Anda di halaman 1dari 12

B.

Tujuan
Tujuan Umum:
Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana asuhan kebidanan pada anak yang menderita
penyakit fimosis.
Tujuan Khusus
1. Mengetahui asuhan pada penyakit fimosis
2. Mengetahui pengertian pada penyakit fimosis
3. Mengetahui etiologi, tanda dan gejala, tindakan/ penatalaksanaan yang tepat untuk mengatasi
fimosis, serta angka kejadian terjadinya fimosis.

C. Rumusan Masalah
Dari latar belakang dan tujuan di atas maka kami dapat merumuskan masalah dari
penulisan makalah ini yaitu:
1. Apakah pengertian dari Fimosis?
2. Apa tanda dan gejala dari fimosis?
3. Apa penyebab terjadinya fimosis?
4. Bagaimana penatalaksanaan dari fimosis?
5. Berapa besar angka kejadian yang terjadi pada bayi yang terkena fimosis?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi
Fimosis adalah keadaan dimana kulit penis (Preupitium) melekat pada bagian kepala
(Grans) dan mengakibatkan tersumbatnya lubang saluran air seni, sehingga bayi dan anak
jadi kesulitan dan kesakitan saat kencing. (Andi Maryam [et]:91)
Fimosisi adalah kelainan bawaan dimana terdapat penyempitan prepusium pada bayi
laki-laki. (Vivian Nanny Lia Dewi:121)
Fimosis adalah keadaan dimana preupitium melekat pada bagian glans dan tidak
mampu diretrasi sehingga mengakibatkan tersumbatnya lubang saluran kencing, sehingga
bayi dan anak jadi kesulitan dan kesakitan saat kencing. (Dwi Maryanti[et]:151)
Fimosis merupakan pengerutan dan penciutan kulit depan penis atau suatu keadaan
normal yang sering di temukan pada bayi baru lahir atau anak kecil dan biasanya pada masa
pubertas akan menghilang dengan sendirinya. (www.medicastore.com)

Fimosisi adalah salah satu gangguan yang timbul pada organ kelamin pria, yang
dimaksud dengan fimosis adalah keadaan dimana kulit penis (Preupitium) melekat pada
bagian kepala (Grans) dan mengakibatkan tersumbatnya lubang saluran air seni, sehingga
bayi dan anak jadi kesulitan dan kesakitan saat kencing, kondisi ini memicu timbulnya infeksi
pada penis (balantis). Jika keadaan ini di biarkan dimana muara saluran kencing di ujung
penis tersumbat maka dokter menganjurkan untuk disunnat, tindakan ini dilakukan dengan
membuka dan memotong kulit penis agar ujungnya terbuka. (Patologis, Dr.Sutisna
Himawan,1996)
Fimosis adalah penyempitan pada prepusium. Kelainan menyebabkan bayi / anak
sukar berkemih. Kadang-kadang begitu suka sehingga kulit prepusium menggelembung
seperti balon. Bayi / anak sering menangis sebelum urine keluar.
Fimosis (phimosis) merupakan kondisi dimana kulit yang melingkupi kepala penis
(glans penis) tidak bisa ditarik ke belakang untuk membuka seluruh bagian kepala penis
(kulup, prepuce, preputium, foreskin,) Preputium terdiri dari dua lapis, bagian dalam dan luar,
sehingga dapat ditarik ke depan dan belakang pada batang penis. Pada fimosis, lapis bagian
dalam preputium melekat pada glans penis. Kadangkala perlekatan cukup luas sehingga
hanya bagian lubang untuk berkemih (meatus urethra externus) yang terbuka. Fimosis
(phimosis) bisa merupakan kelainan bawaan sejak lahir (kongenital) maupun didapat.
Fimosis adalah prepusium penis tidak dapat diretraksi (ditarik) ke proksimal sampai
ke korona galndis. Hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan berkembang dan debris yang
dihasilkan oleh epitel prepusium (smegma) mengumpul di dalam prepusium dan perlahan-
lahan memisahkan prepusium dari glans penis. Ereksi penis yang terjadi secara berkala
membuat prepusium terdilatasi perlahan-lahan sehinga prepusium menjadi retraktil dan dapat
ditarik ke proksimal.
Fimosis adalah penyempitan atau perlengketan kulup penis sehingga kepala penis
tidak bisa terbuka sepenuhnya. Fimosis dapat menyebabkan penumpukan smegma (kotoran
hasil sekresi kelenjar kulup) di sekitar kepala penis. Penumpukan smegma tersebut dapat
mendukung penyebaran berbagai bakteri penyebab peradangan. Jika fimosis menyebabkan
kesulitan buang air kecil sehingga urin tertahan di saluran kencing (uretra) maka dapat terjadi
infeksi uretra. Sebagian besar anak laki-laki yang baru lahir memiliki fimosis fisiologis.
Namun, fimosis ini biasanya akan menghilang sendiri setelah anak berusia tiga tahun. Jika di
usia enam atau tujuh tahun fimosis masih ada sehingga menyebabkan masalah, maka
dibutuhkan penanganan.
Sebenarnya yang berbahaya bukannlah fimosisi itu sendiri, melainkan kemungkinan
timbulnya infeksi pada saluran air seni (areter) kiri dan kanan, kemudian ke ginjal. Infeksi ini
memang dapat menjalar ke ginjal dan menimbulkan kerusakan pada ginjal. (Sudarti,
M.kes[et]: 131)
Apabila preputium melekat pada glans penis, maka cairan smegma yaitu cairan
putih, kental yang biasa mengumpul diantara kulit kulup dan kepala penis akan tertinbun di
tempat itu, sehingga mudah sekali terjadi infeksi. Biasanya yang sering di serang adalah
bagian ujung penis, sehingga di sebut infeksi ujung penis atau blantis. Sewaktu akan kencing,
anak menjadi rewel yang terlihat adalah kulit kulup yang terbelit dan menggelembung.
B. Etiologi
Fimosis pada bayi laki-laki yang baru lahir
terjadi karena ruang di antara kutup dan penis tidak
berkembang dengan baik. Kondisi ini menyebabkan
kulup menjadi melekat pada kepala penis, sehingga
sulit ditarik ke arah pangkal. Penyebabnya bisa dari
bawaan dari lahir, atau didapat, misalnya karena
infeksi atau benturan
Kelainan ini juga menyebabkan bayi/ anak sukar berkemih. Kadang-kadang begitu
sukar sehingga kulit prepusium menggelembung seperti balon. Bayi atau anak sering
menangis keras sebelum urin keluar. Keadaan demikian lebih baik segera disunnat, tetapi
kadang orang tua tidak tega karena bayi masih kecil.
Untuk menolongnya dapat dicoba dengan melebarkan lubang prepusium dengan cara
mendorong kebelakang kulit prepusium tersebut dan biasanya akan terjadi luka. Untuk
mencegah terjadi infeksi dan agar luka tidak merapat lagi pada luka tersebut dioleskan salep
antibiotic. Tindakan ini mula-mula di lakukan oleh dokter kemudian selanjutnya dilakukan
oleh orang tua sendiri untuk melakukannya seperti yang dilakukan dokter (pada orang barat
sunat dilakukan pada sorang bayi laki-laki ketika masih dirawat/ ketika baru lahir). Tindakan
ini dimaksudkan untuk kebersihan/ mencegah terjadinya infeksi krena adanya smegma,
bukan karena keagamaan.
Adanya smegma pada ujung prepusium juga menyulitkan bayi berkemih maka setiap
memandikan bayi hendaknya prepusium didorong kebelakang kemudian ujungnya di
bersihkan dengan kapas yang telah dijerang dengan air matang.
Untuk mengetahui adanya kelainan saluran kemih pada bayi, tiapa bayi baru lahir
harus di perhatikan apakah bayi telah berkemih setelah lahir atau paling lambat 24 jam
setelah lahir. Perhatikan apakah urin banyak atau sedikit sekali. Bila terdapat gangguan
ekskresi bayi akan terlihat sembab pada wajahnya. (Sudarti, M.kes[et]: 131)
Menurut Dwi Maryanti, S.ST dalam bukunya yang berjudul buku ajar asuhan
Neonatus, Bayi dan anak balita, adapun etiologi atau penyebab terjadinya fimosis yaitu:
Fimosis terjadi karena ruang di antara preputium dan glans penis tidak berkembang dengan
baik, kondisi ini menyebabkan preputium melekat pada glans penis.
Akibat dari infeksi menahun
Adanya peradangan pada kulit glans penis.
Adapun penyebab lain terjadinya fimosis yaitu:
* Kegagalan kulup untuk melonggar selama proses pertumbuhan
* Infeksi seperti balinitis
* Cacat yang disebabkan oleh trauma
* Penyakit pada alat kelamin.
Infeksi yang terjadi kemungkinan timbul dari ketidakmampuan melakukan
pembersihan yang efektif sehingga menyebabkan pembengkakan, kemerahan dan rasa sakit
di daerah tersebut.

C. Tanda dan Gejala


Menurut Vivian Nanny Lia Dewi dalam bukunya yang berjudul Asuhan Neonatus,
Bayi dan anak balita, tanda dan gejala yang di timbulkan dari fimosis yaitu:
Bayi sukar BAK
Kulit prepusium mengembung seperti balon
Bayi menangis keras sebelum berkemih
Gejala yang sering terjadi pada fimosis diantaranya: (Ai
Yeyeh Rukiyah[et],2010)
Bayi atau anak sukar berkemih, kadang-kadang sukar
berkemih sehingga kulit preputium menggembung seperti
balon.
Kulit penis tidak bisa di tarik ke pangkal
Penis mengejang saat BAK
Bayi atau anak sering menangis sebelum urin keluar/ air seni
keluar tidak lancer
Timbul infeksi.
Jika gejala di atas di temukan pada alat kelamin, sebaiknya bawa kedokter jangan
sekali-kali mencoba membuka kulup secara paksa dengan menariknya kearah pangkal penis
maka tindakan ini berbahaya, karena kulup yang ditarik ke pangkal dapat terjepit, sehingga
timbul rasa nyeri dan pembengkakan yang hebat.
Fimosis ini bisa terjadi karena faktor kongenital (bawaan sejak bayi lahir) atau bisa
juga akibat peradangan berulang yang terjadi pada kulit depan penis (kulup). Anak-anak
seringkali sulit untuk mengungkapkan apa yang dialaminya, sehingga orangtualah yang harus
cermat memperhatikan dan melihat apa yang terjadi dengan anaknya.
Adapula tanda dan gejala menurut referensi lain yang dapat di timbulkan oleh
fimosis itu yaitu:
a. Kulit penis anak tidak bisa ditarik ke arah pangkal ketika akan dibersihkan.
b. Anak mengejan saat buang air kecil karena muara saluran kencing diujung tertutup. Biasanya
ia menangis dan pada ujung penisnya tampak menggembung.
c. Air seni yang tidak lancar, kadang-kadang menetes dan memancar dengan arah yang tidak
dapat di duga.
d. Kalau sampai timbul infeksi, maka si anak akan mengangis setiap buang air kecil dan dapat
pula disertai demam.
e. Kadang-kadang keluhan dapat berupa ujung kemaluan menggembung saat mulai miksi yang
kemudian menghilang setelah berkemih. Hal tersebut disebabkan oleh karena urin yang
keluar terlebih dahulu tertahan dalam ruangan yang dibatasi oleh kulit pada ujung penis
sebelum keluar melalui muaranya yang sempit.
f. Iritasi pada penis
g. Fimosis kongenital seringkali menimbulkan fenomena ballooning, yakni kulit preputium
mengembang saat berkemih karena desakan pancaran air seni tidak diimbangi besarnya
lubang di ujung preputium. Fenomena ini akan hilang dengan sendirinya, dan tanpa adanya
fimosis patologik, tidak selalu menunjukkan adanya hambatan (obstruksi) air seni. Selama
tidak terdapat hambatan aliran air seni, buang air kecil berdarah (hematuria), atau nyeri
preputium, fimosis bukan merupakan kasus gawat darurat.
h. Jika fimosis menyebabkan hambatan aliran air seni, diperlukan tindakan sirkumsisi
(membuang sebagian atau seluruh bagian kulit preputium) atau teknik bedah plastik lainnya
seperti preputioplasty (memperlebar bukaan kulit preputium tanpa memotongnya). Indikasi
medis utama dilakukannya tindakan sirkumsisi pada anak-anak adalah fimosis patologik.
D. Penatalaksanaan
Menurut Ai Yeyeh Rukiyah dalam bukunya hal 231, yang berjudul Asuhan Neonatus
Bayi dan Anak Balita, penatalaksanaan fimosis yaitu:
1. Dilakukan di latasi dengan melebarkan lubang preputium dengan cara mendorong ke
belakang kulit preputium dan biasanya akan terjadi luka. Untuk mencegah infeksi dan agar
luka tidak merapat lagi maka luka tersebut di oleskan salep antibiotic
2. Adanya smegma pada ujung preputium juga menyulitkan bayi berkemih maka setiap
memandikan bayi hendaknya preputium di dorong ke belakang, kemudian ujungnya di
bersihkan dengan kapas dtt.
3. Dilakukan sirkumsisi
4. Untuk mengetahui adanya kelainan saluran kemih pada bayi, tiap bayi baru lahir harus di
perhatikan apabila bayi telah berkemih. Setelah lahir atau paling lambat 24 jam setelah lahir.
Perhatikan apakah urin banyak atau sedikit sekali. Bila terdapat gangguan ekskresi bayi akan
terlihat sembab pada wajahnya. Jika terjadi kelainan tersebut maka bayi sebaiknya di rujuk.
Sampai bayi berumur 3 hari pengeluaran urin tidak terpengaruh oleh pemberian cairan, baru
setelah 5 hari akan berpengaruh. Kondisi ini harus dikonsultasikan ke dokter akan memeriksa
ujung penis secara teliti dan bila memungkinkan akan berupaya melepaskan lengketan
tersebut dan membersihkannya. Jika upaya ini belum berhasil, maka terpaksa harus di khitan

Fimosis didapat (fimosis patologik, fimosis yang sebenarnya, true phimosis) timbul
kemudian setelah lahir. Hal ini berkaitan dengan kebersihan (higiene) alat kelamin yang
buruk, peradangan kronik gtans penis dan kulit preputium (balanoposthitis kronik), atau
penarikan berlebihan kulit preputium (forceful retraction) pada fimosis kongenital yang akan
menyebabkan pembentukkan jaringan ikat (fibrosis) dekat bagian kulit preputiurn yang
membuka. Fimosis kongenital seringkali menimbulkan fenomena ballooning, yakni kulit
preputium mengembang saat berkemih karena desakan pancaran air seni tidak diimbangi
besarnya tubang di ujung preputium. Fenomena ini akan hilang dengan sendirinya, dan tanpa
adanya fimosis patologik, tidak selalu menunjukkan adanya hambatan (obstruks) air seni.
Selama tidak terdapat hambatan aliran air seni, buang air kecil berdarah (hematuria), atau
nyeri preputium, fimosis bukan merupakan kasus gawat darurat.
Fimosis kongenital seyogyanya dibiarkan saja, kecuali bila terdapat alasan agama
dan/atau sosial untuk disirkumsisi. Hanva diperlukan penjelasan dan pengertian mengenai
fimosis kongenital yang memang normal dan lazim terjadi pada masa kanak-kanak serta
menjaga kebersihan alat kelamin dengan secara rutin membersihkannya tanpa penarikan kulit
preputium secara berlebihan ke belakang batang penis dan mengembalikan kembali kulit
preputium ke depan batang penis setiap selesai membersihkan. Upaya untuk membersihkan
alat kelamin dengan menarik kulit preputium secara berlebihan ke belakang sangat berbahaya
karena dapat menyebabkan luka, fimosis didapat, bahkan parafimosis. Seiring dengan
berjalannya waktu, perlekatan antara lapis bagian dalam kulit preputium dan glans penis akan
lepas dengan sendirinya.
Walaupun demikian, jika fimosis menyebabkan hambatan aliran air seni, dipertukan
tindakan sirkumsisi (membuang sebagian atau seluruh bagian kulit preputium) atau teknik
bedah plastlk lainnya seperti preputioplasty (memperlebar bukaan kulit preputiurn tanpa
memotongnya). Indikasi medis utama dilakukannya tindakan siricumsisi pada anak-anak
adalah fimosis patotogik.
Terapi fimosis pada anak-anak tergantung pada pilihan orang tua dan dapat berupa
sirkumsisi plastik atau sirkumsisi radikal setelah usia dua tahun. Pada kasus dengan
komplikasi, seperti infeksi saluran kemih berulang atau balloting kulit prepusium saat miksi,
sirkumsisi harus segera dilakukan tanpa memperhitungkan usia pasien. Tujuan sirkumsisi
plastik adalah untuk memperluas lingkaran kulit prepusium saat retraksi komplit dengan
mempertahankan kulit prepusium secara kosmetik. Pada saat yang sama, periengketan
dibebaskan dan dilakukan frenulotomi dengan ligasi arteri frenular jika terdapat frenulum
breve. Sirkumsisi neonatal rutin untuk mencegah karsinoma penis tidak dianjurkan.
Kontraindikasi operasi adalah infeksi tokal akut dan anomali kongenital dari penis.
Sebagai pilihan terapi konservatif dapat diberikan salep kortikoid (0,05-0,1%) dua
kali sehari selama 20-30 hari Terapi ini tidak dianjurkan untuk bayi dan anak-anak yang
masih memakai popok, tetapi dapat dipertimbangkan untuk usia sekitar tiga tahun.
Cara menjaga kebersihan pada fimosis yaitu dengan menjaga kebersihan bokong dan
penis.
a. Bokong
Area ini mudah terkena masalah, karena sering terpapar dengan popok basah dan
terkena macam-macam iritasi dari bahan kimia serta mikroorganisme penyebab infeksi air
kemih atau tinja, maupun gesekan dengan popok atau baju. Biasanya akan timbul gatal-gatal
dan merah disekitar bokong. Meski tak semua bayi mengalaminya, tapi pada beberapa bayi,
gatal-gatal dan merah dibokong cenderung berulang timbul. Tindak pencegahan yang penting
adalah mempertahankan area ini tetap kering dan bersih.
Tindakan yang sebaiknya dilakukan adalah :
1) Jangan gunakan diapers sepanjang hari. Cukup saat tidur malam atau berpergian.
2) Jangan berganti-ganti merek diapesr. Gunakan hanya satu merek yang cocok dengan bayi .
3) Lebih baik gunakan popok kain. Jika terpaksa memakai diapers, kendurkan bagian paha
untuk ventilasi dan seringlah menggantinya (tiap kali ia habis buang air kecil atau besar).
4) Tak ada salahnya sesekali membiarkan bokongnya terbuka. Jika perlu, biarkan ia tidur
dengan bokong terbuka. Pastikan suhu ruangan cukup hangat sehingga ia tidak kedinginan.
5) Jika peradangan kulit karena popok pada bayi tidak membaik dalam 1 sampai 2 hari atau
lebih bila timbul lecet atau bintil-bintil kecil, hubungi dokter.
b. Penis
Tindakan yang sebaiknya dilakukan adalah :
1) Sebaiknya setelah BAK penis dibersihkan dengan air hangat menggunakan kasa.
Membersihkannya sampai selangkang, jangan digosok-gosok.Cukup diusap dari atas ke
bawah dengan satu arah sehingga bisa bersih dan yang kotor bisa hilang.
2) Setiap selesai BAK, popok selalu diganti agar kondisi penis tidak iritasi.
3) Setelah BAK penis jangan dibersihkan dengan sabun yang banyak karena bisa menyebabkan
iritasi.
4) Memberikan salep kortikoid ( 0,05 0,1 % ) 2x / hari selama 20 30 hari , terapi ini tidak
dianjurkan untuk bayi dan anak-anak yang masih memakai popok, tetapi dapat
dipertimbangkan untuk usia sekitar 3 tahun.

Perawatan
Ada tiga cara untuk mengatasi fimosis yaitu dengan disunat (khitan), obat dan peregangan.
1. Sunat.
Banyak dokter yang menyarankan sunat untuk menghilangkan masalah fimosis secara
permanen. Rekomendasi ini diberikan terutama bila fimosis menimbulkan kesulitan buang air
kecil atau peradangan di kepala penis (balanitis). Sunat dapat dilakukan dengan anestesi
umum ataupun lokal.
2. Obat.
Terapi obat dapat diberikan dengan salep yang meningkatkan elastisitas kulup.
Pemberian salep ini harus dilakukan secara teratur dalam jangka waktu tertentu agar efektif.
3. Peregangan.
Terapi peregangan dilakukan dengan peregangan bertahap kulup yang dilakukan
setelah mandi air hangat selama lima sampai sepuluh menit setiap hari. Peregangan ini harus
dilakukan dengan hati- hati untuk menghindari luka yang menyebabkan pembentukan parut.

E. Angka kejadian
Beberapa penelitian mengatakan kejadian fimosis saat lahir hanya 4% bayi yang
preputiumnya sudah bisa ditarik mundur sepenuhnya sehingga kepala penis terlihat utuh.
Selanjutnya secara perlahan terjadi desquamasi sehingga perlekatan itu berkurang. Sampai
umur 1 tahun, masih 50% yang belum bisa ditarik penuh. Berturut-turut 30% pada usia 2
tahun, 10% pada usia 4-5 tahun, 5% pada umur 10 tahun, dan masih ada 1% yang bertahan
hingga umur 16-17 tahun. Dari kelompok terakhir ini ada sebagian kecil yang bertahan secara
persisten sampai dewasa bila tidak ditangani.
Berdasarkan data tahun 1980-an dilaporkan bahwa anak yang tidak disirkumsisi
memiliki resiko menderita 10-20 kali lebih tinggi. Tahun 1993, dituliskan review bahwa
resiko terjadi sebesar 12 kali lipat. Tahun 1999 dalam salah satu bagian dari pernyataan AAP
tentang sirkumsisi disebutkan bahwa dari 100 anak pada usia 1 tahun. 7-14 anak yang tidak
sirkumsisi menderita sedang hanya 1-2 anak pada kelompok yang disirkumsisi. Dua laporkan
jurnal tahun 2001 dan 2005 mendukung bahwa sirkumsisi dibawah resiko.
Pada akhir tahun pertama kehidupan, retraksi kulit preputium ke belakang sulkus.
Glandularis hanya dapat dilakukan pada sekitar 50% anak laki-laki, hal ini meningkat
menjadi 89% pada saat usia tiga tahun. Insidens fimosis adalah sebesar 8% pada usia 6
sampai 7 tahun dan 1% pada laki-laki usia 16 sampai 18 tahun. Pada pria yang lebih tua,
fimosis bisa terjadi akibat iritasi menzhun. Fimosis bisa mempengaruhi proses berkemih dan
aktivitas seksual. Biasanya keadaan ini diatasi dengan melakukan penyunatan (sirkumsisi).
Suatu penelitian lain juga mendapatkan bahwa hanya 4% bayi yang seluruh kulit
preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis pada saat lahir, namun mencapai 90% pada saat
usia 3 tahun dan hanya 1% laki-laki berusia 17 tahun yang masih mengalami fimosis
kongenital. Walaupun demikian, penelitian lain mendapatkan hanya 20% dari 200 anak laki-
laki berusia 5-13 tahun yang seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Fimosis adalah keadaan dimana kulit penis (preputium) melekat pada bagian kepala
penis (glands) dan mengakibatkan tersumbatnya lubang saluran air seni, sehingga bayi dan
anak menjadi kesulitan dan kesakitan saat kencing.
Adapula tanda dan gejala pada fimosis di antaranya : Penis membesar dan
menggelembung akibat tumpukkan urine, Kadang-kadang keluhan dapat berupa ujung
kemaluan menggembang saat mulai buang air kecil yang kemudian menghilang setelah
berkemih. Hal tersebut disebabkan oleh karena urine yang keluar terlebih dahulu tertahan
dalam ruangan yang dibatasi oleh kulit pada ujung penis sebelum keluar muaranya yang
sempit, Biasanya bayi menangis dan mengejan saat buang air kecil karena timbul rasa sakit,
Kulit penis tidak bisa ditarik kearah pangkal ketika akan dibersihkan, Air seni keluar tidak
lancar.Kadang-kadang menetes dan kadang-kadang memancar dengan arah yang tidak dapat
di duga, Bisa juga disertai demam, dan terjadi iritsi pada penis.

B. Saran
Dalam mengerjakan makalah ini, saya menyadari bahwa makalah ini kurang dari
sempurna, maka dari itu saya meminta saran dan kritik yang dapat membangun agar
kedepannya bisa lebih baik lagi

Anda mungkin juga menyukai