Anda di halaman 1dari 15

Etika dan Hukum Kesehatan

Resume Kode Etik Kebidanan

Dosen Pengampu : Hutari Puji Astuti, S.Sit.,M.Kes

Disusun Oleh :

Nama : Virginia Kumala Dewi

NIM : B19025

PRODI D-3 KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2019/2020
KODE ETIK PROFESI KEBIDANAN

Dimensi dan Prinsip Kode Etik


Dimensi etik meliputi :
1.      Anggota profesi dan klien
2.      Anggota profesi dan sistem
3.      Anggota profesi dan profesi lain
4.      Semua anggota profesi

Prinsip kode etik terdiri dari :


1.      Menghargai otonomi
2.      Melakukan tindakan yang benar
3.      Mencegah tindakan yang merugikan
4.      Memperlakukan manusia secara adil
5.      Menjelaskan dengan benar
6.      Menepati janji yang telah disepakati
7.      Menjaga kerahasiaan

KODE ETIK BIDAN


DEFINISI BIDAN
bidan adalah seorang yang telah menjalani program pendidikan bidan yang diakui
oleh negara tempat ia tinggal, dan telah berhasil menyelesaikan studi terkait serta
memenuhi persyaratan untuk terdaftar dan atau memiliki izin formal untuk
praktek bidan. Bidan merupakan salah satu profesi tertua didunia sejak adanya
peradaban umat manusia.
Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan, yang
terakreditasi, memenuhi kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah
mendapat lisensi untuk praktek kebidanan. Yang diakui sebagai seorang
profesional yang bertanggungjawab, bermitra dengan perempuan dalam
memberikan dukungan, asuhan dan nasehat yang diperlukan selama kehamilan,

1
persalinan dan nifas, memfasilitasi kelahiran atas tanggung jawabnya sendiri serta
memberikan asuhan kepada bayi baru lahir dan anak.

DEFINISI KODE ETIK


Merupakan ciri profesi yang bersumber dari nilai -nilai internal dan eksternal
suatu disiplin ilmu & merupakan komprehensif suatu profesi yang memberikan
tuntutan bagi anggota dalam melaksanakan pengabdian profesi.

KODE ETIK BIDAN


Kode etik bidan Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1986 dan
disahkandalam Kongres Nasional Ikatan Bidan Indonesia X tahun 1988, sedang
petunjukpelaksanaanya disahkan dalam Rapat Kerja Nasional ( Rekernas ) IBI
tahun 1991,kemudian disempurnakan dan disahkan pada Kongres Nasional IBI ke
XII tahun1998. Sebagai pedoman sdalam berperilaku, Kode Etik Bidan
indonesiamengandung beberapa kekuatan yang semuanya tertuang dalam
mukadimah dan tujuan dan bab
Kode Etik adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi
yang bersangkutan didalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya
dimasyarakat
Secara umum kode etik tersebut berisi 7 bab yang dapat dibedakan menjadi tujuh
bagian, yaitu :

Bab I. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat


a. Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan melindungi dan
menghamalkan sumpah  jabatannya dalam  melaksanakan tugas dan
pengabdianya.

2
1. Bahwa bidan harus melakukan tugasnya berdasarkan tugas dan fungsi
bidan yang telah  ditetapkan sesuai dengan penuh kesungguhan  dan
tanggung jawab.
2. Bahwa bidan dalam melakukan tugasnya, harus member layanan  yang
optimal kepada siapa saja, dengan tidak membedakan, pangkat dan
kedudukan golongan, bangsa dan agama.
3. Bahwa tidak akan menceritakan  kepada orang lain dan merahasiakan
segala yang berhubungan dengan tugasnya.
4. Bidan hanya boleh membuka rahasia pasien / klien apa bila diminta untuk
keperluan kesaksian pengadilan.
b. Setiap bidan dalam menjalakna tugas profesinya, menjunjung tinggi harkat dan
mertabat kemanusiaaan yang utuh dan memelihara citra bidan
1. Bahwa bidan pada hakikatnya  manusia ktermasuk klien  membutuhakan
penghargaan  dan pengakuan hakiki baik dari golongan masyarakat
intelektual, menegah maupun kelompok masyarakat  kurang mampu. Oleh
karena itu, bidan harus menunjukan sikap yang manusiawi (sabar, lemah
lembut dan iklas) dalam member pelayanan.
2. Dilandasi siakap menghargai martabat setiap insane, maka buidab harus
memberi pelayanan professional yang memadai kepada setiap klienya.
3. Professional, artinya member pelayanan sesuai dengan bidang ilmu yang
di miliki dan manusiwi secara penuh, tanpa mementingkan kepentingan
diri sendiri tetapi mendahulukan kepentingan klien seerta menghargai
klien sebagai mana bidan menghargai dirinya sendiri.
4. Bidann member pelayanan, harus menjaga  citra bidan, arti bidan sebagai
profesi memiliki nilai nilai pengabdian yang sangat esensial, yaitu bahwa
jasa yang diberikan kepada kleinya adalah sautu kebajikan social, karena
masyarakat akan merasa dirugikan atas ketidak hadiran bidan. Pengabdian
dan pelayanan bidan adalah dorongan hati nurani yang tidak
mendahulukan bala jasa.
c. Setiap bidan dalam menjalakan tugasnya, senantiasa berpedoman pada peran,
tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga.

3
1. Bidan dalam melaksanakan pelayananya, harus sesuai dengan tuga dan
kewajibanya yang telah digariskan dalam peraturan mentri kesehatan no
900/Permenkes/IX/2010.
a) Memberi penerangan dan penyuluhan baik di RS, Puskesmas,  RB,
Posyandu, BPS dan masyarakat
b) Melaksanakan bimbingan kepada tanaga kesehatan yang blebih
rendahtermasuk pembinaan dukun dukun bersalin
c) Melayani kasus ibu mulai dari pengawasan kehamilan, pertolongan
persalinan normal, termasuk persalinan letak sungsang multipara,
melakukan episiotomy, penjahitan luka perineum tingkat I dan tingkat
II.
d) Perawatan nifas dan ibu menyusui termasuk pemberian uterotonika
e) Member pelayanan kontrasepsi tertentu sesuai dengan kebijaksanaan
pemerintah/program pemerintah yang sedang dilaksanakan.
2. Melayani bayi dan anak pra sekolah termasuk pengawasan pertumbuhan
dan perkembangan bayi dan anak, pemberian vaksinasi sesuai dengan usia,
melaksanakan perawatan bayi dan member petunjuk kepada ibu tentang
makanan bayi termasuk cara menyusui yang baik  dan benar serta
makanan tambahan sesuai dengan usia anak.
3. Member obat obatan terentu dalam kebidanan sesuai dengan kebutuhan
dan kondisi klien.
4. Mengadakan konsultasi dengan profesi kesehatan lainya dalam kasus
kasus yang tidak diatasi sendiri.
a) Kehamilan resiko tinggi, termasuk versi luar dan digital pada kasus
digital
b) Pertolongan persalinan sungsang primigravida dan pertolongan vakum
pada kepala dasar panggul.
c) Pertolongan masa nifas dengan pemberian  antibiotic  pada infeksi
baik secara oral maupun suntikan.
d) Member pertolongan kegawatdaruratan  melalui pemberian infus guna
mencegah syok dan mengatasi perdarahan pasca persalinan termasuk
pengeluaran uri dan manual

4
e) Mengatasi kedaruratan eklampsia dan mengatasi infeksi bayi baru
lahir.
5. Bidan melaksanakan peranya di tengah kehidupan masyarakat
a) Berperan sebagai penggerak peran serta masyarakat dengan mengali
dan membengkitkan peran aktif masyarakat
b) Berperan sebagai motivator  yang dapat memotivasi masyarakat untuk
berubah dan berkembang kearah perakal, per asa dan perilaku  yang 
lebih baik.
c) Berperan sebagai pendidik, yang ma,pu mengubah masyarakat dari
tidak tahu menjadi tahu.
d) Berperan sebagai innovator atau pemburu yang membawa hal hal baru
yang dapat mengubah keadaan kearah lebih baik, oleh karena itu,
bidan harus selalu siap menerima pembaharuaan.
d. Setiap bidan dalm menjankan tugasnty, mendahulukan kepentingan kilen,
menghormati nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
1. Kepentingan klien berada diatas kepentingan sendiri maupun kelompok,
artinya bidan harus mampu menilai situasi saat ia menghadapi klienya .
utamakan pelayanan yang dibutuhka klien dan mereka tidak boleh di
ttinggalkan begitu saja.
2. Bidan harus mengfhormati hak klien antara lain :
a) Klien berhak memperoleh kesehatan yang memadai
b) Klien berkah memperoleh perawatan dan pengobatan
c) Klien berhak untuk dirujuk pada institusi / bidang ilmu yang lain
sesuai dengan permasalahanya
d) Klien mempunyai hak untuk menghadapi kematian dengan tenang
3. Bidan menghormati nilai nilai yang ada di masyarakat artinya :
a) Bidan harus mampu menganalisis nilai nilai yang ada di mayarakat
tempat ia tugas
b) Bidan mampu menghargai nilai nilai masyarakat setampat
c) Bidan mapu beradaptasi dengan nilai nilai budaya masyarakat tempat
ia berada.

5
e. Setiap bidan dalam menjalakan tugasnya senatiasa mendahulukan kepentingan
klien, keluarga dan mayarakat dengan identitas yang sama sesuia dengan
kebutuhan berdasarkan kemampuan yang di milikinya.
1. Ketika bidan sudah siap berangakat ke suatu pertemuan, mendadak dating
klien untuk berkonsultasi / partus, tentu saja kepentingan klien yang
diutamakan sekalipun pertemuan tersebut sangat penting, dengan catatan
usahakan agar mengutus oarng lain kepertemuan tersebut untuk meberi
kabar.
2. Ketika bidan sudah siap kekantor/ puskesmas/ kerja, mendadak ada
seorang angota keluarga datang meminta bantuan untuk menolong seorang
bayi yang kejang, tentu saja, kiat mengutamakan permintaan untuk meliha
anak kejang tersebut terlebih dahulu.
3. Bidan sudah merencanakan cutikkeluar kota, namun sebelum berangkat
pamong meminta untuk member ceramah mengenai ASI kepada
masyarakat, tentu haln ini di dahulukan
f. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan
pelaksanaan tugasnya, dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk
meningkatkan derajat kesehatan secara optimal.
1. Bidan harus mengadakan kunjungan rumah atau masyarakat  untuk meberi
penyuluhan serta motivasi agar masyarakat atau membentuk posyandu
kepada ibu yang mempunyai balita/ibu hamil, untuk memeriksakan diri di
posyandu.
2. Bidan dimana saja berada, baik dikantor, puskesmas, BPS, maupun berada
ditengah tengah masyarakat lingkungan tempat tinggal, harus selalu
member motivasi untuk senantiasa hidup sehat.

Bab II. Kewajiban bidan terhadap tugasnya


a. Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan parirurna kepada klien,
keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemempuan profesi yang di milikinya
berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
1. Melaksanakan pelayanan yang bersifat pencegahan seperti asuahan
antenatal (ANC), member imunisasi, KIE, sesuai dengan kebutuhan.

6
2. Member pelayanan yang bersifat pengobatan sesuai dengan wewenang
bidan, contoh member suntikan ergometrin, syntocinon, insfus dll
3. Member pelayan yang bersifat promotif/peningkatan kesehatan, seprti
member roboransia.
4. Member pelayanan yang bersifat rehabilitative contoh senam nifas,
penghayatan gizi, bimbingan mental.
b. Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai kewenangan dan
mengambil keputusan dalam tugasnya termasuk keputusan mengadakan
konsultasi dan atau rujukan.
1. Menolong partus dirumah sendiri, di puskesmas, di rimah sakit dan partus
luar.
2. Mengadakan pelayanan konsultasi terhadap ibu, bayi dan KB sesujuk 
dengan wewenangnya.
3. Merujuk pasein yang tidak dapat di tolong ke RS yang di miliki fasilitas
lebih lengkap.
c. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangann yang dapat dan atau
dipercayakan kepadanya, kecuali bila di minta oleh pengadilan atau diperlukan
sehubungan dengan kepentingan klien.
1. Ketika bertugas, bidan tidak di benarkan menceritakan segala sesuatu yang
di ketahuinya kepada siapa pun termasuk keluarganya contoh bidan 
menemukan pasien dengan penyakit sifilis atau gonore. Kadang kadang
pasien menceritakan keadan rumah tangganya kepada bidan dan bidan
tidak boleh menceritakan kepad suami, keluarga atau orang lain.

Bab III. Kewajiban Bidan terhadap sajawat dan tenaga kesehatan lainnya
a. Setiap bidan harus memiliki hubungan baik dengan teman sejawat untuk
menciptaka suasana kerja yang serasi.
1. Dalam melaksanakan tugas kebidanan baik pemerintah/non pemerintah
jika ada sejawat yang berhalangan (cuti), bidan dapat saling menggantikan,
sehingga pelayanan tetap berjalan.

7
2. Sesame sejawat harus saling mendukung, misalnya dengan mengadakan
arisan, piknik bersama, mengunjungi teman yang sakit, memenuhi
undangan perkawanian keluarga, khitanan.
b. Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati baik
terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainya.
1. Kilen A memeriksakan kehamilan pada bidan B, namun pada waktu mau
bersalin,klien datang ke bidan C. sikap bidan C harus menjelaskan kepada
klien bahwa riwayat kehamilan berada pada bidan B, sehingga sebaiknya
persalinan di tolong bidan B, akan tetapi, jika klien tidak mengingikanya,
bidan C harus menolong persalinanya, dengan member tahu bidan B dan
sekaligus menayakan riwayat ANC nya. Kecuali jika pasein segera
melahirkan dan ridak sempat berkomunikasi lagi dengan bidan B, bidan C
harus menolonganya dan setelah itu memberitahu bidan B.
2. Dalam menerapkan lokasi BPS, perlu diperhatika jarak dengan BPS yang
sudah ada.
3. Jika mengalami kesulitan, bidan dapat salling membantu dengan
mengonsultasikan kesulitan dengan sejawat
4. Dalam kerjasama antar teman sejawat, konsultasi atau pertolongan
mendadak hendaknya melibatkan imbalan yang sesuai dengan kesepakan
bersama.

Bab IV. Kewajiban bidan terhadap profesinya


a. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya
dan menampilakan kepribadian yang tinggi dan memberikan pelayanan yang
bermutu kepaa masyarakat
1. Jadi panutan dalam hidupnya
2. Berpenampilan yang baik
3. Tidak membeda bedakan pengkat, jabatan, golongan
4. Menjaga mutu pelayanan profesinya sesuai dengan standar yang telah
ditemukan
5. Dalam menjalankan tugasnya, bidan tidak diperkenakan mencari
keuntungan pribadi dengan menjadi agen promosi suatu produk.

8
6. Mengunakan pakaina dinas dan kelengkapanya hanya dalam waktu dinas.
b. Setiap bidan harus senantiasa mengembengkan diri dan meningkatkan
kempuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
1. Mengembengkan kemampuan dilahann praktek
2. Mengikuti pendidikan formal
3. Mengikiti pendidikan kelanjutan melalui penataran, seminar lokakarya,
symposium, membaca majalah, buku lain lain secara pribadi.
c. Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan
sejeninya yang dapat meningkatkan mutu dan citra p[rofesinya.
1. Membantu pembuatan perencanaan penelitian kelompok
2. Membentu pelaksanaan proses penlitian dalam kelompok
3. Membentu pengelolaan hasil penelitian kelompok
4. Membantu pembuatan laporan penelitiankelompok
5. Membantu perencanaan penelitian mandiri
6. Melaksanakan penelitian mandiri
7. Mengelola hasil penelitian
8. Membuat laporan penelitian.

Bab V. Kewajiban Bidan terhadap diri sendiri


a. Setiap bidan harus memelihara kesehatan agar dapat melaksanakan tugas
profesinya dengan baik.
1. Memerhatikan kesehatan perorangan
2. Memperhatikan kesehatan lingkungan
3. Memeriksa diri secara berkala setiap setahun sekali
4. Jika mengalami sakit atau keseimbangann tubuh terganggu, segera
memeriksakan diri ke dokter
b. Setiap bidan seyogyanya berusaha untuk meningkatkan pengetahuan
keterampilan sesuai dengan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknoligi.
1. Membaca buku buku kesehatan, kebidanan, keperawatan pada umumnya
bahkan pengetahuan umum.

9
2. Menyempatkan membaca Koran
3. Berlangganan maslah profesi, majalah kesehatan.
4. Mengikuti penataran berkala seperti simulasi, symposium, lokakarya
tentang kesehatan umumnya, kebidanan kesehatan.
5. Mengadakan latihan berkala seperti simulasi atau demontrasi untuk
tindakan yang jarang terjadi, pada kesempatan pertemuan IBI di tingkat
kecamatan, cabang, dearah atau pusat.
6. Mengundang pakar untuk member ceramah atau diskusi pada kesempatan
pertemuan rutin, misalnya bulanan.
7. Mengisi ruprik bulletin
8. Mengadakan kaunjungan atau studi perbandingan kerumah sakit rumah
sakit yang lebih maju ke daerah daerah terpencil.
9. Membuat tulisan atau makalah secara bergantian, yang di sajikan dalam
kesempatan pertemuan rutin.

Bab VI. Kewajiban bidan terhadap pemerintah nusa bangsa dan tanah air.
a. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa melaksanakan ketentuan
ketentuan kesehatan khususnya dalam pelaksanan kesehatan ibu dan anak,
keluarga berencana dan kesehatan keluarga.
1. Bidan harus mempelajari perundangan  undangan kesehatan Indonesia
dengan cara :
a) Menyebarluaskan informasi atau perundangan undangan yang
dipelajri kepada anggota
b) Mengundang ahli atau penceramah yang di butuhkan
2. Mempelajari program pemerintah, khususnya menangani pelayan
kesehatan di Indonesia
3. Mengidentifikasi perkembangan kurikulum  sekolah tenaga kesehatan
umunya, keperawatan dan kebidanan khususnya.
b. Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan pemikiran
kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu jangkauan pelayanan kesehatan
terutama pelayanan kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana dan kesehatan
keluagra.

10
1. Bidan harus menyampaikan laporan kepada setiap \jajaran IBI tentang
berbagai hal yang berhubungan dengan melaksanakan tugasa bidan di
daerah, termasuk faktor penunjang maupun penghambat pelaksanaan tugas
itu.
2. Mencoba membuat penelitian tentang masalah yang sering terjadi di
masyarakat yang berhubungan dengan tugas profesi kebidanan, misalnya
penelitian mengenai :
a) Berapa biaya standar persalinan normal di suatu daerah
b) Berapa banyak animo masyarakat di suatu daerah terhadap fasilitas
KIA/KB yang telah di sediakan oleh pemerintah.
c)
Bab VII. Penutup
a. Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya sehari hari senantiasa menghayati
dan mengamalkann kode etik bidan Indonesia.
b. Setiap bidan senantiasa memberi pelayanan paripurna terhadap klien, keluarga
dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya
berdasarkan pada kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
c. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk
menciptakan suasana kerja yang serasi.
d. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjunng tinggi citra profesinya
dengan menampilkan keperibadian yang tinggi dan memberi pelayanan yang
bermutu kepada masyarakat.
e. Setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas
profesinya dengan baik.
f. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan ketentuan-
ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pelayanan
KIA/KB dan kesehatan keluarga serta masyarakat.
g. Setiap bidan harus melakukan kewajiban-kewajibannya, kewajiban bidan
terhadap masyarakat, kewajiban bidan terhadap tugasnya, kewajiban bidan
terhadap sejawatnya, kewajiban bidan terhadap profesinya, kewajiban bidan
terhadap dirinya sendiri, serta kewajiban bidan terhadap nusa bangsa dan
negara.

11
.

PENYIMPANGAN KODE ETIK BIDAN

Kode etik diharapkan mampu menjadi sebuah pedoman yang nyata bagi
para bidan dalam menjalankan tugasnya. Tapi pada kenyataannya para bidan
masih banyak yang melakukan pelanggaran terhadap kode etiknya sendiri dalam
pemberian pelayanan terhadap masyarakat.
Bentuk dari pelanggaran ini bermacam-macam. Seperti pemberian
pelayanan yang tidak sesuai dengan kewenangan bidan yang telah diatur dalam
Permenkes Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran
Praktik Bidan.
Dalam mengadaptasi teori etika seorang bidan harus mampu menyesuaikan
dengan keadaan dirinya dan berlandaskan pada kode etik dan standar profesi.
Bidan tidak dapat memaksakan untuk mengadapatasi suatu teori etika secara kaku,
karena hal ini akan merugikan bidan itu sendiri.Bidan harus menilai kemampuan
dirinya dalam melakukan  sesuatu namun tidak menyimpang dari prinsip
pelayanan, yaitu berusaha mengutamakan keselamatan ibu, bayi dan kelurga.
Contohnya ketika seorang bidan desa harus menolong persalinan, disaat jadual
pemeriksaan kehamilan, selain itu ada beberapa ibu yang memerlukan pelayanan
KB dan asuhan BBL. Maka kemungkinan besar ia hanya dapat menerapkan teori
utilitarian (mencoba menghasilkan yang terbaik bagi semua orang sesuai
kemampuannya, karena golongan utilitarian meyakini bahwa hasil yang didapat
setiap orang harus sama. Sebenarnya bidan tersebut dapat menerapkan teori
deontologi, namun pelayanan yang ia berikan tidak akan mencakup semua klien.
Contoh pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh bidan adalah penangan
kasus kelahiran sungsang, melakukan aborsi, menolong partus patologis dan yang
lainnya.
Untuk kasus kelahiran sungsang jika bidan melakukan pertolongan sendiri
maka bertentangan dengan :

12
a. Undang-Undang Kesehatan Pasal 5 Ayat (2) yang  menyatakan bahwa ) “
Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang
aman
b. PERMENKES RI tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan Pada Pasal
10 point ( d ) disebutkan bahwa “ Pelayanan kebidanan kepada ibu meliputi 
pertolongan persalinan  normal
Dalam kasus aborsi jika bidan melakukan tindakan aborsi maka akan
melanggar peraturan : Pasal 229
1. Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya
supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa
karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana
penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak tiga ribu
rupiah.
2. Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau
menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika
dia seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah
sepertiga.
3. Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani
pencarian maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.
Dimana melakukan pelanggaran yuridis atau hukum berarti juga melakukan
pelanggaran kode etik bidan yang telah ditetapkan. Pelanggaran yang terjadi bisa
diproses melalui hukum. Sedangkan jika melakukan pelanggaran kode etik belum
tentu melakukan pelanggaran yuridis.

Sanksi Pelanggaran
Setiap penyimpangan baik itu disengaja atau tidak, akan tetap di audit oleh
dewan audit khusus yang telah dibentuk oleh organisasi bidan atau dinas
kesehatan di kabupaten tersebut. Dan bila terbukti melakukan pelanggaran atau
penyimpangan maka bidan tersebut akan mendapat sanksi yang tegas, supaya
bidan tetap bekerja sesuai kewenangannya.  Sanksi adalah imbalan negatif,
imbalan yang berupa pembebanan atau penderitaan yang ditentukan oleh hukum
aturan yang berlaku. Sanksi berlaku bagi bidan yang melanggar kode etik dan

13
hak/kewajiban bidan yang telah diatur oleh organisasi profesi. Bagi bidan yang
melaksanakan pelayanan kebidanan tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku
maka akan diberikan sanksi sesuai dengan Permenkes RI No.
1464/Menkes/PER/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan. 
Sanksi yang diberikan kepada bidan bisa berupa pencabutan ijin praktek
bidan, pencabutan SIPB sementara, atau bisa juga berupa denda. Selain itu bidan
juga bisa mendapat sanksi hukuman penjara jika melakukan pelanggaran terhadap
peraturan perundang-undangan.
Apabila seorang bidan melakukan pelanggaran kode etik maka penyelesaian
atas hal tersebut dilakukan oleh wadah profesi bidan yaitu IBI.
Dan pemberian sanksi dilakukan berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku
didalam organisasi IBI tersebut. Sedangkan apabila seorang bidan melakukan
pelanggaran yuridis dan dihadapkan ke muka pengadilan. Maka IBI melalui MPA
dan MPEB wajib melakukan penilaian apakah bidan tersebut telah benar-benar
melakukan kesalahan. Apabila menurut penilaian MPA dan MPEB kesalahan atau
kelalaian tersebut terjadi bukan karena kesalahan atau kelalaian bidan,
dan bidan tersebut telah melakukan tugasnya sesuai dengan standar profesi, maka
IBI melalui MPA wajib memberikan bantuan hukum kepada bidan tersebut dalam
menghadapi tuntutan atau gugatan di pengadilan

14

Anda mungkin juga menyukai