Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

DENGAN "FIMOSIS"
DEFINISI

• Phimosis adalah keadaan preputium merekat pada


bagian kepala penis (glans)/ preputium penis yg
tidak dapat diretraksi (ditarik) keproksimal sampai
kekoronaglandis.
• Fimosis mrpkn suatu keadaan normal yg sering
ditemukan pd bayi baru lahir, krn terdapat adesi alamiah
antara preputium dg glans penis.

• Hingga usia 3-4 th penis tumbuh & berkembang, dan


debris yg dihasilkan oleh epitel preputium (smegma)
mengumpul di dlm preputium & perlahan-lahan
memisahkan preputium dari glans penis.

• Ereksi penis yg tjd secara berkala membuat preputium


terdilatasi perlahan-lahan shg preputium mjd retraktil &
dapat ditarik ke proksimal.
• Pada saat usia 3 -4 tahun, 90% preputium
sudah dapat diretraksi.

• Pada pria yg lebih tua, fimosis bisa tjd


akibat iritasi menahun.
ETIOLOGI
1. Konginetal (fimosis fisiologis)
Fimosis kongenital timbul sejak lahir

2. Fimosis didapat (fimosis patologik/ true phimosis).


disebabkan :
- personal hygiene alat kelamin yg buruk,
- peradangan pd glans penis(balanitis) & peradangan pd
preputium (postitis ), keduanya balanopostitis
E. MANIFESTASI KLINIS

• Preputium tidak bisa ditarik ke arah pangkal


• Balloning: kulit preputium mengembang saat berkemih
karena desakan pancaran ari seni yg tidak diimbangi
besarnya lubang di ujung praputium.
• Sakit saat berkemih (Biasanya bayi menangis/ mengejan
saat BAK ).
• Sulit kencing
• Pancaran kencing sedikit, kadang-kadang menetes
• Bisa juga disertai demam.
• Iritasi pada penis
Meuli dkk, menilai keparahan phimosis dalam 4
derajat :
• derajat I : preputium sepenuhnya dpt
diretraksi, dg cincin stenotik pd shaft penis
• derajat II : preputium dpt diretraksi sebagian
dg eksposure parsial pd glans
• derajat III : preputium dpt di retraksi sebagian
dg eksposure pd meatus saja
• derajat IV : preputium tidak dapat diretraksi
sama sekali.
I. KOMPLIKASI

• Pada kasus yg berat dpt menimbulkan retensi


urin.
• Balanitis, postitis, balanopostitis
• ISK
• Kanker penis.
• Parafimosis.
Parafimosis
• Retraksi prepusium ke proksimal secara berlebihan
• Tidak dapat dikembalikan ke depan batang penis
• Menjepit penis (jeratan)
• Mengganggu aliran balik vena superfisial
• Bendungan aliran darah
• Edema dan nyeri
• Jika dibiarkan lama dapat terjadi nekrosis glands penis
Penatalaksanaan

• Tidak dianjurkan melakukan dilatasi /retraksi yg dipaksakan


pd fimosis, krn menimbulkan luka & terbentuk sikatriks pd
ujung prepusium sbg fimosis sekunder.
• Fimosis yg disertai balanitis dapat diberikan salep
Deksametasone 0,1% yg dioleskan 3 atau 4 kali. Diharapkan
setelah pemberian selama 6 minggu, preputium dapat
diretraksi spontan.
• Fimosis yg menimbulkan keluhan miksi,
balloning atau fimosis yg disertai dg infeksi
mrpkn indikasi untuk dilakukan sirkumsisi.

• Pd balanitis / postitis harus diberi antibiotika


dahulu sblm sirkumsisi.
Prinsip Terapi dan Manajemen Keperawatan
1. Perawatan Rutin
2. Kebersihan penis : Penis harus dibasuh secara
seksama dan bayi tidak boleh ditinggalkan
berbaring dengan popok basah untuk waktu yg
lama. Tidak mencuci penis dg banyak sabun.
3. Phimosis dapat diterapi dg membuat celah dorsal
utk mengurangi obstruksi thd aliran keluar.
4. Sirkumsisi
Pada pembedahan ini, kelebihan kulup diangkat.
Digunakan jahitan catgut utk mempertemukan
kulit dg mukosa & mengikat pembuluh darah.
Cara sirkumsisi
5. Perawatan Pasca Bedah
Personal hygiene
Observasi adanya perdarahan, tanda2 infeksi
Pembalut diangkat jika basah dg urin
Popok sering diganti.
Diet tinggi protein

Nyeri pada saat berkemih  adanya peradangan , retensi


urin.
Ulserasi meatus dpt menimbulkan stenosis meatus. 
Diterapi dg meatotomi dan dilatasi
PENGKAJIAN
1. Fisik
a. Pemeriksaan genetalia
b. Palpasi abdomen untuk melihat distensi vesika
urinaria atau pembesaran pada ginjal
c. Kaji fungsi perkemihan
d. Adanya lekukan pada ujung penis
e. Melengkungnya penis ke bawah dg / tanpa
ereksi
f.Terbukanya uretra pada ventral
g. Pengkajian setelah pembedahan : pembengkakan
penis, perdarahan, dysuria, drinage.
Lanjutan…..

• Mental
–Sikap pasien sewaktu di periksa
–Sikap pasien dengan adanya rencana
pembedahan
–Tingkat kecemasan
–Tingkat pengetahuan keluarga dan
pasien
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Nyeri berkemih b/d terjadinya penyempitan
preputium
• Risiko tinggi infeksi b/d penyempitan lubang
preputium
• Kurangnya pengetahuan orang tua b/d
prosedur pembedahan dan perawatan
setelah operasi
• Gangguan eliminasi urin b/d retensi urin
• kecemasan b/d penis yang abnormal
Diagnosa I
• Nyeri pada saat berkemih b/d terjadinya
penyempitan preputium

Tujuan
• Setelah di lakukan tindakan selama 2x24 jam
nyeri berkurang/ hilang
Intervensi
• Observasi skala nyeri & pengalaman nyeri pada anak
• Minta anak untuk menunjukkan area yang sakit
Jelaskan penyebab nyeri
Tingkatkan rasa aman dan nyaman
Pantau TTV
• Bantu anak mengatasi nyeri (distraksi, relaksasi)
a.Katakan pada anak kapan prosedur yg menyakitkan
akan segera berakhir
b.Gendong anak kecil untuk menunjukkan prosedur telah
selesai
Kolaborasi dg tim medis
KASUS
• An. A berumur 3 tahun dibawa ke klinik Bina sehat
pada tanggal 2 Maret 2017. Ibu An. A mengatakan
anaknya selalu menangis jika akan kencing karena
nyeri akibat air kencing yang sulit keluar. Ibu An.A
juga mengatakan bahwa An.A demam sejak 2 hari
yang lalu. Pengkajian: Wajah pucat ,anak terlihat
lemas, gelisah, preputium tidak bisa ditarik ke
belakang, ada edema pada area kemaluan dan
tampak kemerahan . Pemeriksaan Fisik: BB : 15 kg,
TB :120cm, TD: 80/50 mmHg, N: 90x/menit, RR:
24x/menit, S: 38,5 C. leukosit meningkat.
• Keluhan Utama
nyeri saat mau kencing.
Diagnosa Keperawatan.
1. Nyeri Akut b/d kesulitan berkemih krn
penyempitan preputium.
2. Gangguan Eliminasi Urine b/d Obstruksi
Anatomik
3. Hipertermi b/d peradangan/infeksi
4. Infeksi b/d Pertahanan tubuh Primer yang Tidak
Adekuat (destruksi jaringan)

Anda mungkin juga menyukai