Anda di halaman 1dari 11

Referat Ilmu Bedah

Phimosis

Disusun oleh:

Felecia Poulina Wijaya 1115053


Kevin Samuel Marpaung 1315238
Denasa Dwi Sopandita Rahim 1315086
Michelle Angel Winata 1315151

Pembimbing:
dr. Eduard P. Simamora, Sp.B, Sp.BA

BAGIAN ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
RUMAH SAKIT IMMANUEL

1
DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................. 1
DAFTAR ISI .................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 3


BAB II LANDASAN TEORI
1.1 Anatomi Penis ............................................................................... 4
1.2 Phimosis ........................................................................................ 5
1.2.1 Definisi ................................................................................. 5
1.2.2 Klasifikasi............................................................................. 5
1.2.3 Etiologi ................................................................................. 6
1.2.4 Patofisiologi ......................................................................... 6
1.2.5 Diagnosis .............................................................................. 7
1.2.6 Penatalaksanaan ................................................................... 8
BAB III KESIMPULAN .................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 12

2
BAB I
PENDAHULUAN

Phimosis adalah suatu kelainan dimana preputium penis yang tidak dapat di
retraksi (ditarik) ke proksimal sampai ke korona glandis. Preputium penis
merupakan lipatan kulit yang menutupi glans penis. Normalnya, kulit preputium
selalu melekat erat pada glans penis dan tidak dapat ditarik ke belakang pada saat
lahir, namun seiring bertambahnya usia dan pertumbuhan terjadi proses keratinisasi
lapisan epitel dan deskuamasi antara glans penis dan lapis bagian dalam preputium
sehingga akhirnya kulit preputium terpisah dari glans penis.
Insidensi phimosis 8% pada anak usia 6-7 tahun, 1% pada anak usia 16-18
tahun. Beberapa penelitian mengatakan kejadian phimosis saat lahir hanya 4% bayi
yang preputiumnya sudah bisa ditarik mundur sepenuhnya sehingga kepala penis
terlihat utuh. Secara perlahan terjadi deskuamasi sehingga perlekatan berkurang.
Sampai usia 1 tahun masih 50% yang belum bisa ditarik penuh. Penanganan
phimosis sampai saat ini dengan cara sirkumsisi.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Anatomi Penis

Gambar 1.7 Anatomi Penis (Tortora & Derrickson, 2012).

1.2 PHIMOSIS

4
1.2.1 Definisi
Phimosis adalah suatu keadaan dimana kulit penis (preputium) melekat pada
glans penis dan mengakibatkan tersumbatnya lubang saluran kemih, sehingga bayi
dan anak menjadi kesulitan dan rasa kesakitan pada saat buang air kecil.
Buried penis adalah kelainan kongenital dimana ukuran penis normal namun
tersembunyi di bawah kulit abdomen, cruris, atau skrotum.

1.2.2 Klasifikasi
Phimosis secara fisiologis terjadi secara alami pada bayi laki-laki yang baru
lahir. Phimosis patologis didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk menarik
preputium dari glans penis dan terjadi setelah masa pubertas, biasanya disebabkan
jaringan scar pada preputium. Hal ini dapat disebabkan oleh infeksi kronis akibat
kurangnya kebersihan pada penis. Phimosis seringkali terjadi pada anak-anak.
Phimosis terdiri dari dua macam yaitu phimosis yang sebenarnya (true
phimosis) dan phimosis palsu (pseudo phimosis). Phimosis yang sebenarnya adalah
phimosis yang disebabkan oleh sempitnya muara di ujung kulit kemaluan secara
anatomis sedangkan phimosis palsu adalah phimosis yang bukan disebabkan oleh
kelainan anatomi melainkan karena adanya faktor perlengketan antara kulit pada
penis bagian depan dengan glans penis orificium urethra externa seakan-akan
terlihat sempit.

a. Phimosis fisiologis b. phimosis patologis

5
1.2.3 Etiologi
Phimosis dapat terjadi pada umur berapapun, biasanya pada pria yang belum
disirkumsisi. Pada pria tua yang diabetes, balanoposthitis kronik dapat
menyebabkan phimosis. Anak-anak < 2 tahun jarang mengalami true phimosis,
preputiumnya yang sempit akan membuka perlahan-lahan dan akhirnya akan terjadi
retraksi preputium yang normal pada glans penis. Pria dewasa yang mengalami
phimosis kemungkinan disebabkan karena balanitis, balanoposthitis, diabetes, atau
keganasan.

1.2.4 Patofisiologi
Phimosis fisiologis terjadi karena adanya adesi lapisan epitel pada
preputium dengan glans. Adesi ini akan hilang secara spontan dengan retraksi
preputium intermiten dan ereksi, sehingga seiring dengan bertambahnya umur,
phimosis fisiologis akan sembuh dengan sendirinya.
Kebersihan yang buruk dan balanitis/balanoposthitis rekuren dapat
menyebabkan terbentuknya scar pada preputium sehingga menyebabkan phimosis
patologis. Retraksi preputium yang dipaksakan dapat menyebabkan luka kecil pada
orificio preputium yang juga dapat menimbulkan scar dan phimosis. Orang tua
berisiko mengalami phimosis sekunder karena berkurangnya elastisitas kulit dan
jarangnya ereksi. Pasien dengan phimosis, baik fisiologis dan patologis, bersiko
berkembang menjadi paraphimosis ketika preputium ditarik secara paksa melewati
glans penis.
Buried penis kongenital disebabkan karena gangguan perkembangan
dimana fascia dartos tidak elastic sehingga kulit penis tidak dapat bergerak dengan
bebas melewati jaringan di bawahnya pada corpus penis. Fascia dartos yang tidak
elastis ini mencegah penis ekstensi ke depan dan menyebabkan penis tersembunyi
di bawah pubis. Faktor lain yang menyebabkan buried penis kongenital adalah
prepubic fat yang berlebihan, loose skin, posisi terpisahnya cruris yang abnormal
(posisi rendah), fascia Buck dan tunica albuginea yang terlekat abnormal, lekatan
yang kurang antara fascia dartos dan kulit dengan fascia Buck.

6
1.2.5 Diagnosis
Dari anamnesis dapat diketaHui beberapa hal. Orang tua dari pasien yang
menderita phimosis fisiologis biasanya membawa pasien ke dokter setelah
mengetahui ketidakmampuan anaknya untuk menarik kulup selama pembersihan
rutin atau pada saat memandikan sang anak. Orangtua juga mungkin merasa
khawatir karena ballooning pada preputium pada saat proses miksi, yang
sebenarnya hal itu normal pada anak-anak laki-laki. Dari segi phimosis patologis
bisa diketahui dari anamnesis pada laki-laki yang mengalami nyeri pada saat ereksi,
ada pula gejala hematuria, infeksi saluran kemih yang berulang, nyeri pada
preputium atau melemahnya pancaran urin pada saat miksi. Dari pemeriksaan fisik,
pada phimosis didapatkan bahwa preputium yang tidak dapat ditarik kearah
proksimal hingga melewati glans penis. Pada phimosis fisiologis, orificio
preputium tidak terdapat scar atau jaringan parut dan terlihat sehat/baik-baik saja.
Sedangkan pada phimosis yang patologis dapat terlihat kontraksi dari cincin putih
fibrosa di sekitar orificio preputium.

1.2.6 PENATALAKSANAAN
Kortikosteroid topikal
Ointment ini digunakan untuk melunakkan preputium sekitar penis
sehingga preputium dapat dengan mudah diretraksi. Ointment ini dioleskan 2x / hari
selama 6-8 minggu bersamaan dengan retraksi manual 2x/hari. Ketika preputium
dapat sepenuhnya diretraksi, ointment dihentikan dan lakukan retraksi manual
harian (selama mandi dengan air hangat dan buang air kecil) akan mencegah
phimosis dari rekurensi. Kortikosteroid yang digunakan adalah hidrokortison 2,5%,
betametason 0,05%, triamsinolon 0,01%, dan fluticasone propionate 0,05%.

Sirkumsisi

7
Sirkumsisi adalah prosedur operasi pembuangan atau pemotongan
preputium dari penis. Indikasi sirkumsisi adalah phimosis, paraphimosis,
balanoposthitis rekuren/severe, infeksi traktus urinarius rekuren. Kontraindikasi
daripada sirkumsisi adalah kelainan bawaan penis termasuk di mana pembukaan
uretra tidak di ujung penis ( hipospadia atau epispadia ), chordee, bayi sakit atau
tidak stabil, gangguan perdarahan. Komplikasi sirkumsisi diantaranya perdarahan,
infeksi (local/sepsis), ulkus pada glans/meatus, deformitas penis

Prosedur
Prosedur sunat biasanya melibatkan langkah-langkah berikut:

- Glands penis dipisahkan dari preputium sepenuhnya hingga mengekspos


alur koronal (punggungan yang mendefinisikan glans penis).
- Smegma dihapus. Smegma adalah zat pucat putih terdiri dari sel-sel mati
yang ada di antara glands penis dan preputium
- Dibuat sebuah incisi sebagai tanda.
- Preputium dikembalikan kedalam posisi normal
- Preputium kemudian dijepit dengan menggunakan 2 buah forcep
kemudian dilakukan sedikit traksi ke arah luar hingga preputium teregang,
kemudian dibuat incisi kedua sebagai tanda sedikit proksimal dari korona
- Irisan kulit penis kemudian diperdalam dan dipotong sekitar tepi alur
koronal;
- Pembuluh darah diikat menggunakan jahitan
- Tepi sisa preputium di korona dengan kulit penis dijahit
- Penis dibalut dengan menggunakan perban steril

8
.

9
BAB IV

Kesimpulan

Phimosis adalah suatu keadaan dimana kulit penis (preputium) melekat pada
glans penis dan mengakibatkan tersumbatnya lubang saluran kemih, sehingga bayi
dan anak menjadi kesulitan dan rasa kesakitan pada saat buang air kecil, sedangkan
buried penis adalah kelainan kongenital dimana ukuran penis normal namun
tersembunyi di bawah kulit abdomen, cruris, atau skrotum. Phimosis dapat
dibedakan menjadi 2 yaitu true phimosis dan pseudophimosis. Adapun gejala yang
sering timbul adalah nyeri pada saat ereksi, hematuria, nyeri pada preputium, dan
meemahnya pancaran kencing. Terapi yang diberikan adalah kortikosteroid topical
dan sirkumsisi

10
DAFTAR PUSTAKA
Richard A Santucci, MD, FACS,Chief of Urology, Detroit Receiving Hospital
;Phimosis, Adult Circumcision, and Buried Penis
(http://emedicine.medscape.com/article/442617-overview)
Rosai, J. (2011). Surgical Pathology. Philadelphia: Elsevier.
Tortora, J. G., & Derrickson, B. (2012). Principles of Anatomy & Physiology 13th
Edition. USA: John Wiley & Sons, Inc.
USCF. (2015). Phimosis. Retrieved from University of California, San Francisco:
https://urology.ucsf.edu/patient-care/children/phimosis
Wilcox DT, Creighton S, Woodhouse CRJ, Mouriquand PDE. Urogenital
Implications of Endocrine Disorders in Children and Adolescents. In: Brook
CGD, Hindmarsh PC, eds.
Clinical Pediatric Endocrinology. London: Blackwell Science Ltd, 2001: 222-6.
World Health Organisation. Manual for male circumcision under local anaesthesia.
2008. Available from:http://www.who.int/hiv/pub/
malecircumcision/local_anaesthesia/en/index.html
Hyns CF, Kriegler JN. Circumcision. In: Schill WB, Comhaire FR, Andrology for
the clinician. Springer-Verlag: Berlin; 2006. pp. 20312.

11

Anda mungkin juga menyukai