Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN GANGGUAN KATARAK

Disusun oleh :

2A
1. Mar Atun Nafiah 12. Ika Yunia Mayasari 23. Rossa Oktalinda
2. Herlambang Nurdin 13. Diah Candra R. 24. Surya Bhaskara J.
3. Tegar Hanif A. 14. Onny Gita Sri L. 25. Sofy Nur Oktamia
4. Muryati 15. Marisa Utami 26. M. Syarifuddin H.
5. Sri Nikmatul F. 16. Santika Rahayu 27. Ayuningsih
6. Ardena Milkha K. 17. Novi Fitria R. 28. Griesna Wheni A.
7. Nesha Maharani 18. Eka Nurul F. 29. Vita Maulina
8. Sevia Novitasari 19. Intan Nur A. F. 30. Millenia Tunjung D.
9. Siti Qomarun A. F. 20. Devi Wulan O. 31. Ayuk Minarti
10. Shela Al Afamas A. 21. Irma Febriana D.
11. Sintia kurnia Dewi 22. Adinda Sekar Sari

POLTEKES KEMENKES SEMARANG


DIII KEPERAWATAN BLORA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-
Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah “Asuhan Keperawatan Pada Pasien
dengan Gangguan Katarak” tepat waktu.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Ibu Mu’awanah , Skep., Ns., MHKes
pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah. Selain itu, penulis juga berharap agar
makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Mu’awanah,


Skep., Ns., MHKes selaku dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah. Tugas yang
telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis. Penulis
juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Blora, 18 Maret 2021

Kelompok 2
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

              Katarak menjadi penyebab kebutaan nomor satu didunia karena penyakit ini

menyerang tanpa disadari oleh penderitanya.Katarak terjadi secara perlahan - lahan.

Katarak baru terasa mengganggu setelah tiga sampai lima tahun menyerang lensa mata.

              Pada tahun 2020 diperkirakan penderita penyakit mata dan kebutaan meningkat

dua kali lipat. Padahal 7,5% kebutaan didunia dapat dicegah dan diobati. Kebutaan

merupakan masalah kesehatan masyarakat dan sosial ekonomi yang serius bagi setiap

negara. Studi yang dilakukan Eye Disease evalence Research Group (2004)

memperkirakan, pada 2020 jumlah penderita penyakit mata dan kebutaan didunia akan

mencapai 55 juta jiwa. Prediksi tersebut menyebutkan, penyakit mata dan kebutaan

meningkat terutama bagi mereka yang telah berumur diatas 65 tahun. Semakin tinggi usia,

semakin tinggi pula resiko kesehatan mata. WHO memiliki catatan mengejutkan mengenai

kondisi kebutaan didunia, khususnya dinegara berkembang.

              Saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia, 60% diantaranya berada di

negara miskin atau berkembang. Ironisnya Indonesia menjadi Negara tertinggi di Asia

Tenggara dengan angka sebesar 1,5%. Menurut Spesialis Mata dari RS Pondok Indah Dr

Ratna Sitompul SpM, tingginya angka kebutaan di Indonesiadisebabkan usia harapan hidup

orang Indonesia semakin meningkat. “karena beberapa penyakit mata disebabkan proses

penuaan. “Artinya semakin banyak jumlah penduduk usia tua, semakin banyak pula

penduduk yang berpotensi mengalami penyakit mata.


              Hingga kini penyakit mata yang banyak ditemui di Indonesia adalah katarak

(0,8%), glukoma (0,2%) serta kelainan refraksi (0,14%). Katarak merupakan kelainan mata

yang terjadi karena perubahan lensa mata yang keruh.Dalam keadaan normal jernih dan

tembus cahaya.Selama ini katarak banyak diderita mereka yang berusia tua.Karena itu,

penyakit ini sering diremehkan kaum muda. Hal ini diperkuat berdasarkan data dari

Departemen Kesehatan Indonsia (Depkes) bahwa 1,5 juta orang Indonesia mengalami

kebutaan karena katarak dan rata - rata diderita yang berusia 40 - 55 tahun.

              Penderita rata - rata berasal dari ekonomi lemah sehingga banyak diantara mereka

tidak tersentuh pelayanan kesehatan. Dan kebanyakan katarak terjadi karena proses

degeneratif atau semakin bertambahnya usia seseorang. Bahkan, dari data statistik lebih

dari 90 persen orang berusia di atas 65 tahun menderita katarak, sekitar 55 persen orang

berusia 75 - 85 tahun daya penglihatannya berkurang akibat katarak (Irawan, 2008).

1.2. Tujuan Penulisan

1.2.1. Tujuan Umum

Untukmemberikan gambaran yang nyata tentang asuhan keperawatan pada Tn.P

dengan Gangguan Sistem Penglihatan Katarak di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan.

1.2.2. Tujuan Khusus

1. Untuk melakukan pengkajian Pada Tn.P dengan Gangguan Sistem Persepsi

Sensori : Katarak

2. Untuk merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn.P dengan Gangguan Sistem

Persepsi Sensori : Katarak

3. Untuk menyusun rencana tindakan pada Tn.P dengan Gangguan Sistem Persepsi

Sensori : Katarak
4. Untuk melaksanakan rencana tindakan keperawatan pada Tn.P dengan Gangguan

Sistem Persepsi Sensori : Katarak

5. Untuk mengevaluasi hasiltindakan keperawatan pada Tn.P dengan Gangguan

Sistem Persepsi Sensori : Katarak

1.3. Manfaat Penulisan

1. Bagi Rumah Sakit diharapkan laporan kasus ini sebagai bahan masukan dalam

melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Tn.P dengan Gangguan Sistem Persepsi

Sensori : Katarak

2. Bagi pasien diharapkan hasil penulisan laporan kasus ini sebagai bahan masukan

dalam  menambah pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan pada Tn.P Gangguan

Sistem Persepsi Sensori : Katarak

3. Bagi institusi diharapkan hasil penulisan laporan kasus ini sebagai bahan bacaan

dengan kegiatan dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Tn.P dengan

Gangguan Sistem Persepsi Sensori : Katarak

6. Manfaat bagi penulis diharapkan hasil penulisan laporan ini sebagai Matahari

pengalaman langsung dan masukan tentang Asuhan Keperawatan pada Tn.P

dengan Gangguan Sistem Persepsi Sensori : Katarak


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Katarak

2.1.1   Defenisi

              Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat

hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya (Ilyas,

2008).Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah gambaran

yang di proyeksikan pada retina. Katarak merupakan penyebab umum kehilangan

pandangan secara bertahap (Istiqomah, 2003)

              Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan

lensa didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses penuaan yang terjadi pada

semua orang yang berusia lebih dari 65 tahun. (Muttaqin, 2008).

2.1.2        Anatomi Fisiologi

              Bola mata merupakan organ sferis dengan diameter kurang lebih 2,5 cm, yang

terletak pada bagian anterior orbit. Bola mata terdiri dari beberapa lapisan. Kuat dan tidak

elastic yang menyususn sclera ini akan mempertahankan bentuk bola mata dan

memberikan proteksi terhadap bangunan - bangunan halus dibawahnya.

            Didalam mata ada 3 lapisan yaitu :

1.    Lapisan luar, yang terdiri dari :

-          Sclera

-          Kornea

2.    Lapisan tengah, yang terdiri dari :

-          Koroid
-          Badan (korpus) siliare

-          Iris

3.    Lapisan dalam, yang terdiri dari :

-          Retina

-          Fundus optic ,Lensa dan Badan vitreus

              Pada mata terdapat 7 otot volunter dari orbit, 6 diantaranya adapat memutar bola

mata pada beberapa perintah dan mengkoordinasi pergerakan mata.Pergerakan mata yang

terkoordinasi dan visus yang adekuat diperlukan untuk smemungkinkan fovea sentralis

pada masing - masing mata untuk menerima gambaran pada waktu yang sama.gambaran

berfokus dari fovea masing - masing mata, ditranmisikan ke area optic darikorteks

serebri, tempat otak menginterpretasikan dua gambaran sebagai suatu gambaran

(Istiqomah, 2003).

2.1.3   Etiologi Katarak

              Katarak disebabkan oleh berbagai faktor seperti :

1.      Fisik

2.      Kimia

3.      Penyakit predisposisi

4.      Genetik dan gangguan perkembangan

5.      Infeksi virus di masa pertumbuhan janin

6.      Usia

 (Tamsuri, 2008)

2.1.4   Klasifikasi Katarak

              Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi :


1. Katarak congenital, katarak yang sudah terlihatpada usia kurang dari 1 tahun.

2. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.

3. Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun

Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat dibedakan menjadi :

.    Katarak traumatika

     Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma tumpul maupun

tajam.Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak pada satu mata (katarak monokular).

Penyebab katarak ini antara lain karena radiasi sinar - X, Radioaktif, dan benda asing.

2.    Katarak toksika

     Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia

tertentu.Selain itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti

kortikosteroid dan chlorpromazine.

3.    Katarak komplikata

     Katarak terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu. Selai itu, katarak

ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti diabetes mellitus,

hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan local seperti uveitis, glaucoma, dan miopia

atau proses degenerasi pada satu mata lainnya.

     Berdarakan stadium, katarak senile dapat dibedakan menjadi :

1. Katarak insipient

Merupakan stadium awal katarak yaitu kekeruhan lensa masih berbentuk bercak –

bercak kekeruhan yang tidak teratur.

2. Katarak imatur
Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak cembung, menyebabkan terjadinya

myopia, dan iris terdorong kedepan serta bilik mata depan menjadi dangkal.

3. Katarak matur

Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini, terjadi kekeruhan lensa.

4. Katarak hipermatur

Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat mencair

sehingga nucleus lensa tenggelam di dalam korteks lensa (Tamsuri, 2008).


PATHWAY KATARAK

Usia lanjut dan Congenital atau cedera mata Penyakit


proses penuaan bisa diturunkan. metabolik(misalnya
DM)

Nukleus mengalami perubahan warna menjadi


Kurang coklat kekuningan
pengetahuan

Perubahan fisik (perubahan pd serabut halus


Tidak multiple (zunula) yg memanjang dari badan silier Kurang
mengenal kesekitar daerah lensa)
sumber terpaparterhadap
informasi informasi tentang
Hilangnya tranparansi
lensa prosedur tindakan
pembedahan
Resiko Cedera Perubahan kimia dlm protein lensa

CEMAS
Gangguan koagulasi
penerimaan
sensori/status mengabutkan pandangan
organ indera
Terputusnya protein lensa disertai prosedur invasive
influks air kedalam lensa pengangkatan
Menurunnya
katarak
ketajaman
penglihatan Usia meningkat
Resiko tinggi
terhadap infeksi
Penurunan enzim menurun
Gangguan persepsi
sensori-perseptual
penglihatan Degenerasi pd lensa

KATARAK

Post op Nyeri
     2.1.5 Manifestasi Klinis Katarak

              Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif.Biasanya pasien

mengalami penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional

sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan. Temuan

objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga

retina tak akan tampak dengan oftalmoskop.

              Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya

ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah

pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi

bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam, akan tampak

kekuningan, abu - abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun -

tahun, dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang lebih kuat pun tak

akan mampu memperbaiki penglihatan (Suddarth, 2001).

2.1.6        Komplikasi

              Adapun komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang mengalami penyakit

katarak adalah sebagai berikut :

1. Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk jaringan uvea,

sehingga menimbulkan reaksi radang / alergi.

2. Glaukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata sehingga

mengganggu aliran cairan bilik mata depan (Istiqomah, 2003).

2.1.8.      Pemeriksaan Diagnostik

1. Uji mata

2. Keratometri
3. Pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopis

4. A-scan ultrasound (echography)

5. Dan hitung sel endotel yang sangat berguna sebagai alat diagnostik, khususnya bila

dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan (Suddarth, 2001).

Darah putih: dibawah 10.000 normal

2.1.9.Penatalaksanaan

          Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan pembedahan

laser.Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur laser baru

yang dapat digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar

melalui kanula.

          Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai

ketitik dimana pasien melakukan aktivitas hidup sehari - hari, maka penanganan biasanya

konservatif.Penting dikaji efek katarak terhadap kehidupan sehari - hari pasien. Mengkaji

derajat gangguan fungsi sehari - hari, aktivitas, kemampuan bekerja, ambulasi, dan lain -

lain, sangat penting untuk menentukan terapi mana yang paling cocok bagi masing -

masing penderita.

          Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk

bekerja ataupun keamanan.Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang

terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi.Pembedahan katarak adalah

pembedahan yang paling sering dilakukan pada orang berusia lebih dari 65 tahun

keatas.Kebanyakan operasi dilakukan dengan anastesia local (retrobulbar atau peribulbar,

yang dapat mengimobilisasi mata).Obat penghilang cemas dapat diberikan untuk

mengatasi perasaan klaustrofobia sehubungan dengan draping bedah.


          Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan katarak : ekstraksi

intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi bedah adalah hilangnya penglihatan

yang mempengaruhi aktivitas normal pasien atau katarak yang menyebabkan glaukoma

atau mempengaruhi diagnosis dan terapi gangguan okuler lain, seperti retinopati diabetika

(Suddarth, 2001).

2.2    Asuhan Keperawatan

       2.2.1. Pengkajian

            Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu

proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk

mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien(Nursalam, 2001)

` Adapun data-data dari pengkajian Katarak adalah:

a. Aktivitas /Istirahat: Gejalanya yaitu Perubahan aktivitas biasanya/ hobi

sehubungan dengan gangguan penglihatan.

b.Makanan/cairan: Gejalanya yaitu Mual/muntah (glaukoma akut)

c. Neurosensori : Gejalanya yaitu Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas),sinar

terang menyebabkan silau  dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer,

kesulitan memfokus kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak).

Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar,

kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut). Dan tandanya ytaitu

Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), Pupil menyepit ddan

merah/mata keras dengan kornea berawan (glaukoma darurat),danPeningkatan air

mata.
d. Nyeri/Kenyamanan :Gejala yaitu Ketidak nyamanan ringan/mata berair

(glaukoma kronis), Nyeri tiba –tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar

mata, sakit kepala  (glaukoma akut).

e. Penyuluhan / Pembelajaran :Gejala yaitu Riwayat keluarga glaukoma, diabetes,

gangguan sistem vaskuler, Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh

peningkatan tekanan vena), dan ketidakseimbangan endokrin, diabetes

(glaukoma).

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

            Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia

( status kesehatan dan resiko perubahan sosial) dari individu atau kelompok. Dimana

perawat secara kontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberi intervensi secara pasti

untuk menjaga status kesehatan , menurunkan,membatasi,  mencegah dan merubah

(Nursalam, 2001)

Menurut Doenges Marylin diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien

dengan  penyakit katarak adalah:

1. Risiko tinggi terhadap cedera b/d peningkatan TIO, perdarahan intraokuler, kehilangan

vitreous.

2. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur invasif (bedah pengangkatan katarak).

3. Gangguan sensori-perseptual : penglihatan b/d gangguan penerimaan sensori/status

organ indra, lingkungan secara terapeutik dibatasi d/d menurunnya ketajaman,

gangguan penglihatan, perubahan respons biasanya terhadap rangsang.s

4. Kurang pengetahuan (Kebutuhan Belajar) tentang kondisi, prognosis, pengobatan b/d 

tidak mengenal sumber informasi , salah interprestasi informasi, keterbatasan kognitif.


Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional

1. Hambatan Hambatan NOC: NIC: Fall


berjalan berjalan prevention 1. Mengetahui
(00088) akan dapat Fall prevention kebiasaan-
berhubungan dikontrol behaviour 1. Identifikasi kebiasaan klien
dengan oleh klien kebiasaan dan yang berpotensi
Indikator: faktor-faktor
adanya setelah mengakibatkan
gangguan diberikan a. Penggunaan yang jatuh pada klien
penglihatan intervensi alat bantu mengakibatkan 2. Mengetahui
(katarak) keperawatan dengan risiko jatuh penyebab jatuh
selama 1x24 benar 2. Kaji riwayat klien agar untuk
jam b. Tidak ada jatuh pada selanjutnya
penggunaan klien dan dapat dihindari
karpet keluarga 3. Memodifikasi
c. Hindari lingkungan
barang- 3. Identifikasi yang berisiko
barang karakteristik menyebabkan
berserakan lingkungan jatuh klien
di lantai yang dapat
meningkatkan
terjadinya 4. Membantu klien
risiko jatuh untuk berjalan,
(lantai licin) agar dapat
4. Sediakan alat menghindari
bantu (tongkat, benda yang
walker) menghalangi
klien ketika
5. Ajarkan cara berjalan
penggunaan 5. Agar klien
alat bantu dapat
(tongkat atau menggunakan
walker) alat bantu
6. Instruksikan dengan tepat
pada klien 6. Bantuan
untuk meminta dibutuhkan
bantuan ketika klien untuk
melakukan melakukan
perpindahan, mobilitas
joka karena
diperlukan terganggunya
7. Ajarkan pada penglihatan
keluarga untuk klien karena
menyediakan katarak
lantai rumah 7. Lantai rumah
yang tidak yang licin dapat
licin mengakibatkan
8. Ajarkan pada klien tergelincir
keluarga untuk dan jatuh
meminimalkan 8. Keluarga juga
risiko harus berperan
terjadinya serta dalam
jatuh pada meminimalkan
pasien risiko terjadinya
jatuh pada klien
2. Ansietas Ansietas NIC: Anxiety NIC: Anxiety
berhubungan klien self control reduction 1. Agar klien dapat
dengan stress berkurang memperoleh
situasional setelah Indikator: 1. Berikan informasi yang
akibat dilakukan informasi sesuai fakta
1. mencari faktual
prosedur perawatan informasi
medis 1x24 jam meliputi 2. Pendampingan
untuk dignosa,
mengurangi bertujuan agar
prognosis, dan klien tidak
ansietas terapi sesuai
2. menggunaka merasa sendiri
kondisi klien sehingga
n koping 2. Dampingi klien
yang efektif menimbulkan
untuk ketakutan
3. mengontrol mengurangi
respon 3. Respon
ketakutan klien kecemasan
ansietas
4. menggunaka 3. Kaji digunakan untuk
respon mengetahui
n teknik kecemasan
relaksasi adanya
verbal maupun perubahan
untuk non verbal
mengurani emosi pada klien
klien 4. Komunikasi
ansietas
terapeutik untuk
4. Gunakan membina
komunikasi hubungan saling
terapeutik dan percaya dan
pendekatan mengurangi
yang baik pada kecemasan klien
klien akan terapi
5. Terapi non
5. Berikan terapi farmakologis
nonfarmakolog digunakan untuk
is untuk membuat klien
mengurangi nyaman
ansietas klien sekaligus
mengurangi
6. Kolaborasi kecemasan yang
dengan tim dialami klien
medis terkait 6. Obat-obatan
pemberian obat digunakan jika
untuk kecemasan klien
menurunkan meningkat dan
kecemasan mengganggu
klien kehidupan klien.

BAB 3
STUDI KASUS

3.1.  PENGKAJIAN

3.1.1   Riwayat klien / Data Biologis


     Nama                                             :Tn.P

     Alamat                                           : GROBOGAN

     Telp                                               :-

     Tempat, Tanggal lahir/Umur            : Tanjung keliling,4 maret 1932          

Jenis kelamin : Laki - Laki

     Suku                                             : Jawa

     Agama                                           : Islam

     Status perkawinan                            : Duda

     Pendidikan                                      :-

     Alamat                                           : Grobogan

     Orang yang paling dekat di hubungi  : Anak Kandung

3.1.2.Riwayat Keluarga

              Tn.P tinggal bersama anak dan menantunya, kemudian menantunya

mengantarkan kepanti sosial, dikarenakan tidak ada yang merawat Tn, P dirumah.Anak

perempuan sibuk bekerja dan mengurusi rumah tangganya sehingga kurang

memperhatikan Tn,P istrinya  sudah meninggal dunia dikarenakan kelumpuhan. Setelah

tinggal di panti sosial Tn.P menikah lagi dengan Ny,S yang mana mereka bertemu dipanti

sosial tersebut dan mereka pun tinggal bersama di wisma Matahari, tetapi Tn.P

mengatakan kalau dia hidup bersama dengan Ny.S hanya sekitar 5 tahun. Karena Tn.P

keluarga telah meninggal dunia pada umur 100 tahun akibat kelumpuhan dan serangan

jantung dan Tn,P keluargadikebumikan di kawasan panti sosial tersebut.

3.1.3.Riwayat Pekerjaan
            Saat ini Tn.P tidak bekerja, sebelum tinggal di panti sosial Tn.P bekerja

sebagai petani dan kadang - kadang Tn.P pun berjualan tape untuk memenuhi

kebutuhannya sehari - hari. Dan setelah tinggal di panti, Tn.P tidak lagi sanggup untuk

bekerja dikarenakan semakin meningkatnya usia.

3.1.4.Riwayat Lingkungan Hidup

Tn.P tinggal bersama anak dan menantunya, yang mana rumah terbuat dari

bambu dan atap dari rumbia, Rumah Tn.P tidak bertingkat, dan didalam rumah terdapat

dua kamar. Adapun jumlah orang yang ada di rumah Tn.P tersebut adalah 11 orang, yang

mana 8 orang adalah cucu dari Tn.P dan 2 lagi adalah anak dan menantu dari An.S

sendiri. Tetangga terdekat Tn.P adalah Ny. A yang selalu membantu dikala Tn.P

mengalami kesulitan.

3.1.5.Riwayat Rekreasi

                 Tn.Pmempunyai hobi berjualan, Tn.P hidup dengan rukun bersama anak -

anaknya, Dalam keluarga Tn.P tidak mempunyai kegiatan rekreasi.

3.1.6.Sumber / Sistem pendukung yang di gunakan

            Bila Tn.P sakit, Tn.P berobat ke klinik yang tidak jauh dari tempat tinggal jauh.   

3.1.7.Deskripsi hasil khusus (termasuk kebiasaan waktu tidur)

                 Sebelum tiggal dipanti, Tn,P tidak mempunyai kegiatan atau kebiasaan waktu

tidur. Setelah tinggal dipanti Tn,P tidur malam ± 7 - 8 jam dan siangnya Tn.P

menghabiskan waktunya untuk tidur dikamar dan akan bangun kalau waktu makan saja.

3.1.8.Status kesehatan saat ini

                 Sejak satu tahun lalu Tn.P mengeluh nyeri di daerah kepala dan dada.Tn.

Pmengalami sakit ini sudah satu tahun ini, dulunya Tn.P tidak tahu kenapa dia terus
mengalami pusing dan dadanya terasa sesak, tapi setelah Tn.p berobat di klinik baru

Tn.Ptahu kalau Tn.P sakit hipertensi.Biasanya Tn.P mengonsumsi captopril 12, 5 mg 2x1

dan kalau sakit dadanya kumat Tn.P mengkonsumsi neo napacin tablet 1x dalam sehari.

                 Tn.P tidak pernah di imunisasi, danTn.P tidak ada riwayat alergi, baik alergi

terhadap obat maupun makanan.Tn.P makan 3x sehari dengan ½ porsi, Tn. P mempunyai

berat badan : 50 kg, Tn.P tidak punya masalah dalam mengkonsumsi makanan.

3.1.9. Status kesehatan masa lalu

                 Tn.P tidak mempunyai penyakit pada masa anak - anak, dan tidak pernah di

rawat di rumah sakit. Tetapi Tn.P mengatakan kalau Tn.P pernah mengalami trauma yang

mana waktu usia 18 tahun mata Tn.P terkena batang padi, sehingga menyebabkan Tn.P

tidak bisa melihat sampai sekarang. Dan Tn.P juga mengatakan sewaktu terjadinya

kejadian itu, Tn.P tidak langsung berobat, karena pada waktu itu menurut keteranganTn.P

belum ada layanan kesehatan, jadi mata Tn.P hanya di obati dengan obat kampung saja.

3.1.10. Riwayat keluarga

       Tn.P merupakan anak pertama dari dua bersaudara, tetapi adik Tn.Ptelah

meninggal dunia pada umur 70 tahun dikarenakan penyakit darah tinggi. Dan ayah dari

Tn.P sendiri telah meninggal dunia sewaktu usia Tn.P 13 tahun. Sedangkan ibunya

meninggal karna kelumpuhan di waktu usia Tn.P 35 tahun.

3.1.11. Pemeriksaan Fisik

a.         Vital sign

       TD    :190/100 Mmhg

       RR    :         28 x/i

       Pols   :         84 x/i


       Temp:          36 c

b.        Pemeriksaan lain

   Kepala

Bentuk kepala Tn.P bulat, kulit kepala tidak terlalu bersih, rambut acak - acakan

dengan warna rambut putih, dikepala terdapat ketombe dan bau yang khas.Dan Tn.P

juga mengaku sering mengalami sakit dan gatal pada kulit kepala.

    Mata

Tn.Pmengalami perubahan penglihatan, dikarenakan usia lanjut. Dan mata Tn.P

hanya satu yang bisa melihat.Hal itu dikarenakan adanya trauma yang terjadi pada

Tn.P sehingga mengakibatkan mata kanannya tidak lagi berfungsi.Tn.Ptidak

menggunakan kacamata, sehingga dengan begitu Tn.Ptidak terlalu bisa melihat

dengan baik.

Fungsi penglihatan : terganggu karena adanya kekeruhan lensa pada mata sebelah

kanan dan mata sebelah kirinya tidak bisa melihat dengan baik dikarenakan usia

lanjut.

         Telinga

Pendengaran Tn.Ptidak lagi berfungsi dengan baik, Tn.P tidak bisa mendengar detak

jarum jam, serumen ada dalam batas normal.Di dalam telinga Tn.P tidak ada keluar

cairan maupun peradangan. Dan Tn.P juga tidak menggunakan alat bantu

pendengaran.

Fungsi pendengaran : tidak terlalu baik, karna Tn.P tidak lagi bisa mendengar dengan

baik dikarenakan usia Tn.P yang semakin bertambah.

           Hidung
Tn.P dapat mencium dengan baik.Didalam hidung tidak terdapat polip dan tidak ada

obstruksi didalam hidung.Dan didalam hidung Tn.P juga tidak ditemukan adanya

pendarahan maupun peradangan.

Fungsi Penciuman : baik, karna Tn.P masih bisa mencium dengan baik.

           Mulut

Rongga mulut terlihat kotor kering dan pucat.Gigi Tn.P hanya tinggal 3 batang itu

pun tinggal separuh karena habis keropos, lidah terlihat agak kotor dan pucat.Tn.P

mengalami perubahan suara.Suara sesak, dan Tn.P mengalami kesulitan menelan.

Fungsi pengecapan : terganggu karna Tn.P sulit untuk mengunyah dikarenakan gigi

yang semakin lama semakin habis keropos dan adanya karies pada gigi Tn.P

           Leher

Pada leher Tn.Ptidak dijumpai pembengkakan pada kelenjar tyroid.Nyeri tidak ada,

dan pada leher Tn.P juga tidak ditemukan benjolan.

           Payudara

Ukuran dan bentuk payudara Tn.P normal. Dan tidak ditemukan adanya kelainan

pada payudara Tn.P Dan pada payudara Tn.P juga tidak ditemukan adanya benjolan

dan pembengkakan serta tidak ada keluar cairan dari putting susu.

           Pernapasan

Inspeksi : simetris kedua lapangan paru

Perkusi  : sonor kedua lapangan paru

Palpasi : strem premitus kedua lapangan paru

Auskultasi :vesikuler kedua lapangan paru

           Kardiovaskuler
Tn.P sering mengalami nyeri dan ketidaknyaman pada dada, Tn.P sering mengalami

sesak nafas, dan jika sesak nafasnya kumat Tn.P meminum neo napacin 1x dalam

sehari. Sedangkan didaerah kaki, Tn.P tidak lagi dapat berjalan dengan baik, Tn.P

berjalan bungkuk dan terdapat perubahan warna kaki pada Tn.P

           Gastrointestinal

Tn.P mengalami disfagia dan perubahan kebiasaan pada defekasi.dan Tn.Pjuga

mengatakan kalau dia sering mengalami nyeri pada ulu hati. Tetapi walaupun

Tn.Pmengalami disfagia tetapi Tn.P masih dapat mencerna makanan dengan baik,

walaupun sedikit demi sedikit.

           Musculoskeletal

Tn.Pmengalami kelemahan otot, tetapi walaupun demikian Tn.P tidak mempunyai

masalah dengan cara berjalan. Tn.P masih bisa berjalan sendiri tanpa menggunakan

alat bantu seperti tongkat.

           Sistem saraf pusat

Tn.P mengaku sering mengalami sakit kepala, tetapi Tn.P mengatakan kalau dirinya

belum pernah mengalami kejang dan serangan jantung. Karena semakin

meningkatnya usia maka Tn.P mengalami masalah pada memorinya, sehingga Tn.P

tidak mampu mengingat semua masa lalunya.

           Sistem endokrin

Tn.P mengalami perubahan pada tekstur kulit, turgor kulit lambat kembali jika diberi

respon, dan Tn.P juga menagalami perubahan pada rambut, rambut Tn.P  putih

dengan uban.

           Integument
Tn.P mengaku sering mengalami gatal - gatal pada kulitnya, itu dikarenakan karena

Tn.P tidak sepenuhnya bisa menjaga kebersihan dirinya, sehingga kulitnya sering

mengalami gatal - gatal.

           Psikososial

Tn.P mengatakan cemas akan setiap hari - hari yang dilaluinya, Tn.P juga mengaku

kalau dia sering menangis jika mengingat akan jalan hidupnya. Dan Tn.P juga

mengatakan kalau dia sering mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi.

3.2. Analisa Data

No                      Data            Etiologi      Masalah


1.  Ds : Klien mengatakan
pandangan tidak jelas, Penurunan tajam Penurunan
pandangan berkabut. penglihatan persepsi sensori :
 Do :visus berkurang, penurunan Penglihatan
ketajaman penglihatan, dan
terdapat kekeruhan pada lensa
mata.

2.  Ds : Pasien mengatakan cemas


dan takut. Kurang pengetahuan Ansietas
 Do : Nadi meningkat, tekanan tentang proses penyakit
darah meningkat, wajah tampak
gelisah, wajah murung dan
sering melamun.

3.  Ds : Klien mengatakan tidak bisa


melihat dengan jelas, pandangan
kabur. Penurunan fungsi Gangguan
 Do : Klien tidak dapat banyak penglihatan perawatan diri
bergerak, kondisi tubuh
tidakrapidan tampak acak -
acakan.
4.  Ds : Klien mengatakan pedih di
daerah mata. Luka dimata Nyeri
 Do: Wajah meringis menahan
sakit, klien berusaha memegang
daerah mata

3.3 Diagnosa Keperawatan

1. Penurunan persepsi sensori : Penglihatan b/d penurunan ketajaman penglihatan d/d

visus berkurang, penurunan ketajaman penglihatan, dan terdapat kekeruhan pada

lensa mata

2. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang proses penyakit d/d Nadi meningkat,

tekanan darah meningkat, wajah tampak gelisah, wajah murung dan sering melamun.

3. Gangguan perawatan diri b/d Penurunan fungsi penglihatan d/d Klien tidak dapat

banyak bergerak, kondisi tubuh tidak rapi dan tampak acak - acakan.

4. Nyeri b/d luka dimata d/d Wajah meringis menahan sakit, klien berusaha memegang

daerah mata.

3.4 Catatan Perkembangan

No Tanggal Diagnosa Keperawatan Catatan Perkembangan


           3 Maret 2021 Penurunan persepsi sensori S:   pasien mengatakan
Penglihatan b/d penurunan pandangan masih tak jelas
ketajaman penglihatan d/d O:masih terdapat penurunan
visus berkurang, ketajaman penglihatan dan
penurunan ketajaman visus berkurang
penglihatan, dan terdapat A: masalah belum teratasi
kekeruhan pada lensa P : intervensi dilanjutkan
mata.
I:
- Kaji ketajaman penglihatan
klien
- Identifikasikan alternatif
untuk optimalisasi sumber
rangsangan
- Sesuaikan lingkungan untuk
optimalisasi penglihatan :
- Orientasikan klien terhadap
ruangan
- Letakkan alat yang sering
digunakan di dekat klien
atau pada sisi mata yang
lebih sehat
- Berikan pencahayaan cukup
- Letakkan alat ditempat yang
tetap
- Hindari cahaya yang
menyilaukan
- Anjurkan penggunaan
alternatif rangsang
lingkungan yang dapat
diterima : auditorik, taktil.
E : masalah belum teratasi
R : R/T dilanjutkan
Ansietas b/d kurang
pengetahuan tentang S:pasien mengatakan sedikit
proses penyakit d/d nadi tenang
meningkat, tekanan darah O : pasien sudah  tenang
meningkat, wajah tampak A : masalah sedikit teratasi
gelisah, wajah murung dan P : intervensi dilanjutkan
sering melamun. I:
- Kaji adanya tanda dan gejala
ansietas.
- Gunakan suatu sistem
pendekatan yang tenang dan
meyakinkan klien.
- Jelaskan mengenai penyakit
yang dialami oleh klien, dan
berikan klien dukungan
untuk membangkitkan
semangat hidupnya.
- Jawab pertanyaan yang
diajukan klien secara jujur
dan berikan waktu untuk
klien mengekspresikan
perasaannya.
- Ingatkan pasien untuk
minum obat tepat waktu.
E : masalah sedikit teratasi
Gangguan perawatan diri R : R/T dilanjutkan.
b/d Penurunan fungsi
penglihatan d/d Klien S : klien mengatakan pandangan
tidak dapat banyak masih kabur
bergerak, kondisi tubuh O : klien tidak bisa bergerak
tidak rapi dan tampak acak banyak
- acakan. A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan.
I:
- Terangkan pentingnya
perawatan dan kebersihan
diri pada klien
- Bantu klien untuk memenuhi
kebutuhan perawatan
dirinya, mis : ganti baju, dan
berhias setelah mandi.
- Secara bertahap libatkan
klien dalam memenuhi
kebutuhan diri.
E : masalah belum teratasi
R : intervensi dilakukan
Nyeri b/d luka dimata d/d
Wajah meringis menahan S : pasien mengatakan pedih
sakit, klien berusaha daerah mata
memegang daerah mata. O : pasien meringis menahan
sakit
A : masalah sedikit teratasi
P : intervensi dilanjutkan
I:
- Kaji skala nyeri setiap hari
- Anjurkan untuk melaporkan
perkembangan nyeri setiap
hari atau segera saat terjadi
peningkatan nyeri mendadak
- Anjurkan klien untuk tidak
melakukan gerakan tiba -
tiba yang dapat
memprovokasi nyeri
- Ajarkan teknik distraksi dan
relaksasi kepada klien
- Lakukan tindakan
kolaboratif untuk pemberian
analgesic topical/sistemik.
E : masalah sedikit teratasi
R : intervensi dilanjutkan

           4 Maret 2021 Penurunan persepsi sensori S:   pasien mengatakan


Penglihatan b/d penurunan pandangan masih tak jelas
ketajaman penglihatan d/d O:masih terdapat penurunan
visus berkurang, ketajaman penglihatan dan
penurunan ketajaman visus berkurang
penglihatan, dan terdapat A : masalah belum teratasi
kekeruhan pada lensa P : intervensi dilanjutkan
mata. I:
- Kaji ketajaman penglihatan
klien
- Identifikasikan alternatif
untuk optimalisasi sumber
rangsangan
- Sesuaikan lingkungan untuk
optimalisasi penglihatan :
- Orientasikan klien terhadap
ruangan
- Letakkan alat yang sering
digunakan di dekat klien
atau pada sisi mata yang
lebih sehat
- Berikan pencahayaan cukup
- Letakkan alat ditempat yang
tetap
- Hindari cahaya yang
menyilaukan
- Anjurkan penggunaan
alternatif rangsang
lingkungan yang dapat
diterima : auditorik, taktil.
E : masalah belum teratasi
R : R/T dilanjutkan

Ansietas b/d kurang


pengetahuan tentang S : pasien mengatakan sedikit
proses penyakit d/d nadi tenang
meningkat, tekanan darah O : pasien sudah  tenang
meningkat, wajah tampak A : masalah sedikit teratasi
gelisah, wajah murung dan P : intervensi dilanjutkan
sering melamun. I:
- Kaji adanya tanda dan gejala
ansietas.
- Gunakan suatu sistem
pendekatan yang tenang dan
meyakinkan klien.
- Jelaskan mengenai penyakit
yang dialami oleh klien, dan
berikan klien dukungan
untuk membangkitkan
semangat hidupnya.
- Jawab pertanyaan yang
diajukan klien secara jujur
dan berikan waktu untuk
klien mengekspresikan
perasaannya.
- Ingatkan pasien untuk
minum obat tepat waktu.
E : masalah sedikit teratasi
Gangguan perawatan diri R : R/T dilanjutkan.
b/d Penurunan fungsi
penglihatan d/d Klien S : klien mengatakan pandangan
tidak dapat banyak masih kabur
bergerak, kondisi tubuh O : klien tidak bisa bergerak
tidak rapi dan tampak acak banyak
- acakan. A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan.
I:
- Terangkan pentingnya
perawatan dan kebersihan
diri pada klien
- Bantu klien untuk memenuhi
kebutuhan perawatan
dirinya, mis : ganti baju, dan
berhias setelah mandi.
- Secara bertahap libatkan
klien dalam memenuhi
kebutuhan diri.
E : masalah belum teratasi
R : intervensi dilakukan

Nyeri b/d luka dimata d/d


Wajah meringis menahan S : pasien mengatakan pedih
sakit, klien berusaha daerah mata
memegang daerah mata. O : pasien meringis menahan
sakit
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan.
I:
- Kaji skala nyeri setiap hari
- Anjurkan untuk melaporkan
perkembangan nyeri setiap
hari atau segera saat terjadi
peningkatan nyeri mendadak
- Anjurkan klien untuk tidak
melakukan gerakan tiba -
tiba yang dapat
memprovokasi nyeri
- Ajarkan teknik distraksi dan
relaksasi kepada klien
- Lakukan tindakan
kolaboratif untuk pemberian
analgesic topical/sistemik.
E : masalah sedikit teratasi
R : intervensi dilanjutkan
BAB 5
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

            Berdasarkan hasil pengamatan penulis dalam melakukan “Asuhan Keperawatan

pada Tn.P dengan Ganguan Sistem Penglihatan Katarak Di Wisma Matahari UPT

Pelayananan sosial Lanjut Usia dan Balita Wilayah Binjai - Medan, maka penulis dapat

mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengkajian

Selama dalam tahap pengkajian, penulis tidak mengalami kesulitan dan hambatan

dalam pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan oleh penulis. Hal ini

dikarenakan adanya kerjasama yang baik dari klien, orang terdekat dan tim medis

lainnya.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang jelas tentang masalah

kesehatan pasien yang di sertai dengan tindakan keperawatan.dalam tinjauan teoritis

penulis menemukan 4 diagnosa keperawatan, sedangkan dalam tinjauan kasus penulis

hanya mengangkat 4 diagnosa keperawatan.Karena selama tahap pengkajian penulis

tidak menemukan semua persamaan antara diagnosa dari tinjauan kasus dengan

tinjauan teoritis.Karena itu tidak dialami sepenuhnya oleh pasien yang di kaji oleh

penulis.

3. Intervensi

Pada tahap intervensi penulis menetapkan beberapa rencana tindakan yang sesuai

dengan masalah - masalah yang dihadapi oleh pasien. Dalam melakukan  perencanaan

ini penulis  tidak  menemukan hambatan dan kesulitan dikarenakan semua rencana
tindakan dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang telah disesuaikan. Dan

perencanaan ini dibuat berdasarkan keadaan dan kondisi pasien.

4. Implementasi

Setelah menyusun beberapa rencana keperawatan kemudian penulis melanjutkan

kepada tindakan dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang disesuaikan dengan

perencanaan yang berarti.Karena rencana tindakan yang dibuat dapat dilaksanakan

sesuai dengan perencanaan. Hal ini dapat terlaksana dengan baik dikarenakan adanya

kerjasama yang baik antara perawat, orang terdekat klien, dan tim medis lainnya. Di

samping itu juga didukung oleh sarana dan prasarana yang ada di UPT Pelayanan

Sosial Lanjut Usia dan Balita Wilayah Binjai - Medan.

5. Evaluasi

Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Dalam tahap ini

penulis mendapatkan hasil dari pengamatan masalah pasien dan mendapat respon dari

orang - orang disekitar pasien.Pasien terhadap tindakan keperawatan yang di

berikan.Meskipun tidak semua masalah dapat teratasi namun asuhan keperawatan

yang diberikan telah banyak membantu dalam mengatasi masalah pasien.

5.2.   Saran

1. Kepada pasien dianjurkan untuk tetap mempertahankan kebersihan dirinya. Dan

kepada penanggung jawab panti jompo khususnya di wisma sakura disarankan untuk

terus memperhatikan kondisi klien baik itu pola makannya, pola istirahatnya, dan

sebagainya.
2. Kepada perawat  yang ada di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Balita Wilayah

Binjai - Medan. Disarankan untuk lebih teliti dan lebih memperhatikan kondisi

pasien. Serta selalu memantau kondisi pasien. Terutama dalam

Anda mungkin juga menyukai