Anda di halaman 1dari 24

KONSEP

EVIDENCE BASED PRACTICE IN


NURSING (EBPN)
Shella Al Afamas Aprilia (P1337420419081)
Sintia Kurnia D. (P1337420419083)
Ika Yunia Mayasari (P1337420419085)
Diah Candra Rukmana (P1337420419087)
Sinta Yepi Qoimah (P1337420419088)
Wahyu Dhika Prasmita (P1337420419090)
Asna Nabila (P1337420419092)
Asni Mila Adzana (P1337420419094)
Rizqi Azizah Nurlaily (P1337420418006)
DEFINISI EVIDENCE BASED
PRACTICE
• Evidence dalam Bahasa Indonesia = bukti.
Bukti dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti sesuatu yang menyatakan kebenaran
suatu peristiwa.
• Based dalam Bahasa Indonesia = dasar atau berdasarkan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berdasarkan memiliki arti memakai sebagai dasar;
beralaskan; bersendikan.
• Practice dalam Bahasa Indonesia = praktek atau proses,
Di mana dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki makna pelaksanaan secara nyata apa
yang disebut dalam teori.

 Secara umum, Evidence-Based Practice adalah sebuah pendekatan yang bertujuan untuk
meningkatkan proses melalui pertanyaan manakah bukti penelitian ilmiah yang berkualitas
tinggi yang dapat diperoleh dan diterjemahkan ke dalam keputusan praktik terbaik untuk
meningkatkan kesehatan (Steglitz, Warnick, Hoffman, Johnston, & Spring, 2015) .
• Menurut Greenberg & Pyle (2006) dalam Keele (2011), “Evidence-Based Practice adalah penggunaan bukti
untuk mendukung pengambilan keputusan di pelayanan kesehatan”.
• Menurut Melnyk & Fineout-Overholt (2011) Evidence-Based Practice in Nursing adalah penggunaan bukti
ekternal, bukti internal (clinical expertise), serta manfaat dan keinginan pasien untuk mendukung
pengambilan keputusan di pelayanan kesehatan.
• Grinspun, Vinari & Bajnok dalam Hapsari (2011) menyatakan tujuan EBP memberikan data pada perawat
praktisi berdasarkan bukti ilmiah agar dapat memberikan perawatan secara efektif dengan menggunakan
hasil penelitian yang terbaik, menyelesaikan masalah yang ada di tempat pemberian pelayanan terhadap
pasien, mencapai kesempurnaan dalam pemberian asuhan keperawatan dan jaminan standar kualitas dan
memicu inovasi

Pengertian EBP Menurut Para Ahli


Komponen
EBP
Bukti Internal
(Clinical Expertise)
Bukti Eksternal  Penilaian klinis Manfaat dan Keinginan
 Hasil dari proyek peningkatan kualitas Pasien
Hasil penelitian, dalam rangka meningkatkan kualitas Memberikan manfaat
teori-teori yang lahir pelayanan klinik terbaik untuk kondisi
dari penelitian,  Hasil dari pengkajian dan evaluasi pasien
pasien saat itu dan
 Alasan klinis
pendapat dari ahli,  Evaluasi dan penggunaan sumber daya meminimalkan
hasil dari diskusi tenaga kesehatan yang diperlukan untuk pembiayaan
panel para ahli melakukan treatment yang dipilih
 Mencapai hasil yang diharapkan
Penelitian
Keperawatan

Pengalaman Pendidikan
Kompone
n
Pendukun
g
Pelatihan
EBP Pengetahuan

Keterampilan
Definisi
Konsep
Analisis EBP

Konsep
Membangun Analisis EBP
Kasus Model
Metode (Walker dan
Avant)
Konsep
Analisis
EBP

Atribut-
Tujuan
Atribut
Konsep
Pendefinisian
Analisis
EBP
Perbedaan EBP dan Non-
EBP
EBP Non-EBP
Intervensi Intervensi
berdasarkan berdasarkan
penelitian dan tradisi atau
riset budaya

Berbasis
Berbasis Bukti
Kebiasaan

Berdasarkan
Berdasarkan
literatur jurnal
mouth to
dan artikel
mouth
penelitian
Tahapan EBP
1. Merumuskan Pertanyaan Klinis
unsur-unsur pertanyaan yang bisa dibangun untuk menyusun
kerangka pertanyaan yang baik dan kritis. Ke-empat unsur
pertanyaan tersebut adalah pertanyaan PICO (Melnyk dan
Fineout-Overholt, 2005)
Komponen Makna Penjelasan
PICO
P Populasi klien Identifikasi klien berdasarkan usia, jenis kelamin,
yang dijadikan suku, budaya, dan problem kesehatan yang
perhatian mempengaruhinya.

I Intervensi yang Intervensi apakah yang sesuai dalam memberikan


dijadikan praktik pada klien (misalnya terapi, pemeriksaan
perhatian diagnostik dan faktor prognostik) ?

C Intervensi Apakah standar pelayanan yang rutin atau


pembanding intervensi yang sedang diberikan saat praktik?
(Compare)

O Outcome (hasil- Bagaimana hasil yang didapatkan dari intervensi


hasil yang yang dilakukan (misalnya perubahan tingkah laku,
diterapkan) perubahan fisik dan tanggapan klien)
Diagnosis: Pertanyaan yang bersangkutan dengan pemilihan dan interpretasi pemeriksaan diagnostik. Contoh:
Apakah menggunakan termometer oral sekali pakai lebih valid dibandingkan dengan termometer oral elektronik
untuk klien dengan kondisi tube endotrakeal?

Prognosis (perkiraan) : Pertanyaan terkait kemungkinan hasil klinis klien. Contoh:


Apakah terdapat perbedaan cedar pada trombosis vena dalam pada klien operasi yang JENIS-JENIS
mendapatkan heparis subkutan dibandingkan klien yang mendapatkan hepain berat-
molekul-rendah subkutan?
PERTANYAAN
KLINIS
Terapi: Pertanyaan tentang pemberian terapi yang terbaik. Contoh: Apakah yang
paling efektif dalam meminimalisir konstipasi akibat pemberian opioid pada klien (Melnyk &
dengan nyeri kronik? Fineout-Overholt,
Pencegahan: Pertanyaan tentang cara skrinning dan pencegahan untuk menurunkan
risiko penyakit. Contoh: Apakah pemeriksaan prostate specific antigen (PSA) pada 2011)
lansia asimptomatik akan mengurangi risiko mortalitas akibat kanker prostat?

Edukasi: Pertanyaan terkait pengajaran terbaik untuk rekan kerja, klien, dan anggota keluarga. Contoh: Apakah
penggunaan alat bantu visual lebih efektif dibandingkan pamflet atau buku pengajaran buta huruf dalam
memberikan pengetahuan pada lansia buta huruf tentang diet terapetik?
2. Mengumpulkan Bukti Terbaik
Setelah mendapatkan hasil yang jelas dari pertanyaan sesuai PICO, maka perawat bisa mencari
sumber bukti dari pertanyaan tersebut. Perawat bisa mencari sumber dari berbagai elemen
misalnya kebijakan agensi dan manual prosedur, data peningkatan kualitas, pedoman praktik
klinis, atau data dasar yang sudah tersimpan dalam komputer. Perawat bisa meminta bantuan
kepada instansi fakultasnya dahulu untuk mendapatkan sumber informasi yang tepat (Nggie,
2010) .

3. Menilai Bukti
Menilai bukti merupakan mengevaluasi EBP untuk menciptakan perubahan dengan
menentukan nilai, perubahan praktikalisasi, dan kebermanfaatan bukti (ONS, 2015) .
Dalam melakukan penilaian bukti tersebut, evaluasi terlebih dahulu nilai ilmiahnya dan
penerapannya dalam setiap yang ditemukan. Kemudian, diskusikan dengan orang yang ahli
dalam bidangnya dan tentukan hasilnya yang paling sesuai untuk diterapkan ketika praktik.
4. Integrasikan Bukti
Setelah menemukan bukti yang dirasa sudah cukup kuat dan tepat ketika diaplikasikan, perawat
kemudian mengintegrasikan ke dalam praktik. Gunakan bukti yang ditemukan sebagai langkah awal
ketika melakukan intervensi pada klien. Contohnya, perawat mempelajari cara melakukan pendekatan
dalam memandikan lansia yang cemas, maka perawat bisa menggunakan teknik yang sudah didapatkan
ketika memutuskan hasil bukti klinis dari artikel yang sudah dibaca (Melnyk dan Fineout-Overholt, 2005;
Trepepi-Bova, et al., 1997) .

5. Evaluasi Keputusan Praktik atau Perubahan


Ketika bukti yang sudah ditemukan kemudian diterapkan, maka selanjutnya
adalah evaluasi efek. Bagaimana cara kerja intervensi tersebut? Apakah efektif
keputusan yang diambil dalam penerapannya pada klien dan lingkungan praktik?
Evaluasi yang diperoleh dapat berupa hasil yang sederhana misalnya hasil yang
diperoleh sudah sesuai dengan apa yang diharapkan.
3 Komponen Dari Penelitian Keperawatan

1. Penelitian manajemen hasil


2. Metode Ilmiah
3. Keperawatan dan metode ilmiah
1. Penelitian Manajemen Hasil

Penelitian hasil merupakan penelitian yang dilakukan untuk memperoleh suatu


jawaban dan mendokumentasikan efektivitas pelayanan kesehatan dan intervensinya
(Polit dan Beck, 2004) .
Suatu hasil penyampaian pelayanan berfokus pada penerima pelayanan (klien,
keluarga, atau komunitas) dan bukan pada yang memberikan pelayanan (perawat
atau dokter) . Masalah pada penelitian hasil harus dapat diukur. Unsur-unsur hasil
mencakup hasil itu sendiri, cara pengamatan, karakteristik kritisnya, dan rentang
skalanya (Melnyk dan Fineout-Overholt, 2005) .
 
2. Metode Ilmiah

Metode ilmiah merupakan cara yang digunakan untuk mendapatkan hasil pengetahuan yang paling objektif
ketika melakukan penelitian. Metode ilmiah dijadikan acuan penelitian sehingga dapat terarah dan bisa
menghasilkan bukti yang valid, reliable, dan dapat digeneralisasi (Nggie, 2010) .
Peneliti menggunakan metode ilmiah untuk memahami, menjelaskan, memperkirakan atau mengendalikan
fenomena keperawatan (Polit dan Beck, 2004) . Langkah-langkah yang sistematik mampu menekan opini
peneliti yang bisa mempengaruhi hasil yang diperoleh sehingga kesalahan penelitian bisa diminimalisir
(Nggie, 2010) .
Polit dan Beck (2004) menjelaskan ada beberapa karakterisitik penelitian ilmiah sebagai berikut:
• Masalah yang perlu diidentifikasi.
• Tahapan perencanaan dan penyelenggaraan penelitian dilakukan secara teratur dan sitematik.
• Peneliti mencoba mengendalikan faktor eksternal yang tidak diteliti namun bisa memengaruhi hasil
penelitian.
• Data yang diperoleh berdasarkan bukti empiris
• Ditujukan secara general untuk kelompok klien atas pengetahuan yang telah didapatkan dari memahami
fenomena.
3. Keperawatan dan Pendekatan Ilmiah

Nggie (2010) membahas pendekatan ilmiah, dikaitkan dengan jenis-jenis penelitian sebagai berikut:
 Penelitian historis: penelitian untuk menegakkan fakta dan hubungan dengan masa lalu. Contoh: pengamatan
pada faktor masayarakat yang membuat diterimanya perawat praktik ahli oleh klien.
 Penelitian eksploratoris: penelitian untuk menegakkan hipotesis yang berhubungan dengan fenomena.
Contoh: penelitian pilot yang menguji program olahraga baru terhadap lansia yang menderita demensia.
 Penelitian evaluasi: penelitian terkait seberapa jauh program, praktik, atau kebijakan dapat terlaksana
dengan baik. Contoh: penelitian yang mengukur hasil promosi kepada orangtua dalam meningkatakan
kemampuan dalam menaati jadwal imunisasi anaknya.
 Penelitian deskriptif: penelitian yang mengukur karakteristik orang, situasi, atau kelompok dan frekuensi
kejadian suatu peristiwa. Contoh: penelitian yang menghadapi persimpangan RN saat merawat klien
obesitas.
 Penelitian eksperimental: penelitian yang mengendalikan variable penelitian secara acak untuk menguji
variabel tersebut. Contoh: suatu RCT membandingkan Chlorhexidine dengan Betadine dalam menurunkan
kejadian flebitis IV.
 Penelitian korelasi: penelitian yang membahas hubungan antar variabel tanpa intevensi aktif oleh peneliti.
Contoh: penelitian yang memperhatikan hubungan strata pendidikan RN dan kepuasan mereka dalam peran
keperawatan.
Terdapat 2 pendekatan besar untuk penelitian, yaitu metode kuantitif
dan kualitatif.

 Penelitian kuantitatif
Penlitian ini yang berdasarkan pengukuran dan kuantitatif yang rinci. Contohya
mengukur tingkat keparahan nyeri, tingkat pemulihan luka, dan suhu tubuh.
Penelitian kuantitatif berdasarkan data numerik, analisis statistik, dan kontrol
untuk menghilangkan bias (Polit dan Beck, 2004) .

 Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang mendapatkan hasil dari
wawancara atau tidak dalam bentuk numerik. Penelitian kualitatif didasarkan
analisis induktif untuk mengkontruksi teori dari pengamatan/wawancara spesifik
(Polit dan Beck, 2004) .
Terdapat metode untuk penelitian kualitatif. Etnografi merupakan penelitian yang
melibatkan pendeskripsian dan penafsiran dari tingkah laku kultural (Polit dan
Beck, 2004) . Contohnya, peneliti mengamati tingkah laku pada penderita
Alzheimer yang dihubungkan dengan antropologi, yang berfokus pada budaya
suatu populasi (Nggie, 2010) .
Peningkatan
Kualitas Performa
 

QI (Quality Improvement)
PI (Perfomance Improvement)
Pendekatan penelitian atau upaya perbaikan
Suatu organisasi akan melakukan evaluasi serta menganalisis
dalam memberikan pelayanan kepada pasien atau
performa saat ini untuk merumuskan tindakan atau upaya
klien serta memenuhi segala kebutuhanya.
perbaikan pelayanan yang ada.

   

Plan Do Study Act


(rencana) (lakukan) (pelajari) (tindakan)
       
Keuntungan EBP
 Metode untuk mengevaluasi sistem kerja perawat dalam
melakukan praktik keperawatan;
 Mengintegrasikan komponen-komponen pendukung EBP
dalam pelayanan kesehatan;
 Melakukan intervensi kepada pasien berdasarkan bukti-bukti
hasil penelitian;
 Meminimalisir resiko yang mungkin terjadi dalam proses
pelayanan kesehatan;
 Bersikap profesional dalam memberikan layanan kesehatan
kepada pasien;
 Menguntungkan perawat, pasien, serta institusi kesehatan.
Ketidakmerataan
EBP
Fasilitas Tidak
tidak terbiasa
memadai Meneliti

Tidak diberi Komponen


pertanggun belum
gjawaban memadai
Faktor
Penghambat

Minim
Kurangnya
Pengetahuan
Dukungan
Bahasa Asing

Perbedaan
tingkat Waktu
pendidikan
Pengimplementasian EBP Di Dalam Praktik Keperawatan
1. Pendekatan buku resep keperawatan

Pendekatan buku resep keperawatan didasarkan pada suatu bukti yang relevan terhadap pasien
mengenai suatu permasalah kondisi klinisnya. Dalam hal ini perawatan tidak bersifat individualitas
bergantung pada perawat saja. Akan tetapi, pasien juga perlu dan berhak mengetahui suatu tindakan yang
akan diberikan kepadanya. Perawat akan menggali semua bukti yang mendukung pasien dalam proses
pelayanannya di bidang asuhan keperawatan. Kondisi klinis yang dialami oleh pasien akan memberikan
tantangan baru bagi perawat untuk mengatasinya dengan ilmu, pengetahuan, ataupun keahliannya di
bidang klinis tersebut. Penyelesaian ini tentunya didasarkan pada EBP dalam keperawatan. Dengan
diberlakukannya EBP di setiap tindakan keperawatan akan memberikan output yang terbaik bagi pasien
dan tidak merugikan pasien. Penggabungan keahlian klinis harus seimbang dengan resiko dan manfaat
dari tindakan klinis yang diberikan kepada pasien. Resiko yang mungkin terjadi dapat teratasi dengan
keprofesionalitasan serta keahlian seorang perawat sehingga tidak menimbulkan masalah yang terjadi bagi
pasien di dalam pelayanan kesehatan. Kebudayaan sangat penting untuk diperhatikan terutama saat
pemberian asuhan keperawatan, perawat harus mengerti mengenai variasi budaya yang dimiliki oleh
seorang pasien karena bisa jadi kondisi klinis yang dialami pasien berkaitan dengan variasi kebudayaan.
Meskipun EBP mencegah perhatian mengenai masalah kebudayaan, tetapi asuhan keperawatan perlu
mempertimbangkan hal ini dalam kondisi dan situasi apapun. Keunikan seorang pasien harus
diperhitungkan oleh perawat terutama keadaan klinisnya, kondisinya, serta preferensi komorbiditasnya
2. Intervensi berdasarkan hasil Peneletian

Perawat pastinya akan memberikan suatu intervensi kepada pasiennya. Intervensi yang diberikan bukan
sembarangan intervensi. Akan tetapi, intervensi yang diberikan berdasarkan bukti-bukti yang mendukung suatu
tindakan tersebut diberikan kepada pasien. Bukti-bukti tersebut dapat digali dengan adanya suatu kasus yang
telah ditemukan solusinya sesuai dengan tahapan-tahapan berdasarkan EBP baik dalam bentuk diskusi maupun
kerja sama. Selain itu, peran perawat dalam memberikan intervensi harus memusatkan kepada kenyamanan dan
sepengetahuan pasien sehingga terjadi suatu hubungan saling percaya yang dihasilkan di kedua belah pihak.
Dalam praktik EBP sangat menjunjung tinggi kompetensi, pengetahuan, serta keterampilan dalam memberikan
asuhan keperawatan terhadap pasien. Dalam suatu pelayanan, khususnya pada praktik keperawatan tentunya
dalam pemberian asuhan keperawatan ataupun intervensi tidak hanya menganut terhadap hal umum saja
melainkan sumber ilmiah yang relevan dan terpecaya yang dapat diakses melaui internet mengenai kondisi
klinis pasien sehingga pemberian intervensi bermutu dan berkualitas dapat diberikan berdasarkan bukti yang
tertera. Hasil penelitian juga sangat diperlukan dalam intervensi kepada pasien. Selain itu, hasil penelitian
merupakan salah satu bentuk bukti terhadap pengimplementasian EBP. Hal ini dapat dibuktikan dengan
penerapan hasil penelitian terhadap kasus yang terjadi. Namun demikian, hasil penelitian yang tertera harus
mempunyai korelasi dengan kondisi klinis pasien dalam proses penanganannya. Perawat perlu memerhatikan
hasil penelitian tersebut yang relevan dengan pasien sehingga dalam proses penanganannya dapat diberikan
yang terbaik dan bermutu.
THANKS!

Anda mungkin juga menyukai