FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU
REFLEKSI KASUS
September 2016
PARONIKIA
Disusun Oleh :
HALAMAN PENGESAHAN
Pembimbing Mahasiswa
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. F
Umur : 17 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Toaya
Agama : Islam
Status Pernikahan : Belum menikah
Pekerjaan : Pelajar
Tanggal pemeriksaan : 13 September 2016
Ruangan : Poliklinik kulit dan kelamin RSUD Undata
II. ANAMNESIS
1. Keluhan utama : Bengkak pada kedua ibu jari kaki
2. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSUD Undata dengan
keluhan bengkak kemerahan disertai nyeri pada kedua ibu jari kaki sejak 3
2
bulan yang lalu. Awalnya pasien memotong kuku sambil mencongkel
pinggiran kuku terutama ibu jari kaki karena terdapat banyak kotoran pada
daerah tersebut. Kemudian daerah di sekitar kedua ibu jari kaki menjadi
bengkak, merah dan terasa nyeri. Pasien tidak mengalami demam sejak
keluhan muncul.
b. Status Dermatologi
1. Kepala : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
2. Leher : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
3. Dada : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
4. Punggung : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
5. Perut : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
6. Genitalia : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
7. Inguinal : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
8. Bokong : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
9. Ekstremitas atas : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
3
Tampak abses disertai edema dan krusta pada lipatan kuku lateral et
medial digiti I dextra et sinistra.
IV. GAMBAR
Gambar 1. Tampak abses disertai edema dan krusta pada lipatan kuku
lateral et medial digiti I dextra et sinistra
Gambar 1. Tampak abses disertai edema dan krusta pada lipatan kuku
lateral et medial digiti I sinistra
V. RESUME
Pasien datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSUD Undata dengan
keluhan bengkak kemerahan disertai nyeri pada kedua ibu jari kaki sejak 3
bulan yang lalu. Awalnya pasien memotong kuku sambil mencongkel
4
pinggiran kuku terutama ibu jari kaki karena terdapat banyak kotoran pada
daerah tersebut. Kemudian daerah di sekitar kedua ibu jari kaki menjadi
bengkak, merah dan terasa nyeri. Pasien tidak mengalami demam sejak
keluhan muncul. Keluhan ini sudah pernah dialami sebelumnya. Pasien sudah
pernah berobat sebelumnya ke puskesmas dan diberi obat minum namun
pasien lupa nama obatnya, tetapi keluhan tidak berkurang. Tidak ada riwayat
terbentur, memakai sepatu sempit, alergi obat maupun alergi makanan.
Dari hasil pemeriksaan fisik terdapat ujud kelainan kulit berupa abses
disertai edema dan krusta pada lipatan kuku lateral et medial digiti I dextra et
sinistra.
IX. PENATALAKSANAAN
a. Non Medikamentosa
- Menjaga kulit agar tetap kering dengan menggunakan sarung tangan
karet atau sepatu boot ketika bersentuhan dengan air
- Rendam kaki dengan air hangat untuk mengurangi bengkak
- Mencegah terjadinya benturan dan menghindari penggunaan sepatu
yang sempit
b. Medikamentosa
Sistemik : Antibiotik Eritromycin 3 x 500 mg
Topikal :
- Kompres air hangat
- Antiseptik Povidone iodine
X. PROGNOSIS
a. Qua ad vitam : bonam
b. Qua ad fungtionam : bonam
c. Qua ad sanationam : bonam
5
d. Qua ad cosmetikam : dubia ad bonam
PEMBAHASAN
Pasien datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSUD Undata dengan keluhan
bengkak kemerahan disertai nyeri pada kedua ibu jari kaki sejak 3 bulan yang
lalu. Awalnya pasien memotong kuku sambil mencongkel pinggiran kuku
terutama ibu jari kaki karena terdapat banyak kotoran pada daerah tersebut.
Kemudian daerah di sekitar kedua ibu jari kaki menjadi bengkak, merah dan
terasa nyeri. Pasien tidak mengalami demam sejak keluhan muncul. Keluhan ini
sudah pernah dialami sebelumnya. Pasien sudah pernah berobat sebelumnya ke
puskesmas dan diberi obat minum namun pasien lupa nama obatnya, tetapi
keluhan tidak berkurang. Tidak ada riwayat terbentur, alergi obat maupun alergi
makanan. Dari hasil pemeriksaan fisik terdapat ujud kelainan kulit berupa abses
disertai edema dan krusta pada lipatan kuku lateral et medial digiti I dextra et
sinistra.
6
Paronikia adalah reaksi inflamasi mengenai lipatan kulit di sekitar kuku.
Penyakit ini berkembang pada orang-orang yang tangannya lama terendam air.
Jika jari terluka sedikit saja, maka basil atau jamur akan merusak jaringan sekitar
kuku. Lebih banyak pada wanita, pekerja bar, pencuci, juga seringkali dijumpai
pada penderita diabetes melitus dan malnutrisi. Kadang-kadang penyakit ini
muncul pada anak-anak, khususnya yang gemar menghisap jari.1,2
Gejala pertama karena adanya pemisahan lempeng kuku dari eponikium,
biasanya disebabkan oleh trauma karena maserasi pada tangan yang sering kena
air. Celah yang lembab itu kemudian terkontaminasi oleh kokus piogenik atau
jamur. Paronikia akut paling sering diakibatkan oleh infeksi bakteri, umumnya
Staphylococcus aureus atau Pseudomonas aeruginosa, sedangkan paronikia yang
disebabkan oleh jamur adalah Candida albicans.1,2,3
Paronikia ditandai dengan pembengkakan jaringan yang nyeri dan dapat
mengeluarkan pus. Bila infeksi telah kronik, maka terdapat celah horizontal pada
dasar kuku. Biasanya mengenai 1-3 jari terutama jari telunjuk dan jari tengah.1,2
Penatalaksanaan non-medikamentosa pada paronikia yaitu mencegah adanya
trauma dan menjaga agar kulit yang dikenai tetap kering. Jika akan mencuci
sebaiknya memakai sarung tangan karet. Paronikia akut umumnya disebabkan
oleh bakteri, pengobatan pilihan utama yaitu antibiotik oral yaitu clindamycin dan
kombinasi amoxicilin clavulanic acid efektif melawan patogen Staphylococcus
aureus, dan memiliki aktivitas untuk kuman anaerob. Antiseptik topikal seperti
chlorhexidine atau povidone-iodine serta rendam air hangat dapat diberikan
bersamaan dengan pemberian antibiotik sistemik. Jika kondisi paronikia
terabaikan, pus dapat menyebar ke bawah kuku melalui sulkus menuju sisi yang
berlawanan, sehingga mengangkat dan memisahkan lempeng kuku dari matriks di
bawahnya. Hal ini membutuhkan terapi yang kompleks, yaitu pelepasan kuku
untuk membuat drainase yang cukup.3,4
7
DAFTAR PUSTAKA
1. Utama, H. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 7. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI. 2015. Hal. 379.
2. Bystrim JC, Chan YC, Chu J at all. Chronic Blistering Dermatoses. James
WD, Berger TG, Elston DM. Andrews Diseases Of The Skin: Clinical
Dermatology. 10th. Saunders Elsevier. USA : 2006. Page 254.
3. Alanore LF, Roujeau JC. Inflammatory disease based on abnormal humoral
reactivity and other inflammatory disease: General consideration. Wolff K,
Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, eds.
Fitzpatrick Dermatology in General Medicine. 8th ed. USA: Mc graw hill;
2012. Page 1017-1019.
4. Wolff, K., et al. Fitzpatricks Color Atlas and Synopsis of Clinical
Dermatology, 7th ed. Mc Graw Hill : USA. 2013. Page 790;804
8
9