Anda di halaman 1dari 11

NAMA : Nurul Fadlila

NIM : 32101800011
FIMOSIS
Teori Fimosis
Fimosis adalah Kondisi ketika kulup ketat tidak dapat ditarik kembali pada kepala penis.
Merupakan kejadian Langka
1. Kurang dari 150 ribu kasus per tahun (Indonesia)
2. Dapat ditangani oleh tenaga medis profesional
3. Membutuhkan diagnosis medis
4. Tidak memerlukan uji atau pencitraan laboratorium
5. Jangka menengah: reda dalam jangka waktu bulanan
6. Kulup ketat dianggap normal pada anak yang tidak disunat. Ini akan hilang seiring waktu
dengan retraksi yang lembut dan teratur.
7. Fimosis mungkin terlihat seperti karet gelang pada kulit di sekitar ujung penis. Jika
komplikasi berkembang seperti perdarahan atau infeksi di sekitar kulup, atau nyeri saat buang
air kecil, kondisi ini harus diperiksakan ke urolog anak.
8. Penanganan dapat berupa penggunaan krim steroid atau pembuangan kulup (sunat).

Gejala:

Membutuhkan diagnosis medis


Fimosis mungkin terlihat seperti karet gelang pada kulit di sekitar ujung penis. Jika komplikasi
berkembang seperti perdarahan atau infeksi di sekitar kulup, atau nyeri saat buang air kecil, kondisi
ini harus diperiksakan ke urolog anak.

Orang mungkin mengalami:


Keadaan nyeri: saat buang air kecil
Juga umum: aliran air seni lemah atau pembengkakan

Pengobatan tergantung pada tingkat keparahan


Penanganan dapat berupa penggunaan krim steroid atau pembuangan kulup (sunat).

Perawatan pendukung
Memantau perubahan atau membaiknya kondisi
Memantau kondisi medis sebagai ganti mengambil tindakan langsung.

Prosedur medis
Peregangan kulup
Meregangkan kulit di ujung penis (kulup) sehingga dapat ditarik ke belakang.

Obat
Steroid
Mengubah atau mensimulasikan efek hormon, sering digunakan untuk mengurangi inflamasi atau
untuk perbaikan dan pertumbuhan jaringan.

Bedah
Sunat
Operasi pengangkatan kulit di ujung penis (kulup).

Pencegahan
Higienitas
Kebersihan pribadi yang menjaga kesehatan dan kesejahteraan. Misalnya, mencuci tangan sebelum
makan.
Spesialis
Ahli urologis anak
Subspesialisasi pengobatan operasi yang menangani gangguan sistem genitourinari anak.
Ahli Urologi
Mengobati penyakit saluran kemih.
Dokter Anak
Memberikan perawatan medis untuk bayi, anak-anak, dan remaja.
Fimosis adalah kelainan pada pria yang belum disunat dimana kulup penis melekat kencang pada
kepala penis sehingga tidak dapat ditarik ke belakang melewati kepala penis. Kondisi ini umum
terjadi pada anak berusia dua hingga enam tahun. Seiring waktu, kulup penis seharusnya mulai
terpisah dari kepala penis secara alami Namun, bagi beberapa anak, kulup penis masih belum dapat
ditarik ke belakang hingga usia 17 tahun.

Fimosis masih dianggap wajar dan tidak menimbulkan masalah selama terjadi saat masih bayi dan
balita. Namun, jika kondisi ini menetap hingga anak sudah lebih besar atau bahkan dewasaatau
menimbulkan gejala yang mengganggu (misalnya sulit buang air kecil), maka diperlukan pertolongan
secara medis secepatnya, sebelum menyebabkan gangguan kesehatan yang lebih jauh.

Gejala Fimosis

Fimosis secara umum tidak menimbulkan rasa nyeri atau gejala apa pun. Namun, penderita fimosis
terkadang sulit membersihkan kotoran di bawah kulup penis sehingga membuat penis rentan terkena
infeksi. Dalam kasus infeksi yang parah, gejala yang muncul dapat berupa kulit penis berwarna
merah, bengkak atau nyeri. Lebih jauh lagi, fimosis juga dapat menimbulkan kesulitan dalam buang
air kecil atau gangguan dalam hubungan seksual, seperti nyeri, kulit penis pecah-pecah, atau kurang
merasakan sensasi saat berhubungan seksual.

Penyebab Fimosis

Selain bawaan dari lahir, fimosis dapat disebabkan oleh:

 Masalah medis. Kondisi yang dapat menyebabkan terjadinya fimosis adalah penyakit
diabetes. Penyakit ini membuat penderitanya rentan terkena infeksi yang dapat membentuk
jaringan parut pada kulup, sehingga membuat kulit menjadi tidak lentur dan sulit ditarik.
Beberapa infeksi yang dapat dialami penderita yaitu balanitis (peradangan pada kepala penis)
dan balanoposthitis (peradangan pada kulup dan kepala penis). Infeksi lainnya yang dapat
memicu fimosis dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Kondisi ini sering dialami pria
dewasa. Selain itu, beberapa gangguan pada kulit juga dapat menyebabkan munculnya
fimosis, antara lain psosiaris, lichen sclerosus (lesi pada kulup atau terkadang kepala penis),
lichen planus (ruam gatal non-infeksi), serta eksim yang membuat kulit berwarna merah,
gatal, pecah-pecah dan kering.

 Usia. Usia tua menyebabkan berkurangnya kelenturan kulup sehingga sulit ditarik.
 Tarikan dan peregangan yang keras. Kedua hal tersebut dapat membuat kulit kulup robek
dan mengalami peradangan, hingga mengarah pada fimosis.

Diagnosis Fimosis

Diagnosis fimosis dapat ditetapkan hanya dengan anamnesa riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
sederhana pada bagian penis. Tes lanjutan jarang dibutuhkan dalam kasus ini.

Pengobatan Fimosis

Sebagian besar kasus fimosis bukan merupakan masalah yang serius dan tidak membutuhkan
pengobatan tertentu. Namun, jika kondisi ini menimbulkan gejala yang mengganggu kegiatan
seseorang, dokter dapat memberi obat-obatan untuk meringankan gejala yang diderita. Obat-obatan
tersebut antara lain:

 Steroid topikal. Obat yang mengandung kortikosteroid ini tersedia dalam bentuk krim, gel,
atau salep. Obat steroid dapat membantu melenturkan kulup sehingga memudahkan untuk
ditarik.

 Krim antijamur. Krim ini diberikan pada penderita yang mengalami infeksi karena jamur.

 Antibiotik. Obat ini diperlikan untuk mengatasi infeksi yang terjadi karena bakteri.

Bagi penderita fimosis dewasa yang akan melakukan aktivitas seksual, dokter biasanya akan
menyarankan penggunaan kondom dan pelumas di samping obat-obatan di atas, untuk mencegah rasa
tidak nyaman atau nyeri ketika melakukan hubungan.

Jika infeksi terjadi secara berulang meskipun sudah diatasi dengan obat-obatan, dokter kemungkinan
akan menyarankan dilakukannya sirkumsisi atau sunat .

Pencegahan Fimosis

Guna mencegah terjadinya atau terulangnya fimosis, disarankan untuk senantiasa menjaga kebersihan
penis dengan cara:

 Mencuci penis setiap hari dengan air hangat saat mandi. Hal ini juga perlu dilakukan pada
pria yang telah disunat.

 Menggunakan sabun ringan yang tidak mengandung parfum dan menghindari penggunaan
talk atau deodoran pada penis untuk mengurangi risiko iritasi pada organ tersebut.
Tariklah kulup penis perlahan guna membersihkan kulit di bawah kulup dan jangan menarik kulup
dengan keras karena dapat menimbulkan nyeri dan luka.

Terakhir diperbarui: 18 Mei 2017


Ditinjau oleh: dr. Marianti

Hayashi, Y. et al. (2011). Prepuce: Phimosis, Paraphimosis, and Circumcision. The Scientific World
Journal, 11, pp. 289-301
Shahid, SK. (2012). Phimosis in Children. ISRN Urology, 2012, doi:10.5402/2012/707329
Raising Children Network (2015). A-Z Health Reference. Foreskins and Foreskin Care.
NHS Choices UK (2018). Health A-Z. Tight Foreskin (Phimosis and Paraphimosis).
Balentine, J. MedicineNet (2017). Phimosis vs. Paraphimosis: Symptoms, Causes, and Treatments.
Drugs (2018). Phimosis and Paraphimosis.
WebMD. 2 Penis Disorders: Phimosis and Paraphimosis.
Kejadian di Indonesia
TEMPO.CO, Jakarta - Bagi anak laki-laki dianjurkan khitan atau dalam bahasa medis dikenal
sebagai sirkumsisi, dengan memotong sebagian kulit yang menutupi alat kelamin pria. Menurut
dokter spesialis bedah saraf Mahdian Nur Nasution, sunat pada laki-laki bisa mencegah sejumlah
penyakit kelamin. Salah satunya adalah fimosis. Ini terjadi ketika kulit pada alat kelamin tidak bisa
ditarik ke belakang. Akibatnya, saat buang air kecil air tidak bisa keluar dengan sempurna. Fimosis
terjadi akibat keturunan genetik atau kebersihan alat kelamin yang tidak dijaga. Menurut data WHO,
empat dari sepuluh anak di seluruh dunia mengalami kelainan ini. “Oleh karena itu saya menyarankan
sunat dilakukan sejak dini untuk menghindari penyakit,” katanya.

Mahdian menambahkan, selain fimosis, pria yang tidak disunat memiliki berbagai risiko penyakit
lainnya. Mulai dari balanitis atau pembengkakan pada kepala penis, hiposdia (kelainan pada saluran
kemih), hingga kelainan pembekuan darah dan kanker.

Source:

https://cantik.tempo.co/read/830748/sebanyak-4-dari-10-anak-lelaki-mengalami-fimosis-cegah-
dengan-sunat/full&view=ok

Kurang dari 150 ribu kasus per tahun (Indonesia)


Source:

Angka kejadian
Beberapa penelitian mengatakan kejadian fimosis saat lahir hanya 4% bayi yang
preputiumnya sudah bisa ditarik mundur sepenuhnya sehingga kepala penis terlihat utuh. Selanjutnya
secara perlahan terjadi desquamasi sehingga perlekatan itu berkurang. Sampai umur 1 tahun, masih
50% yang belum bisa ditarik penuh. Berturut-turut 30% pada usia 2 tahun, 10% pada usia 4-5 tahun,
5% pada umur 10 tahun, dan masih ada 1% yang bertahan hingga umur 16-17 tahun. Dari kelompok
terakhir ini ada sebagian kecil yang bertahan secara persisten sampai dewasa bila tidak ditangani.
Berdasarkan data tahun 1980-an dilaporkan bahwa anak yang tidak disirkumsisi memiliki
resiko menderita 10-20 kali lebih tinggi. Tahun 1993, dituliskan review bahwa resiko terjadi sebesar
12 kali lipat. Tahun 1999 dalam salah satu bagian dari pernyataan AAP tentang sirkumsisi disebutkan
bahwa dari 100 anak pada usia 1 tahun. 7-14 anak yang tidak sirkumsisi menderita sedang hanya 1-2
anak pada kelompok yang disirkumsisi. Dua laporkan jurnal tahun 2001 dan 2005 mendukung bahwa
sirkumsisi dibawah resiko.
Pada akhir tahun pertama kehidupan, retraksi kulit preputium ke belakang sulkus.
Glandularis hanya dapat dilakukan pada sekitar 50% anak laki-laki, hal ini meningkat menjadi 89%
pada saat usia tiga tahun. Insidens fimosis adalah sebesar 8% pada usia 6 sampai 7 tahun dan 1% pada
laki-laki usia 16 sampai 18 tahun. Pada pria yang lebih tua, fimosis bisa terjadi akibat iritasi menzhun.
Fimosis bisa mempengaruhi proses berkemih dan aktivitas seksual. Biasanya keadaan ini diatasi
dengan melakukan penyunatan (sirkumsisi). Suatu penelitian lain juga mendapatkan bahwa hanya 4%
bayi yang seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis pada saat lahir, namun mencapai
90% pada saat usia 3 tahun dan hanya 1% laki-laki berusia 17 tahun yang masih mengalami fimosis
kongenital. Walaupun demikian, penelitian lain mendapatkan hanya 20% dari 200 anak laki-laki
berusia 5-13 tahun yang seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis.

Subjektif:

Fimosis mungkin terlihat seperti karet gelang pada kulit di sekitar ujung penis. Jika komplikasi
berkembang seperti perdarahan atau infeksi di sekitar kulup, atau nyeri saat buang air kecil, kondisi
ini harus diperiksakan ke urolog anak.
Fimosis secara umum tidak menimbulkan rasa nyeri atau gejala apa pun. Namun, penderita fimosis
terkadang sulit membersihkan kotoran di bawah kulup penis sehingga membuat penis rentan terkena
infeksi. Dalam kasus infeksi yang parah, gejala yang muncul dapat berupa kulit penis berwarna
merah, bengkak atau nyeri. Lebih jauh lagi, fimosis juga dapat menimbulkan kesulitan dalam buang
air kecil

Objektif:

1. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : ubun-ubun kecil sudah menutup, keadaannya datar, sutura tidak ada
molase, caput succedaneum (-), cephal hemathoma (-), tidak ada kelainan.
b. Mata : Bentuk mata simetris, kotoran (-), konjungtiva berwarna merah
muda, sklera putih, pelvebra normal, reflek pupil (+), reflek berkedip (+),tidak ada kelainan.
c. Hidung : Lubang hidung normal, cuping hidung (-), pernafasan cuping hidung (-),
tidak ada secret, tidak ada kelainan normal.
d. Bibir dan mulut : warna kemerahan, tidak sumbing, bentuk simetris, palatum (+),
lidah bersih, gusi bagus, reflek suckling (+), reflek rooting (+), tidak ada kelainan.
e. Telinga : Bentuk simetris, tidak ada pengeluaran cairan,daun telinga tulang rawan
lentur, posisi telinga normal, fungsi pendengaran baik.
f. Leher : pembengkakan kelenjar getah bening (-), kelenjar thyroid (-), reflek
tonik neck (+),pergerakan leher (+); tidak ada kelainan.
g. Dada : bentuk dada simetris, lingkar dada normal,gerakan dada kembang
kempis dengan normal, tonjolan puting menonjol, tulang rusuk atau sternum tidak terlihat.
h. Abdomen : bentuk simetris, bising usus (-), pembesaran hepar (-), kelainan tali
pusat tidak ada
i. Genetalia : lubang uretra (+), puerperium tidak bisa ditarik ke belakang untuk
membuka seluruh bagian kepala penis.
j. Keadaan punggung : spina bifidika (-)
k. Anus : anus (+), tidak ada kelainan
l. Ektremitas atas : gerakan tangan baik, tidak ada kelainan.
m. Ektremitas bawah : gerakan baik, tidak ada kelainan.
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah : tidak dilakukan
b. Urine : tidak di lakukan
c. Faeces : tidak di lakukan

Promotif, preventif, kuratif, rehabilitative


Promotif:
Memberikan pelayanan yang komprehensif pada saat masa kehamilan, dan deteksi dini
terutama saat trimester 2, karena pada saat trimester ini terlihat perkembangan organnya saat
dilakukan USG.

Preventif:
Pencegahan
Higienitas
Kebersihan pribadi yang menjaga kesehatan dan kesejahteraan. Misalnya, mencuci tangan
sebelum makan.
Spesialis
Ahli urologis anak
Subspesialisasi pengobatan operasi yang menangani gangguan sistem genitourinari anak.
Ahli Urologi
Mengobati penyakit saluran kemih.
Dokter Anak
Memberikan perawatan medis untuk bayi, anak-anak, dan remaja.
Kuratif:

Prosedur medis
Peregangan kulup
Meregangkan kulit di ujung penis (kulup) sehingga dapat ditarik ke belakang.

Obat
Steroid
Mengubah atau mensimulasikan efek hormon, sering digunakan untuk mengurangi inflamasi
atau untuk perbaikan dan pertumbuhan jaringan.

Bedah
Sunat
Operasi pengangkatan kulit di ujung penis (kulup).

Rehabilitatif:
Perawatan Pasca Sirkumsisi
Sirkumsisi sekarang umumnya menggu nakan benang modern yang tak perlu dilepas
karena sifatnya melebur di kulit. Obat dan peralatannya pun kini ada yang bisa membuat
luka bekas sunat lebih cepat disembuhkan. Walau demikian, Setelah seseorang
disirkumsisi, biasanya akan membutuhkan waktu sekitar satu minggu sampai sepuluh
hari agar bekas lukanya kering dan dapat menutup dengan sempurna. Sedangkan untuk dapat
melakukan fungsi seksual dengan normal lagi butuh sekitar satu setengah bulan. Ada
beberapa perawatan yang harus dilakukan pasca operasi yaitu:
1. Segeralah minum obat Analgesik. segera setelah disirkumsisi sebaiknya minumlah
obat analgesik (penghilang nyeri) yang diberikan dokter untuk menghindarkan rasa
sakit setelah obat anestesi lokal yang disuntikkan habis diserap tubuh.
Umumnya obat anestesi mampu bertahan antara satu jam sampai satu setengah
jam setelah disuntikkan. Diharapkan setelah obat bius tersebut habis masa kerjanya
maka dapat tergantikan dengan obat Analgesik.Minumlah obat antibiotik secara teratur
(umumnya diberikan untuk 5-10 hari) agar tidak terjadi infeksi yang pada akhirnya akan
menghambat penyembuhan luka khitan.
2. Jagalah daerah alat kelamin tetap bersih dan kering. Usahakan celana yang digunakan
anak lebih longgar untuk menghindari gesekan.
Apabila sudah kencing, bersihkan ujung lubang kencing secukupnya secara perlahan,
usahakan jangan mengenai luka sirkumsisi. Biasanya bercak-bercak darah bekas
sirkumsisi juga akan menumpuk dan tampak seperti “borok” yang dapat
mengganggu kesehatan. Jadi, sering-seringlah membersihkan penis setelah
disirkumsisi. Caranya adalah dengan mengoleskan minyak habbatussauda
(jinten hitam) dua kali sehari sehabis mandi. Penggu naan iodine atau rivanol untuk
membersihka n luka memuaskan hasilnya.Jika sudah lebih dari 3 hari maka bekas
luka sirkumsisi boleh dibersihkan dengan air hangat. Caranya masukkan kassa
steril ke dalam air hangat lalu peraslah dan bersihkan secara perlahan “bekas
darah” tersebut sampai terlepas.
3. Bengkak pada alat kelamin merupakan kejadian normal Bekas suntikan obat
anestesi/bius di pangkal penis (terutama bagian atas) terkadang dapat menimbulkan
bengkak yang sebenarnya akan diserap sendiri oleh tubuh dan kempes dalam waktu 1-
2 minggu.
Jika dirasakan mengganggu boleh dibantu dengan cara mengkompresnya selama 5-10
menit dengan kassa yang dicelupkan air hangat, dapat dilakukan 2 kali dalam sehari.
Perlakuan ini bisa dilakukan mulai 2 hari setelah sirkumsisi dan usahakan air tersebut
tidak mengenai lukanya.
4. Mengatur Makanan. Sebenarnya tidak ada pantangan makanan tertentu yang khusus
untuk pasien sirkumsisi. Ikan, telur dan daging bukan suatu “larangan untuk
dimakan” karena hal tersebut hanyalah “mitos” yang salah dan banyak berkembang
di masyarakat.
Sebaliknya kandungan vitamin dan protein yang terkandung dalam makanan
tersebut diperlukan tubuh untuk membantu proses penyembuhan luka agar
lebih cepat kering.Ikan, telur dan daging hanyalah pantangan bagi mereka yang memang
“alergi” terhadap makanan tersebut. Cirinya adalah setiap kali orang tersebut
mengkonsumsi makanan tersebut maka menyebabkan reaksi alergi (gatal, bentol,
dan lain-lain) dan hal tersebut sudah berlangsung lama semenjak lahir/kecil dan
bukan pada saat proses khitan saja.Adapun pedas, mie dan minuman bersoda atau
softdrink sebaiknya memang dihindari karena dapat mengganggu kesehatan
secara umum, misalnya menimbulkan gangguan pencernaan atau radang
tenggorokan yang dapat menurunkan kesehatan pasien secara umum. Hal tersebut
akan menghambat proses penyembuhan luka sirkumsisi karena konsentrasi kekebalan
tubuh jadi terpecah untuk menyembuhkan luka sekaligus mengobati masalah
kesehatan yang lain.
5. Tidak Perlu berlebihan
Biasanya orang yang terlalu khawatir akan penyembuhan luka pasca
sirkumsisi menggu nakan berbagai obat ataupun salep secara berlebihan. Hal ini
justru sangat tidak dianjurkan karena bisa menjadi kotoran yang berdampak
pada infeksi bila tidak rajin dibersihkan. Selama 4-5 hari setelah sirkumsisi
sebaiknya mandi dengan cara dilap tubuhnya. Setelah waktu itu jika luka khitan
sudah kering maka diperbolehkan mandi dengan air seperti biasanya.Gunakanlah
sabun secukupnya dan tidak berlebihan agar tidak menyebabkan perih apabila
mengenai bekas luka khitan.Berbagai cara modern yang dilakukan sekarang untuk
proses sirkumsisi seperti laser ternyata bisa berakibat pada luka yang tidak
menutup sempurna. Sampai sekarang proses sirkumsisi metode konvensional yang
klasik cukup baik disamping juga metode klamp. 6.Usahakan tidak bergerak terlalu
aktifIstirahat untuk beberapa hari sangat diperlukan untuk menghindari bengkak
(oedem) yang berlebihan. Kalau memang harus berjalan, tidak apa-apa
seperlunya. Yang penting jangan melakukan aktifitas yang berlebihan seperti
melompat-lompat atau berlari-lari. Hubungan seksual juga sebaiknya ditahan sampai
penisnya sembuh total. Jadi, buat orang dewasa yang melakukan sirkumsisi di usia
dewasa maka harus puasa dulu selama satu setengah bulan7.Kontrol dan Melepas
PerbanPenggantian perban dapat dilakukan setiap 2-3 hari tergantung perkembangan luka
khitan. Jika anda sudah mahir hal tersebut dapat dilakukan sendiri di rumah. Jika
merasa kesulitan sebaiknya dibawa ke dokter.Lakukan kontrol rutin ke dokter yang
mengkhitan pada hari ketiga dan pada hari kelima-ketujuh apabila luka sirkumsisi
sudah betul-betul kering maka perban bisa dilepaskan secara total. Sebelumnya
lakukan pemberian air hangat, baby oil atau minyak kelapa pada perban dengan
cara meneteskan secukupnya. Kulit luka dan perban akan melunak, sehingga mudah
dilepaskan. Jika diperlukan, pelepasan perban dapat dibantu dengan penggu naan
anastesi spray untuk mengurangi nyeri ( Hana,tahun 2008).
Source:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/23156/Chapter
%20II.pdf;jsessionid=37D1BFF2BE22025D66A3BD31BA1F0F2A?sequence=4

Anda mungkin juga menyukai