Anda di halaman 1dari 8

FIMOSIS

Definisi

Fimosis adalah penyempitan pada prepusium distal yang mencegah prepusium


untuk tertarik diatas glans penis. Fimosis pada umumnya terjadi akibat kurang
terjaganya kebersihan genitalia dan infeksi kronis. Fimosis jarang terjadi pada
prepusium normal. Pada kelahiran dan awal-awal masa bayi, fimosis adalah kondisi
fisiologis dan umumnya prepusium akan normal pada umur 3 tahun. Sedangkan
apabila pada fimosis terdapat pembengkakan, nyeri, dan inflamasi, maka kondisi
tersebut disebut parafimosis1,2.

Gambar 1. A: fimosis; B: parafimosis.1,2

Epidemiologi

Insiden fimosis patologis di England dan Western Australia 0,4 per 1000
kelahiran hidup bayi laki-laki pertahun. 10% laki-laki mengalami fimosis
fisiologis pada usia 3 tahun dan sebagian besar dari mereka memiliki kulup yang
hanya dapat di tarik sebagian. 1-5% laki-laki akan memilki non-rectractible kulup
pada usia 16 tahun. Pada sebuah studi di Denmark 95% dari kasus fimosis
merupakan indikasi untuk di lakukan operasi kulup pada umur di bawah 18 tahun.
Sisanya 5% menjalani operasi karena frenulum pendek yang menyebabkan
masalah selama ereksi. Sembilan pasien membutuhkan operasi kedua karena
fimosis berulang.3,4
Etiologi

Fimosis fisologis merupakan kewajaran pada laki-laki yang baru lahir.


Preputium menempel pada glans penis dan akan berpisah dari waktu ke waktu. 3
Terjadinya penempelan diakibatkan oleh adanya adesi yang merupakan sisa-sisa
dari penyatuan antara penis dan preputium. adesi dapat hilang secara spontan
dengan melakukan retraksi lembut dari preputium saat mandi dan selama ereksi
intermiten sepanjang masa kanak-kanak.5 Sedangkan fimosis patologi dapat
disebabkan oleh episode kekambuhan balanitis atau balanopostitis.3 Obliterans
balanitis xerotica adalah bentuk penis lichen sclerosis et atrophicus. Jaringan
parut sekunder akibat obliterans balanitis xerotica merupakan penyebab umum
dari phimosis patologis. Obliterans balanitis xerotica biasanya resisten terhadap
terapi kortikosteroid topikal, dimana dapat mempengaruhi laki-laki dewasa
maupun anak.5 Penggunaan kateter yang berulang juga dicurigai sebagai
penyebab terjadinya fimosis.3

Patofisiologi

Preputium atau kulup merupakan lipatan kulit yang menutupi glans penis dan
bersifat retractile (mudah ditarik). Preputium biasanya berkembang pada minggu
kedelapan hingga kesembilan masa gestasi dan melindungi glans penis yang
masih belum berkembang. Selama pertumbuhan akan terjadi pemisahan dari
lapisan preputium dan epithel glans penis, akan tetapi pada fimosis fisiologis
terjadi proses pemisahan yang tidak sempurna. Hal ini dikarenakan preputium
melekat secara erat pada glans penis. Sedangkan pada fimosis patologis, kondisi
ini biasanya disebabkan oleh inflamasi pada preputium yang berasal dari
kebersihan yang kurang, balanoposthitis, retraksi paksa, dan trauma lainnya.6

Manifestasi Klinis

1. Fimosis Fisiologis

Fimosis fisiologis terjadi pada anak-anak dengan kulup penis ketat pada saat
lahir dan anak laki-laki dibawah usia 5 tahun.7 Pada fimosis fisiologis, kondisi
yang tidak mengancam jiwa mungkin terjadi umumnya pada laki-laki yang tidak
disirkumsisi, termasuk adanya kista terkait dengan produksi smegma dan adanya
ballooning tanpa nyeri pada saat buang air kecil. Kondisi ini dianggap normal
karena dapat diatasi dengan retraksi manual serta tidak akan meninggalkan bekas
luka.8,9

Gambar 2. Fimosis fisiologis10

2. Fimosis Patologis

Fimosis patologis terjadi karena ada jaringan parut, infeksi maupun inflamasi.
Retraksi kulup dapat menyebabkan perdarahan, jaringan parut, dan trauma psikologis
bagi anak dan orang tua. Jika ada ballooning dari kulup saat buang air kecil, kesulitan
dengan buang air kecil, retensi urin, kencing terasa sakit (disuria), ereksi
menyakitkan, infeksi berulang pada kulup (balanoposthitis), parafimosis (kulup
terjebak dalam posisi ditarik dibelakang kepala penis), atau infeksi saluran kemih,
harus segera dilakukan pengobatan dan memerlukan perawatan lebih lanjut.7,8

Berikut adalah beberapa gambar fimosis patologis.


Gambar.3 Penis dengan kulup penis normal pada anak (kiri). Penis yang
menunjukkan tipikal sikatrik melingkar pada dari lubang preputial pada fimosis
patologis pada anak (kanan).11

Gambar 4. Frenulum penis yang pendek pada fimosis patologis12

Penegakan Diagnosis

Penegakkan diagnosis fimosis pada dasarnya dilakukan untuk melihat tingkat


kegawatan dari penyakit fimosis. Penyakit fimosis memiliki ciri utama yaitu tidak
dapat menarik kulit preputium yang menyelimuti glans penis ke arah proksimal
sampai memperlihatkan glans penis.15 Penyakit ini biasanya juga dapat menyebabkan
rasa nyeri pada saat ereksi, kesulitan mengeluarkan urin, pendarahan pada saat
pengeluaran urin, serta lajur urin yang terhambat.16 Fimosis biasanya ditemukan pada
saat anak-anak ketika anak tidak dapat menarik kulit preputium pada saat
membersihkan diri, atau apabila pengeluaran urin yang tersumbat dan
menggelembung pada ujung penis.17 Kondisi fimosis tidak selalu berbahaya dan dapat
terbagi atas fimosis fisiologis, dan fimosis patologis

Fimosis fisiologis adalah jenis fimosis yang tidak berbahaya dan dapat terjadi
akibat beberapa faktor seperti adanya adesi, maupun smegma. Adesi terjadi akibat
kulit bagian luar glans penis dan glans penis menempel kuat sehingga terlihat seperti
menyatu, kondisi seperti ini biasanya terjadi pada saat anak-anak dan akan terpisah
apabila sudah memasuki fase remaja.18 Smegma merupakan kumpulan sel epitel yang
sudah mati yang tertimbun dibawah kulit luar glans penis, sehingga akan terbentuk
seperti benjolan di sekitar korona penis. Benjolan ini dapat menghambat kulit
preputium dan akan menjadi fimosis. Smegma biasanya juga terjadi pada saat anak-
anak dan akan menghilang pada saat remaja.

Fimosis patologis adalah kondisi inflamasi kronis yang terjadi pada kulit
preputium glans penis atau uretra sehingga terjadi fimosis.19 Fimosis patologis
merupakan jenis fimosis yang lebih berbahaya dari fimosis fisiologis. Fimosis
patologis dapat dibedakan dari fimosis fisiologis dengan terdapatnya bekas luka atau
inflamasi yang terjadi pada kulit preputium glans penis.18 Fimosis patologis biasanya
terjadi disertai dengan beberapa gejala seperti iritasi penis, retensi urin, nyeri buang
air kecil (disuria), nyeri saat ereksi, atau infeksi saluran kemih. 16 Pada pemeriksaan
fisik dapat terlihat jaringan yang mengeras berbentuk cincin pada ujung kulit
preputium, bercak putih pada bagian ujung penis, atau penyempitan pada lubang
uretra.17

Penatalaksanaan
Perlu diperhatikan apabila pasien, khususnya pada pasien anak-anak
ditemukan riwayat ketidakmanpuan retraksi preputium, penting untuk
mengkonfirmasi apakah itu fimosis fisiologis atau patologis. Apabila telah dipastikan
bahwa fimosis pada anak tidak patologis, penting untuk meyakinkan orang tua bahwa
kondisi tersebut normal pada anak dengan usia tertentu. Menjaga kebersihan dan
higienitas preputium dan mukosa preputium dapat diajarkan oleh orang tua kepada
anak sehingga dapat mencegah terjadinya fimosis patologis. Preputium lama-
kelamaan akan dapat diretraksi dengan upaya pencucian biasa dengan air hangat dan
retraksi lembut selama anak mandi dan buang air kecil.3

Pada fimosis patologis, apabila dilakukan retraksi yang dipaksakan untuk


membersihkan penis, hal ini dapat menimbulkan luka pada ujung preputium
sehingga fimosis sekunder dapat terbentuk. Fimosis yang disertai balanitis
xerotica obliterans dapat diberikan salep dexamethasone 0,1% yang dioleskan
3 hingga 4 kali sehari.13

Fimosis dengan adanya gangguan untuk berkemih, menggelembungnya ujung


preputium pada saat miksi, atau infeksi prostitis merupakan indikasi untuk
dilakukan sirkumsisi (membuang sebagian atau seluruh bagian kulit preputium)
atau teknik bedah lainnya seperti preputioplasty (memperlebar bukaan kulit
preputium tanpa memotongnya). Fimosis yang disertai balantis atau
prostitis harus diberikan antibiotika lebih dahulu sebelum dilakukan
sirkumsisi.13

Prognosis

Prognosis dan outcome dari fimosis dan parafimosis akan lebih baik apabila
kondisi penyakit ini semakin dini dan cepat didiagnosis dan ditangani.14
DAFTAR PUSTAKA

1. Wein, Alan J., Navoussi, Louis R., Partin, Alan W., Peters, Craig A. 2016.
Campbell-Walsh Urology.11th edition. Philadelphia: Elsevier
2. Macfarlane, Michael T. 2013. House Officer Series Urology. 5th edition.
Kentucky: Lippincott Williams and Wilkin
3. Shahid S K. Phimosis in Children. Journal of ISRN Urology. 2012
4. Hina Z Ghory MD, et.al. Phimosis and Paraphimosis. 2016
5. McGregor TB, Pike JG, Leonard MP. Pathologic and physiologic phimosis:
Approach to the phimotic foreskin. Canadian Family Physician.
2007;53(3):445-448.
6. Huang CJ. Problems of the Foreskin and Glans Penis. Clin Pediatr Emerg
Med [Internet]. Elsevier Inc.; 2009;10(1):56–9. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.cpem.2009.01.009

7. American Urological Association Education and Research Inc. 2016.


Phimosis and Paraphimosis. Available from:
https://www.auanet.org/education/modules/pathology/penis-defects/phimosis-
paraphimosis.cfm [ Accessed 5 August 2016].
8. Baskin LS, Copp H, DiSandro M, et al. Phimosis. UCSF Pediatric Urology.
2013 Mar 19;(1)1:1-3.
9. Tekgul S, Riedmiller H, Gerharz E, et al. Guidelines on Paediatric Urology.
2011 Mar;(1)2:339-52.
10. CIRP. 2008. Normal development of prepuce: Birth through age 18. Available
from: http://www.cirp.org/library/normal/ [Accessed 5 August 2016].
11. McGregor TB, Pike JG, Leonard MP. Pathologic and physiologic phimosis:
Approach to the phimotic foreskin. Can Fam Physician. 2007 Mar;53(3):445-
48.
12. The British Association of Urological Surgeon. Tight Foreskin (phimosis).
Available from:
http://www.baus.org.uk/patients/conditions/13/tight_foreskin_phimosis
[Accessed 5 August 2016].
13. Muslihatun WN. Asuhan neonatus bayi dan balita. Penerbit Fitramaya,
Yogyakarta. 2010;
14. Basuki B Purnomo. Dasar-dasar Urologi. Edisi Kedua. 2009. Sagung Seto.
Hal 149-150
15. Hodges FM. Phimosis in antiquity. 1999;133–6.
16. Departement of Urology University of California San Fransisco. Phimosis
[Internet]. Pediatric Urology: University of California San Fransisco;2015
[Updated 2015 August 6; cited 2016 August 30]. Available
from :https://urology.ucsf.edu/patient-care/children/phimosis
17. Chan IHY, Wong KKY. Common urological problems in children : prepuce ,
phimosis , and buried penis. 2016;22(3):263–9.
18. Mcgregor TB, Pike JG, Leonard MP. Pathologic and physiologic phimosis
Clinical Review. 2007;53:445–8.
19. Paper F. Balanitis xerotica obliterans a review. 2000;382–7.

Anda mungkin juga menyukai