Mengetahui,
1.2 Etiologi
Fimosis penyebabnya tidak dapat diidentifikasi, tetapi ada
beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya fimosis
diantaranya:
1.2.1 Kongenital
1.2.2 Inflamasi/peradangan
1.2.3 Oedema
1.3 Patofisiologi
Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir karena terdapat
adesi alamiah antara prepusium dengan glans penis. Hingga usia 3-4
tahun penis tumbuh dan berkembang dan debris yang dihasilkan oleh
epitel prepusium (smegma) mengumpul didalam prepusium dan
perlahan-lahan memisahkan prepusium dari glans penis. Ereksi penis
yang terjadi secara berkala membuat prepusium terdilatasi perlahan-
lahan sehingga prepusium menjadi retraktil dan dapat ditarik ke
proksimal. Pada usia 3 tahun, 90 % prepusium sudah dapat diretraksi.
Tapi pada sebagian anak, prepusium tetap lengket pada glans penis,
sehingga ujung preputium mengalami penyempitan dan akhirnya dapat
mengganggu fungsi miksi / berkemih. Smegma terjadi dari sel-sel
mukosa prepusium dan glans penis yang mengalami deskuamasi oleh
bakteri yang ada didalamnya.
1.6 Penatalaksanaan
Ada tiga cara untuk mengatasi fimosis yaitu:
1.6.1 Sunat
Banyak dokter yang menyarankan sunat untuk
menghilangkan masalah fimosis secara permanen. Rekomendasi
ini diberikan terutama bila fimosis menimbulkan kesulitan
buang air kecil atau peradangan di kepala penis (balanitis).
Sunat dapat dilakukan dengan anestesi umum ataupun local.
Obat Terapi obat dapat diberikan dengan salep yang
meningkatkan elastisitas kulup. Pemberian salep kortikoid (0,05-
0,1%) dua kali sehari selama 20-30 hari, harus dilakukan secara
teratur dalam jangka waktu tertentu agar efektif. c. Peregangan
Terapi peregangan dilakukan dengan peregangan bertahap kulup
yang dilakukan setelah mandi air hangat selama lima sampai
sepuluh menit setiap hari. Peregangan ini harus dilakukan
dengan hati-hati untuk menghindari luka yang menyebabkan
pembentukan parut.
1.6.2 Tidak menarik prepusium ke belakang secara paksa karena bisa
menyebabkan infeksi.
1.6.3 Menjaga personal hygiene terutama penis dan tidak mencuci
penis dengan banyak sabun. Melakukan sirkumsisi (khitan),
sebaiknya sirkumsisi dilakukan sebelum bayi berumur 7 tahun.
1.7 Komplikasi
1.7.1 Infeksi gland penis
1.7.2 Infeksi prepusium
1.7.3 Ketidaknyamanan/nyeri saat berkemih
1.7.4 Akumulasi sekret dan smegma di bawah preputium yang
kemudian terkena infeksi sekunder dan akhirnya terbentuk
jaringan parut.
1.7.5 Pada kasus yang berat dapat menimbulkan retensi urin.
1.7.6 Penarikan preputium secara paksa dapat berakibat kontriksi
dengan rasa nyeri dan pembengkakan glans penis yang disebut
parafimosis.
1.7.7 Pembengkakan/radang pada ujung kemaluan yang disebut
ballonitis.
1.7.8 Timbul infeksi pada saluran air seni (ureter) kiri dan kanan,
kemudian menimbulkan kerusakan pada ginjal.
1.7.9 Fimosis merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker
penis.
1.8 Pencegahan
1.8.1 Mengajak anak untuk membersihkan penisnya dengan baik
1.8.2 Pada saat pembersihan agar menarik kearah dalam kulit penis dan
bersihkan bagian yang tertutup prepusium
PATHWAY
Kongenital, peradangan,oedema
Resiko Kekurangan
infeksi volume cairan
Gangguan Ansietas
eliminasi urine
2. Konsep Dasar Keperawatan
2.1 Pengkajian
1. Tanyakan biodata klien.
2. Kaji keadaan umum klien.
3. Kaji penyebab fimosis, termasuk kongenital atau peradangan.
4. Dapatkan riwayat kesehatan sekarang untuk melihat adanya:
a) Kaji pola eliminasi
BAK:
1) Frekuensi : Jarang karena adanya retensi.
2) Jumlah : Menurun.
3) Intensitas : Adanya nyeri saat BAK.
b) Kaji kebersihan genital: adanya bercak putih.
c) Kaji perdarahan
d) Kaji tanda-tanda infeksi yang mungkin ada
5. Obsevasi adanya manifestasi:
a) Gangguan aliran urine berupa sulit BAK, pancaran urine
mengecil dan deras.
b) Menggelembungnya ujung prepusium penis saat miksi,
c) Adanya inflamasi.
6. Kaji mekanisme koping pasien dan keluarga
7. Kaji pasien saat pra dan post operasi
Post operasi
No Diagnosa NOC NIC