TINJAUAN PUSTAKA
B. Definisi Fimosis
Fimosis adalah suatu kelainan dimana preputium penis yang tidak dapat
di retraksi (ditarik) ke proksimal sampai ke korona glandis. Pada fimosis,
preputium melekat pada bagian glans dan mengakibatkan tersumbatnya lubang
saluran kencing, sehingga menjadi sulit nyeri pada saat buang air kecil.
C. Klasifikasi Fimosis
1. Fimosis kongenital (fimosis fisiologis, fimosis palsu, pseudo phimosis).
Pada saat lahir, preputium tidak dapat ditarik hingga waktu yang bervariasi.
Muncul pertama kali pada usia gestasi 8 minggu sebagai epithelial ridge,
usia gestasi 16 preputium komplit dan menutup glans. Pada tahap ini,
lapisan epital dari glans dan preputium menempel, namun seiring
bertambahnya usia serta diproduksinya hormon dan faktor pertumbuhan,
terjadi proses keratinisasi lapisan epitel dan deskuamasi antara glans penis
dan lapis bagian dalam preputium mulai dari proksimal sehingga akhirnya
kulit preputium terpisah dari glans penis.
2. Fimosis didapat (fimosis patologik, fimosis yang sebenarnya, true phimosis)
timbul kemudian setelah lahir. Fimosis Patologis didefinisikan sebagai
ketidakmampuan untuk menarik preputim setelah sebelumnya yang dapat
ditarik kembali. Fimosis ini disebabkan oleh sempitnya muara di ujung kulit
kemaluan secara anatomis. Hal ini berkaitan dengan kebersihan (higiene)
yang buruk, peradangan kronik glans penis dan kulit preputium
(balanoposthitis kronik), atau penarikan berlebihan kulit preputium (forceful
retraction) pada fimosis kongenital yang akan menyebabkan pembentukkan
jaringan ikat (fibrosis) dekat bagian kulit preputium yang membuka.
Rickwood mendefinisikan fimosis patologis adalah kulit distal penis
(preputium) yang kaku dan tidak bisa ditarik, yang disebabkan oleh
Balanitis Xerotica Obliterans (BXO). BXO adalah kondisi kulit sikatrik
yang secara histologis identik dengan lichen sclerosis. Ini merupakan
kondisi kulit kronis yang disebabkan oleh autoimun.
Perbedaan Fimosis fisiologis dan patologis
F. Penatalaksanaan Fimosis
Sebagai pilihan terapi konservatif dapat diberikan salep kortikoid (0,05-
0,1%) dua kali sehari selama 4-8 minggu. Terapi ini tidak dianjurkan untuk bayi
dan anak-anak yang masih memakai popok, tetapi dapat dipertimbangkan untuk
usia sekitar tiga tahun.4,5
Tidak dianjurkan melakukan dilatasi atau retraksi yang dipaksakan pada
penderita fimosis, karena akan menimbulkan luka dan terbentuk sikatriks pada
ujung prepusium sebagai fimosis sekunder. Indikasi medis utama dilakukannya
tindakan sirkumsisi pada anak-anak adalah fimosis patologik. Pada kasus dengan
komplikasi, seperti infeksi saluran kemih berulang atau balloning kulit
prepusium saat miksi, sirkumsisi harus segera dilakukan tanpa
memperhitungkan usia pasien.6,7
G. Komplikasi Fimosis
1. Ketidaknyamanan/nyeri saat berkemih
2. Akumulasi sekret dan smegma di bawah preputium yang kemudian terkena
infeksi sekunder dan akhirnya terbentuk jaringan parut.
3. Pada kasus yang berat dapat menimbulkan retensi urin.
4. Pembengkakan/radang pada ujung kemaluan yang disebut ballonitis.
5. Infeksi saluran kemih
Gambar 5. Balanitis.