Anda di halaman 1dari 21

Clinical Science Session

*Kepaniteraan Klinik Senior /G1A217090


**Pembimbing/ dr. Randy Fauzan, Sp.U

FIMOSIS DAN PARAFIMOSIS


Ayu Lestari* dr. Randy Fauzan, Sp.U**

Oleh :
Ayu Lestari
G1A217090

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN BEDAH


RSUD RADEN MATTAHER JAMBI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
BAB I

PENDAHULUAN

Fimosis merupakan penyempitan ujung preputium yang biasanya disebabkan


oleh fibrosis tepi preusium akibat radang seperti balanopostitis atau setelah sirkumsisi
yang tidak sempurna. Pada Fimosis dapat terjadi dua penyulit, yaitu balanopostitis
kronik dan residif serta kesulitan miksi. Balanopostitis sukar sembuh karena tindak
higienc biasa untuk membesihkan glans dan permukaan dalam preputium tidak dapat
dilakukan.1

Sekitar 96% laki-laki saat lahir diketahui memiliki preputium yang tidak bisa
ditarik. Hal ini disebabkan oleh adisi alami antara preputium dan glans dan karena
kulit yang sempit di preputium dan "frenulum breve." hal ini adalah kejadian
fisiologis dari phimosis. Preputium secara bertahap akan retraksi selama periode
waktu yang bervariasi mulai dari awal kelahiran hingga usia 18 tahun atau lebih. Hal
ini dibantu oleh ereksi dan keratinisasi epitel bagian dalam. Daya retrakbilitas
preputium meningkat dengan bertambahnya usia. Tetapi hanya 2% dari laki-laki
normal terus memiliki tidak memiliki retrakbilitas sepanjang hidup meskipun mereka
dinyatakan normal.2

Sedangkan, Paraphimosis adalah kedaruratan urologis yang yang terjadi pada


pria yang tidak disunat ketika preputium terperangkap di belakang korona penis yang
dapat mengarah ke pencekikan kelenjar serta kompresi pembuluh darah yang
menyakitkan, pembesaran vena distal, edema, dan bahkan nekrosis. Phimosis, dengan
perbandingan, adalah kondisi ketika kulup tidak dapat ditarik kembali di belakang
kelenjar penis.3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Penis

Penis terdiri atas 3 buah korpora berbentuk silindris, yaitu 2 buah korpora
kavernosa yangsaling berpasangan dan sebuah korpus spongiosum yang berada di
sebelah ventralnya.Korpora kavernosa dibungkus oleh jaringan fibroelastik tunika
albuginea sehingga merupakansatu kesatuan, sedangkan di sebelah proksimal terpisah
menjadi dua sebagai krura penis. Setiap krus penis dibungkus oleh otot ishio-
kavernosus yang kemudianmenempel pada rami osis ischii.4

Korpus spongiosum membungkus uretra mulai dari diafragma urogenitalis


dan di sebelah proksimal dilapisi oleh otot bulbo-kavernosus. Korpus spongiosum ini
berakhir pada sebelah distal sebagai glans penis seperti tampak pada gambar 1-8B.
Ketiga korpora itu dibungkus oleh fasia Buck dan lebih superfisial lagi oleh fasia
Colles atau fasia Dartos yang merupakan kelanjutan dari fasia Scarpa.Di dalam setiap
korpus yang terbungkus oleh tunika albuginea terdapat jaringan erektilyaitu berupa
jaringan kavernus (berongga) seperti spon. Jaringan ini terdiri atas sinusoid atau
rongga lakuna yang dilapisi oleh endotelium dan otot polos kavernosus. Rongga
lacuna ini dapat menampung darah yang cukup banyak sehingga menyebabkan
ketegangan batang penis.4
Gambar 1. A. Bagian dari batang penis serta insesinya di dalam osis pubis, B.
Penampang melintang batang penis

2.2 Fimosis

2.2.1 Definisi Fimosis

Fimosis adalah preputium penis yang tidak dapat diretraksi (ditarik) ke


proksimal sampai ke korona glandis. Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru
lahir karena terdapat adesi alamiah antara preputium dengan glans penis. Hingga usia
3-4 tahun penis tumbuh dan berkembang, dan debris yang dihasilkan oleh epitel
preputium (smegma) mengumpul di dalam preputium dan perlahan-lahan
memisahkan preputium dari glans penis. Ereksi penis yang terjadi secara berkala
membuat preputium terdilatasi perlahan-lahan sehingga preputium menjadi retraktil
dan dapat ditarik keproksimal. Pada saat usia 3 tahun, 90% preputium sudah dapat
diretraksi.4

Ini adalah keluhan yang tidak terlalu umum orang tua membawa anaknya ke
dokter anak. Orangtua sering terlalu cemas dan terlalu khawatir tentang
ketidakreaktilitas pada bayi atau balita mereka. Sebagian besar kasus ini berakhir
dengan intervensi bedah dalam bentuk sunat. Analisis catatan medis yang dilakukan
di Inggris dan Australia Barat mengungkapkan bahwa sunat yang diindikasikan
secara medis adalah tujuh kali lebih banyak dari perkiraan yang diharapkan dari
phimosis pada anak-anak kurang dari 15 tahun. Operasi sirkumsi tidak memiliki efek
samping dan juga memiliki dampak ekonomi yang besar. Untuk menghindari operasi
mahal yang tidak diperlukan, penting untuk mengetahui kembali definisi phimosis
dan mengetahui opsi perawatan yang lebih murah dan aman yang lebih baru dan tidak
invasif.2

Sekitar 96% laki-laki saat lahir diketahui memiliki preputium yang tidak bisa
ditarik. Hal ini disebabkan oleh adisi alami antara preputium dan glans dan karena
kulit yang sempit di preputium dan "frenulum breve." hal ini adalah kejadian
fisiologis dari phimosis. Preputium secara bertahapakan retraksi selama periode
waktu yang bervariasi mulai dari awal kelahiran hingga usia 18 tahun atau lebih. Hal
ini dibantu oleh ereksi dan keratinisasi epitelbagian dalam. Dayaretrakbilitas
preputium meningkat dengan bertambahnya usia. Tetapi hanya 2% dari laki-laki
normal terus memiliki tidak memiliki retrakbilitas sepanjang hidup meskipun mereka
dinyatakan normal.2

Dalam fimosis fisiologis, bagian distal preputium sehat dan mengkerut


dengan traksi lembut. Bagian yang menyempit adalah bagian proksimal ke ujung
preputium. Ini berbeda dari phimosis patologis dimana traksi lembut mengarah ke
pembentukan struktur berbentuk kerucut dengan bagian distal yang sempit menjadi
putih dan fibrosis. Meatus urethra eksternus bias berbentuk pin pointPenting untuk
membedakan antara kedua jenis phimosis ini karena perawatan mereka sangat
bervariasi. Pada phimosis fisiologis hanya membutuhkan pendekatan konservatif,
sedangkan manajemen bedah diperlukan dalam phimosis patologisBanyak dokter
yang sulit untuk membedakan antara dua jenis phimosis ini. Misdiagnosis mereka
mengarah ke kecemasan yang orang tuayang tidak perlu dan rujukan yang tidak perlu
kepada ahli urologi untuk dilakukan sirkumsisi. Dari beberapa kasus yang dirujuk ke
klinik urologi, ditemukan bahwa hanya 8-14,4% dari mereka yang memiliki phimosis
"yang benr benar" memerlukan intervensi bedah.2

2.2.2 Etiologi
Fimosis fisiologis terjadi pada pria yang baru lahir. Preputium yang melekat
pada glans penis akan dapat terpisah terpisah dari waktu ke waktu. Upaya untuk
menarik kembali preputium di secara paksa pada phimosis fisiologis akan
menyebabkan microtears, infeksi, dan perdarahan yang menyebabkan jaringan parut
sekunder dan phimosis patologis. Kebersihan yang buruk dan balanitis berulang
(infeksi glans penis), posthitis (radang preputium), atau keduanya dapat menyebabkan
kesulitan dalam retraksi preputium dan menyebabkan phimosis patotolgis. Diabetes
melitus merupakan predisposisi dari infeksi ini karena tingginya kadar glukosa urin,
yang kondusif untuk proliferasi bakteri. Fimosis patologis juga dapat disebabkan oleh
balanitis xeroticanobliteran (BXO), bentuk genital dari lichen sclerosus et atrophicus.
Kondisi ini mempengaruhi baik pria maupun anak laki-laki. Etiologinya tidak
diketahui; penyebab infeksi, inflamasi, dan hormonal telah terlibat. Ini dapat
mewakili keadaan premalignant. 2

2.2.3 Klasifikasi

a. Fimosis kongenital (fimosis fisiologis, fimosis palsu, pseudo phimosis) timbul


sejak lahir. Fimosis ini bukan disebabkan oleh kelainan anatomi melainkan karena
adanya faktor perlengketan antara kulit pada penis bagian depan dengan glans penis
sehingga muara pada ujung kulit kemaluan seakan-akan terlihat sempit. Sebenarnya
merupakan kondisi normal pada anak-anak, bahkan sampai masa remaja. Kulit
preputium selalu melekat erat pada glans penis dan tidak dapat ditarik ke belakang
pada saat lahir, namun seiring bertambahnya usia serta diproduksinya hormon dan
faktor pertumbuhan, terjadi proses keratinisasi lapisan epitel dan deskuamasi antara
glans penis dan lapis bagian dalam preputium sehingga akhirnya kulit preputium
terpisah dari glans penis.5

b. Fimosis didapat (fimosis patologik, fimosis yang sebenarnya, true phimosis)


timbul kemudian setelah lahir. Fimosis Patologis didefinisikan sebagai
ketidakmampuan untuk menarik preputim setelah sebelumnya yang dapat ditarik
kembali. Fimosis ini disebabkan oleh sempitnya muara di ujung kulit kemaluan
secara anatomis. Hal ini berkaitan dengan kebersihan (higiene) yang buruk,
peradangan kronik glans penis dan kulit preputium (balanoposthitis kronik), atau
penarikan berlebihan kulit preputium (forceful retraction) pada fimosis kongenital
yang akan menyebabkan pembentukkan jaringan ikat (fibrosis) dekat bagian kulit
preputium yang membuka.5 Rickwood mendefinisikan fimosis patologis adalah kulit
distal penis (preputium) yang kaku dan tidak bisa ditarik, yang disebabkan oleh
Balanitis Xerotica Obliterans (BXO).

Gambar A. Fimosis Fisiologis. B. Fimosis Patologis, adanya jaringan ikat

2.2.4 Gambaran klinis


Fimosis menyebabkan gangguan aliran urine berupa sulit kencing, pancaran
urinemengecil, menggelembungnya ujung preputium penis pada saat miksi, dan
menimbulkanretensi urine. Higiene lokal yang kurang bersih menyebabkan terjadinya
infeksi padapreputium (postitis), infeksi pada glans penis (balanitis) atau infeksi pada
glans danpreputium penis (balanopostitis).Kadangkala pasien dibawa berobat oleh
orang tuanya karena ada benjolan lunak di ujungpenis yang tak lain adalah korpus
smegma yaitu timbunan smegma di dalam sakus preputiumpenis. Smegma terjadi dari
sel-sel mukosa preputium dan glans penis yang mengalamideskuamasi oleh bakteri
yang ada di dalamnya.4

Fimosis fisiologis hanya melibatkan preputium yang tidak bisa ditarik.


Mungkin terjadi ballooning pada saat buang air kecil. Tetapi nyeri, disuria, dan
infeksi lokal atau ISK tidak terlihat pada kasus ini. Bahkan jika infeksi saluran kemih
hadir, biasanya tidak dikaitkan dengan phimosis. Pada traksi lembut, kerutan
preputium dan jaringan /di atasnya berwarna merah jambu dan sehat.2

Pada phimosis patologis, biasanya ada nyeri, iritasi kulit, infeksi lokal,
perdarahan, disuria, hematuria, episode infeksi saluran kemih yang sering, nyeri
preputium, ereksi yang nyeri saat berhubungan seksual, dan aliran urin yang lemah.
Kadang-kadang, enuresis atau retensi urin dapat terjadi dan meatus urethra berbentuk
pin point dan jaringan di depan preputium berwarna putih dan fibrotic.2

Phimosis karena Balanitis xerotican obliteran (BXO) biasanya berat dengan


meatal stenosis, lesi glanular, atau keduanya. Phimosis pada anak laki-laki dan
dewasa dapat bervariasi dalam tingkat keparahan.2

Fimosis dapat dibagi menjadi 4 grade menurut Meuli et al:2


1. Grade I: Preputium penis dapat diretraksi secara sempurna namun
terbatas pada distal glans penis.
2. Grade II: Preputium dapat diretraksi secara parsial dengan glans penis
yang masih dapat dilihat.
3. Grade III: Preputium dapat diretraksi secara parsial dengan hanya
meatus uretra eksterna yang masih dapat dilihat
4. Grade IV: Tidak dapat diretraksi.
Ada klasifikasi lain dari keparahan phimosis yang diciptakan oleh Kikiros et al.,
Yang adalah sebagai berikut:2

1. Derajat 0 = preputium bias di reyraksi penuh


2. Derajat 1 = preputium dapat diretraksi penuh tapi preputium tegang di
belakang glans
3. Derajat 2 = paparan parsial glans
4. Derajat 3 = retraksi parsial dengan paparan hanya pada meatus
5. Derajat 4 = retraksi dapat dilakukan sedikit sekali dengan glans dan
meatus tidak terekspose sama sekali
6. Derajat 5 = sama sekali tidak bias retraksi

2.2.5 Diagnosis
Diagnosis phimosis terutama berdasarkan pemeriksaan klinis dan tidak ada tes
laboratorium atau pencitraan yang diperlukan. Pemeriksaan penunjang mungkin
diperlukan pada kasus infeksi saluran kemih atau infeksi kulit pada genital. Dokter
harus mampu membedakan phimosis fisiologis dan phimosis patologis. Penilaian
derajat keparahan phimosis harus dilakukan. Penentuan etiologi phimosis, jika
mungkin, harus dilakukan.2

2.2.6 Penatalaksanaan
Tidak dianjurkan melakukan dilatasi atau retraksi yang dipaksakan pada
fimosis, karenamenimbulkan luka dan terbentuk sikatriks pada ujung preputium
sebagai fimosis sekunder.Fimosis yang disertai balanitis xerotika obliterans dapat
dicoba diberikan salepdeksametasone 0,1% yang dioleskan 3 atau 4 kali. Diharapkan
setelah pemberian selama 6minggu, preputium dapat diretraksi spontan.4

Pada fimosis yang menimbulkan keluhan miksi, menggelembungnya ujung


preputiumpada saat miksi, atau fimosis yang disertai dengan infeksi postitis
merupakan indikasi untukdilakukan sirkumsisi. Tentunya pada balanitis atau psostitis
harus diberi antibiotika dahulusebelum sirkumsisi.4
Ketika seorang anak dibawa dengan riwayat ketidakmampuan retraksi
preputium, penting untuk mengkonfirmasi apakah itu phimosis fisiologis atau
patologis. Manajemen phimosis tergantung pada usia anak, jenis phimosis, derajat
keparahan phimosis, penyebab dan kondisi morbiditas yang terkait.2

Ketika dipastikan bahwa phimosis pada anak tidak patologis, sangat penting
untuk meyakinkan orang tua bahwa kondisi tersebut normal pada anak dengan usia
tertentu. Mereka harus diajarkan bagaimana menjaga preputium dan mukosa
preputium terjaga kebersihan dan higienitasnya. Pencucian biasa dengan air hangat
dan retraksi lembut selama anak mandi dan buang air kecil akan membuat preputium
lama-kelamaan akan dapat diretraksi. Sabun yang lembut dapat digunakan, tapi
hindari sabun yang terlalu kuat kandungan bahan kimianya karena dapat
menyebabkan dermatitis iritan kimia dan phimosis patologis. Follow-upmengenai
kebersihan preputium perlu diulang secara berkala.2
2.2.6.1 Steroid topikal
Steroid topikal telah dicoba digunakan pada kasus-kasus phimosis sejak lebih dari 2
dekade terakhir. Secara keseluruhan, penelitian menggunakan krim topikal untuk
phimosis telah menghasilkan hasil yang memuaskan. Angka keberhasilan berkisar
antara 65-95 %. Mekanisme kerja terapi steroid topikal dalam phimosis sampai saat
ini belum diketahui secara pasti. Tetapi kortikosteroid diyakini bekerja melalui efek
anti inflamasi dan imunosupresif lokalnya. Pemberian pelembab mere pada
penelitian-penelitian sebelumnya dikatakan telah gagal untuk menghasilkan hasil
yang memuaskan. Golubovic dkk. membandingkan pemberian steroid topikal
dibandingkan dengan vaseline dan mendapatkan bahwa 19 dari 20 anak dengan
phimosis mengalami perbaikan dengan pemberian steroid dan hanya 4 dari 20 anak
yang mengalami perbaikan dengan pemberian vaseline. Steroid mungkin bekerja
dengan merangsang produksi lipocortin. Hal ini pada gilirannya menghambat
aktivitas fosfolipase A2 dan mengakibatkan menurunnya produksi asam arakidonat.2
Steroid juga menurunkan mRNA sehingga formasi interleukin-1 berkurang.
Sehingga terjadilah proses anti inflamasi dan imunosupresi. Steroid juga
menyebabkan penipisan kulit. Pembentukan glikosaminoglikan pada kulit (terutama
asam hyaluronic) oleh fibroblas akan berkurang. Proliferasi epidermal dan ketebalan
stratum korneum juga berkurang.2
Betamethasone 0,05 % yang diberikan dua kali sehari selama 4 minggu secara
konsisten menunjukkan hasil yang baik. Angka keberhasilan lebih tinggi pada anak
laki-laki pada usia lebih besar dengan tanpa adanya infeksi. Tingkat kepatuhan dalam
pemberian betamethasone dilaporkan menjadi penyebab kegagalan terapi. Penelitian
yang dilakukan pada anak pada usia yang lebih muda juga telah menghasilkan hasil
yang baik. Pemberian betametason krim 0.1 % juga menghasilkan hasil yang sama
baiknya. Dewan dkk. mendapatkan angka keberhasilan sebesar 65% dengan
pemberian krim hidrokortison 1%. Steroid lainnya telah dicoba dan didapatkan efektif
dalam terapi phimosis termasuk clobetasol proprionate 0,05 %, triamcinolone 0,1 %
dan mometason dipropionat. Usia pasien, jenis dan tingkat keparahan phimosis,
pemberian yang tepat dari salep, kepatuhan dalam pengobatan dan perlunya retraksi
preputium secara teratur berpengaruh terhadap angka keberhasilan atau kegagalan
pengobatan. Efek samping dengan steroid topikal yaitu nyeri dan hiperemis yang
ringan pada preputium tetapi itu sangat jarang terjadi. Tidak ada efek samping
signifikan yang dilaporkan bahkan pada anak yang lebih muda. Tingkat pembiayaan
dengan pemberian steroid topikal juga lebih murah daripada sirkumsisi sebesar 27,4
%. Pemberian steroid topikal juga tidak menimbulkan ketakutan pada anak dan tanpa
trauma psikologis seperti pada sirkumsisi. Beberapa penelitian telah menunjukkan
bahwa terdapat penurunan retraktabilitas pada beberapa bulan setelah mendapatkan
terapi lengkap. Namun, pemberian ulang steroid topikal terbukti berguna dalam kasus
tersebut.2
Diperlukan perhatian khusus orang tua terhadap risiko penyerapan steroid
secara sistemik dan supresi pada hipotalamic-pituitary-adrenal (HPA). Tapi risiko ini
kecil mengingat fakta bahwa sejumlah kecil krim steroid yang digunakan dan luas
permukaan kulit yang diolesi krim steroid yang tergolong kecil. Selain itu, steroid
hanya digunakan selama 4-6 minggu. Golubovic dkk. mendapatkan bahwa level
kortisol pada pagi hari meningkat tetapi tidak signifikan pada pasien yang menerima
salep betametason dibandingkan dengan kontrol. Steroid topikal dapat digunakan
sebagai pengobatan lini pertama untuk phimosis patologis dan merupakan pilihan
terapi sebelum diputuskan untuk dilakukan pilihan operasi. Namun, pasien dengan
BXO mempunyai respon yang jelek terhadap steroid topikal.2
Untuk mengurangi kecemasan atas efek samping steroid topikal, salep
antiinflamasi nonsteroid bisa digunakan sebagai alternative. Sodium diclofenak
diberikan tiga kali sehari lalu dievaluasi dan didapatkan angka keberhasilan 75 %
dibandingkan dengan petroleum jelly, yang diketahui tidak mempunyai efektifitas
pada kasus yang digunakan. Krim estrogen 0,1 % juga telah diuji dan ditemukan
efektif pada 90 % kasus.2

Jika pasien yang mengalami balanitis atau balanoposthitis, tergantung pada


etiologinya, dapat diberikan juga antibiotik topikal atau antijamur. Kontrol glukosa
darah secara ketat sangat penting pada pasien diabetes.2

2.2.7 Dilatasi dan Stretching


Dalam hal ini, retraksi preputium secara lembut dapat dilakukan oleh seorang dokter
pada pasien rawat jalan. Adhesiolisis tanpa pembedahan ini merupakan tindakan yang
efektif, murah dan pengobatan yang aman untuk phimosis. Campuran eutektik
anestesi lokal (EMLA) dapat digunakan sebelum upaya release adhesi preputium. He
dan zhou menggunakan balon kateter yang dirancang khusus dengan menggunakan
anestesi lokal pada 512 anak laki-laki dan 100% berhasil. Teknik ini sederhana, aman,
murah, tidak menyakitkan dan memberikan efek trauma lebih ringan daripada
sirkumsisi. Hal ini ditemukan lebih menguntungkan digunakan pada terapi anak-anak
tanpa fibrosis atau infeksi. Terapi kombinasi menggunakan peregangan (stretching)
dan steroid topikal juga telah membuahkan hasil yang memuaskan.2

2.2.8 Terapi bedah


Terapi invasif ini diberikan pada phimosis rekuren yang gagal dengan terapi medis.
2.2.8.1 Alternatif Bedah konservatif.
Merupakan terapi alternatif konservatif selain sirkumsisi dengan banyak komplikasi,
masalah dan risiko. Preputioplasty adalah istilah medis untuk operasi plastik pada
preputium phimosis. Prosedur ini memiliki penyembuhan keluhan nyeri yang lebih
cepat, morbiditas yang lebih sedikit, biaya yang lebih ringan dan menyediakan
preservasi lebih pada kulit preputium, menjaga erotis dan fungsi fisiologis seksual.
Kelemahannya adalah phimosis dapat kambuh kembali. Dorsal
slitdengan transversal closure banyak direkomendasikan karena merupakan tindakan
yang simpel dan hasilnya memuaskan. Prosedur lateral yang dijelaskan oleh Lane
dan South memberikan kosmetik yang memuaskan. Frenulotomy dan
meatoplasty juga memberikan hasil yang baik. Beberapa prosedur seperti Y and V
plasty (Ebbehoj prosedur) merupakan prosedur yang kompleks dan memerlukan
keahlian khusus. Oleh karena itu prosedur ini tidak banyak dipakai.2

2.2.8.2 Sirkumsisi
Dalam hal ini, preputium benar-benar dipotong. Sirkumsisi adalah salah satu operasi
tertua yang dikenal manusia yang berawal dari upacara keagamaan. Namun secara
bertahap menjadi prosedur rutin pada neonatus di Amerika Serikat dan di beberapa
negara eropa sehubungan dengan kebersihan penis yang dilaporkan dapat mencegah
kanker. Sirkumsisi akan menyembuhkan dan mencegah kekambuhan phimosis. Hal
ini juga mencegah episode lebih lanjut dari balanoposthitis dan menurunkan kejadian
infeksi saluran kemih. Komplikasinya antara lain berupa nyeri, penyembuhan luka
yang relative lebih lama, perdarahan, infeksi, trauma psikologis dan biaya yang lebih
tinggi.2
Selain itu, sirkumsisi dapat menyebabkan pembentukan keloid, meskipun sangat
jarang terjadi. Kemungkinan penurunan seksual pada laki-laki yang dilakukan
sirkumsisi dan pasangannya telah dilaporkan karena hilangnya jaringan sensitif
seksual. Dengan munculnya prosedur bedah plastik yang lebih baru untuk phimosis,
sirkumsisi banyak ditinggalkan di eropa dan amerika. Sirkumsisi harus dihindari pada
anak-anak dengan anomali genital dimana preputium mungkin diperlukan untuk
operasi korektif di kemudian hari.2
2.2.9 Terapi lain
Pemberian antibiotik, injeksi steroid intralesi, terapi laser karbondioksida, dan
preputioplasty radial atau dengan injeksi intralesi steroid semuanya telah dijelaskan
sebagai terapi untuk phimosis, tetapi tidak ada percobaan terkontrol acak yang tepat
dari keberhasilan mereka dan hasil jangka panjangnya.2

2.2.10 Komplikasi Fimosis

1. Ketidaknyamanan atau nyeri saat berkemih


2. Akumulasi Sekret dan Smegma di bawah preputium yang kemudian terkena
infeksi sekunder dan akhirnya terbentuk jaringan parut
3. Pada kasus yang berat dapat menyebabkan retensi urin
4. Infeksi pada glans penis (balanitis), preputium (postitis), atau keduanya
(balanopostitis)
5. Infeksi Saluran Kemih1

2.2.11 Prognosis

Perbandingan ekonomis antara penobatan medis dan sirkumsisi pada


penderita fimosis pada suatu penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pemberian
topical kortikosteroid selama 4-8 minggu memberikan keberhasilan 85%
penderita tanpa efek samping. Fimosis memiliki prognosis baik, pasca sirkumsisi
pasien akan kembali normal.5,6

2.3 PARAFIMOSIS

2.3.1 Definisi Parafimosis

Parafimosis adalah preputium penis yang diretraksi sampai di sulkus


koronarius tidakdapat dikembalikan pada keadaan semula dan timbul jeratan pada
penis dibelakan sulkuskoronarius. Menarik (retraksi) preputium ke proksimal
biasanya dilakukan pada saatbersanggama/masturbasi atau sehabis pemasangan
kateter. Jika preputium tidak secepatnyadikembalikan ke tempat semula,
menyebabkan gangguan aliran balik vena superfisialsedangkan aliran arteri tetap
berjalan normal. Hal ini menyebabkan edema glans penis dandirasakan nyeri. Jika
dibiarkan bagian penis di senbelah distal jeratan makin membengkakyang akhirnya
bisa mengalami nekrosis glans penis.4

Gambar 10-1. Parafimosis. A. Menimbulkan jeratan preputium di sebelah proksimal


sulkus koronarius, B.Timbul edema preputium dan glans penis, C. Reposisi manual dengan
cara memijat glans, dan D.Dorsumsisi pada cincin jeratan .

2.3.2 Etiologi

Paraphimosis umumnya terjadi iatrogenically, ketika preputium retraksi untuk


membersihkan, penempatan kateter urin, prosedur seperti cystoscopy, atau untuk
pemeriksaan penis. Kegagalan mengembalikan kulit preputium yang ditarik ke ke
belakang glans segera setelah penarikan awal dapat menyebabkan paraphimosis.
Penyebab lain yang kurang umum adalah trauma penis dan cedera yang disebabkan
oleh diri sendiri.3

2.3.3 Epidemiolgi

Pada anak-anak yang tidak disunat, empat bulan hingga 12 tahun, dengan masalah
preputium, paraphimosis (0,2%) kurang umum dibandingkan gangguan penis lainnya
seperti balanitis (5,9%), iritasi (3,6%), penis adhesi (1,5% ), atau phimosis (2,6%).
Pada orang dewasa, paraphimosis paling sering ditemukan pada remaja. Ini akan
terjadi pada sekitar 1% dari semua laki-laki dewasa di atas 16 tahun.3

2.3.4 Patofisiologi

Apabila sebuah cincin yang membatasi preputium dibiarkan tetap ditarik ke belakang
penis glans untuk jangka waktu lama, ini dapat menyebabkan penurunan drainase
vena distal dan limfa serta penurunan aliran darah arteri ke kelenjar. Aliran darah
arteri dapat menjadi terpengaruh selama beberapa jam sampai berhari-hari. Perubahan
ini pada akhirnya dapat menyebabkan iskemia dan potensi nekrosis pada kelenjar.3

2.3.4 Histopatologi

Saat lahir, ada phimosis fisiologis normal karena adhesi alami antara kelenjar dan
preputium. Selama 3 hingga 4 tahun pertama kehidupan, serpihan, seperti sel-sel kulit
mati, terakumulasi di bawah preputium, secara bertahap memisahkannya dari
kelenjar. Aktivitas ereksi penis intermittent, seperti ereksi nokturnal, juga
berkontribusi pada peningkatan mobilitas preputium, sehinggaa memungkinkan
preputium untuk menjadi sepenuhnya ditarik.3

2.3.5 Gejala dan pemeriksaan fisik

Saat mengevaluasi pasien dengan paraphimosis, riwayat pasien yang


bersangkutan penting. Riwayat ini harus mencakup kateterisasi penis, instrumentasi,
pembersihan atau prosedur lain. Pasien harus ditanya tentang pembersihan rutin
penisnya dan jika dia atau pengasuh secara rutin menarik kembali preputium karena
alasan apa pun. Penting juga untuk menanyakan apakah pasien disunat atau tidak
disunat. Masih mungkin untuk mengembangkan paraphimosis pada pasien yang
sebelumnya telah disunat. Ini bisa disebabkan oleh pasien yang percaya dia disunat
ketika dia tidak melakukannya atau sisa preputium yang berlebihan meskipun telah
disunat.3
Gejala paraphimosis yang khas termasuk eritema, nyeri, dan pembengkakan
preputium dan kelenjar karena cincin konstriksi dari kulit khatan phimotic. Riwayat
pasien biasanya dapat untuk menegakkan diagnosis, tetapi jika tidak, hal itu akan
menjadi jelas pada pemeriksaan fisik langsung. Pemeriksaan fisik harus fokus pada
penis, preputium, dan kateter uretra (jika ada). Warna merah muda pada kelenjar
merupakan indikasi suplai darah yang cukup baik; sedangkan warna gelap, kehitaman
atau hitam menyiratkan kemungkinan iskemia atau nekrosis. Jika kateter urin sudah
terpasang, melepas kateter dapat membantu mengurangi paraphimosis. Setelah
reduksi, indikasi untuk kateter harus ditinjau ulang, dan kateter harus diganti jika
perlu.3

2.3.6 Tindakan

Preputium diusahakan untuk dikembalikan secara manual dengan teknik


memijat glansselama 3-5 menit diharapkan edema berkurang dan secara perlahan-
lahan preputiumdikembalikan pada tempatnya. Jika usaha inii tidak berhasil,
dilakukan dorsum insisi padajeratan sehingga preputium dapat dikembalikan pada
tempatnya. Setelahedema dan proses inflamasi menghilang pasien dianjurkan untuk
menjalani sirkumsisi.4

Manajemen Ringan, paraphimosis tanpa komplikasi dapat dikurangi secara


manual, biasanya tanpa perlu sedasi atau analgesia. Kasus yang lebih sulit atau rumit
mungkin memerlukan anestesi lokal dengan blok penis dorsal, analgesia sistemik,
atau sedasi prosedural. Beberapa metode reduksi tersedia dan dapat diklasifikasikan
menjadi reduksi manual atau pembedahan. Manual, non-bedah, eduksi paraphimosis
dapat dilakukan dengan atau tanpa metode kompresi, oleh agen osmotik, dan
menggunakan teknik tusukan-aspirasi. Pengurangan manual paraphimosis sering
dapat difasilitasi oleh kompresi sederhana dari kelenjar dan preputium yang
membengkak dan edematous selama beberapa menit sebelum mencoba reduksi. Hal
ini memungkinkan pembengkakan edematous dari preputium yang ditarik kembali
berkurang sebelum mencoba reposisi posisi preputium ke posisi biasanya.3
Salah satu metode sederhana melibatkan penekanan secara manual preputium
sementara menarik perlahan ke atas pada lingga. Pengurangan manual juga dapat
dicoba dengan menempatkan kedua jempol di atas kelenjar dengan kedua indeks dan
jari-jari panjang di sekitar preputium yang terperangkap. Kemudian lambat, tekanan
stabil diterapkan untuk memajukan bagian phimotic preputium keluar perlahan,
kembali ke atas kelenjar. Ini bisa diberi dengan sedikit lubrikan. Lubrikan yang
berlebihan harus dihindari karena dapat membuat kulit terlalu licin untuk digenggam
dengan baik.3

Teknik kompresi lain dengan memegang erat bagian penis yang bengkak dari
kelenjar ke arah pangkal dengan perban elastis 1 inci atau 2 inci. Kain kasa harus
digunakan pertama kali di sekitar kulit preputium yang mengalami edema. Perban
kompresi dapat bertahan selama 10 hingga 20 menit untuk meminimalkan edema.
Kemudian, terapkan salah satu metode reduksi manual yang dijelaskan di atas. Ini
merupakan teknik yang disukai karena bungkus elastis dapat disiapkan oleh staf
perawat saat anda menuju ke lokasi pasien.3

Paket es atau sarung tangan bedah yang diisi dengan es dan diaplikasikan
pada area edematous mungkin berguna dalam hubungannya dengan metode lain
untuk membantu mengurangi pembengkakan paraphimotic. Namun, karena masalah
utama dalam paraphimosis adalah kompromi vaskular penis bagian bawah dari band
fibrosa yang menyempit dari kulit preputium phimotic, banyak ahli menyarankan
untuk tidak menggunakan es dalam situasi ini karena ini dapat mengompromikan
inflow arteri lebih jauh ke bagian yang mungkin iskemik dari penis.3

Metode pengobatan tekan lain yang mungkin melibatkan pemotongan ibu jari
dari sarung tangan bedah untuk membuat "lengan" dan mengosongkan tabung krim
EMLA (lidokain 2,5% dan prilocaine 2,5%; AstraZeneca, London, Inggris) atau
serupa ke dalam lengan. Ini kemudian ditempatkan di atas penis dan dibiarkan selama
kurang lebih 30 menit. Hal ini memungkinkan untuk anestesi lokal dan pelunakan
kulit yang terkena untuk membantu dalam pengurangan preputium. Namun,
meskipun memberikan bantuan analgesik, ini dapat membuat kulit sedikit lebih licin
dan lebih sulit untuk dimanipulasi.3

Mengurangi edema penis dari paraphimosis juga dapat dicapai dengan


suntikan hyaluronidase langsung ke dalam kulit preputium yang edema. Ini telah
teruji efektif, terutama pada anak-anak dan bayi, dalam menyelesaikan edema yang
kemudian memungkinkan reduksi manual paraphimosis secara lebih mudah.
Hyaluronidase meningkatkan difusi cairan yang terperangkap di dalam jaringan
jaringan preputium yang mengalami malposisi yang mengurangi pembengkakan dan
edema.3

2.3.7 Komplikasi

Parafimosis harus sianggap sebagai kondisi darurat karena retraksi preputium yang
terlalu sempit di belakang glans penis ke sulkun glansularis dapat mengganggu
perfusi permukaan preputium distal dari cincin konstruksi dan juga pada glans penis
dengan resiko terjadinya nekrosis. Jika parafimosis tidak segera diatasi hal ini dapat
mengganggu aliran darah keujung distal dari penis (penis tip).1

2.3.8 Prognosis

Prognosis dari parafimosis akan semakin baik jika kondisi penyakit ini semakin dini
didiagnosis dan ditangani.7

BAB III
KESIMPULAN

1. Fimosis adalah preputium penis yang tidak dapat diretraksi (ditarik) ke proksimal
sampaike korona glandis. Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir
karena terdapat adesialamiah antara preputium dengan glans penis.Tidak
dianjurkan melakukan dilatasi atau retraksi yang dipaksakan pada fimosis,
karenamenimbulkan luka dan terbentuk sikatriks pada ujung preputium sebagai
fimosis sekunder.Fimosis yang disertai balanitis xerotika obliterans dapat dicoba
diberikan salepdeksametasone 0,1% yang dioleskan 3 atau 4 kali. Diharapkan
setelah pemberian selama 6minggu, preputium dapat diretraksi spontan.

2. Parafimosis adalah preputium penis yang diretraksi sampai di sulkus koronarius


tidakdapat dikembalikan pada keadaan semula dan timbul jeratan pada penis
dibelakan sulkuskoronarius. Preputium diusahakan untuk dikembalikan secara
manual dengan teknik memijat glansselama 3-5 menit diharapkan edema
berkurang dan secara perlahan-lahan preputiumdikembalikan pada tempatnya.
Jika usaha inii tidak berhasil, dilakukan dorsum insisi padajeratan sehingga
preputium dapat dikembalikan pada tempatnya. Setelah edema dan proses
inflamasi menghilang pasien dianjurkan untuk menjalani sirkumsisi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat, R , Wim de Jong. Saluran kemih dan Alat Kelamin Lelaki.
Buku-Ajar Ilmu Bedah.Ed.4. Jakarta : EGC, 2014.
2. Shahid, Kaur, S, 2012. Phimosis in Children.ISRN Urology
3. Bradney N, Bragg, Stephen W, Leslie, 2018. Paraphimosis. Avaible from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459233/. Diakses tanggal 24 Mei
2019
4. Santoso A. F imosis dan Paraflmosis. Tim Penyusun Panduan
Penatalaksanaan Pediatric Urologi di Indonesia. Jakarta: Ikatan Ahli Urologi
Indonesia; 2005.
5. Ghory, Hina Z., Shlamovitz, Gil Z., Phimosis and Paraphimosis : Practice
Essentials, Epidemiology, Patient Education. Medscape. 2017
6. Brunicardi FC, et al. Schwartz’s Principle of Surgery Tenth Edition Volume 2.
USA: Mc Graw Hill. 2014.

Anda mungkin juga menyukai