Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI PADA Tn. F DENGAN FIMOSIS


DI RUANG IBS RSUD BENDAN PEKALONGAN

Nama : Apriyani Dealova


Nim : 190106020

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(……………………………………..) (Alif Achmad F, S.Tr.Kep)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fimosis adalah suatu keadaan dimana prepusium tidak bisa ditarik ke
belakang, bisa dikarenakan keadaan sejak lahir atau karena patologi. Pada
usia bayi gland penis dan prepusium terjadi adesi sehingga lengket jika
terdapat luka pada bagian ini maka akan terjadi perlengketan dan terjadi.
Phimosis biasanya pada bayi itu adalah hal yang wajar karena keadaan
tersebut akan kembali seperti normal dengan bertambahnya umur dan
produksi hormon.
Beberapa penelitian mengatakan kejadian fimosis saat lahir hanya
4% bayi yang preputiumnya sudah bisa ditarik mundur sepenuhnya sehingga
kepala penis terlihat utuh. Selanjutnya secara perlahan terjadi desquamasi
sehingga perlekatan itu berkurang. Sampai umur 1 tahun, masih 50% yang
belum bisa ditarik penuh. Berturut-turut 30% pada usia 2 tahun, 10% pada
usia 4-5 tahun, 5% pada umur 10 tahun, dan masih ada 1% yang bertahan
hingga umur 16-17 tahun. Dari kelompok terakhir ini ada sebagian kecil yang
bertahan secara persisten sampai dewasa bila tidak ditangani.
Bila fimosis menghambat kelancaran berkemih seperti pada
ballooning maka sisa-sisa urin mudah terjebak pada bagian dalam preputium
dan lembah tersebut kandungan glukosa pada urine menjadi ladang subur
bagi pertumbuhan bakteri, maka berakibat terjadi infeksi saluran kemih.
Berdasarkan data diatas, kami selaku penulis merasa tertarik untuk
membahas lebih lanjut tentang Fhimosis dan bagaimana asuhan keperawatan
pada anak dengan penyakit Fhimosis
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada
anak yang menderita penyakit fimosis.
1.2.2 Tujuan Instruksional Khusus
1. Mengetahui asuhan pada penyakit fimosis
2. Mengetahui pengertian pada penyakit fimosis
3. Mengetahui etiologi, tanda dan gejala, tindakan/
penatalaksanaan yang tepat untuk mengatasi fimosis, serta angka
kejadian terjadinya fimosis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Dasar Medis


1.1 Definisi

Fimosis adalah suatu penyempitan lubang kulit preputium,


sehingga tidak dapat ditarik (diretraksi) ke atas glans penis.
Fimosis adalah suatu keadaan dimana kulit penis (prepusium)
melekat pada bagian glans penis dan mengakibatkan tersumbatnya
lubang saluran ais seni sehingga bayi kesulitan dan kesakitan saat
berkemih.
Fimosis adalah keadaan di mana kulit penis (preputium) melekat
pada bagian kepala penis (glans) dan mengakibatkan tersumbatnya
lubang saluran air seni, sehingga bayi dan anak jadi kesulitan dan
kesakitan saat kencing.

1.2 Etiologi
Fimosis penyebabnya tidak dapat diidentifikasi, tetapi ada
beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya fimosis
diantaranya:
1.2.1 Kongenital
1.2.2 Inflamasi/peradangan
1.2.3 Oedema
1.3 Patofisiologi
Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir karena terdapat
adesi alamiah antara prepusium dengan glans penis. Hingga usia 3-4
tahun penis tumbuh dan berkembang dan debris yang dihasilkan oleh
epitel prepusium (smegma) mengumpul didalam prepusium dan
perlahan-lahan memisahkan prepusium dari glans penis. Ereksi penis
yang terjadi secara berkala membuat prepusium terdilatasi perlahan-
lahan sehingga prepusium menjadi retraktil dan dapat ditarik ke
proksimal. Pada usia 3 tahun, 90 % prepusium sudah dapat diretraksi.
Tapi pada sebagian anak, prepusium tetap lengket pada glans penis,
sehingga ujung preputium mengalami penyempitan dan akhirnya dapat
mengganggu fungsi miksi / berkemih. Smegma terjadi dari sel-sel
mukosa prepusium dan glans penis yang mengalami deskuamasi oleh
bakteri yang ada didalamnya.

1.4 Manifestasi Klinik


1.4.1 Penis membesar dan menggelembung akibat tumpukan urin
1.4.2 Kadang-kadang keluhan dapat berupa ujung kemaluan
menggembung saat mulai miksi yang kemudian menghilang
setelah berkemih. Hal tersebut disebabkan oleh karena urin yang
keluar terlebih dahulu tertahan dalam ruangan yang dibatasi oleh
kulit pada ujung penis sebelum keluar melalui muaranya yang
sempit.
1.4.3 Biasanya bayi menangis dan mengejan saat BAK karena timbul
rasa sakit.
1.4.4 Kulit penis tak bisa ditarik ke arah pangkal ketika akan
dibersihkan
1.4.5 Air seni keluar tidak lancar. Kadang-kadang menetes dan kadang-
kadang memancar dengan arah yang tidak dapat diduga
1.4.6 Bisa juga disertai demam
1.4.7 Iritasi pada penis.
1.5 Pemeriksaan Penunjang
Sampai saat ini tidak ada pemeriksaa penunjang untuk fimosis.

1.6 Penatalaksanaan
Ada tiga cara untuk mengatasi fimosis yaitu:
1.6.1 Sunat
Banyak dokter yang menyarankan sunat untuk
menghilangkan masalah fimosis secara permanen. Rekomendasi
ini diberikan terutama bila fimosis menimbulkan kesulitan
buang air kecil atau peradangan di kepala penis (balanitis).
Sunat dapat dilakukan dengan anestesi umum ataupun local.
Obat Terapi obat dapat diberikan dengan salep yang
meningkatkan elastisitas kulup. Pemberian salep kortikoid (0,05-
0,1%) dua kali sehari selama 20-30 hari, harus dilakukan secara
teratur dalam jangka waktu tertentu agar efektif. c. Peregangan
Terapi peregangan dilakukan dengan peregangan bertahap kulup
yang dilakukan setelah mandi air hangat selama lima sampai
sepuluh menit setiap hari. Peregangan ini harus dilakukan
dengan hati-hati untuk menghindari luka yang menyebabkan
pembentukan parut.
1.6.2 Tidak menarik prepusium ke belakang secara paksa karena bisa
menyebabkan infeksi.
1.6.3 Menjaga personal hygiene terutama penis dan tidak mencuci
penis dengan banyak sabun. Melakukan sirkumsisi (khitan),
sebaiknya sirkumsisi dilakukan sebelum bayi berumur 7 tahun.

1.7 Komplikasi
1.7.1 Infeksi gland penis
1.7.2 Infeksi prepusium
1.7.3 Ketidaknyamanan/nyeri saat berkemih
1.7.4 Akumulasi sekret dan smegma di bawah preputium yang
kemudian terkena infeksi sekunder dan akhirnya terbentuk
jaringan parut.
1.7.5 Pada kasus yang berat dapat menimbulkan retensi urin.
1.7.6 Penarikan preputium secara paksa dapat berakibat kontriksi
dengan rasa nyeri dan pembengkakan glans penis yang disebut
parafimosis.
1.7.7 Pembengkakan/radang pada ujung kemaluan yang disebut
ballonitis.
1.7.8 Timbul infeksi pada saluran air seni (ureter) kiri dan kanan,
kemudian menimbulkan kerusakan pada ginjal.
1.7.9 Fimosis merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker
penis.

1.8 Pencegahan
1.8.1 Mengajak anak untuk membersihkan penisnya dengan baik
1.8.2 Pada saat pembersihan agar menarik kearah dalam kulit penis dan
bersihkan bagian yang tertutup prepusium
PATHWAY

Kongenital, peradangan,oedema

Tidak terjadi pemisahan 2 lapisan kulit

Prepusium tidak dapat diretraksi dari glans


penis

Pre operasi Post operasi

Gangguan Kurang Nyeri akut luka perdarahan


aliran urine pengetahuan

Resiko Kekurangan
infeksi volume cairan
Gangguan Ansietas
eliminasi urine
2. Konsep Dasar Keperawatan
2.1 Pengkajian
1. Tanyakan biodata klien.
2. Kaji keadaan umum klien.
3. Kaji penyebab fimosis, termasuk kongenital atau peradangan.
4. Dapatkan riwayat kesehatan sekarang untuk melihat adanya:
a) Kaji pola eliminasi
BAK:
1) Frekuensi : Jarang karena adanya retensi.
2) Jumlah : Menurun.
3) Intensitas : Adanya nyeri saat BAK.
b) Kaji kebersihan genital: adanya bercak putih.
c) Kaji perdarahan
d) Kaji tanda-tanda infeksi yang mungkin ada
5. Obsevasi adanya manifestasi:
a) Gangguan aliran urine berupa sulit BAK, pancaran urine
mengecil dan deras.
b) Menggelembungnya ujung prepusium penis saat miksi,
c) Adanya inflamasi.
6. Kaji mekanisme koping pasien dan keluarga
7. Kaji pasien saat pra dan post operasi

2.2 Diagnosa Keperawatan


Pre Operasi
1. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan infeksi saluran
urinaria,obstruksi anatomi
2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif.
Post Operasi
1. Nyeri akut berhubungan nengan agen cedera fisik.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume
cairan aktif.

2.3 Intervensi Keperawatan


Pre Operasi
No Diagnosa NOC NIC

1 Gangguan eliminasi Setelah dilakukan 1) Monitor intake


urine berhubungan tindakan keperawatan dan out put.
dengan infeksi selama … x 24 jam 2) Monitor distensi
saluran urinaria, diharapkan eliminasi kandung kemih
obstruksi anatomi urine lancar dengan dengan palpasi
kriteria Hasil : dan perkusi.
• Mengatakan keinginan 3) Sediakan perlak
untuk BAK. dikasur.
• Menentukan pola 4) Gunakan
BAK. kekuatan dari
• Bebas dari kebocoran keinginan untuk
urine sebelum BAK. BAK ditoilet.
• Mampu memulai dan 5) Jaga privasi
mengakhiri aliran untuk eliminasi.
BAK. 6) Berikan waktu
berkemih dengan
interval reguler,
jika diperlukan.

2 Ansietas Setelah dilakukan 1) Ciptakan suasana


berhubungan dengan tindakan keperawatan yang tenang.
krisis situasional. selama … x 24 jam 2) Dengarkan
diharapkan kecemasan dengan penuh
pasien berkurang dengan perhatian.
kriteria Hasil : 3) Kuatkan
▪ Tingkat kecemasan kebiasaan yang
dalam batas normal. mendukung.
▪ Mengetahui 4) Ciptakan
penyebab cemas. hubungan saling
▪ Mengetahui percaya dengan
stimulus yang klien dan
menyebabkan keluarga.
cemas. 5) Identifikasi
▪ Tidur adekuat. perubahan tingkat
kecemasan
6) Temani pasien.
7) Gunakan
pendekatan dan
sentuhan.
8) Jelaskan seluruh
prosedur tindakan
pada klien.

3 Kurang pengetahuan Setelah dilakukan 1) Observasi


berhubungan dengan tindakan keperawatan kesiapan klien
keterbatasan kognitif selama … x 24 jam untuk
diharapkan keluarga dan mendengar.
pasien mengerti akan 2) Tentukan tingkat
tindakan yang akan pengetahuan
dilakukan dengan klien
kriteria hasil : sebelumnya.
▪ Familiar dengan 3) Jelaskan proses
penyakit. penyakit.
▪ Mendeskripsikan 4) Diskusikan gaya
proses penyakit. hidup yang bisa
▪ Mendeskripsikan untuk mencegah
efek penyakit. komplikasi.
▪ Mendeskripsikan 5) Diskusikan
komplikasi. tentang pilihan
terapi.
6) Hindarkan
harapan kosong.
7) Instruksikan pada
klien dan
keluarga tentang
tanda dan gejala
untuk
melaporkan pada
pemberi
perawatan
kesehatan dengan
cara yang tepat.

Post operasi
No Diagnosa NOC NIC

1 Nyeri akut Setelah dilakukan 1) Kaji nyeri secara


berhubungan nengan tindakan keperawatan komprehensif.
agen cedera fisik selama … x 24 jam 2) Observasi isyarat-
diharapkan nyeri isyarat non verbal
berkurang dengan dari
kriteria hasil : ketidaknyamanan
• Mengenali faktor 3) Gunakan
penyebab. komunikasi
terapeutik.
• Menggunakan 4) Kaji latar belakang
metode budaya pasien.
pencegahan. 5) Beri dukungan
• Mengenali terhadap pasien dan
gejala-gejala keluarga.
nyeri. 6) Beri informasi
• Menggunakan tentang nyeri.
analgetik sesuai 7) Tingkatkan tidur
kebutuhan yang cukup.
8) Berikan analgetik
sesuai kebutuhan.

2 Resiko infeksi Setelah dilakukan 1) Bersihkan


berhubungan dengan tindakan keperawatan lingkungan
prosedur invasif selama … x 24 jam setelah dipakai
diharapkan resiko pasien lain.
infeksi tidak terjadi 2) Batasi jumlah
dengan kriteria hasil : pengunjung.
▪ Klien bebas dari 3) Tingkatkan
tanda dan gejala intake nutrisi.
infeksi. 4) Berikan terapi
▪ Menunjukan antibiotik.
perilaku hidup 5) Pertahankan
normal. lingkungan
▪ Menunjukan aseptic selama
kemampuan untuk pemasangan alat
mencegah
timbulnya infeksi.
3 Kekurangan volume Setelah dilakukan 1) Timbang popok
cairan berhubungan tindakan keperawatan jika diperlukan.
dengan kehilangan selama 3x24 jam 2) Pertahankan cairan
volume cairan aktif diharapkan cairan intake dan output
terpenuhi dengan yang akurat.
kriteria hasil : 3) Monitor status
▪ Mempertahankan hidrasi.
urine output sesuai 4) Monitor TTV.
dengan usia dan 5) Dorong keluarga
berat badan. untuk membantu
▪ Tekanan darah, pasien makan.
nadi, suhu tubuh 6) Kolaborasi dengan
dalam batas normal. dokter jika tanda
▪ Tidak ada tanda- cairan berlebih
tanda dehidrasi. muncul memburuk.
DAFTAR PUSTAKA

• Behirman, Richard E. 1992. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Jakarata:EGC


• Catzel, Picus. 1990. Kapita Selekta Pediatric. Edisi 11. Jakarta:EGC
• Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta:EGC
• Nur, M.F. 1993. Catatan Kuliah Bedah Anak. Jakarta:EGC
• Purnomo, Basuki B. 2000. Dasar-Dasar Urologi. Jakarta:CV.Info Medika
• Robbins, dkk. 1999. Buku Saku Dasar Patologi Penyakit. Edisi 5. Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai