Anda di halaman 1dari 18

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS

WIYATA HUSADA SAMARINDA

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Fimosis adalah suatu keadaan dimana prepusium tidak bisa ditarik ke belakang, bisa dikarenakan
keadaan sejak lahir atau karena patologi. Pada usia bayi glan penis dan prepusium terjadi adesi
sehingga lengket jika terdapat luka pada bagian ini maka akan terjadi perlengketan dan terjadi

Phimosis biasanya pada bayi itu adalah hal yang wajar karena keadaan tersebut akan kembali seperti

normal dengan bertambahnya umur dan produksi hormon.

Beberapa penelitian mengatakan kejadian fimosis saat lahir hanya 4% bayi yang preputiumnya

sudah bisa ditarik mundur sepenuhnya sehingga kepala penis terlihat utuh. Selanjutnya secara
perlahan terjadi desquamasi sehingga perlekatan itu berkurang. Sampai umur 1 tahun, masih 50%

yang belum bisa ditarik penuh. Berturut-turut 30% pada usia 2 tahun, 10% pada usia 4-5 tahun, 5%

pada umur 10 tahun, dan masih ada 1% yang bertahan hingga umur 16-17 tahun. Dari kelompok

terakhir ini ada sebagian kecil yang bertahan secara persisten sampai dewasa bila tidak ditangani.

Bila fimosis menghambat kelancaran berkemih seperti pada ballooning maka sisa-sisa urin

mudah terjebak pada bagian dalam preputium dan lembah tersebut kandungan glukosa pada urine

menjadi lading subur bagi pertumbuhan bakteri, maka berakibat terjadi infeksi saluran kemih.

Pada akhir tahun pertama kehidupan, retraksi kulit preputium ke belakang sulkus. Glandularis
hanya dapat dilakukan pada sekitar 50% anak laki-laki, hal ini meningkat menjadi 89% pada saat usia

tiga tahun. Insidens fimosis adalah sebesar 8% pada usia 6 sampai 7 tahun dan 1% pada laki-laki usia
16 sampai 18 tahun. Pada pria yang lebih tua, fimosis bisa terjadi akibat iritasi menzhun. Fimosis bisa

mempengaruhi proses berkemih dan aktivitas seksual. Biasanya keadaan ini diatasi dengan melakukan

penyunatan (sirkumsisi). Suatu penelitian lain juga mendapatkan bahwa hanya 4% bayi yang seluruh

kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis pada saat lahir, namun mencapai 90% pada saat
usia 3 tahun dan hanya 1% laki-laki berusia 17 tahun yang masih mengalami fimosis kongenital.

Walaupun demikian, penelitian lain mendapatkan hanya 20% dari 200 anak laki-laki berusia 5-13
tahun yang seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis.

Program Profesi Ners Di RSKD Balikpapan, 2019


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS
WIYATA HUSADA SAMARINDA

Fimosis, baik merupakan bawaan sejak lahir (kongenital) maupun didapat, merupakan kondisi

dimana kulit yang melingkupi kepala penis (glans penis) tidak bisa ditarik ke belakang untuk

membuka seluruh bagian kepala penis. Kulit yang melingkupi kepala penis tersebut juga dikenal

dengan istilah kulup, prepuce, preputium, atau foreskin. Preputium terdiri dari dua lapis, bagian dalam
dan luar, sehingga dapat ditarik ke depan dan belakang pada batang penis. Pada fimosis, lapis bagian

dalam preputium melekat pada glans penis. Kadangkala perlekatan cukup luas sehingga hanya

bagian lubang untuk berkemih (meatus urethra externus) yang terbuka.

Fimosis adalah penyempitan pada prepusium. Kelainan ini juga menyebabkan bayi/anak sukar

berkemih. Kadang-kadang begitu sukar sehingga kulit prepusium menggelembung seperti balon.

Bayi/anak sering menangis keras sebelum urine keluar.

Fimosis didapat (fimosis patologik, fimosis yang sebenarnya, true phimosis) timbul kemudian

setelah lahir. Hal ini berkaitan dengan kebersihan (higiene) alat kelamin yang buruk, peradangan

kronik glans penis dan kulit preputium (balanoposthitis kronik), atau penarikan berlebihan kulit

preputium (forceful retraction) pada fimosis kongenital yang akan menyebabkan pembentukkan
jaringan ikat (fibrosis) dekat bagian kulit preputium yang membuka.

B. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada anak yang menderita penyakit fimosis.

2. Mengetahui pengertian, etiologi, tanda dan gejala pada penyakit fimosis.


3. Sebagai bekal perawat dalam menjalankan asuhan keperawatan pada pasien dengan

fimosis

Program Profesi Ners Di RSKD Balikpapan, 2019


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS
WIYATA HUSADA SAMARINDA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR FIMOSIS


1. PENGERTIAN
Fimosis adalah penyempitan pada
prepusium. Kelainan menyebabkan bayi / anak
sukar berkemih. Kadang-kadang begitu suka

sehingga kulit prepusium menggelembung

seperti balon.

Fimosis (phimosis) merupakan kondisi

dimana kulit yang melingkupi kepala penis

(glans penis) tidak bisa ditarik ke belakang

untuk membuka seluruh bagian kepala penis (kulup, prepuce, preputium, foreskin,) Preputium
terdiri dari dua lapis, bagian dalam dan luar, sehingga dapat ditarik ke depan dan belakang pada

batang penis. Pada fimosis, lapis bagian dalam preputium melekat pada glans penis. Kadangkala

perlekatan cukup luas sehingga hanya bagian lubang untuk berkemih (meatus urethra externus)

yang terbuka. Fimosis (phimosis) bisa merupakan kelainan bawaan sejak lahir (kongenital).
Fimosis adalah penyempitan atau perlengketan kulup penis sehingga kepala penis tidak

bisa terbuka sepenuhnya. Fimosis dapat menyebabkan penumpukan smegma (kotoran hasil

sekresi kelenjar kulup) di sekitar kepala penis. Penumpukan smegma tersebut dapat mendukung
penyebaran berbagai bakteri penyebab peradangan. Jika fimosis menyebabkan kesulitan buang

air kecil sehingga urin tertahan di saluran kencing (uretra) maka dapat terjadi infeksi uretra.
Sebagian besar anak laki-laki yang baru lahir memiliki fimosis fisiologis. Namun, fimosis ini

biasanya akan menghilang sendiri setelah anak berusia tiga tahun. Jika di usia enam atau tujuh

tahun fimosis masih ada sehingga menyebabkan masalah, maka dibutuhkan penanganan.
Sebenarnya yang berbahaya bukanlah fimosis itu sendiri, melainkan kemungkinan

timbulnya infeksi pada saluran air seni kiri dan kanan, kemudian ke ginjal. Infeksi ini memang

dapat menjalar ke ginjal dan menimbulkan kerusakan pada ginjal.

Apabila preputium melekat pada glans penis, maka cairan smegma yaitu cairan putih,
kental yang biasa mengumpul diantara kulit kulup dan kepala penis akan tertimbun di tempat itu,

sehingga mudah sekali terjadi infeksi. Biasanya yang sering di serang adalah bagian ujung penis,

Program Profesi Ners Di RSKD Balikpapan, 2019


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS
WIYATA HUSADA SAMARINDA

sehingga di sebut infeksi ujung penis atau balanitis. Sewaktu akan kencing, anak menjadi rewel

yang terlihat adalah kulit kulup yang terbelit dan menggelembung.

2. ETIOLOGI
a. Konginetal (fimosis fisiologis) Fimosis kongenital (fimosis fisiologis) timbul sejak lahir

sebenarnya merupakan kondisi normal pada anak-anak, bahkan sampai masa remaja.

Kulit preputium selalu melekat erat pada glans penis dan tidak dapat ditarik ke belakang
pada saat lahir, namun seiring bertambahnya usia serta diproduksinya hormon dan faktor
pertumbuhan terjadi proses keratinisasi lapisan epitel dan deskuamasi antara glans penis

dan lapis glan dalam preputium sehingga akhirnya kulit preputium terpisah dari glan

penis. Suatu penelitian mendapatkan bahwa hanya 4% bayi seluruh kulit preputiumnya
dapat ditarik ke belakang penis pada saat lahir, namun mencapai 90% pada saat usia 3

tahun dan hanya 1% laki-laki berusia 17 tahun yang masih mengalami fimosis kongenital.

Walaupun demikian, penelitian lain mendapatkan hanya 20% dan 200 anak laki-laki

berusia 5-13 tahun yang seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis.
b. Fimosis didapat (fimosis patologik, fimosis yang sebenarnya, true phimosis) timbul

kemudian setelah. Hal ini berkaitan dengan kebersihan hygiene) alat kelamin yang buruk,

peradangan kronik glans penis dan kulit preputium (balanoposthitis kronik), atau

penarikan berlebihan kulit preputium (forceful retraction) pada fimosis kongenital yang
akan menyebabkan pembentukkan jaringan ikat (fibrosis) dekat bagian kulit preputium

yang membuka.

Program Profesi Ners Di RSKD Balikpapan, 2019


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS
WIYATA HUSADA SAMARINDA

Keterangan :

Gambar A : Fimosis fisiologis, dimana pada umumnya anak – anak kulit kulup tidak bisa

ditarik kebelakang untuk membuka glans penis.

Gambar B : Fimosis patologis yaitu fimosis yang mengalami komplikasi atau kelainan oleh
karena jaringan ikat, sehingga kulit kulup tidak bisa ditarik kebelakang sama sekalidan

berpotensi menimbulkan komplikasi seperti parafimosis, nyeri ereksi, nyeri saat

intercourse pada kondisi ini

3. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi fimosis dibedakan berdasarkan penyebabnya. Fimosis fisiologis berhubungan

dengan pemisahan epitel preputium dan glans penis yang terus berkembang hingga

beberapa tahun pertama kehidupan. Fimosis patologis mayoritas terjadi akibat inflamasi

kronik atau berulang pada preputium hingga menimbulkan scar dan cincin fibrotik di sekitar

orifisium preputium.
 Patofisiologi Fimosis Fisiologis

Preputium mulai berkembang pada usia gestasi 8 minggu dan menutupi glans penis

secara lengkap pada usia kehamilan 16 minggu. Lapisan epitel pada glans dan preputium

berdekatan hingga mengalami perlekatan. Pemisahan lapisan epitel dimulai secara


proksimal melalui proses deskuamasi dengan pembentukan ruang-ruang kecil yang

kemudian bergabung membentuk kantung preputium. Pemisahan epitel yang berdekatan

antara preputium dan glans penis adalah proses yang terus berkembang. Pemisahan
yang tidak lengkap pada saat lahir hingga tahun ketiga kehidupan merupakan bawaan

atau fimosis fisiologis. Ereksi intermiten dan keratinisasi epitel bagian dalam secara

gradual akan memisahkan preputium dan glans sehingga retraksi dapat dilakukan.

 Patofisiologi Fimosis Patologis

Fimosis patologis atau fimosis yang didapat merupakan kondisi sekunder yang
melibatkan inflamasi kronik atau rekuren pada preputium. Sangat jarang ditemukan

fimosis patologis primer atau akibat kelainan kongenital. Pada fimosis patologis
ditemukan skar dan cincin fibrotik yang menghambat retraksi preputium.

Program Profesi Ners Di RSKD Balikpapan, 2019


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS
WIYATA HUSADA SAMARINDA

4. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala penyakit fimosis diantaranya :

a. Penis membesar dan menggelembung akibat tumpukkan urine.


b. Kadang-kadang keluhan dapat berupa ujung kemaluan menggembang saat mulai

buang air kecil yang kemudian menghilang setelah berkemih. Hal tersebut
disebabkan oleh karena urine yang keluar terlebih dahulu tertahan dalam ruangan
yang dibatasi oleh kulit pada ujung penis sebelum keluar muaranya yang sempit.
c. Biasanya bayi menangis dan mengejan saat buang air kecil karena timbul rasa sakit.

d. Kulit penis tidak bisa ditarik kearah pangkal ketika akan dibersihkan.

e. Air seni keluar tidak lancar.Kadang-kadang menetes dan kadang-kadang memancar

dengan arah yang tidak dapat di duga.

f. Bisa juga disertai demam.

g. Terjadi iritasi pada penis.

5. KOMPLIKASI

Komplikasi yang muncul akibat fimosis adalah :

a. Ketidaknyamanan / nyeri saat berkemih.

b. Akumulasi sekret dan smegma di bawah prepusium yang kemudian terkena.


c. Infeksi sekunder dan akhirnya terbentuk jaringan parut.

d. Pada kasus yang berat dapat menimbulkan retensi urin.

e. Penarikan prepusium secara paksa dapat berakibat kontriksi dengan rasa nyeri dan
pembengkakan glans penis yang disebut parafimosis.

f. Pembengkakan/radang pada ujung kemaluan yang disebut balanitis.

g. Timbul infeksi pada saluran air seni (ureter) kiri dan kanan, kemudian menimbulkan

kerusakan pada ginjal.


h. Fimosis merupakan salah satu faktor resiko terjadinya kanker penis.

Program Profesi Ners Di RSKD Balikpapan, 2019


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS
WIYATA HUSADA SAMARINDA

6. PENATALAKSANAAN
Ada tiga cara untuk mengatasi fimosis yaitu:

a. Sunat
Banyak dokter yang menyarankan sunat untuk menghilangkan masalah fimosis secara

permanen. Rekomendasi ini diberikan terutama bila fimosis menimbulkan kesulitan buang
air kecil atau peradangan di kepala penis (balanitis). Sunat dapat dilakukan dengan anestesi
umum ataupun local.
b. Obat

Terapi obat dapat diberikan dengan salep yang meningkatkan elastisitas kulup.

Pemberian salep kortikoid (0,05-0,1%) dua kali sehari selama 20-30 hari, harus dilakukan

secara teratur dalam jangka waktu tertentu agar efektif.

c. Peregangan

Terapi peregangan dilakukan dengan peregangan bertahap kulup yang dilakukan setelah

mandi air hangat selama lima sampai sepuluh menit setiap hari. Peregangan ini harus
dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari luka yang menyebabkan pembentukan parut.

Fimosis kongenital seyogyanya dibiarkan saja, kecuali bila terdapat alasan agama dan/atau

sosial untuk disirkumsisi. Hanya diperlukan penjelasan dan pengertian mengenai fimosis

kongenital yang memang normal dan lazim terjadi pada masa kanak-kanak serta menjaga
kebersihan alat kelamin dengan secara rutin membersihkannya tanpa penarikan kulit

preputium secara berlebihan ke belakang batang penis dan mengembalikan kembali kulit

preputium ke depan batang penis setiap selesai membersihkan. Upaya untuk membersihkan
alat kelamin dengan menarik kulit preputium secara berlebihan ke belakang sangat

berbahaya karena dapat menyebabkan luka, fimosis

didapat, bahkan parafimosis. Seiring dengan

berjalannya waktu, perlekatan antara lapis bagian

dalam kulit preputium dan glans penis akan lepas


dengan sendirinya. Walaupun demikian, jika fimosis

menyebabkan hambatan aliran air seni, diperlukan


tindakan sirkumsisi (membuang sebagian atau

seluruh bagian kulit preputium) atau teknik bedah


plastik lainnya seperti preputioplasty (memperlebar

bukaan kulit preputium tanpa memotongnya).

Program Profesi Ners Di RSKD Balikpapan, 2019


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS
WIYATA HUSADA SAMARINDA

Indikasi medis utama dilakukannya tindakan sirkumsisi pada anak-anak adalah fimosis

patologik. Penggunaan krim steroid topikal yang dioleskan pada kulit preputium 1 atau 2

kali sehari, selama 4-6 minggu, juga efektif dalam tatalaksana fimosis. Namun jika fimosis

telah membaik, kebersihan alat kelamin tetap dijaga, kulit preputium harus ditarik dan
dikembalikan lagi ke posisi semula pada saat mandi dan setelah berkemih untuk mencegah

kekambuhan fimosis.

7. MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN


a) Pengkajian

Data dasar yang berhubungan dengan fimosis adalah sebagai berikut :

 Nyeri saat berkemih

 Ballooning

 Retensi urin
b) Diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan

Diagnosa keperawatan disusun menurut prioritas masalah adalah sebagai berikut :

Diagnosa NOC NIC Rasional

keperawatan

Pre Operasi
Hambatan Label : Kontrol Label : Manajemen nyeri 1) untuk mengetahui

rasa nyaman nyeri 1. lakukan pengkajian tingkat nyeri pasien

b.d gejala Kriteria hasil : nyeri komprehensif sebagai pedoman

terkait 1. Mengenali yang meliputi lokasi , untuk tindakan

penyakit kapan nyeri karakteristik, frekuensi, yang harus


terjadi kualitas, intensitas diberikan.

2. Menggamba atau beratnya nyeri

rkan faktor dan faktor pencetus. 2) merelaksasikan otot


penyebab. 2. Ajarkan tehnik non – otot sehingga

3. Menggunak farmakologis ( suplai darah ke


an tindakan misalnya biofeed back, jaringan terpenuhi.

penguranga hypnosis,
n nyeri relaksasi,imajinasi

Program Profesi Ners Di RSKD Balikpapan, 2019


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS
WIYATA HUSADA SAMARINDA

tanpa terbimbing, terapi


analgesic music ) 3) Obat – obatan yang

4. Melaporkan 3. Kolaborasi dengan tim diberikan untuk

nyeri yang medis tentang mengurangi nyeri.


terkontrol pemberian obat.
Kerusakan Label : Label : Perawatan retensi

eliminasi pengawasan Urine


urine b.d urine 1. Memonitor intake 1) Untuk mengetahui
infeksi Kriteria hasil : dan output jumlah asupan

saluran 1. Mengatakan cairan yang


urinaria keinginan dikonsumsi

untuk BAK 2. Monitor distensi 2) Retensi urine dapat


terjadi karena
jarang kandung kemih
adanya sumbatan.
menunjukka dengan palpasi dan
n perkusi

2. Menentukan 3. Berikan waktu 3) Penambahan urine

pola BAK berkemih dengan selam lebih dari 30

3. Bebas dari interval regular, jika menit bisa merusak

kebocoran diperlukan saluran kemih.


unrine
sebelum

BAK
4. Mampu

memulai
dan

mengakhiri
aliran BAK

Ansietas Label : Kontrol Label : Pengurangan

berhubungan cemas cemas

dengan krisis Kriteria Hasil : 1. Ciptakan suasana yang 1) Keadaan yang


situasional 1. Tingkat tenang. tenang tidak

Program Profesi Ners Di RSKD Balikpapan, 2019


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS
WIYATA HUSADA SAMARINDA

kecemasan meningkatkan rasa


dalam cemas pada klien

batas 2. Dengarkan dengan 2) Meningkatkan rasa

normal penuh perhatian klien dengan


2. Mengetahu perawat
i penyebab 3. Identifikasi perubahan 3) Untuk mengetahui

kecemasan tingkat kecemasan penyebab cemas


a klien
3. Mengetahu

i stimulus
yang

menyebabk

an cemas

4. Tidur
adekuat

Intra Operatif

Resiko cedera Label : Label : Perawatan

akibat posisi Keparahan sirkumsisi


periooperatif cedera fisik 1. Verifikasi bahwa ijin 1) Untuk mengetahui
b.d persepsi Kriteria hasil : untuk dilakukan tidak terjadi

akibat cedera 1. Tidak tindakan kesalahan saat


terdapat pembedahan selah prosdur dimulai

memar ditanda tangani


2. Perdarahan 2. Melakukan verifikasi 2) Memastikan benar

tidak terjadi identifikasi pasien pasien


3. Monitor tanda – 3) Mengetahui
tanda vital adanya tanda –

tanda syok 1.

2.

Post Operatif
Label : Manajement nyeri
Nyeri akut b.d Label : Kontrol 1) Mebantu
1. Kaji nyeri secara

Program Profesi Ners Di RSKD Balikpapan, 2019


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS
WIYATA HUSADA SAMARINDA

agen cedera nyeri komprehensif mengevaluasi


fisik Kriteria hasil derajat

1. Mengenali ketidaknyamanan

faktor dan terjadinya


penyebab komplikasi
nyeri 2) Respon non verbal
2. Observasi reaksi non
2. Mengenali verbal terhadap membantu
ketidaknyamanan
gejala – mengevaluasi
gejala nyeri derajat nyeri dan

perubahannya
3. Gunakan teknik 3) Menurunkan rasa
komunikasi terapeutik
takut yang dapat
untuk mengetahui
pengalaman nyeri meningkatkan
pasien
relaksasi atau
kenyamanan.

Resiko infeksi Label : Kontrol Label : Kontrol Infeksi


1. Bersihkan lingkungan
b.d prosedur Infeksi : 1) Membatasi sumber
setelah dipakai pasien
invasif Pengetahuan infeksi
lain
Kriteria Hasil :
2. Kolaborasi : berikan
1. Klien bebas 2) Antibiotic spectrum
terapi antibiotic
dari tanda luas secara umum
dan gejala dianjurkan sesuai

infeksi indikasi.
3. Pertahankan
2. Menunjukk 3) Membatasi sumber
lingkungan aseptic.
an penyebab infeksi
kemampua
n untuk

mencegah

timbulnya

infeksi

Program Profesi Ners Di RSKD Balikpapan, 2019


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS
WIYATA HUSADA SAMARINDA

Program Profesi Ners Di RSKD Balikpapan, 2019


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS
WIYATA HUSADA SAMARINDA

LAPORAN PENDAHULUAN

SIRKUMSISI

1. Pengertian Sirkumsisi
Sirkumsisi adalah tindakan operatif yang ditujukan untuk mengangkat sebagian, maupun seluruh
bagian, dari kulup atau prepusium dari penis. Sirkumsisi termasuk dalam prosedur bedah minor.

Prosedur ini merupakan yang paling umum dilakukan di dunia


(WHO, 2010). Di Indonesia sirkumsisi lebih dikenal dengan

istilah khitan atau masyarakat sering menyebutnya sunat

(Purnomo, 2011).

2. Tujuan Sirkumsisi
Sirkumsisi bertujuan untuk mencegah timbulnya

penumpukan smegma pada penis. Smegma adalah waxy


material yang disekresikan oleh kelenjarkelenjar prepusium yang terdapat di sepanjang kulit dan

mukosa prepusium. Prepusium adalah lipatan kulit yang menutupi ujung penis. Prepusium melekat di

sekitar corona radiata hingga menutup bagian glans (Hosseinzadeh et al, 2013). Apabila higienitas di

daerah prepusium tidak dijaga dengan baik, akan terjadi akumulasi dari smegma di prepusium.
Bakteri akan dengan mudah berkembang di area tersebut. Hal ini mengakibatkan inflamasi dan infeksi

menjadi sering terjadi pada daerah prepusium. Oleh karena itu dengan dihilangkannya bagian

prepusium dengan cara sirkumsisi akan mengurangi akumulasi smegma di daerah glans. Oleh karena
itu tujuan dari sirkumsisi adalah untuk mencegah terjadinya infeksi maupun inflamasi (Hosseinzadeh

et al, 2013).

3. Indikasi Sirkumsisi
Sirkumsisi biasa dilakukan dengan tujuan tertentu. Selain untuk menjaga kebersihan penis,
sirkumsisi memiliki banyak manfaat lain. Oleh karena itu, terdapat beberapa indikasi dilakukannya
sirkumsisi, antara lain:

a. Manfaat Agama

Dari segi agama, beberapa agama seperti Agama Islam dan Yahudi mewajibkan laki-laki
untuk melakukan sirkumsisi. Dalam agama Islam, sirkumsisi dilakukan berdasarkan sabda

Program Profesi Ners Di RSKD Balikpapan, 2019


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS
WIYATA HUSADA SAMARINDA

Rasulullah SAW, “Kesucian (fitrah) itu ada lima: khitan, mencukur bulu kemaluan, mencabut

bulu ketiak, memendekkan kumis, dan memotong kuku” (HR Bukhari Muslim).

b. Manfaat Medis

Dengan dilakukannya pemotongan dari prepusium penis, sirkumsisi tidak hanya bermanfaat
untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi karena akumulasi smegma. Sirkumsisi memiliki

manfaat salah satunya adalah sebagai terapi dari beberapa penyakit. Contoh penyakit yang

dapat diatasi dengan dilakukannya sirkumsisi yakni fimosis, parafimosis, kondiloma


akuminata (Syamsir, 2014).

4. Kontraindikasi
Sirkumsisi tidak boleh dilakukan pada kondisi medis tertentu. Beberapa kondisi dapat

menjadikan sirkumsisi tidak dapat dilakukan, atau perlu ditunda terlebih dahulu. Kondisi ini

disebut kontraindikasi sirkumsisi. Kontraindikasi sirkumsisi dibagi menjadi kontraindikasi absolut

dan kontraindikasi relative (Syamsir, 2014).


 Kontraindikasi Absolut

Kontraindikasi absolut sirkumsisi antara lain hipospadia dan epispadia. Hipospadia adalah

keadaan dimana lubang penis berada di bawah penis. Sedangkan epispadia adalah keadaan

dimana lubang penis berada di bagian atas penis (Patricia, 2016). Menurut Syamsir (2014),
bayi prematur, kelainan bentuk penis atau kulit penis, mikropenis, ambigus genitalia juga

merupakan kontraindikasi sirkumsisi. Mikropenis adalah ukuran penis yang terlalu kecil.

Sedangkan ambigus genitalia adalah kelainan pada bentuk genitalia eksterna atau fenotip
yang tidak jelas laki-laki atau perempuan.

 Kontraindikasi Relatif

Sedangkan yang termasuk kontraindikasi relatif sirkumsisi yakni pasien dengan diabetes

mellitus. Diabetes mellitus menjadi kontraindikasi relatif karena akan mempermudah

terjadinya infeksi dan memperlambat penyembuhan (Syamsir, 2014). Infeksi lokal pada penis
maupun sekitarnya dan infeksi umum juga dapat menjadi kontraindikasi relatif sirkumsisi

(Mulia & Adiputra, 2013). Menurut Syamsir (2014), bleeding diathesis adalah salah satu
kontraindikasi relatif dilakukannya sirkumsisi. Bleeding diathesis adalah kecenderungan

terjadinya perdarahan atau koagulopati. Gangguan pembekuan dan perdarahan bukan


kontraindikasi mutlak dilakukannya sirkumsisi. Sirkumsisi masih dapat dilakukan setelah

konsultasi dengan dokter spesialis anak ahli hematologi.

Program Profesi Ners Di RSKD Balikpapan, 2019


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS
WIYATA HUSADA SAMARINDA

5. Komplikasi Sirkumsisi
Menurut Syamsir (2014), komplikasi pada sirkumsisi dapat terjadi meskipun tindakan

bedah sudah dilakukan dengan teknik yang benar dan sterilitas yang terjamin. Komplikasi yang
terjadi dapat bervariasi dari ringan hingga berat. Hal ini dipengaruhi oleh pengalaman,

keterampilan, dan alat-alat yang digunakan. Komplikasi yang dapat terjadi pada sirkumsisi antara
lain:
a. Perdarahan
Komplikasi yang paling sering terjadi adalah perdarahan. Perdarahan terjadi pada 1,07%-

3,33% kasus komplikasi dari sirkumsisi. Perdarahan yang terjadi disebabkan oleh tidak

sempurnanya hemostasis. Hemostasis yang tidak sempurna dapat terjadi karena terdapat

pembuluh darah yang tidak terkait, adanya rembesan yang tidak diketahui, maupun

adanyakelainan pembekuan darah (hemofilia). Sebagian besar perdarahan bersifat ringan.

Perdarahan dapat diatasi dengan tindakan penekanan atau pengikatan pembuluh darah

(Syamsir, 2014).
b. Infeksi

Infeksi pada sirkumsisi disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus, Klebsiella

pneumonia, dan Staphylococcus epidermidis. Infeksi terjadi akibat kurang terjaganya

kebersihan dan perawatan pasca sirkumsisi yang baik. Sebagian besar infeksi bersifat ringan
atau sedangdan terlokasi. Infeksi dapat diobati dengan pemberian antibiotic (Syamsir, 2014).

6. Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian
 Keadaan umum pasien.

 Tanda – tanda infeksi


 Pemeriksaan penunjang. Sampai saat ini pada pasien fimosis belum ada pemeriksaan

penunjang.
b. Diagnosa keperawatan pre op
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis

2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kurangnya perawatan penis

3) Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan infeksi pada saluran perkemihan


c. Diagnosa keparawatan post op
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik

Program Profesi Ners Di RSKD Balikpapan, 2019


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS
WIYATA HUSADA SAMARINDA

2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi

d. Intervensi

o Diagnosa keperawatan pre op

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama diharapkan nyeri dapat

berkurang atau hilang dengan kriteria hasil Pasien terlihat tenang. Intervensi :

- Kaji skala nyeri


- Ajarkan teknik distraksi kepada orang tuanya
- Atur posisi anak senyaman mungkin

- Berikan lingkungan yang nyaman

- Kolaborasi dengan pemberian analgesic


2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kurangnya perawatan penis

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan faktor resiko infeksi

akan hilang dengan kriteria hasil tidak adanya tanda – tanda infeksi, Menunjukan

hygiene pribadi yang adekuat. Intevensi :


- kaji tanda – tanda infeksi

- Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi

- Anjurkan kepada ibu pasien untuk meningkatkan hygiene pribadi pasien

- Ajarkan teknik pencucian tangan yang benar kepada keluarga


- Anjurkan keluarga untuk mencuci tangan sebelum ingin kontak langsung dengan

pasien

- Kaloborasi dengan pemberian antibiotic

3) Gangguan pola eliminasi urin berhubungan dengan infeksi pada saluran perkemihan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan gangguan pola eliminasi


urin dapat di atasi dengan kriteria hasil pasien dapat berkemih > 50 – 100 cc setiap

kali, Tidak adanya hematuria. Intervensi :

- Pantau eliminasi urine meliputi frekuensi, konsistensi, bau, volume dan warna
yang tepat

- Anjurkan kepada keluarga untuk mencatat haluaran urine

- Kolaborasi dengan dokter untuk segera disunat.

o Diagnosa keperawatan intra operatif

Program Profesi Ners Di RSKD Balikpapan, 2019


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS
WIYATA HUSADA SAMARINDA

 Resiko cedera akibat posisi periooperatif b.d persepsi akibat cedera. Tujuan : setelah

dilakukan tindakan keperawatan diharapkan resiko cedera tidak terjadi. Dengan KH :

Tidak terdapat memar dan Perdarahan tidak terjadi. Intervensi :

- Verifikasi bahwa ijin untuk dilakukan tindakan pembedahan selah ditanda tangani
- Melakukan verifikasi identifikasi pasien

- Monitor tanda – tanda vital

o Diagnosa keparawatan post op


 Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik. Tujuan : Setelah dilakukan
tindakan keperawatan diharapkan nyeri dapat berkurang atau hilang dengan K.H :

Pasien terlihat tenang. Intervensi :

- Kaji skala nyeriAjarkan teknik distrksi kepada orang tuanya


- Atur posisi anak senyaman mungkin

- Berikan lingkungan yang nyaman

- Kolaborasi dengan pemberian analgesic

 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi. Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan keperawatan diharapkan faktor resiko infeksi akan hilang dengan

K.H Tidak adanya tanda – tanda infeksi, Menunjukan hygiene pribadi yang adekuat.

Intevensi :

- Kaji tanda – tanda infeksi


- Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi

- Anjurkan kepada ibu pasien untuk meningkatkan hygiene pribadi pasien

- Ajarkan teknik pencucian tangan yang benar kepada keluarga

- Anjurkan keluarga untuk mencuci tangan sebelum berkontak dengan pasien

- Kolaborasi dengan pemberian antibiotic.

Program Profesi Ners Di RSKD Balikpapan, 2019


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS
WIYATA HUSADA SAMARINDA

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/37435200/makalah_hidrocefalus_fimosis_dan_hipospadia.doc
x, diakses pada 05 November 2019 pukul 00.03

http://fk.unsoed.ac.id/wpcontent/uploads/modul%20labskill/genap%20I/Genap%20I%20
-%20Sirkumsisi.pdf, diakses pada 06 November 2019 pukul 15.05

http://id.portalgaruda.org/index.php?ref=browse&mod=viewarticle&article=433801.
diakses pada 06 November 2019 pukul 15.20

http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/151/jtptunimus-gdl-isniayusro-7506-2-14.bab-
i.pdf. diakses pada 06 November 2019 pukul 15.45

https://rspkujogja.com/2016/10/10/penyebab-terjadinya-fimosis/. diakses pada 07


November 2019 jam 23.00

Program Profesi Ners Di RSKD Balikpapan, 2019

Anda mungkin juga menyukai