FIMOSIS
Makalah ini disusun untuk Memenuhi Tugas Asuhan kebidanan neonates bayi,
balita dan anak pra sekolah
Dosen Pengampu :
Sri Wahyuni,SKp.Ns,M.Kes
Disusun Oleh :
Ika Oktavia
NIM P1337424421057
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat
dan hidayah-Nya sehingga dapat terselesaikanya tugas penulisan makalah tentang
“Fimosis” Adapun maksud dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai salah
satu cara guna memperdalam pengetahuan tentang Asuhan Kebidanan yang
merupakan salah satu bagian dari mata kuliah asuhan kebidanan neonatus, Bayi,
Balita dan Anak pra sekolah yang diajarkan di Politeknik Kesehatan Kemenkes
Semarang Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bimbingan dan dorongan, serta bantuan dari berbagai pihak yang terlibat Untuk itu,
penulis menyampaikan terimakasih setulusnya kepada para Dosen Pengampu dan
semua pihak yang telah mensupport dalam penyelesaian makalah ini Penulis juga
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
diharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak Diharapkan
makalah ini mampu memberikan informasi kepada pembaca tentang penanganan
Fimosis.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, dan atas perhatian
pembaca kami ucapkan terimakasih.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masalah-masalah yang terjadi pada bayi baru lahir yang diakibatkan
oleh tindakan-tindakan yang dilakukan pada saat persalinan sangatlah
beragam. Trauma akibat tindakan, cara persalinan atau gangguan kelainan
fisiologik persalinan yang sering kita sebut sebagai cedera atau trauma lahir.
Partus yang lama akan menyebabkan adanya tekanan tulang pelvis.
Kebanyakan cedera lahir ini akan menghilang sendiri dengan perawatan
yang baik dan adekuat.
Keberhasilan penatalaksanaan kasus kelainan bayi dan anak
tergantung dari pengetahuan dasar dan penentuan diagnosis dini, persiapan
praoperasi, tindakan anestesi dan pembedahan serta perawatan pasca
operasi. Penatalaksanaan perioperatif yang baik akan meningkatkan
keberhasilan penanganan kelainan bayi dan anak.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pemaparan dari latar belakang diatas penulis menarik rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian dari Fimosis?
2. Apa tanda dan gejala dari fimosis?
3. Apa penyebab terjadinya fimosis?
4. Bagaimana penatalaksanaan dari fimosis?
5. Berapa besar angka kejadian yang terjadi pada Bayi yang
terkena fimosis?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana asuhan kebidanan pada
anak yang menderita penyakit fimosis.
2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui asuhan pada penyakit fimosis
b) Mengetahui pengertian pada penyakit fimosis
c) Mengetahui etiologi, tanda dan gejala serta tindakan yang
tepat untuk mengatasi fimosis.
d) Mengetahui macam-macam fimosis
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN FIMOSIS
Fimosis adalah keadaan dimana kulit penis (Preupitium) melekat
pada bagian kepala (Grans) dan mengakibatkan tersumbatnya lubang
saluran air seni, sehingga bayi dan anak jadi kesulitan dan kesakitan saat
kencing. (Andi Maryam)
Fimosisi adalah salah satu gangguan yang timbul pada organ
kelamin pria, yang dimaksud dengan fimosis adalah keadaan dimana kulit
penis (Preupitium) melekat pada bagian kepala (Grans) dan mengakibatkan
tersumbatnya lubang saluran air seni, sehingga bayi dan anak jadi kesulitan
dan kesakitan saat kencing, kondisi ini memicu timbulnya infeksi pada penis
(balantis). Jika keadaan ini di biarkan dimana muara saluran kencing di
ujung penis tersumbat maka dokter menganjurkan untuk disunnat, tindakan
ini dilakukan dengan membuka dan memotong kulit penis agar ujungnya
terbuka.
Fimosis adalah penyempitan pada prepusium Kelainan
menyebabkan bayi / anak sukar berkemih Kadang-kadang begitu suka
sehingga kulit prepusium menggelembung seperti balon. Bayi / anak, sering
menangis sebelum urine keluar.
Fimosis (phimosis) merupakan kondisi dimana kulit yang
melingkupi kepala penis (glans penis) tidak bisa ditarik ke belakang untuk
membuka seluruh bagian kepala penis (kulup, prepuce, preputium,
foreskin,) Preputium terdiri dari dua lapis, bagian dalam dan luar, sehingga
dapat ditarik ke depan dan belakang pada batang penis. Pada fimosis, lapis
bagian dalam preputium melekat pada glans penis.
Kadangkala perlekatan cukup luas sehingga hanya bagian lubang
untuk berkemih (meatus urethra externus) yang terbuka. Fimosis (phimosis)
bisa merupakan kelainan bawaan sejak lahir (kongenital) maupun didapat.
Fimosis adalah prepusium penis tidak dapat diretraksi (ditarik) k
proksimal sampai ke korona galndis. Hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh
dan berkembang dan debris yang dihasilkan oleh epitel prepusium
(smegma) mengumpul di dalam prepusium dan perlahan- lahan
memisahkan prepusium dari glans penis. Ereksi penis yang terjadi secara
berkala membuat prepusium terdilatasi perlahan-lahan selunga prepusium
menjadi traktit dan dapat ditarik ke proksimal.
Apabila preputium melekat pada glans penis, maka cairan smegma
yaitu cairan putih, Lental yang biasa mengumpul diantara kulit kulup dan
kepala penis akan tertinbun di tempat itu, sehingga mudah sekali terjadi
infeksi, Biasanya yang sering di serang adalah bagian ujung penis, sehingga
di sebut infeksi ujung penis atau blantis. Sewaktu akan kencing, anak
menjadi rewel yang terlihat adalah kulit kulup yang tabelit dan
menggelembung.
B. PENYEBAB FIMOSIS
Fimosis pada bayi laki laki yang baru lahir terjadi karena ruang di
antara kutup dan penis tidak berkembang dengan baik. Kondisi ini
menyebabkan kulup menjadi melekat pada kepala penis sehingga sulit
ditarik kearah pangkal. Penyebabnya bisa dari bawaan dari lahir, atau
didapat misalnya karena infeksi atau benturan.
D. PATOFISIOLOGI/MEKANISME PERJANALAN
Patofisiologi fimosis dibedakan berdasarkan penyebabnya. Fimosis
fisiologis berhubungan dengan pemisahan epitel preputium dan glans penis
yang terus berkembang hingga beberapa tahun pertama kehidupan. Fimosis
patologis mayoritas terjadi akibat inflamasi kronik atau berulang pada
preputium hingga menimbulkan scar dan cincin fibrotik di sekitar orifisium
preputium.
E. KOMPLIKASI
1. Ketidaknyamanan / nyeri saat berkemih
2. Akumulasi sekret dan smegma di bawah prepusium yang kemudian
terkena
3. Infeksi sekunder dan akhirnya terbentuk jaringan parut.
4. Pada kasus yang berat dapat menimbulkan retensi urin.
5. Penarikan prepusium secara paksa dapat berakibat kostriksi dengan
rasa nyeri dan pembengkakan glans penis yang disebut parafimosis.
6. Pembengkakan radang pada ujung kemaluan yang disebut balanitis
7. Timbul infeksi pada saluran air seni (ureter) kiri dan kanan,
kemudian menimbulkan kerusakan pada ginjal.
8. Fimosis merupakan salah satu factor resiko terjadinya kanker penis.
F. PROGNOSA
Pemilihan awal pengobatan yang tepat untuk anak-anak dengan
phimosis bermanfaat untuk perkembangan organ reproduksi mereka dan
secara signifikan meningkatkan prognosis mereka.
Penggunaan krim steroid untuk phimosis fisiologis dikaitkan dengan
penurunan risiko infeksi saluran kemih (ISK) berulang pada bayi laki-laki
yang tidak disunat dengan temuan normal pada USG ginjal.
Sunat secara tradisional menjadi pengobatan pilihan, tetapi
popularitasnya dalam kasus phimosis tanpa bekas luka telah digantikan oleh
metode yang lebih konservatif seperti preputioplasty. Metode konservasi
kulup seperti ini adalah pilihan yang valid dalam pengobatan phimosis
patologis tanpa bekas luka.
Prognosis dengan paraphimosis sangat baik jika didiagnosis dan
diobati segera. Alternatif sunat, terutama pada pasien yang lebih tua atau
lebih sakit, adalah celah dorsal. Salah satu teknik memuaskan dalam
mencegah kekambuhan paraphimosis.
Pasien dengan paraphimosis harus menerima instruksi tentang
kebersihan, harus memastikan untuk mengembalikan kulup mereka ke
posisi normalnya jika telah ditarik kembali, dan harus menghindari
pemakaian perhiasan penis jika hal ini menyebabkan kondisi
tersebut. Pasien mungkin ingin mempertimbangkan sunat untuk mencegah
episode mendatang, terutama dengan kekambuhan.
G. CARA PENCEGAHAN
Mencegah terjadinya fimosis bergantung pada kebersihan area
sekitar penis. membersihkan daerah penis, termasuk ujung kulit bagian
dalam dengan menggunakan air hangat setiap hari dapat membantu
mengurangi atau mencegah gejala yang timbul. Hal ini membantu ujung
kulit tetap longgar dan elastis serta mencegah terjadinya infeksi.
H. PENATALAKSANAAN
Ada tiga cara untuk mengatasi fimosis yaitu:
1. Sunat
Banyak dokter yang menyarankan sunat untuk menghilangkan
masalah fimosis secara permanen. Rekomendasi ini diberikan terutama
bila fimosis menimbulkan kesulitan buang air kecil atau peradangan di
kepala penis (balanitis). Sunat dapat dilakukan dengan anda umum
ataupun local.
2. Obat
Terapi obat dapat diberikan dengan salep yang meningkatkan
elastisitas kulup Pemberian salep kortikoid (0,05-0,1%) dua kali sehari
selama 20-30 bari, harus dilakukan secara teratur dalam jangka waktu
tertentu agar efektif
3. Peregangan
Terapi peregangan dilakukan dengan peregangan bertahap kulup
yang dilakukan setelah mandi air hangat selama lima sampai sepuluh
menit setiap hari. Peregangan ini harus dilakukan dengan hati-hati untuk
menghindari luka yang menyebabkan pembentukan parut.
Penggunaan krim steroid topikal yang dioleskan pada kulit
preputium 1 atau 2 kali sehari, selama 4-6 minggu, juga efektif dalam
tatalaksana fimosis. Namun jika fimosis telah membaik, kebersihan alat
kelamin tetap dijaga, kulit preputium harus ditarik dan dikembalikan
lagi ke posisi semula pada saat mandi dan setelah berkemih untuk
mencegah kekambuhan fimosis.
Cara menjaga kebersihan pada fimosis yaitu dengan menjaga
kebersihan bokong dan penis.
1) Bokong
Area ini mudah terkena masalah, karena sering terpapar
dengan popok basah dan terkena macam-macam iritasi dari
bahan kimia serta mikroorganisme penyebab infeksi air kemih
atau tinja, maupun gesekan dengan popok atau baju. Biasanya
akan timbul gatal-gatal dan merah disekitar bokong. Meski tak
semua bayi mengalaminya, tapi pada beberapa bayi, gatal-gatal
dan merah dibokong cenderung berulang timbul Tindak
pencegahan yang penting adalah mempertahankan ares ini tetap
kering dan bersih
Tindakan yang sebaiknya dilakukan adalah :
a. Jangan gunakan diapers sepanjang hari. Cukup saat
tidur malam atau berpergian.
2) Penis
PENUTUP
A. TINJAUAN KASUS
a. Biodata Bayi
Nama bayi : By D
Umur : 11 Hari
b. Anamnesa
a) Pemeriksaan ANC
ANC : 8x di bidan
1. Pemeriksaan umum
Suhu : 36,5 °C
Pernapasan : 60 x/menit
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan khusus
4. Reflek
5. Antropometri
LILA : 11 cm
6. Eliminasi
d. Pemeriksaan Penunjang
SUBYEKTIF:
OBYEKTIF :
Suhu : 36,5°C
Pernafasan : 60 x/menit
ANALISA
a. Diagnosa Kebidanan
PENATALAKSANAAN
a. KU bayi baik
b. Bayi sudah tidak menangis saat BAK
c. Ibu sudah mengkonsultasikan permasalahan pada
dokter spesialis anak, dokter belum
menganjurkan dilakukan sirkumsisi namun tetap
melanjutkan memberi tindakan secara
konservatif dengan salep dan antibiotik.
d. Monitoring KU dan VS bayi
Suhu : 36,7 °C
Pernafasan : 60x/menit
e. Keadaan pada daerah genitalia terutama penis
baik
Catatan Perkembangan I
Subjektif
Objektif
Pernafasan : 60x/menit PB : 48 cm
Analisa
Penatalaksanaan
Hasil:
B. SARAN