Tutorial Klinik
Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
RSUD AW Sjahranie Samarinda
Oleh :
Adhaniar Purwanti Megasary
0910015044
0910015043
Pembimbing :
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Katarak adalah keadaan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata. Katarak
terjadi apabila lensa mata berubah menjadi keruh akibat berbagai penyebab antara
lain genetik, kongenital, metabolik, traumatik, toksik, dan yang paling banyak
dijumpai adalah katarak senilis. Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa
yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun.
Glaukoma yaitu berupa kerusakan progresif nervus optikus yang dapat
menimbulkan kebutaan ireversibel pada mata. Glaukoma seringkali ditandai oleh
meningkatnya tekanan intraokuler yang disertai dengan pencekungan diskus
optikus dan pengecilan lapangan pandang.
Berdasarkan klasifikasi Vaughen, glaukoma terbagi atas glaukoma primer,
glaukoma kongenital, glaukoma sekunder, dan glaukoma absolut. Glaukoma
sekunder merupakan peningkatan tekanan intraokuler yang terjadi sebagai
manifestasi dari penyakit lain. Glaukoma sekunder dapat terjadi pada lensa yang
mengalami katarak. Katarak imatur menimbulkan glaukoma bila kondisi lensa
menjadi cembung akibat menyerap air sehingga mendorong iris menutup sudut
bilik mata. Sedangkan katarak matur atau hipermatur menimbulkan glaukoma
ketika lensa dengan kapsul yang intak akan mengeluarkan protein dengan berat
molekul besar yang dapat menyumbat aliran aqueous humor karena obstruksi
pada trabecular meshwork.
BAB II
KASUS
ANAMNESIS
Identitas pasien
Nama
Usia
Jenis Kelamin
: Tn. M
: 65 tahun
: Laki-laki
Pasien merupakan konsulan dari ruangan pada tanggal 17 April 2015. Anamnesis
dilakukan dengan pasien pada tanggal 21 April 2015.
Keluhan utama
Penglihatan kabur pada mata kanan dan kiri
Riwayat penyakit sekarang
Mata kiri terasa kabur seperti berkabut secara perlahan-lahan dan makin
memburuk sejak sekitar satu tahun terakhir. Pasien mengeluhkan bila matanya
tersebut terkena cahaya akan terasa perih dan pusing. Pasien tidak pernah
mengeluhkan mata merah, nyeri pada mata, penglihatan berbayang, keluar air
mata berlebihan, ataupun benturan pada mata kirinya tersebut, serta tidak rutin
mengkonsumsi obat-obatan penghilang rasa sakit.
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat kencing manis dan tekanan darah tinggi pasien tidak tahu.
Pasien mengeluhkan benjolan pada leher tidak tahu pasti sejak kapan dan
merasa sesak serta sulit menelan kurang lebih 1 bulan.
PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis
Kesan umum
: sakit sedang
Kesadaran
Tanda vital
Status lokalis
Pemeriksaan
Mata kanan
1/~ dengan persepsi
Mata kiri
1/~ dengan persepsi
cahaya baik
Normal
Baik ke segala arah
Normal
Normal
Normal
Normal
Jernih
Kedalaman dangkal (+)
cahaya baik
Normal
Baik ke segala arah
Normal
Normal
Normal
Normal
Jernih
Kedalaman cukup
Hifema (-)
Hifema (-)
Hipopion (-)
Dilatasi 4mm
Hipopion (-)
Reguler, diameter 3mm
Visus
Pupil
Iris
Lensa
Funduskopi
TIO palpasi
DIAGNOSIS KERJA
Katarak senilis mature ODS + Glaukoma Akut OD
PENATALAKSANAAN
PROGNOSIS
Dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1. KATARAK
Definisi
Katarak adalah keadaan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata yang
dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa
atau dapat juga akibat dari kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan
berjalan progresif.
Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena
dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan
bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa
bervariasi. Katarak dapat terjadi pada saat perkembangan serat lensa masih
berlangsung atau sesudah serat lensa berhenti dalam perkembangannya dan telah
memulai proses degenerasi.
Epidemiologi
Penelitian-penelitian di Amerika Serikat mengidentifikasi adanya katarak
pada sekitar 10% orang, dan angka kejadian ini meningkat hingga sekitar 50%
untuk mereka yang berusia antara 65 sampai 74 tahun, dan hingga sekitar 70%
untuk mereka yang berusia lebih dari 75 tahun.
Sperduto dan Hiller menyatakan bahwa katarak ditemukan lebih sering
pada wanita dibanding pria. Pada penelitian lain oleh Nishikori dan Yamomoto,
rasio pria dan wanita adalah 1:8 dengan dominasi pasien wanita yang berusia
lebih dari 65 tahun dan menjalani operasi katarak.
Etiologi
Sebagian
besar
katarak
terjadi
karena
proses
degeneratif
atau
bertambahnya usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur
60 tahun keatas. Akan tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu
terinfeksi virus pada saat hamil muda.
Penyebab Katarak lainnya Meliputi :
Faktor keturunan.
Cacat bawaan sejak lahir.
Masalah kesehatan, misalnya diabetes.
Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.
Gangguan metabolisme seperti DM (Diabetus Melitus) kemungkinan
disebabkan oleh gangguan aliran darah ke mata dan perubahan
lama.
Rokok dan Alkohol
Operasi mata sebelumnya.
Patofosiologi
Etiologi dan patogenesis katarak sangat kompleks dan belum sepenuhnya
dimengerti. Pada katarak yang terkait usia, kerusakan foto-oksidatif pada seratserat membran dan protein lensa dikatakan menjadi penyebab utama. Beberapa
penelitian menunjukkan peningkatan produk oksidasi seperti oxidized glutathione
dan penurunan antioksidan (vitamin) dan enzim superoksidase pada penderita
katarak senilis. Teori stres oksidatif pada katarak disebut kataraktogenesis. Selain
itu, seiring dengan bertambahnya usia terjadi peningkatan akumulasi pigmen di
dalam lensa, juga penambahan cairan dan pemecahan protein lensa yang membuat
berat dan ketebalannya bertambah, sementara kekuatannya menurun. Sebagian
katarak berhubungan dengan penyakit mata lain (seperti retinitis pigmentosa dan
miopia tinggi) atau penyakit sistemik spesifik (misalnya diabetes mellitus dan
galaktosemia).
Pajanan sinar ultraviolet, kurang gizi, merokok dan peminum alkohol
adalah beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko katarak. Tidak hanya
ultraviolet, tipe radiasi lainnya seperti radiasi sinar X dan radiasi kosmik berkaitan
dengan perkembangan katarak. Terbukti dari tingginya angka kejadian katarak
pada negara-negara tropis juga profesi-profesi khusus yang terpapar radiasi seperti
pilot dan astronot. Kekurangan gizi khususnya zat antioksidan seperti betakaroten, selenium, vitamin C dan E juga dapat mempercepat proses
berkembangnya penyakit katarak.
Secara umum ada dua proses patogenesis katarak yaitu:
a. Hidrasi
Terjadi perubahan komposisi ionik pada korteks lensa dan
penimbunan cairan di antara celah-celah serabut lensa.
b. Sklerosis
Serabut-serabut lensa yang terbentuk lebih dahulu akan terdorong ke
arah tengah sehingga bagian tengah (nukleus) menjadi lebih padat,
mengalami dehidrasi serta penimbunan kalsium dan pigmen.
Perubahan lensa pada usia lanjut:
Kapsul
Mulai presbiopia
Serat lensa
Lebih irregular
Katarak kongenital, yaitu katarak yang terlihat pada usia di bawah 1 tahun.
Katarak juvenil, yaitu katarak yang terlihat pada usia di atas 1 tahun dan di
bawah 40 tahun.
Katarak presenil, yaitu katarak yang terjadi sesudah usia 30-40 tahun.
Katarak senil, yaitu katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40
tahun.
Stadium katarak:
Katarak insipien.
Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut:
Kekeruhan mulai dari tipe ekuator berbentuk jenji menuju korteks
anterior dan posterior (katarak kortikal). Vakuol mulai terlihat di dalam
korteks.
Katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior
subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi
Iris
Bilik mata depan
Sudut bilik mata
Shadow test
Penyulit
Insipien
Ringan
Normal
Normal
Normal
Normal
Negatif
-
Imatur
Sebagian
Bertambah
Matur
Seluruh
Normal
Hipermatur
Masif
Berkurang
(air masuk)
(air+masa
Terdorong
Dangkal
Sempit
Positif
Glaukoma
keluar)
Tremulans
Dalam
Terbuka
Pseudopos
Uveitis + Glaukoma
Normal
Normal
Normal
Negatif
-
lensa
Gejala Klinis
Semua sinar yang masuk ke mata harus terlebih dahulu melewati lensa.
Karena itu setiap bagian lensa yang menghalangi, membelokkan atau
menyebarkan sinar bisa menyebabkan gangguan penglihatan. Beratnya gangguan
penglihatan tergantung kepada lokasi dan kematangan katarak.
Seorang pasien dengan katarak senilis biasanya datang dengan riwayat
kemunduran secara progesif dan gangguan dari penglihatan. Penyimpangan
penglihatan bervariasi, tergantung pada jenis dari katarak ketika pasien datang.
kemajuan.
Pemeriksaan mata standar dan dengan melihat lensa melalui senter tangan,
kaca pembesar, slit lamp, funduskopi, pada kedua mata bila mungkin,
bedah lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler
cataract ekstraksi (ECCE).
1. Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama
kapsul. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan
dipindahkan dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang
metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi.
Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan
pembedahan yang sangat lama populer.
ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia
kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular.
Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma,
uveitis, endoftalmitis dan perdarahan
2. Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran
isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa
lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui robekan.
Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan
kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra ocular
posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan
dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya prolaps
badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan kaca, sebelumnya
mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular edema, pasca bedah
ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti
prolaps badan kaca.
Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya
katarak sekunder.
3. Phakoemulsifikasi
Phakoemulsifikasi (phaco) maksudnya membongkar dan memindahkan
kristal lensa. Pada tehnik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm)
di kornea. Getaran ultrasonic akan digunakan untuk menghancurkan katarak,
selanjutnya mesin PHACO akan menyedot massa katarak yang telah hancur
sampai bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui
irisan tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih
dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali
melakukan aktivitas sehari-hari. Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital,
traumatik, dan kebanyakan katarak senilis. Tehnik ini kurang efektif pada katarak
senilis padat, dan keuntungan incisi limbus yang kecil agak kurang kalau akan
dimasukkan lensa intraokuler, meskipun sekarang lebih sering digunakan lensa
intra okular fleksibel yang dapat dimasukkan melalui incisi kecil seperti itu.
4. SICS
Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan
teknik pembedahan kecil. Teknik ini dipandang lebih menguntungkan karena lebih
cepat sembuh dan murah.
Indikasi operasi :
defenitif memperbaiki ketajaman penglihatan pada lebih dari 90%. Sisanya 10%
pasien mungkin telah mengalami penyulit pasca bedah serius misalnya glukoma,
ablasio retina, perdarahan corpus vitreum, infeksi atau pertumbuhan epitel ke
bawah (ke arah kamera anterior ) yang menghambat pemulihan visus. Lensa
intraokular dan lensa kontak kornea menyebabkan penyesuaian setelah operasi
katarak menjadi lebih mudah dibandingkan pemakaian kacamata katarak yang
tebal.
Komplikasi pasca Operasi. Komplikasi dapat ditekan seminimal
mungkin jika perawatan pre-operasi dan pasca operasi dilakukan sesuai prosedur.
Adapun komplikasi yang dapat terjadi antara lain:
-
iris prolaps
2. GLAUKOMA
Anatomi Bilik Mata Depan (COA)
Bilik mata depan merupakan struktur penting dalam hubungannya dengan
pengaturan tekanan intraokuler. Hal ini disebabkan karena pengaliran cairan aquos
harus melalui bilik mata depan terlebih dahulu sebelum memasuki kanal Schlemm.
Bilik mata depan dibentuk oleh persambungan antara kornea perifer dan iris.
Bagian mata yang penting dalam glaukoma adalah sudut filtrasi. Sudut
filtrasi berbatas dengan akar berhubungan dengan sklera dan kornea, di sini
ditemukan sklera spur yang membuat cincin melingkar 360 derajat dan
merupakan batas belakang sudut filtrasi, serta tempat insersi otot siliar logitudinal.
Pada sudut filtrasi terdapat garis schwalbe yang merupakan akhir perifer endotel
dan membran descement dan kanal schlemm yang menampung cairan mata keluar
ke salurannya.
Bagian terpenting dari sudut filtrasi adalah trabekular, yang terdiri dari :
1.
Trabekula korneoskleral
Serabutnya berasal dari lapisan stroma kornea dan menuju ke belakang
Trabekula uveal
Serabutnya berasal dari lapisan dalam stroma kornea, menuju ke
Schwalbe)
Serabut ini menuju ke jaringan pengikat m.siliaris radialis dan
sirkularis.
4.
Humor aquos berperan sebagai pembawa zat makanan dan oksigen untuk
organ di dalam mata yang tidak berpembuluh darah yaitu lensa dan kornea,
disamping itu juga berguna untuk mengangkut zat buangan hasil metabolisme
pada kedua organ tersebut. Adanya cairan tersebut akan mempertahankan bentuk
mata dan menimbulkan tekanan dalam bola mata (tekanan intra okuler).
Untuk mempertahankan keseimbangan tekanan di dalam bola mata
cairan aquos diproduksi secara konstan serta dialirkan keluar melalui
sistem drainase mikroskopik.
intraokuler dapat terjadi akibat produksi cairan aquos yang meningkat misalnya
pada reaksi peradangan dan tumor intraokuler atau karena aliran keluarnya yang
terganggu akibat adanya hambatan pada pratrabekular, trabekular atau post
trabekular.
Resistensi utama terhadap aliran keluar humor aquous dari COA adalah
lapisan endotel saluran schlemm dan bagian-bagian jalinan trabekula di dekatnya,
bukan dari sistem pengumpul vena. Tetapi tekanan di jaringan vena episklera
menentukan besar minimum tekanan intraokular yang dicapai oleh terapi medis.
Definisi
Glaukoma adalah suatu kelainan pada mata yang ditandai oleh
meningkatnya tekanan intra okuler yang disertai pencekungan diskus optikus dan
pengecilan lapang pandang.
Epidemiologi
Di Indonesia, glaukoma menjadi penyebab lebih dari 500.000 kasus
kebutaan di Indonesia dan kebutaan yang disebabkan oleh glaukoma bersifat
permanent.
Etiologi
Glaukoma terjadi karena peningkatan tekanan intraokuler yang dapat
disebabkan oleh bertambahnya produksi humor akueus oleh badan siliar ataupun
berkurangnya pengeluaran humor akueus di daerah sudut bilik mata atau di celah
pupil.
Tekanan intraokuler adalah keseimbangan antara produksi humor akueus,
hambatan
terhadap
aliran
akueous
dan
tekanan
vena
episklera.
kemunduran, maka akan terbentuk bintik buta pada lapang pandang mata. Yang
pertama terkena adalah lapang pandang tepi, lalu diikuti oleh lapang pandang
sentral. Jika tidak diobati, glaukoma pada akhirnya bisa menyebabkan kebutaan.
Faktor Resiko
Orang yang mempunyai risiko untuk menderita glaukoma yaitu orang tua
(lebih dari 40 tahun), dimana prevalensi penderita glaukoma makin tinggi seiring
dengan peningkatan usia, penderita diabetes, penderita hipertensi, penggunaan
medikasi yang mengandung steroid dalam jangka waktu lama, riwayat keluarga
glaukoma (risiko 4 kali orang normal), perempuan punya resiko tinggi untuk
menderita glaukoma dari pada pria, miopia, migrain atau penyempitan pembuluh
darah otak (sirkulasi darah yang buruk), atau kecelakaan pada mata sebelumnya.
Klasifikasi
Berdasarkan etiologi, glaukoma dibagi menjadi :
a. Glaukoma primer sudut terbuka
Glaukoma primer sudut terbuka adalah glaukoma yang penyebabnya tidak
ditemukan dan ditandai dengan sudut bilik mata depan yang terbuka.
Gambaran klinis dari glaukoma primer sudut terbuka, yaitu progresifitas
gejalanya berjalan perlahan dan lambat sehingga sering tidak disadari oleh
penderitanya, serta gejalanya samar seperti: sakit kepala ringan tajam penglihatan
tetap normal; hanya perasaan pedas atau kelilipan saja; tekanan intra okuler terus
-menerus meningkat hingga merusak saraf penglihatan.
Gambar 6.
c.
Glaukoma sekunder
Glaukoma sekunder terjadi jika mata mengalami kerusakan akibat infeksi,
peradangan, tumor, katarak yang meluas, kecelakaan atau trauma, serta pembuluh
darah yang tidak normal (sering karena diabetes melitus).
d.
Glaukoma kongenital
Glaukoma kongenital timbul saat lahir atau dalam tahun pertama dengan
diderita sebelumnya atau pada saat itu, yang dapat menyebabkan terjadinya
peningkatan tekanan intaokuler. Glaukoma sekunder sudut tertutup sama halnya
dengan glaukoma primer sudut tertutup, dimana terjadinya peninggian tekanan
intraokuler disebabkan adanya hambatan atau blokade pada trabekular meshwork.
Penyebab dari glaukoma sekunder sudut tertutup antara lain ;
a. Katarak imatur ataupun hipermatur.
Katarak imatur menimbulkan glaukoma bila terdapat kondisi lensa mencembung
(katarak intumesen) akibat menyerap air sehingga mendorong selaput pelangi
yang akan menutup sudut bilik mata. Katarak hipermatur mengakibatkan
glaukoma akibat lensa yang terlalu matang bahan lensa yang degeneratif akan
keluar dari kapsul (bungkusnya) dan menutup jalan keluar cairan mata pada sudut
bilik mata (glaukoma fakolitik).
b. Cedera mata dapat mengakibatkan perdarahan ke dalam bilik mata depan
(hifema) ataupun hal lain yang menutup cairan mata keluar.
c. Uveitis, radang di dalam bola mata akan mengakibatkan perlekatan antara iris
dengan lensa (sinekia posterior) atau perlekatan antara pangkal iris dan tepi komea
(goniosinekia).
d. Tumor di dalam mata.
e. Diabetes yang membangkitkan glaukoma neovaskular.
f. Tetes mata steroid yang dipakai terlalu lama.
Tanda dan Gejala
Tajam penglihatan kurang (kabur mendadak), mata merah, bengkak, mata
berair, kornea suram karena edema, bilik mata depan dangkal dan pupil lebar dan
tidak bereaksi terhadap sinar, diskus optikus terlihat merah dan bengkak, tekanan
intra okuler meningkat hingga terjadi kerusakan iskemik pada iris yang disertai
edema kornea, dibuktikan dengan tonometri schiotz ataupun teknik palpasi (tidak
dianjurkan karena terlalu subjektif), melihat halo (pelangi di sekitar objek), nyeri
hebat periorbita, pusing, bahkan mual-muntah.
Diagnosis
Berdasarkan penjelasan di atas, maka diagnosis dapat ditegakan dari
anamnesis, pemeriksaan status umum dan oftalmologis, serta penunjang.
levobunolol 0,25% dan 0,5%, dan metipranolol 0,3%. Apraklonidin adalah suatu
agonis alfa adrenergik yang baru yang berfungsi menurunkan produksi humor
akueous tanpa efek pada aliran keluar. epinefrin dan dipiferon juga memiliki efek
yang serupa. Inhibitor karbonat anhidrase sistemik asetazolamid digunakan
apabila terapi topikal tidak memberi hasil memuaskan dan pada glaukoma akut
dimana tekanan intraokuler sangat tinggi dan perlu segera dikontrol. Obat ini
mampu menekan pembentukan humor akueous sebesar 40-60%.
Fasilitasi aliran keluar humor akueous
Obat parasimpatomimetik meningkatkan aliran keluar humor akueous
dengan bekerja pada jalinan trabekuler melalui kontraksi otot siliaris. Obat pilihan
adalah pilokarpin, larutan 0,5-6% yang diteteskan beberapa kali sehari atau gel
4% yang dioleskan sebelum tidur. Semua obat parasimpatomimetik menimbulkan
miosis disertai meredupnya penglihatan, terutama pada pasien dengan katarak,
dan spasme akomodatif yang mungkin mengganggu bagi pasien muda.
Penurunan volume korpus vitreum
Obat-obat hiperosmotik menyebabkan darah menjadi hipertonik sehingga
air tertarik keluar dari korpus vitreum dan terjadi penciutan korpus vitreum.
Penurunan volume korpus vitreum bermanfaat dalam pengobatan glaukoma akut
sudut tertutup. Gliserin 1ml/kgBB dalam suatu larutan 50% dingin dicampur
dengan sari lemon, adalah obat yang paling sering digunakan, tetapi pemakaian
pada pasien diabetes harus berhati-hati. Pilihan lain adalah isosorbin oral atau
manitol intravena.
Miotik, Midriatik
Konstriksi pupil sangat penting dalam penalaksanaan glaukoma sudut
tertutup akut primer dan pendesakan sudut pada iris plateau. Dilatasi pupil penting
dalam penutupan sudut akibat iris bombe karena sinekia posterior. Apabila
penutupan sudut diakibatkan oleh pergeseran lensa ke anterior, atropine atau
siklopentolat
bisa
digunakan
untuk
melemaskan
otot
siliaris
sehingga
BAB IV
PENUTUP
Glaukoma adalah keadaan di mana tekanan bola mata seseorang demikian
tinggi atau tidak normal sehingga mengakibatkan penggangguan saraf optik dan
mengakibatkan gangguan pada sebagian atau seluruh lapang pandangan. Hal ini
juga dikenali sebagai penyebab kebutaan kedua yang dilaporkan di Amerika.
Berdasarkan gangguan aliran humor akuos, glaukoma diklasifikasikan
menjadi glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup. Sedangkan
berdasarkan adanya keadaan lain yang berhubungan dengan peningkatan tekanan
intra okuler (TIO), glaukoma dibedakan menjadi glaukoma primer dan sekunder.
Glaukoma sekunder dapat terjadi pada lensa yang mengalami katarak.
Katarak adalah keadaan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata. Katarak terjadi
apabila lensa mata berubah menjadi keruh akibat berbagai penyebab antara lain
genetik, kongenital, metabolik, traumatik, toksik, dan yang paling banyak
dijumpai adalah katarak senilis. Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa
yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun.
Katarak imatur menimbulkan glaukoma bila kondisi lensa menjadi
cembung akibat menyerap air sehingga mendorong iris menutup sudut bilik mata.
Sedangkan katarak matur atau hipermatur menimbulkan glaukoma ketika lensa
dengan kapsul yang intak akan mengeluarkan protein dengan berat molekul besar
yang dapat menyumbat aliran aqueous humor karena obstruksi pada trabecular
meshwork.