Anda di halaman 1dari 9

FIMOSIS

A. Definisi
Fimosis adalah suatu kondisi dimana prepusium tidak dapat diretraksi ke arah

glans penis. Pada akhir tahun pertama kehidupan, retraksi kulit prepusium ke belakang

sulkus glandularis hanya dapat dilakukan pada sekitar 50% anak laki-laki dan kejadian

ini meningkat menjadi 89% pada saat usia tiga tahun.

Menurut (Muslihatun,2010:160) Fimosis adalah keadaan kulit penis (preputium)

melekat pada bagian kepala penis dan mengakibatkan tersumbatnya lubang saluran air

kemih, sehingga bayi dan anak jadi kesulitan dan kesakitan saat kencing. Sebenarnya

yang berbahaya bukanlah fimosis sendiri, tetapi kemungkinan timbulnya infeksi pada

uretra kiri dan kanan, kemudian ke ginjal. Infeksi ini dapat menimbulkan kerusakan pada

ginjal.

Merupakan kondisi penis dengan kulit yang melingkupi kepala penis (glans) tidak

bisa ditarik ke belakang untuk membuka seluruh bagian kepala penis (kulup,prepuce,

preputium, foreskin). Preputium terdiri dari dua lapis, bagian dalam dan luar, sehingga

dapat ditarik ke depan dan belakang pada batang penis. Pada fimosis, lapis bagian

dalam preputium melekat pada glans penis. Kadangkala perlekatan cukup luas sehingga

hanya bagian lubang untuk berkemih (meatus urethra externus) yang terbuka.

Apabila preputium melekat pada glans penis, maka cairan smegma, yaitu cairan

putih kental yang biasanya mengumpul di antara kulit kulup dan kepala penis akan

terkumpul di tempat itu, sehingga mudah terjadi infeksi. Umumnya tempat yang diserang

infeksi adalah ujung penis, sehingga disebut balantis. Sewaktu anak buang air kecil,
anak akan menjadi rewel dan yang terlihat adalah kulit preputium terbelit dan

menggelembung. (Sudarti, 2012:184)

Fimosis bisa merupakan kelainan bawaan sejak lahir (kongenital) maupun

didapat. Fimosis kongenital (true phimosis) terjadi apabila kulit preputium selalu melekat

erat pada glans penis dan tidak dapat ditarik ke belakang pada saat lahir, namun seiring

bertambahnya usia serta diproduksinya hormone dan faktor pertumbuhan, terjadi proses

keratinisasi lapisan epitel dan deskuamasi antara glans penis dan lapis bagian dalam

preputium sehingga akhirnya kulit preputium terpisah dari glans penis. (Muslihatun,

2010:161)

B. Prevalensi
Diperkirakan 96 dari 100 bayi laki-laki lahir dengan fimosis fisiologis. Pada tahun

pertama kehidupan, sekitar 50% anak laki-laki dapat meretraksi preputium hingga sulkus

glandularis, angka ini meningkat menjadi 89% pada usia tiga tahun. Pada usia 6-7 tahun

terdapat 8% anak yang masih mengalami fimosis, dan sebesar 1% pada usia 16-18

tahun. Sebuah penelitian terhadap pasien dewasa yang melakukan sirkumsisi,

menemukan bahwa fimosis merupakan indikasi yang paling sering ditemui (46,5%),

diikuti dyspareunia (17,8%), balanitis (14,4%), dan fimosis bersamaan dengan balanitis

(8,9%).

Insiden fimosis patologis adalah 0,4 per 1000 anak laki-laki per tahun, jauh lebih

kecil dibanding fimosis fisiologis. Namun demikian, masih banyak terdapat misdiagnosis

yang menyebabkan kecemasan pada orang tua dan tingginya rujukan ke urologi. Dari

semua kasus rujukan ke bagian urologi, hanya 8-14,4% yang merupakan “true” fimosis

yang membutuhkan intervensi bedah.


C. Derajat (Grade)

(dari kanan ke kiri) Gambar derajat keparahan fimosis dari paling ringan ke paling parah

Meuli et al. telah mengklasifikasikan fimosis menjadi 4 derajat sebagai berikut:

 Grade I— fully retractable prepuce with stenotic ring in the shaft

 Grade II—partial retractability with partial exposure of the glans

 Grade III—partial retractability with exposure of the meatus only, and

 Grade IV—no retractability.

D. Etiologi
Fimosis pada bayi laki-laki yang baru lahir terjadi karena ruang di antara kutup

dan penis tidak berkembang dengan baik. Kondisi ini menyebabkan kulup menjadi

melekat pada kepala penis, sehingga sulit ditarik ke arah pangkal. Penyebabnya, bisa

dari bawaan dari lahir atau didapat, misalnya karena infeksi atau benturan.

(Putra,2012:394)

Etiologi fimosis fisiologi adalah kondisi normal perkembangan bayi di masa awal

kehidupan, di mana lapisan epitel pada glans dan preputium mengalami perlekatan.

Preputium yang melekat pada glans akan terpisah seiring pertambahan usia. Upaya
menarik paksa preputium pada fimosis fisiologis dapat menyebabkan microtear (robekan

mikro), infeksi, dan perdarahan dengan konsekuensi sekunder berupa jaringan parut

dan fimosis patologis.

Etiologi fimosis fisiologis antara lain adalah:

 Adhesi alami antara preputium dan glans penis.

 Preputial tip yang sempit

 Frenulum breve (frenulum pendek secara kongenital dengan berbagai derajat,

sehingga membatasi gerakan preputium terhadap glans)

 Sulitnya retraksi yang mungkin berhubungan dengan kelainan kongenital

seperti macroposthia, limfedema penis, microphallus, buried penis, atau webbed

penis

Fimosis patologis memiliki beberapa etiologi yang berbeda:

 Upaya penarikan paksa preputium pada fimosis fisiologis dapat membentuk jaringan

sikatrik dan memicu fimosis patologis

 Balanitis, posthitis, atau balanoposthitis berulang.

 Balanitis xerotica obliterans (BXO): merupakan inflamasi yang bersifat kronik

progresif yang melibatkan preputium, glans, dan kadang termasuk uretra. Proses

patologis BXO menyebabkan skar stenosis yang tampak pucat pada preputium.

 Pasca sirkumsisi : jika selama prosedur terdapat preputium yang tidak tereksisi

dengan baik akan menyisakan bagian tepi yang sembuh di depan meatus dengan

derajat fibrosis dan striktur yang bervariasi.


E. Patofisiologi
Menurut (Muslihatun,2010:161) Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru

lahir, karena terdapat adesi alamiah antara preputium dengan glans penis. Sampai usia

3-4 tahun, penis tumbuh dan berkembang. Debris yang dihasilkan oleh epitel preputium

(smegma) mengumpul di dalam preputium dan perlahan-lahan memisahkan preputium

dengan glans penis. Smegma terjadi dari sel-sel mukosa preputium dan glans penis

yang mengalami deskuamasi oleh bakteri yang ada di dalamnya.

Ereksi penis yang terjadi secara berkala membuat preputium terdilatasi perlahan-

lahan sehingga preputium menjadi retraktil dan dapat ditarik ke arah proksimal. Pada

usia 3 tahun, 90% preputium sudah dapat diretraksi. Pada sebagian anak, preputium

tetap lengket pada glans penis, sehingga ujung preputium mengalami penyimpangan

dan akhirnya dapat mengganggu fungsi miksi.

Biasanya anak menangis dan pada ujung penis tampak menggelembung. Air

kemih yang tidak lancar, kadang-kadang menetes dan memancar dengan arah yang

tidak dapat diduga. Kalau sampai terjadi infeksi, anak akan menangis setiap buang air

kecil dan dapat pula disertai demam. Ujung penis yang tampak menggelembung

disebabkan oleh adanya penyempitan pada ujung preputium karena terjadi perlengketan

dengan glans penis yang tidak dapat ditarik ke arah proksimal. Adanya penyempitan

tersebut menyebabkan terjadi gangguan aliran urin pada saat miksi. Urine terkumpul di

ruang antara preputium dan glans penis, sehingg ujung penis tampak menggelembung.
F. Gejala
Gejala yang sering terjadi pada fimosis menurut (Rukiyah,2010:230) diantaranya:

 Bayi atau anak sukar berkemih

 Kadang-kadang begitu sukar sehingga kulit preputium menggelembung seperti balon

 Kulit penis tidak bisa ditarik kearah pangkal

 Penis mengejang pada saat buang air kecil

 Bayi atau anak sering menangis sebelum urin keluar/air seni keluar tidak lancer

 Timbul infeksi

G. Diagnosis
Jika prepusium tidak dapat atau hanya sebagian yang dapat diretraksi, atau

menjadi cincin konstriksi saat ditarik ke belakang melewati glans penis, harus diduga

adanya disproporsi antara lebar kulit prepusium dan diameter glans penis. Selain

konstriksi kulit prepusium, mungkin juga terdapat perlengketan antara permukaan dalam

prepusium dengan epitel glandular dan atau frenulum breve. Frenulum breve dapat

menimbulkan deviasi glans ke ventral saat kulit prepusium diretraksi.

H. Tatalaksana
 Observasi

Tindakan observasi dilakukan pada fimosis fisiologis dengan strategi watchful

waiting. Strategi ini perlu diiringi dengan penjelasan kepada orang tua untuk menjaga

higiene preputium dan tidak dianjurkan melakukan tarikan paksa pada preputium.

Sekitar 90% preputium dapat diretraksi ketika anak berusia 3 tahun, dan hanya 1%

fimosis fisiologis yang persisten hingga usia 17 tahun.


 Medikamentosa

Pemberian kortikosteroid topikal merupakan pilihan terapi pada fimosis fisiologis.

Salep atau krim kortikosteroid (klobetasol atau betamethasone) dapat digunakan dua

kali sehari selama 4-6 minggu.

Mekanisme kerja steroid topikal secara pasti belum diketahui. Anti-inflamasi

lokal, imunosupresi, dan efek menipiskan kulit dipercaya berhubungan dengan resolusi

pada fimosis.

Penggunaan steroid topikal pada pasien dengan balanitis xerotika obliterans

(BXO) menunjukkan hasil yang kurang baik, hanya 10% yang menunjukkan respon

pada bulan ketiga dan 30% setelah 14 bulan terapi.

 Retraksi manual

Retraksi preputium dapat dilakukan dengan menggunakan eutectic mixture of

local anaesthetic (EMLA) sebelum melepaskan adhesi pada preputium. Retraksi manual

paksa dapat menimbulkan re-adhesi preputium dan glans pada 68% pasien yang

mendapatkan terapi retraksi. BXO umumnya terjadi akibat retraksi paksa preputium.

Kombinasi retraksi manual dengan kortikosteroid topikal menunjukkan hasil yang lebih

baik.

 Pembedahan

Kegagalan penatalaksanaan medikamentosa memerlukan intervensi bedah. Di

Amerika Serikat, sirkumsisi merupakan pilihan terapi untuk fimosis, sementara di Eropa

prepusioplasti lebih sering dilakukan.


o Sirkumsisi

Sirkumsisi adalah prosedur membuang preputium sehingga glans penis menjadi

terbuka. Sirkumsisi dilakukan pada fimosis patologis, BXO, balanitis atau balanoposthitis

berulang, serta infeksi saluran kemih berulang. Sirkumsisi yang baik akan

menghilangkan fimosis, mencegah terjadinya parafimosis, frenulum tear, atau

perdarahan yang berkaitan dengan hubungan seksual.

Sirkumsisi tidak dianjurkan pada pasien dengan kelainan kongenital pada penis,

seperti hipospadia atau buried penis, infeksi lokal akut, dan gangguan koagulopati.

o Prepusioplasti

Preputioplasti merupakan istilah medis untuk bedah plastik pada preputium

fimosis. Tindakan ini akan menghasilkan gambaran yang mirip dengan prosedur dorsal

slit, dengan retraksi reguler preputium maka akan memungkinkan retraksi normal pada

preputium.

Prepusioplasti memiliki keuntungan seperti proses penyembuhan yang lebih

cepat, kurangnya angka kesakitan, dapat mempertahankan daerah erogen dan fungsi

fisiologis seksual, meskipun kejadian fimosis berulang dapat terjadi.

I. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada anak /bayi yang mengalami fimosis, antara

lain terjadinya infeksi pada uretra kanan dan kiri akibat terkumpulnya cairan smegma

dan urine yang tidak dapat keluar seluruhnya pada saat berkemih. Infeksi tersebut akan

naik mengikuti saluran urinaria hingga mengenai ginjal dan dapat menimbulkan

kerusakan pada ginjal (Muslihatun,2010:162).


Pada 90% laki-laki yang dikhitan kulup zakar menjadi dapat ditarik kembali

(diretraksi) pada umur 3 tahun. Ketidakmampuan untuk meretraksi kulup zakar sebelum

umur ini dengan demikian fimosis patologis dan fimosis merupakan indikasi untuk

dikhitan. Fimosis adalah ketidakmampuan kulup zakar untuk diretraksi pada umur

tertentu yang secara normal harus dapat diretraksi. Fimosis dapat kongenital/sekuele

radang. Fimosis yang sebenarnya biasanya memerlukan bedah pelebaran/pembesaran

cincin fimosis/khitan. Akumulasi smegma di buah kulup zakar infatil fimosis patologis

dan fimosis memerlukan pengobatan bedah (Sudarti,2010:185).

Anda mungkin juga menyukai