Anda di halaman 1dari 9

PENGERTIAN FIMOSIS

Fimosis adalah prepusium penis yang tidak dapat diretraksi (ditarik) ke

proksimal sampai ke korona glandis. Adesi alamiah antara prepusium dengan

glans penis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir. Usia 3 sampai 4 tahun

prepusium dapat diretraksikan akibat penis yang tumbuh dan berkembang dengan

debris yang dihasilkan oleh epitel prepusium (smegma) yang mengumpul di

dalam prepusium. Ereksi penis penis secara berkala membuat


prepusium(Wahyudi.2019)

ETIOLOGI

Fimosis pada bayi laki-laki yang baru lahir terjadi karena ruang di antara kutup
dan penis tidak berkembang dengan baik. Kondisi ini menyebabkan kulup menjadi
melekat pada kepala penis sehingga sulit ditarik ke arah pangkal. Penyebabnya bisa dari
bawaan dari lahir, atau didapat, misalnya karena infeksi atau benturan.

PENYEBAB FIMOSIS

Kebanyakan kasus, fimosis adalah bawaan lahir. Pada kasus yang lebih jarang,
fimosis terjadi karena kulup kehilangan kemampuan peregangan, misalnya karena
peradangan atau luka akibat pembukaan paksa kepala penis. Pembentukan jaringan parut
dari bekas luka itu mencegah peregangan kulup.
MACAM-MACAM FIMOSIS

a. Fimosis kongenital (fimosis fisiologis) timbul sejak lahir sebenarnya merupakan


kondisi normal pada anak-anak, bahkan sampai masa remaja. Kulit preputium selalu
melekat erat pada glans penis dan tidak dapat ditarik ke belakang pada saat lahir, namun
seiring bertambahnya usia serta diproduksinya hormon dan faktor pertumbuhan, terjadi
proses keratinisasi lapisan epitel dan deskuamasi antara glans penis dan lapis bagian
dalam preputium sehingga akhirnya kulit preputium terpisah dari glans penis.

Suatu penelitian mendapatkan bahwa hanya 4% bayi yang seluruh kulit


preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis pada saat lahir, namun mencapai 90% pada
saat usia 3 tahun dan hanya 1% laki-laki berusia 17 tahun yang masih mengalami fimosis
kongenital. Walaupun demikian, penelitian lain mendapatkan hanya 20% dari 200 anak
laki-laki berusia 5-13 tahun yang seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang
penis.

b. Fimosis didapat (fimosis patologik, fimosis yang sebenarnya, true phimosis)


timbul kemudian setelah lahir. Hal ini berkaitan dengan kebersihan (higiene) alat kelamin
yang buruk , peradangan kronik glans penis dan kulit preputium ( balanoposthitis
kronik ), atau penarikan berlebihan kulit preputium ( forceful retration ) pada fimosis
kongenital yang akan menyebabkan pembentukan jaringan ikat ( fibrosis) dekat bagian
kulitpreputium yang membuka.

Fimosis kongenital seringkali menimbulkan fenomena ballooning, yakni


kulitpreputium mengembang saat berkemih karena desakan pancaran air seni tidak
diimbangi besarnya lubang di ujung preputium.

Fenomena ini akan hilang dengan sendirinya, dan tanpa adanya fimosis patologik,
tidak selalu menunjukkan adanya hambatan (obstruksi) air seni. Selama tidak terdapat
hambatan aliran air seni, buang air kecil berdarah (hematuria), atau nyeri preputium,
fimosis bukan merupakan kasus gawat darurat.
TANDA DAN GEJALA FIMOSIS

Tanda dan gejala penyakit fimosis diantaranya :

1. Penis membesar dan menggelembung akibat tumpukkan urine.

2. Kadang-kadang keluhan dapat berupa ujung kemaluan menggembang saat mulai


buang air kecil yang kemudian menghilang setelah berkemih. Hal tersebut
disebabkan oleh karena urine yang keluar terlebih dahulu tertahan dalam ruangan
yang dibatasi oleh kulit pada ujung penis sebelum keluar muaranya yang sempit.

3. Biasanya bayi menangis dan mengejan saat buang air kecil karena timbul rasa sakit.

4. Kulit penis tidak bisa ditarik kearah pangkal ketika akan dibersihkan. 5

5. Air seni keluar tidak lancar.Kadang-kadang menetes dan kadang-kadang memancar


dengan arah yang tidak dapat di duga.

6. Bisa juga disertai demam.

7. Terjadi iritsi pada penis.

GANGGUAN

Aliran urine berupa sulit kencing, pancaran urine mengecil, menggelembungnya


ujung prepusium penis pada saat miksi dan menimbulkan retensi urine.Kadangkala
pasien dibawa berobat oleh orang tuanya Karena adanya benjolan lunak di ujung penis
yang tak lain adalah korpus smegma. Smegma terjadi dari sel-sel mukosa prepusium dan
glans penis yang mengalami deskuamasi oleh bakteri yang ada didalamnya.

Tindakan tidak dianjurkan melakukan dilatasi atau retraksi yang dipaksakan pada
fimosis karena menimbulkan luka dan terbentuk sikatriks pada ujung prepusium sebagai
fimosis sekunder. Dapat diberikan salep dexametasone 0,1% yang dioleskan 3 atau 4 kali.
Diharapkan setelah pemberian selama 6 minggu prepusium dapat diretraksi spontan
kemudian dilakukan sirkumsisi.
KOMPLIKASI

a) Ketidaknyamanan / nyeri saat berkemih.

b) Akumulasi sekret dan smegma di bawah prepusium yang kemudian terkena

c) Infeksi sekunder dan akhirnya terbentuk jaringan parut.

d) Pada kasus yang berat dapat menimbulkan retensi urin.

e) Penarikan prepusium secara paksa dapat berakibat kontriksi dengan rasa nyeri dan
pembengkakan glans penis yang disebut parafimosis.

f) Pembengkakan/radang pada ujung kemaluan yang disebut balinitis.

g) Timbul infeksi pada saluran air seni (ureter) kiri dan kanan, kemudian menimbulkan
kerusakan pada ginjal.

h) Fimosis merupakan salah satu faktor resiko terjadinya kanker penis.

PENATALAKSANAAN

Ada tiga cara untuk mengatasi fimosis yaitu:

a) Sunat

Banyak dokter yang menyarankan sunat untuk menghilangkan masalah fimosis


secara permanen. Rekomendasi ini diberikan terutama bila fimosis menimbulkan
kesulitan buang air kecil atau peradangan di kepala penis (balanitis). Sunat dapat
dilakukan dengan anestesi umum ataupun local.

b) Obat

Terapi obat dapat diberikan dengan salep yang meningkatkan elastisitas kulup.
Pemberian salep kortikoid (0,05-0,1%) dua kali sehari selama 20-30 hari, harus dilakukan
secara teratur dalam jangka waktu tertentu agar efektif.
c) Peregangan

Terapi peregangan dilakukan dengan peregangan bertahap kulup yang dilakukan


setelah mandi air hangat selama lima sampai sepuluh menit setiap hari. Peregangan ini
harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari luka yang menyebabkan
pembentukan parut.

Fimosis kongenital seyogianya dibiarkan saja, kecuali bila terdapat alasan agama
dan/atau sosial untuk disirkumsisi. Hanya diperlukan penjelasan dan pengertian mengenai
fimosis kongenital yang memang normal dan lazim terjadi pada masa kanak-kanak serta
menjaga kebersihan alat kelamin dengan secara rutin membersihkannya tanpa penarikan
kulit preputium secara berlebihan ke belakang batang penis dan mengembalikan kembali
kulit preputium ke depan batang penis setiap selesai membersihkan.

Upaya untuk membersihkan alat kelamin dengan menarik kulit preputium secara
berlebihan ke belakang sangat berbahaya karena dapat menyebabkan luka, fimosis
didapat, bahkan parafimosis. Seiring dengan berjalannya waktu, perlekatan antara lapis
bagian dalam kulit preputium dan glans penis akan lepas dengan sendirinya.

Walaupun demikian, jika fimosis menyebabkan hambatan aliran air seni,


diperlukan tindakan sirkumsisi (membuang sebagian atau seluruh bagian kulit preputium)
atau teknik bedah plastik lainnya seperti preputioplasty(memperlebar bukaan kulit
preputium tanpa memotongnya). Indikasi medis utama dilakukannya tindakan sirkumsisi
pada anak-anak adalah fimosis patologik.

Penggunaan krim steroid topikal yang dioleskan pada kulit preputium 1 atau 2
kali sehari, selama 4-6 minggu, juga efektif dalam tatalaksana fimosis. Namun jika
fimosis telah membaik, kebersihan alat kelamin tetap dijaga, kulit preputium harus ditarik
dan dikembalikan lagi ke posisi semula pada saat mandi dan setelah berkemih untuk
mencegah kekambuhan fimosis.

Cara menjaga kebersihan pada fimosis yaitu dengan menjaga kebersihan bokong
dan penis.

a. Bokong
Area ini mudah terkena masalah, karena sering terpapar dengan popok basah dan
terkena macam-macam iritasi dari bahan kimia serta mikroorganisme penyebab infeksi
air kemih atau tinja, maupun gesekan dengan popok atau baju. Biasanya akan timbul
gatal-gatal dan merah disekitar bokong. Meski tak semua bayi mengalaminya, tapi pada
beberapa bayi, gatal-gatal dan merah dibokong cenderung berulang timbul. Tindak
pencegahan yang penting adalah mempertahankan area ini tetap kering dan bersih.

Tindakan yang sebaiknya dilakukan adalah :

1) Jangan gunakan diapers sepanjang hari. Cukup saat tidur malam atau berpergian.

2) Jangan berganti-ganti merek diapesr. Gunakan hanya satu merek yang cocok
dengan bayi .

3) Lebih baik gunakan popok kain. Jika terpaksa memakai diapers, kendurkan
bagian paha untuk ventilasi dan seringlah menggantinya (tiap kali ia habis buang
air kecil atau besar).

4) Tak ada salahnya sesekali membiarkan bokongnya terbuka. Jika perlu, biarkan ia
tidur dengan bokong terbuka. Pastikan suhu ruangan cukup hangat sehingga ia
tidak kedinginan.

5) Jika peradangan kulit karena popok pada bayi tidak membaik dalam 1 sampai 2
hari atau lebih bila timbul lecet atau bintil-bintil kecil, hubungi dokter.

b. Penis

Tindakan yang sebaiknya dilakukan adalah :

1) Sebaiknya setelah BAK penis dibersihkan dengan air hangat menggunakan


kasa. Membersihkannya sampai selangkang, jangan digosok-gosok.Cukup
diusap dari atas ke bawah dengan satu arah sehingga bisa bersih dan yang
kotor bisa hilang.

2) Setiap selesai BAK, popok selalu diganti agar kondisi penis tidak iritasi.
3) Setelah BAK penis jangan dibersihkan dengan sabun yang banyak karena bisa
menyebabkan iritasi.

4) Memberikan salep kortikoid ( 0,05 – 0,1 % ) 2x / hari selama 20 – 30 hari ,


terapi ini tidak dianjurkan untuk bayi dan anak-anak yang masih memakai
popok, tetapi dapat dipertimbangkan untuk usia sekitar 3 tahun.

TERAPI

Terapi fimosis pada anak-anak tergantung pada pilihan orang tua dan dapat
berupa sirkumsisi plastik atau sirkumsisi radikal setelah usia dua tahun. Pada kasus
dengan komplikasi, seperti infeksi saluran kemih berulang atau balloting kulit prepusium
saat miksi, sirkumsisi harus segera dilakukan tanpa memperhitungkan usia pasien.

Tujuan sirkumsisi plastik adalah untuk memperluas lingkaran kulit prepusium


saat retraksi komplit dengan mempertahankan kulit prepusium secara kosmetik. Pada saat
yang sama, perlengketan dibebaskan dan dilakukan frenulotomi dengan ligasi arteri
frenular jika terdapat frenulum breve. Sirkumsisi neonatal rutin untuk mencegah
karsinoma penis tidak dianjurkan.

Kontraindikasi operasi adalah infeksi tokal akut dan anomali kongenital dari
penis. Sebagai pilihan terapi konservatif dapat diberikan salep kortikoid (0,05-0,1%) dua
kali sehari selama 20-30 hari Terapi ini tidak dianjurkan untuk bayi dan anak-anak yang
masih memakai popok, tetapi dapat dipertimbangkan untuk usia sekitar tiga tahun.

Terapi parafimosis terdiri dari kompresi manual jaringan yang edematous diikuti
dengan usaha untuk menarik kulit prepusium yang tegang melewati glans penis. Jika
manuver ini gagal , periu dilakukan insist dorsal cincin konstriksi. Tergantung pada
temuan klinis lokal, sirkumsisi dapat segera dilakukan atau ditunda pada waktu yang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Haws. Paulette . 2011. Asuhan Neonatus Rujukan Cepat. Jakarta: EGC


Ngastiyah. 2010. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC
Nur,Wafi. 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya.
Soleh, kosim. 2010. Buku panduan manajemen bayi baru lahir. Jakarta : EGC
Wahyudi.2019.Pediatric problem in urology: Universitas Jember

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai