Dua hal utama yang
perlu diperhatikan dalam tahap evaluasi yang pertama adalah perkembangan klien
terhadap hasil yang sudah ia capai dan kedua adalah efektif atau tidaknya rencana
keperawatan yang sudah disusun sebelumnya. Pengkajian dasar perlu dilakukan dalam
tahap evaluasi ini. Untuk membedakan kegiatan pengumpulan data antara pengkajian
dan evaluasi yang perlu diperhatikan adalah manfaat/kegunaan dari data yang
dikumpulkan tersebut.

B. Saran
Meskipun evaluasi adalah langkah akhir dari proses keperawatan, evaluasi bukan
berarti akhir dari proses karena informasi digunakan untuk memulai siklus yang baru.
Setelah mengimplementasikan asuhan keperawatan, perawat membandingkan respon
pasien terhadap outcome yang telah direncanakan dan menggunakan informasi ini untuk
me-review asuhan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai