Anda di halaman 1dari 19

FIMOSIS DAN

PARAFIMOSIS
AYU LESTARI
G1A217090
PEMBIMBING
DR. RANDY FAUZAN , SP.U
PENDAHULUAN
Fimosis merupakan Sekitar 96% laki-laki saat Sedangkan, Paraphimosis
penyempitan ujung lahir diketahui memiliki adalah kedaruratan
prepusium yang biasanya prepusium yang tidak bisa urologis yang yang terjadi
disebabkan oleh fibrosis ditarik. Preputium secara pada pria yang tidak
tepi preusium akibat bertahap akan retraksi disunat ketika prepusium
radang seperti selama periode waktu terperangkap di belakang
balanopostitis atau setelah yang bervariasi mulai dari korona penis yang dapat
sirkumsisi yang tidak awal kelahiran hingga usia mengarah ke pencekikan
sempurna. 18 tahun atau lebih. kelenjar serta kompresi
pembuluh darah yang
menyakitkan, pembesaran
vena distal, edema, dan
bahkan nekrosis.
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Penis
Definisi Fimosis Etiologi Gambaran klinis
Fimosis adalah - fisiologis terjadi - sulit kencing
prepusium penis pada pria yang
- pancaran urine
yang tidak dapat baru lahir
diretraksi (ditarik) mengecil
- balanitis
ke proksimal berulang - menggelembungnya
sampai ke korona ujung prepusium
glandis. - posthitis penis pada saat miksi
- Menimbulkan retensi
urine.
Klasifikasi – Kongenital
– Didapat

Gambar A. Fimosis Fisiologis. B. Fimosis Patologis, adanya jaringan ikat


klasifikasi
Klasifikasi Meuli dkk Kikiros

Grade I – preputium penis dapat diretraksi


secara sempurna namun terbatas pada distal Derajat 0 = preputium bias di retraksi penuh
gland penis

Grade II — preputium penis dapat diretraksi Derajat 1 = preputium dapat diretraksi penuh
secara parsial dengan glans penis yang masih tapi preputium tegang di belakang glans
dapat dilihat

Grade II — preputium penis dapat diretraksi


secara parsial dengan hanya meatus uretra Derajat 2 = paparan parsial glans
eksterna yang masih dapat dilihat

Grade IV — tidak ada kemampuan Derajat 3 = retraksi parsial dengan paparan hanya
meretraksi pada meatus

Derajat 4 = retraksi dapat dilakukan sedikit


sekali dengan glans dan meatus tidak terekspose
sama sekali

Derajat 5 = sama sekali tidak bias retraksi


• pemeriksaan klinis
• Pemeriksaan penunjang
mungkin diperlukan pada
Diagnosis kasus infeksi saluran kemih
atau infeksi kulit pada
genital
Fimosis yang disertai balanitis xerotika obliterans dapat
Penatalaksanaan dicoba diberikan salep deksametasone 0,1% yang
dioleskan 3 atau 4 kali. Diharapkan setelah pemberian
selama 6 minggu, prepusium dapat diretraksi spontan

Pada fimosis yang menimbulkan keluhan miksi,


menggelembungnya ujung prepusium pada saat miksi,
atau fimosis yang disertai dengan infeksi postitis
merupakan indikasi untuk dilakukan sirkumsisi.
Terapi bedah
Preputioplast
Dorsal slit
Sirkumsisi
Terapi Bedah
Penatalaksanaa
n
Sirkumsisi
Sirkumsisi akan menyembuhkan dan mencegah kekambuhan fimosis.

Alternatif Bedah Konservatif


Preputioplasty
Prosedur ini memiliki penyembuhan keluhan nyeri yang lebih cepat, morbiditas
yang lebih sedikit, biaya yang lebih ringan dan menyediakan preservasi lebih pada kulit
preputium, menjaga erotis dan fungsi fisiologis seksual. Kelemahannya adalah fimosis
dapat kambuh kembali.
Komplikasi Prognosis

Fimosis memiliki prognosis


Ketidaknyamanan atau nyeri
baik, pasca sirkumsisi pasien
saat berkemih
akan kembali normal.

suatu penelitian menunjukkan


infeksi sekunder dan bahwa rata-rata pemberian
terbentuk jaringan parut topikal kortikosteroid selama
Karena akumulasi sekret dan 4-8 minggu memberikan
smegma keberhasilan 85% penderita
tanpa efek samping

Pada kasus yang berat dapat


menyebabkan retensi urin

Infeksi pada glans penis


(balanitis), preputium
(postitis), atau keduanya
(balanopostitis)

Infeksi Saluran Kemih


PARAFIMOSIS

Definisi

prepusium penis yang diretraksi sampai di sulkus koronarius


tidak dapat dikembalikan pada keadaan semula dan timbul
jeratan pada penis dibelakan sulkus koronarius.
Etiologi Epidemiolgi
• Preputium di retraksi untuk • Pada anak-anak yang tidak disunat,
dibersihkan, saat pemasangan kateter empat bulan hingga 12 tahun, dengan
urin, prosedur seperti cystoscopy, atau masalah preputium, paraphimosis
untuk pemeriksaan penis. (0,2%) Ini akan terjadi pada sekitar 1%
• Penyebab lainnya adalah trauma dari semua laki-laki dewasa di atas 16
penis saat koitus dan cedera yang tahun
disebabkan oleh diri sendiri
patofisiologi

Apabila sebuah cincin


Perubahan ini pada
yang membatasi penurunan drainase Aliran darah arteri dapat
akhirnya dapat
preputium dibiarkan vena distal dan limfa menjadi terpengaruh
menyebabkan iskemia
tetap ditarik ke belakang serta penurunan aliran selama beberapa jam
dan potensi nekrosis
penis glans untuk jangka darah arteri ke kelenjar sampai berhari-hari
pada kelenjar
waktu lama
• Saat lahir, ada phimosis fisiologis normal
karena adhesi alami antara kelenjar dan
preputium. Selama 3 hingga 4 tahun
Histopatologi pertama kehidupan, serpihan, seperti sel-sel
kulit mati, terakumulasi di bawah
preputium, secara bertahap memisahkannya
dari kelenjar.
• Riwayat kateterisasi penis, instrumentasi,
pembersihan atau prosedur lain, rowayat
sirkumsisi. Pasien harus ditanya tentang
pembersihan rutin penisnya dan jika dia atau
pengasuh secara rutin menarik kembali preputium
karena alasan apa pun. Gejala parafimosis yang
khas adalah eritema, nyeri, pembengkakan
preputium
Gejala Klinis dan • Pemeriksaan fisik harus fokus pada penis,
preputium, dan kateter uretra (jika ada). Warna
pemeriksaan merah muda pada kelenjar merupakan indikasi
suplai darah yang cukup baik; sedangkan warna
fisik gelap, kehitaman atau hitam menyiratkan
kemungkinan iskemia atau nekrosis
Prepusium diusahakan untuk
TATALAKSANA dikembalikan secara manual
dengan teknik memijat glans
selama 3-5 menit

Jika tidak berhasil, dilakukan dorsum insisi pada jeratan


sehingga prepusium dapat dikembalikan pada tempatnya.
Setelah edema dan proses inflamasi menghilang pasien
dianjurkan untuk menjalani sirkumsisi.

Teknik kompresi lain dengan memegang erat bagian penis


yang bengkak dari kelenjar ke arah pangkal dengan perban
elastis 1 inci atau 2 inci. Perban kompresi dapat bertahan
selama 10 hingga 20 menit untuk meminimalkan edema

Metode pengobatan tekan lain yang mungkin melibatkan pemotongan ibu jari dari sarung
tangan bedah untuk membuat "lengan" dan mengosongkan tabung krim EMLA (lidokain
2,5% dan prilocaine 2,5%; AstraZeneca, London, Inggris) atau serupa ke dalam lengan. Ini
kemudian ditempatkan di atas penis dan dibiarkan selama kurang lebih 30 menit.
retraksi preputium Prognosis dari
yang terlalu sempit parafimosis akan
di belakang glans semakin baik jika
penis ke sulkun kondisi penyakit ini
glansularis dapat semakin dini
mengganggu perfusi Prognosis didiagnosis dan
Komplikasi permukaan ditangani
preputium distal dari
cincin konstruksi dan
juga pada glans penis
dengan resiko
terjadinya nekrosis.
KESIMPULAN

Parafimosis adalah prepusium penis yang diretraksi


sampai di sulkus koronarius tidak dapat dikembalikan
pada keadaan semula dan timbul jeratan pada penis
Fimosis adalah prepusium penis yang tidak dapat dibelakan sulkus koronarius. Prepusium diusahakan
diretraksi (ditarik) ke proksimal sampai ke korona untuk dikembalikan secara manual dengan teknik
glandis. Fimosis yang disertai balanitis xerotika memijat glans selama 3-5 menit diharapkan edema
obliterans dapat dicoba diberikan salep deksametasone berkurang dan secara perlahan-lahan prepusium
0,1% yang dioleskan 3 atau 4 kali. Diharapkan setelah dikembalikan pada tempatnya.
pemberian selama 6 minggu, prepusium dapat diretraksi
spontan. Jika usaha ini tidak berhasil, dilakukan dorsum insisi pada
jeratan sehingga preputium dapat dikembalikan pada
tempatnya. Setelah edema dan proses inflamasi
menghilang pasien dianjurkan untuk menjalani sirkumsisi
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat, R , Wim de Jong. Saluran kemih dan Alat Kelamin Lelaki. Buku-Ajar Ilmu Bedah.Ed.4. Jakarta :
EGC, 2014.
2. Shahid, Kaur, S, 2012. Phimosis in Children.ISRN Urology
3. Bradney N, Bragg, Stephen W, Leslie, 2018. Paraphimosis. Avaible from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459233/. Diakses tanggal 13 Agustus 2018
4. Basuki B Purnomo. Dasar-dasar Urologi. Edisi Ketiga. Jakarta: Sagung Seto; 2014.
5. Santoso A. F imosis dan Paraflmosis. Tim Penyusun Panduan Penatalaksanaan Pediatric Urologi di Indonesia.
Jakarta: Ikatan Ahli Urologi Indonesia; 2005.
6. Ghory, Hina Z., Shlamovitz, Gil Z., Phimosis and Paraphimosis : Practice Essentials, Epidemiology, Patient
Education. Medscape. 2017
7. Brunicardi FC, et al. Schwartz’s Principle of Surgery Tenth Edition Volume 2. USA: Mc Graw Hill. 2014.

Anda mungkin juga menyukai