Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN

Fimosis adalah keadaan dimana kulit penis (Preupitium)


melekat pada bagian kepala (Grans) dan mengakibatkan tersumbatnya
lubang saluran air seni, sehingga bayi dan anak jadi kesulitan dan
kesakitan saat kencing.
Fimosisi adalah salah satu gangguan yang timbul pada organ
kelamin pria, yang dimaksud dengan fimosis adalah keadaan dimana
kulit penis (Preupitium) melekat pada bagian kepala (Grans) dan
mengakibatkan tersumbatnya lubang saluran air seni, sehingga bayi dan
anak jadi kesulitan dan kesakitan saat kencing, kondisi ini memicu
timbulnya infeksi pada penis (balantis). Jika keadaan ini di biarkan
dimana muara saluran kencing di ujung penis tersumbat maka dokter
menganjurkan untuk disunnat, tindakan ini dilakukan dengan membuka
dan memotong kulit penis agar ujungnya terbuka.
Fimosis adalah penyempitan pada prepusium. Kelainan
menyebabkan bayi / anak sukar berkemih. Kadang-kadang begitu suka
sehingga kulit prepusium menggelembung seperti balon. Bayi / anak
sering menangis sebelum urine keluar.
Fimosis (phimosis) merupakan kondisi dimana kulit yang
melingkupi kepala penis (glans penis) tidak bisa ditarik ke belakang
untuk membuka seluruh bagian kepala penis (kulup, prepuce,
preputium, foreskin,) Preputium terdiri dari dua lapis, bagian dalam dan
luar, sehingga dapat ditarik ke depan dan belakang pada batang penis.
Pada fimosis, lapis bagian dalam preputium melekat pada glans penis.
Kadangkala perlekatan cukup luas sehingga hanya bagian lubang untuk
berkemih (meatus urethra externus) yang terbuka. Fimosis (phimosis)
bisa merupakan kelainan bawaan sejak lahir (kongenital) maupun
didapat.
Fimosis adalah prepusium penis tidak dapat diretraksi (ditarik)
ke proksimal sampai ke korona galndis. Hingga usia 3-4 tahun penis
tumbuh dan berkembang dan debris yang dihasilkan oleh epitel
prepusium (smegma) mengumpul di dalam prepusium dan perlahan-
lahan memisahkan prepusium dari glans penis. Ereksi penis yang
terjadi secara berkala membuat prepusium terdilatasi perlahan-lahan
sehinga prepusium menjadi retraktil dan dapat ditarik ke proksimal.

1
Apabila preputium melekat pada glans penis, maka cairan
smegma yaitu cairan putih, kental yang biasa mengumpul diantara kulit
kulup dan kepala penis akan tertinbun di tempat itu, sehingga mudah
sekali terjadi infeksi. Biasanya yang sering di serang adalah bagian
ujung penis, sehingga di sebut infeksi ujung penis atau blantis. Sewaktu
akan kencing, anak menjadi rewel yang terlihat adalah kulit kulup yang
terbelit dan menggelembung.
2.2 ETIOLOGI

Fimosis pada bayi laki-laki yang baru lahir terjadi karena ruang
di antara kutup dan penis tidak berkembang dengan baik. Kondisi ini
menyebabkan kulup menjadi melekat pada kepala penis sehingga sulit
ditarik ke arah pangkal. Penyebabnya bisa dari bawaan dari lahir, atau
didapat, misalnya karena infeksi atau benturan.

2.3 PENYEBAB FIMOSIS

Kebanyakan kasus, fimosis adalah bawaan lahir. Pada kasus


yang lebih jarang, fimosis terjadi karena kulup kehilangan kemampuan
peregangan, misalnya karena peradangan atau luka akibat pembukaan
paksa kepala penis. Pembentukan jaringan parut dari bekas luka itu
mencegah peregangan kulup.

2.4 MACAM-MACAM FIMOSIS

a. Fimosis kongenital (fimosis fisiologis) timbul sejak lahir


sebenarnya merupakan kondisi normal pada anak-anak, bahkan
sampai masa remaja.
Kulit preputium selalu melekat erat pada glans penis dan tidak
dapat ditarik ke belakang pada saat lahir, namun seiring bertambahnya
usia serta diproduksinya hormon dan faktor pertumbuhan, terjadi proses
keratinisasi lapisan epitel dan deskuamasi antara 4
glans penis dan lapis bagian dalam preputium sehingga akhirnya
kulit preputium terpisah dari glans penis.
Suatu penelitian mendapatkan bahwa hanya 4% bayi yang
seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis pada saat
lahir, namun mencapai 90% pada saat usia 3 tahun dan hanya 1% laki-
laki berusia 17 tahun yang masih mengalami fimosis kongenital.
Walaupun demikian, penelitian lain mendapatkan hanya 20% dari 200
anak laki-laki berusia 5-13 tahun yang seluruh kulit preputiumnya
dapat ditarik ke belakang penis.

2
b. Fimosis didapat (fimosis patologik, fimosis yang
sebenarnya, true phimosis) timbul kemudian setelah lahir.
Hal ini berkaitan dengan kebersihan (higiene) alat kelamin yang
buruk , peradangan kronik glans penis dan kulit preputium
( balanoposthitis kronik ), atau penarikan berlebihan kulit preputium
( forceful retration ) pada fimosis kongenital yang akan menyebabkan
pembentukan jaringan ikat ( fibrosis) dekat bagian kulit preputium yang
membuka.
Fimosis kongenital seringkali menimbulkan
fenomena ballooning, yakni kulit preputium mengembang saat
berkemih karena desakan pancaran air seni tidak diimbangi besarnya
lubang di ujung preputium.
Fenomena ini akan hilang dengan sendirinya, dan tanpa adanya fimosis
patologik, tidak selalu menunjukkan adanya hambatan (obstruksi) air
seni. Selama tidak terdapat hambatan aliran air seni, buang air kecil
berdarah (hematuria), atau nyeri preputium, fimosis bukan merupakan
kasus gawat darurat.

2.5 TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala penyakit fimosis diantaranya :
1. Penis membesar dan menggelembung akibat tumpukkan urine.
2. Kadang-kadang keluhan dapat berupa ujung kemaluan
menggembang saat mulai buang air kecil yang kemudian menghilang
setelah berkemih. Hal tersebut disebabkan oleh karena urine yang
keluar terlebih dahulu tertahan dalam ruangan yang dibatasi oleh kulit
pada ujung penis sebelum keluar muaranya yang sempit.
3. Biasanya bayi menangis dan mengejan saat buang air kecil
karena timbul rasa sakit.
4. Kulit penis tidak bisa ditarik kearah pangkal ketika akan
dibersihkan.
5. Air seni keluar tidak lancar.Kadang-kadang menetes dan
kadang-kadang memancar dengan arah yang tidak dapat di duga.
6. Bisa juga disertai demam.
7. Terjadi iritsi pada penis.

2.6 GANGGUAN

3
Aliran urine berupa sulit kencing, pancaran urine mengecil,
menggelembungnya ujung prepusium penis pada saat miksi dan
menimbulkan retensi urine.Kadangkala pasien dibawa berobat oleh
orang tuanya Karena adanya benjolan lunak di ujung penis yang tak
lain adalah korpus smegma. Smegma terjadi dari sel-sel mukosa
prepusium dan glans penis yang mengalami deskuamasi oleh bakteri
yang ada didalamnya.
Tindakan tidak dianjurkan melakukan dilatasi atau retraksi yang
dipaksakan pada fimosis karena menimbulkan luka dan terbentuk
sikatriks pada ujung prepusium sebagai fimosis sekunder. Dapat
diberikan salep dexametasone 0,1% yang dioleskan 3 atau 4 kali.
Diharapkan setelah pemberian selama 6 minggu prepusium dapat
diretraksi spontan kemudian dilakukan sirkumsisi.

2.7 KOMPLIKASI

a) Ketidaknyamanan / nyeri saat berkemih.


b) Akumulasi sekret dan smegma di bawah prepusium yang
kemudian terkena
c) Infeksi sekunder dan akhirnya terbentuk jaringan parut.
d) Pada kasus yang berat dapat menimbulkan retensi urin.
e) Penarikan prepusium secara paksa dapat berakibat kontriksi
dengan rasa nyeri dan pembengkakan glans penis yang disebut
parafimosis.
f) Pembengkakan/radang pada ujung kemaluan yang disebut
balinitis.
g) Timbul infeksi pada saluran air seni (ureter) kiri dan kanan,
kemudian menimbulkan kerusakan pada ginjal.
h) Fimosis merupakan salah satu faktor resiko terjadinya kanker
penis.

2.8 PENATALAKSANAAN
Ada tiga cara untuk mengatasi fimosis yaitu:
a) Sunat
Banyak dokter yang menyarankan sunat untuk menghilangkan
masalah fimosis secara permanen. Rekomendasi ini diberikan terutama
bila fimosis menimbulkan kesulitan buang air kecil atau peradangan di
kepala penis (balanitis). Sunat dapat dilakukan dengan anestesi umum
ataupun local.
4
b) Obat
Terapi obat dapat diberikan dengan salep yang meningkatkan
elastisitas kulup. Pemberian salep kortikoid (0,05-0,1%) dua kali sehari
selama 20-30 hari, harus dilakukan secara teratur dalam jangka waktu
tertentu agar efektif.
Penggunaan krim steroid topikal yang dioleskan pada
kulit preputium 1 atau 2 kali sehari, selama 4-6 minggu, juga efektif
dalam tatalaksana fimosis. Namun jika fimosis telah membaik,
kebersihan alat kelamin tetap dijaga, kulit preputium harus ditarik dan
dikembalikan lagi ke posisi semula pada saat mandi dan setelah
berkemih untuk mencegah kekambuhan fimosis.

c) Peregangan
Terapi peregangan dilakukan dengan peregangan bertahap
kulup yang dilakukan setelah mandi air hangat selama lima sampai
sepuluh menit setiap hari. Peregangan ini harus dilakukan dengan hati-
hati untuk menghindari luka yang menyebabkan pembentukan parut.
Fimosis kongenital seyogianya dibiarkan saja, kecuali bila
terdapat alasan agama dan/atau sosial untuk disirkumsisi. Hanya
diperlukan penjelasan dan pengertian mengenai fimosis kongenital
yang memang normal dan lazim terjadi pada masa kanak-kanak serta
menjaga kebersihan alat kelamin dengan secara rutin membersihkannya
tanpa penarikan kulit preputium secara berlebihan ke belakang batang
penis dan mengembalikan kembali kulit preputium ke depan batang
penis setiap selesai membersihkan.
Upaya untuk membersihkan alat kelamin dengan menarik
kulit preputium secara berlebihan ke belakang sangat berbahaya karena
dapat menyebabkan luka, fimosis didapat, bahkan parafimosis. Seiring
dengan berjalannya waktu, perlekatan antara lapis bagian dalam
kulit preputium dan glans penis akan lepas dengan sendirinya.
Walaupun demikian, jika fimosis menyebabkan hambatan aliran
air seni, diperlukan tindakan sirkumsisi (membuang sebagian atau
seluruh bagian kulit preputium) atau teknik bedah plastik lainnya
seperti preputioplasty (memperlebar bukaan kulit preputium tanpa
memotongnya). Indikasi medis utama dilakukannya tindakan sirkumsisi
pada anak-anak adalah fimosis patologik.

Cara menjaga kebersihan pada fimosis yaitu dengan menjaga


kebersihan bokong dan penis

5
a. Bokong
Area ini mudah terkena masalah, karena sering terpapar dengan
popok basah dan terkena macam-macam iritasi dari bahan kimia serta
mikroorganisme penyebab infeksi air kemih atau tinja, maupun gesekan
dengan popok atau baju. Biasanya akan timbul gatal-gatal dan merah
disekitar bokong. Meski tak semua bayi mengalaminya, tapi pada
beberapa bayi, gatal-gatal dan merah dibokong cenderung berulang
timbul. Tindak pencegahan yang penting adalah mempertahankan area
ini tetap kering dan bersih.
Tindakan yang sebaiknya dilakukan adalah :
a) Jangan gunakan diapers sepanjang hari. Cukup saat tidur malam
atau berpergian.
b) Jangan berganti-ganti merek diapesr Gunakan hanya satu merek
yang cocok dengan bayi.
c) Lebih baik gunakan popok kain. Jika terpaksa memakai diapers,
kendurkan bagian paha untuk ventilasi dan seringlah menggantinya
(tiap kali ia habis buang air kecil atau besar).
d) Tak ada salahnya sesekali membiarkan bokongnya terbuka. Jika
perlu, biarkan ia tidur dengan bokong terbuka. Pastikan suhu ruangan
cukup hangat sehingga ia tidak kedinginan.
e) Jika peradangan kulit karena popok pada bayi tidak membaik
dalam 1 sampai 2 hari atau lebih bila timbul lecet atau bintil-bintil
kecil, hubungi dokter.

b. Penis
Tindakan yang sebaiknya dilakukan adalah :
a) Sebaiknya setelah BAK penis dibersihkan dengan air hangat
menggunakan kasa. Membersihkannya sampai selangkang, jangan
digosok-gosok.Cukup diusap dari atas ke bawah dengan satu arah
sehingga bisa bersih dan yang kotor bisa hilang.
b) Setiap selesai BAK, popok selalu diganti agar kondisi penis
tidak iritasi.
c) Setelah BAK penis jangan dibersihkan dengan sabun yang
banyak karena bisa menyebabkan iritasi.
d) Memberikan salep kortikoid ( 0,05 – 0,1 % ) 2x / hari selama 20
– 30 hari , terapi ini tidak dianjurkan untuk bayi dan anak-anak yang
masih memakai popok, tetapi dapat dipertimbangkan untuk usia sekitar
3 tahun.

2.9 TERAPI

6
Terapi fimosis pada anak-anak tergantung pada pilihan orang
tua dan dapat berupa sirkumsisi plastik atau sirkumsisi radikal setelah
usia dua tahun. Pada kasus dengan komplikasi, seperti infeksi saluran
kemih berulang atau balloting kulit prepusium saat miksi, sirkumsisi
harus segera dilakukan tanpa memperhitungkan usia pasien.
Tujuan sirkumsisi plastik adalah untuk memperluas lingkaran
kulit prepusium saat retraksi komplit dengan mempertahankan kulit
prepusium secara kosmetik. Pada saat yang sama, perlengketan
dibebaskan dan dilakukan frenulotomi dengan ligasi arteri frenular jika
terdapat frenulum breve. Sirkumsisi neonatal rutin untuk mencegah
karsinoma penis tidak dianjurkan.
Kontraindikasi operasi adalah infeksi tokal akut dan anomali
kongenital dari penis. Sebagai pilihan terapi konservatif dapat diberikan
salep kortikoid (0,05-0,1%) dua kali sehari selama 20-30 hari Terapi ini
tidak dianjurkan untuk bayi dan anak-anak yang masih memakai
popok, tetapi dapat dipertimbangkan untuk usia sekitar tiga tahun.
Terapi parafimosis terdiri dari kompresi manual jaringan yang
edematous diikuti dengan usaha untuk menarik kulit prepusium yang
tegang melewati glans penis. Jika manuver ini gagal , periu dilakukan
insist dorsal cincin konstriksi. Tergantung pada temuan klinis lokal,
sirkumsisi dapat segera dilakukan atau ditunda pada waktu yang lain.

Anda mungkin juga menyukai