Tinjauan Pustaka
Tatalaksana Radiasi Pada Kanker Esofagus
Annisa Febi Indarti, Sri Mutya Sekarutami
Departemen Radioterapi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
Abstrak / Abstract
Kanker esofagus merupakan keganasan pada saluran cerna dengan insidensi yang rendah,
Informasi Artikel namun memiliki angka mortalitas yang tinggi. Tatalaksan kanker esofagus mulai bergeser
Riwayat Artikel dari mengurangi gejala menjadi meningkatkan survival. Tatalaksana yang ada pada saat ini,
baik monomodalitas ataupun multimodalitas belum memberikan hasil yang memuaskan.
Diterima Mei 2013
Radiasi pada kanker esofagus dapat berperan sebagai terpai kuratif dan paliatif. Terapi
Disetujui Juni 2013 kuratif kanker esofagus akan memberikan hasil yang terbaik jika menggabungkan modalitas
bedah, radiasi dan kemoterapi.
Kata Kunci: kanker esophagus, r adioter api, kemor adiasi,
Alamat Korespondensi Esophageal cancer is a malignancy of the gastrointestinal tract with a low incidence, but
dr.Annisa Febi Indarti has a high mortality rate. Esophageal cancer treatments began to shift from reducing
Departemen Radioterapi RSUPN symptoms to an atempt to improve survival. Procedures available at this time, both
Dr. Cipto Mangunkusumo, multimodality and monomodalitas are not giving satisfactory results. Radiation in
Fakultas Kedokteran Universitas esophageal cancer may act as curative and palliative. Curative treatment of esophageal
Indonesia, Jakarta cancer will provide the best results when combining the modalities of surgery, radiation
E mail: and chemotherapy.
annisa.febi@gmail.com Keywords: Esophageal cancer , Radiotherapy, chemoradiation
5. Diagnostik
a . Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang dilaporkan lebih dari 90%
pasien adalah disfagia dan penurunan berat badan, se-
mentara sekitar 50% mengeluhkan odinofagia (nyeri
menelan). Keluhan lain yang sering dijumpai adalah
kesulitan menelan, batuk yang tak kunjung sembuh
dan suara serak. Pasien dapat mengeluhkan kesulitan
menelan yang diawali dengan kesulitan menelan ma-
Gambar 2. Dr ainase limfatik esofagus 7 kanan padat (yang biasa dimakan pasien), kemudian
perubahan konsistensi makanan menjadi lunak dan
73 Radiasi pada Kanker Esofagus
(AF. Indarti, SM. Sekarutami)
lembut, hingga tidak dapat menelan sama sekali dan metastasis jauh masih sulit ditekan dengan berbagai
memuntahkan makanan kembali (obstruksi total). Dari pendekatan terapi, dan dijumpai lebih dari 50% pada
anamnesa, dapat pula digali factor-factor yang dapat follow-up pasien setelah terapi. Kebanyakan pasien,
memperburuk prognosis, riwayat merokok, konsumsi ditambah dengan status nutrisi yang umumnya
alkohol, nitrosamin maupun penyakit GERD. menurun, sulit menoleransi terapi multimodalitas, se-
mentara terapi monomodalitas memiliki angka keber-
Pada pemeriksaan fisik, massa di esofagus hasilan yang tidak memuaskan.
dapat tidak teraba dari luar. Perlu dilakukan pemerik-
saan limfadenopati, di regio colli dan supraklavikula. Arah pengobatan kanker esofagus saat ini ada-
Hal yang perlu dinilai dengan cermat adalah status nu- lah terapi multimodalitas, sesuai hasil-hasil studi yang
trisi pasien, karena penurunan status nutrisi pun perlu menunjukkan angka keberhasilan lebih baik
menjadi perhatian kita dalam tatalaksana kasus ini.7,8 dibandingkan terapi monomodalitas. Tatalaksana
kanker esofagus, dilakukan berdasarkan stadium, serta
b. Pemeriksaan Penunjang terdiri dari tiga modalitas utama, yaitu pembedahan,
Pemeriksaan penunjang untuk kanker esofagus kemoterapi dan radioterapi.
antara lain:
Laboratorium darah: darah perifer lengkap, kimia a. Pembedahan
darah, fungsi hati Pembedahan merupakan pilihan standar untuk
Esofagogram dengan barium tumor tahap awal. Namun sekitar 50% reseksi kuratif
Esofagoskopi, dapat sekaligus dilakukan biopsi sulit dilakukan karena ternyata kondisi tumor in-
CT-scan traoperatif lebih ekstensif daripada saat pemeriksaan
Dengan ambang batas penilaian suatu malignansi klinis. Median dari angka kesintasan pasien dengan
adalah 10 mm, CT scan memiliki akurasi 51 – 70% tumor yang resectable adalah 11 bulan.
dalam mendeteksi KGB mediastinum, sementara
dengan ambang batas penilaian suatu malignansi Teknik operasi yang umum dilakukan adalah
adalah 8 mm, CT scan memiliki akurasi 79% dalam esofagogastrostomi, atau esofagektomi dengan gastric
mendeteksi KGB di sekitar gaster dan celiac axis. pull-up. Laparotomi dapat sekaligus dikerjakan untuk
PET scan melihat perluasan di bawah diafragma bila ada
Peningkatan metabolisme glukosa oleh tumor men- kecurigaan ke arah sana. Pada tumor di daerah
jadi dasar mekanisme diagnostik dengan FDG servikal, mungkin dilakukan radical neck dissection
(fluoro-182-deoxyglucose) – PET. Terdapatnya sekaligus, terutama bila jenis tumor adalah karsinoma
peningkatan akumulasi analog glukosa (FDG) dapat sel skuamosa.
menunjukkan penyakit dalam tahap awal sebelum
terjadi perubahan struktural yang abnormal. FDG b. Kemoterapi
PET juga lebih superior dari CT scan dalam evalua- Kemoterapi tidak efektif sebagai modalitas
si metastasis jauh. tunggal. Penggunaan kemoterapi cisplatin-based dapat
Pemeriksaan penunjang lain sesuai indikasi: bone
memberikan respons pada 30 – 50% kasus, namun
scan, USG abdomen, dan lain-lain.6,8 umumnya bukan respons komplit. Kemoterapi dapat
diberikan bersama dengan radioterapi (kemoradiasi).
c. Penentuan Stadium
Sebagaimana keganasan lain, stadium sangat Kemoradiasi sebagai terapi definitif menjadi
menentukan tatalaksana. Penentuan stadium kanker pilihan pada kasus-kasus yang inoperabel. Terapi ini
esofagus yang umum digunakan saat ini adalah menurut memberikan local control dan overall survival yang
AJCC (American Joint Committee on Cancer).7 lebih superior daripada radiasi saja. Suatu studi oleh
Eastern Cooperative Oncology Group (ECOG) mem-
6. Prognosis bandingkan pemberian radiasi saja (60 Gy) dengan
kemoradiasi (RE 60 Gy bersama dengan 5-FU/
Kanker esofagus biasanya dijumpai sudah da- mitomycin- C). hasilnya, angka kesintasan 2 tahun
lam keadaan lanjut. Tujuh puluh lima persen pasien adalah 12% pada kelompok pasien yang mendapat ra-
terdapat limfadenopati, dengan angka kesintasan pasien diasi saja, dan 30% pada kelompok pasien yang
3%. Sementara pasien tanpa limfadenopati, mempunyai mendapat kemoradiasi, dengan median survival 14,9
angka kesintasan 42%. Sekitar 18 % pasien mengalami bulan berbanding 9,0 bulan, masing-masing kelompok.
metastasis jauh, terbanyak ke KGB abdominal (45%),
diikuti hepar (35%), paru (20%), KGB supraklavikula Kemoradiasi juga dapat diberikan preoperatif
(18%), tulang (9%) dan ke tempat lain. pada tumor-tumor yang dinilai resectable. Pemberian
kemoradiasi tidak mempengaruhi angka kesintasan,
Faktor-faktor yang dapat memperburuk progno- namun memperpanjang waktu rekurensi tumor. Se-
sis adalah laki-laki, usia >65 tahun, performance status mentara pemberian kemoradiasi postoperatif menun-
yang buruk dan penurunan status nutrisi yang berat.6,8 jukkan sedikit penurunan angka relaps dalam 5 tahun
(85% menjadi 70%), terutama pada pasien dengan N0,
7. Tatalaksana namun juga tidak memperbaiki angka kesintasan.8
hasil yang lebih baik, radiasi diberikan berbarengan Lapangan radiasi untuk tumor yang terletak di
dengan kemoterapi (kemoradiasi). Secara garis besar, 2/3 bawah esofagus (thoracic) harus mencakup seluruh
radiasi yang dapat dilakukan dalam tatalaksana kanker esofagus bagian thoracic dan KGB supraklavikula
esofagus adalah radiasi eksterna dan interna bilateral, dan batas bawahnya adalah esophagogastric
(brakiterapi). junction. Sementara untuk lesi di 1/3 inferior esofagus,
batas bawah harus mencakup celiac plexus. Pada kasus
i) Radiasi Eksterna dengan tumor di tengah atau atas dari esofagus bagian
Radiasi dapat diberikan dengan dua teknik, yai- thoracic, portal radiasi juga harus mencakup aksis
tu konvensional atau 3D-konformal (3D-CRT). Data KGB celiac, karena tingkat penyebarannya yang cukup
yang harus ada sebelum memulai perencanaan radiasi sering ke KGB tersebut.6,8
adalah penentuan lokasi tumor (gross atau tumor bed).
Hal ini mempengaruhi teknik yang dipilih serta penen- ii) Radiasi Interna/Brakiterapi
tuan lokasi subklinis serta aliran kelenjar getah bening Sebagai tambahan dari radiasi eksterna, dapat
yang harus dimasukkan dalam lapangan penyinaran. diberikan brakiterapi, tentunya dengan pertimbangan
Prinsip umum dari radiasi pada kanker esofagus adalah bahwa pasien adalah kandidat yang tepat (tidak ada
penentuan batas kranial dan kaudal dari tumor adalah 5 halangan secara teknis), dan pasien akan mendapatkan
cm dan batas secara radial (sekeliling tumor) 2 cm, ber- manfaat dari terapi ini. Salah satu panduan yang ada
dasarkan pola drainase limfatik esofagus, dari lapisan dan masih digunakan sampai saat ini adalah konsensus
mukosa ke lapisan muscularis propria yang sebagian yang dikeluarkan oleh American Brachytherapy Socie-
besar berbentuk longitudinal. ty (ABS).9 Menurut panduan tersebut, brakiterapi pada
kanker esofagus memiliki dua tujuan, yaitu definitif
Saat ini, teknik 3D-konformal lebih disukai dan paliatif.
karena berdasarkan gambaran CT scan, maka dapat
dilihat lebih jelas ekstensi tumor, keadaan jaringan di Kontraindikasi untuk brakiterapi menurut
sekitarnya maupun ada atau tidaknya pembesaran panduan ini adalah:
kelenjar getah bening. Namun pada tumor yang terletak Adanya keterlibatan trakeal atau bronkial
di esofagus daerah servikal atau pasca krikoid, dapat Lesi terletak di esofagus bagian servikal
diterapkan teknik konvensional. Batas kranial adalah Adanya stenosis
laring-faring dan batas bawah adalah subkarina, dengan Status performance yang buruk
portal radiasi opposing lateral atau oblik. Bila KGB
supraklavikula dan mediastinal bagian atas dianggap Pertimbangan lain yang masih kontroversial
memerlukan radiasi, maka dapat diberikan melalui por- dalam pemilihan pasien untuk brakiterapi adalah
tal anterior- posterior (AP). penilaian terhadap angka harapan hidup, kebanyakan
75 Radiasi pada Kanker Esofagus
(AF. Indarti, SM. Sekarutami)
ahli onkologi radiasi tidak memilih brakiterapi untuk Pasien menjalani radiasi 3D-CRT lokoregional
pasien dengan harapan hidup < 3 bulan. 50 Gy, 2 Gy per fraksi. Kemoradiasi konkuren dengan
cisplatin hanya bisa dilakukan satu kali karena
Brakiterapi dilakukan intrakaviter, dengan keadaan umum pasien memburuk. 2 minggu setelah
teknik HDR dan umumnya menggunakan Iridium-192. radiasi pasien mulai bisa menelan makanan cair dan
Pasien yang akan menjalani brakiterapi telah mendapat- lunak dengan disfagia Grade 1.
kan kemoradiasi dengan 5-FU dan radiasi eksterna
sebesar 45 – 50 Gy. Dosis yang dapat diberikan adalah Diskusi
10 Gy dalam 2 minggu, yaitu 2 x 5 Gy.9
Secara epidemiologi, risiko pasien ini untuk
8. Paliatif menderita kanker esofagus meningkat sesuai usianya,
yang akan memasuki dekade ke-6. Riwayat penyakit
Salvage surgery terutama bertujuan untuk me- GERD atau saluran pencernaan lain tidak ditemukan
nyingkirkan sebagian besar massa tumor, sehingga dari anamnesis, namun pasien pernah mendapat radiasi
mengurangi obstruksi, serta mencegah abses, pemben- untuk kanker payudara 10 tahun yang lalu. Suatu studi
tukan fistula maupun perdarahan dari massa tumor yang yang mempelajari dosis radiasi insidental lokoregional
besar. Teknik paliatif lain diantaranya intubasi intralu- kanker payudara yang diterima oleh esofagus, menun-
minal, terutama pada pasien yang debilitatif, dengan jukkan bahwa dosis median terbesar (38 Gy) diterima
fistula trakeoesofageal dan invasi tumor ke jaringan oleh esofagus bagian cervical sampai midesofagus,
vital sekitarnya. Dilatasi lumen esofagus sebanyak 15 karena bagian tersebut paling dekat dengan lapangan
mm sudah dapat mengurangi keluhan disfagia, dan di- supraklavikula dan mamaria interna.10 Namun penulis
latasi harus dilakukan setiap minggu atau bulan sesuai belum menemukan studi yang meneliti mengenai aso-
kondisi pasien, untuk memperbaiki gejala. Teknik lain siasi radiasi dada khususnya payudara dengan kejadian
yang tersedia adalah laser Nd:YAG kanker esofagus sebagai secondary malignancy.
(neodymium:yttrium-aluminum-garnet) dan photoirra-
diation dengan argon, bersamaan dengan presensitisasi Pasien mengalami penundaan radiasi selama 3
dengan derivat hematoporfirin intravena, teknik ini bulan karena alas an perujukan dan biaya. Jarak waktu
memiliki risiko yang minimal. yang cukup lama antara operasi dengan radiasi ten-
tunya meningkatkan angka rekurensi atau relaps lokal
Radiasi eksterna memberikan sampai 80% per- dan menurunkan angka kesintasan pasien.
baikan gejala nyeri dan disfagia, dengan regimen 30 Gy
dalam 2 minggu, 50 Gy dalam 5 minggu atau 60 Gy Dalam perencanaan radiasi pada kasus kanker
dalam 6 minggu.6,8 esofagus, sangat penting untuk diketahui lokasi tumor
(tumor bed bila pasca operasi), untuk menentukan tar-
Ilustrasi Kasus get radiasi serta ekstensi subklinis tumor, termasuk
aliran limfatik yang perlu dimasukkan dalam lapangan
seorang wanita 58 tahun dengan keluhan sulit radiasi.
menelan disertai dengan muntah. saat dilakukan
endoskopi selang hanya dapat masuk sejauh 20 cm Penentuan stadium pada kasus ini sulit, untuk
karena lumen yang sempit. Konfirmasi pada CTscan T, hasil CT scan maupun PA tidak menggambarkan
memperlihatkan penebalan dinding lumen pada 1/3 ekstensi tumor. Untuk N, data klinis menunjukkan N0
dital esofagus. Pasien menjalani Laparotomi dan reseksi pada colli dan supraklavikula (dari pemeriksaan fisik),
anastomosis gastroesofagostomi (gastric pull-up). sementara dari imaging hanya dapat dilihat nodal dae-
rah mediastinum dan hilar (tidak ditemukan limfade-
Hasil patologi anatomi memperlihatkan esofa- nopati), nodal daerah leher tidak terlihat. Untuk M,
gus proksimal dengan karsinoma sel skuamosa diferen- pemeriksaan yang sudah dilakukan adalah foto thorax,
siasi sedang. Batas-batas sayatan masih mengandung yaitu tidak ada tanda metastasis di paru.
tumor. Pasien direncanakan untuk radiasi ajuvan
poperasi. Dalam proses perujukan untuk radiasi NGT Pembahasan tumor board merekomendasikan
tidak bisa dipasang sehingga pasien menjalani operasi kemoradiasi 3D-CRT, target lokoregional. Lokal pada
jejunostomi sehingga intake pasien melalui tube ke jeju- tumor bed dengan batas kranial dan kaudal masing-
num. masing 2 cm, serta regional meliputi KGB Level II,
Level III, Level IV, supraklavikula, paratrakea dan Selama radiasi, pasien dirawat inap di Gedung
paraesofagus. Dosis total adalah 50 Gy, 2 Gy per fraksi . A RSCM. Pasien mendapat asupan nutrisi melalui se-
Dengan cisplatin sebagai chemosensitizer. lang jejunostomi, dan mendapat pemantauan gizi sela-
ma kemoterapi dan radiasi. Dengan demikian, di-
Radiasi eksterna dilakukan dengan teknik Batas harapkan keadaan nutrisi pasien terjaga.
kranial 5 cm dari tumor bed, batas kaudal sampai
subcarina. Lapangan radiasi dibagi 2: Pasien memiliki prognosis yang kurang baik
1. Lapangan atas, mencakup lapangan lokoregion- disebabkan oleh jenis histologi pada pasien ini adalah
al tumor bed dan KGB colli Level II, III, IV, karsinoma sel skuamosa, dimana angka penyebaran ke
paratrakea dan paraesofagus. Empat beam, 2 kelenjar getah bening dan metastasis jauhnya lebih
dari lateral dan 2 dari aksial. tinggi dibandingkan dengan jenis histologi lainnya.
2. Lapangan bawah, mencakup KGB paratrakea, Terdapat delay yang cukup panjang, sekitar 12
paraesofagus dan supraklavikula. Dua beam minggu, antara operasi dengan kemoradiasi Kemotera-
dari aksial. pi concurrent dengan radiasi hanya diberikan 1x, kare-
Arah beam diberikan secara sederhana, hanya na kondisi klinis pasien tidak memungkinkan
dari lateral dan aksial, dengan jumlah maksimal 4. Hal
ini bertujuan untuk mengurangi toksisitas akut pada Pemulihan kondisi fisik pasien mungkin akan
pasien. Namun penentuan lapangan radiasi tetap cukup lama, terutama bila pasien mengharapkan
dilakukan secara 3D berdasarkan gambaran CT scan, fungsi pencernaan bagian atas (oral-esofagus-gaster)
sehingga diharapkan lebih akurat. dapat kembali seperti semula. 1 bulan post-operasi,
terdapat striktur esofagus yang menyebabkan pasien
Kemoterapi hanya diberikan 1 kali pada awal tidak dapat menggunakan selang nasogastrik (NGT)
radiasi, karena kondisi pasien yang tidak memung- lagi, sehingga harus dilakukan jejunostomi. Sampai
kinkan selama radiasi selanjutnya, terutama karena akhir radiasi, beberapa percobaan untuk memasukkan
gangguan keseimbangan elektrolit. Hal ini tentunya air melalui mulut dan menelannya gagal, pasien masih
dapat meningkatkan kegagalan lokal, serta meningkat- terbatuk-batuk, sehingga selang jejunostomi harus di-
kan kemungkinan terjadinya metastasis jauh. Pada radi- pertahankan. Striktur mungkin memberat pasca radia-
asi awal (sekitar ke-3), pasien mengeluhkan sesak na- si, sehingga perlu dilakukan rehabilitasi medik untuk
pas. Hal ini mungkin disebabkan karena reaksi inflamasi latihan menelan.
pada mukosa saluran pernapasan yang dipicu radiasi.
Daftar Pustaka