Anda di halaman 1dari 25

TUGAS INDIVIDU

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS BAYI, BALITA DAN


ANAK PRA SEKOLAH

FIMOSIS

Makalah ini disusun untuk Memenuhi Tugas Asuhan kebidanan neonates bayi,
balita dan anak pra sekolah

Dosen Pengampu :

Sri Wahyuni,SKp.Ns,M.Kes

Disusun Oleh :

Ika Oktavia

NIM P1337424421057

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN SEMARANG


DAN PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES
KEMENKES SEMARANG 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat
dan hidayah-Nya sehingga dapat terselesaikanya tugas penulisan makalah tentang
“Fimosis” Adapun maksud dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai salah
satu cara guna memperdalam pengetahuan tentang Asuhan Kebidanan yang
merupakan salah satu bagian dari mata kuliah asuhan kebidanan neonatus, Bayi,
Balita dan Anak pra sekolah yang diajarkan di Politeknik Kesehatan Kemenkes
Semarang Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bimbingan dan dorongan, serta bantuan dari berbagai pihak yang terlibat Untuk itu,
penulis menyampaikan terimakasih setulusnya kepada para Dosen Pengampu dan
semua pihak yang telah mensupport dalam penyelesaian makalah ini Penulis juga
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
diharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak Diharapkan
makalah ini mampu memberikan informasi kepada pembaca tentang penanganan
Fimosis.

Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, dan atas perhatian
pembaca kami ucapkan terimakasih.

Semarang, 05 Agustus 2023


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masalah-masalah yang terjadi pada bayi baru lahir yang diakibatkan
oleh tindakan-tindakan yang dilakukan pada saat persalinan sangatlah
beragam. Trauma akibat tindakan, cara persalinan atau gangguan kelainan
fisiologik persalinan yang sering kita sebut sebagai cedera atau trauma lahir.
Partus yang lama akan menyebabkan adanya tekanan tulang pelvis.
Kebanyakan cedera lahir ini akan menghilang sendiri dengan perawatan
yang baik dan adekuat.
Keberhasilan penatalaksanaan kasus kelainan bayi dan anak
tergantung dari pengetahuan dasar dan penentuan diagnosis dini, persiapan
praoperasi, tindakan anestesi dan pembedahan serta perawatan pasca
operasi. Penatalaksanaan perioperatif yang baik akan meningkatkan
keberhasilan penanganan kelainan bayi dan anak.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pemaparan dari latar belakang diatas penulis menarik rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian dari Fimosis?
2. Apa tanda dan gejala dari fimosis?
3. Apa penyebab terjadinya fimosis?
4. Bagaimana penatalaksanaan dari fimosis?
5. Berapa besar angka kejadian yang terjadi pada Bayi yang
terkena fimosis?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana asuhan kebidanan pada
anak yang menderita penyakit fimosis.
2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui asuhan pada penyakit fimosis
b) Mengetahui pengertian pada penyakit fimosis
c) Mengetahui etiologi, tanda dan gejala serta tindakan yang
tepat untuk mengatasi fimosis.
d) Mengetahui macam-macam fimosis
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN FIMOSIS
Fimosis adalah keadaan dimana kulit penis (Preupitium) melekat
pada bagian kepala (Grans) dan mengakibatkan tersumbatnya lubang
saluran air seni, sehingga bayi dan anak jadi kesulitan dan kesakitan saat
kencing. (Andi Maryam)
Fimosisi adalah salah satu gangguan yang timbul pada organ
kelamin pria, yang dimaksud dengan fimosis adalah keadaan dimana kulit
penis (Preupitium) melekat pada bagian kepala (Grans) dan mengakibatkan
tersumbatnya lubang saluran air seni, sehingga bayi dan anak jadi kesulitan
dan kesakitan saat kencing, kondisi ini memicu timbulnya infeksi pada penis
(balantis). Jika keadaan ini di biarkan dimana muara saluran kencing di
ujung penis tersumbat maka dokter menganjurkan untuk disunnat, tindakan
ini dilakukan dengan membuka dan memotong kulit penis agar ujungnya
terbuka.
Fimosis adalah penyempitan pada prepusium Kelainan
menyebabkan bayi / anak sukar berkemih Kadang-kadang begitu suka
sehingga kulit prepusium menggelembung seperti balon. Bayi / anak, sering
menangis sebelum urine keluar.
Fimosis (phimosis) merupakan kondisi dimana kulit yang
melingkupi kepala penis (glans penis) tidak bisa ditarik ke belakang untuk
membuka seluruh bagian kepala penis (kulup, prepuce, preputium,
foreskin,) Preputium terdiri dari dua lapis, bagian dalam dan luar, sehingga
dapat ditarik ke depan dan belakang pada batang penis. Pada fimosis, lapis
bagian dalam preputium melekat pada glans penis.
Kadangkala perlekatan cukup luas sehingga hanya bagian lubang
untuk berkemih (meatus urethra externus) yang terbuka. Fimosis (phimosis)
bisa merupakan kelainan bawaan sejak lahir (kongenital) maupun didapat.
Fimosis adalah prepusium penis tidak dapat diretraksi (ditarik) k
proksimal sampai ke korona galndis. Hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh
dan berkembang dan debris yang dihasilkan oleh epitel prepusium
(smegma) mengumpul di dalam prepusium dan perlahan- lahan
memisahkan prepusium dari glans penis. Ereksi penis yang terjadi secara
berkala membuat prepusium terdilatasi perlahan-lahan selunga prepusium
menjadi traktit dan dapat ditarik ke proksimal.
Apabila preputium melekat pada glans penis, maka cairan smegma
yaitu cairan putih, Lental yang biasa mengumpul diantara kulit kulup dan
kepala penis akan tertinbun di tempat itu, sehingga mudah sekali terjadi
infeksi, Biasanya yang sering di serang adalah bagian ujung penis, sehingga
di sebut infeksi ujung penis atau blantis. Sewaktu akan kencing, anak
menjadi rewel yang terlihat adalah kulit kulup yang tabelit dan
menggelembung.

B. PENYEBAB FIMOSIS
Fimosis pada bayi laki laki yang baru lahir terjadi karena ruang di
antara kutup dan penis tidak berkembang dengan baik. Kondisi ini
menyebabkan kulup menjadi melekat pada kepala penis sehingga sulit
ditarik kearah pangkal. Penyebabnya bisa dari bawaan dari lahir, atau
didapat misalnya karena infeksi atau benturan.

C. TANDA DAN GEJALA FIMOSIS


Tanda dan gejala penyakit fimosis diantaranya :
1. Penis membesar dan menggelembung akibat tumpukkan urine.
2. Kadang-kadang keluhan dapat berupa ujung kemaluan
menggembang saat mulai buang air kecil yang kemudian
menghilang setelah berkemih. Hal tersebut disebabkan oleh karena
urine yang keluar terlebih dahulu tertahan dalam ruangan yang
dibatasi oleh kulit pada ujung penis sebelum keluar muaranya yang
sempit
3. Biasanya bayi menangis dan mengejan saat buang air kecil karena
timbul rasa sakit.
4. Kulit penis tidak bisa ditarik kearah pangkal ketika akan
dibersihkan. Air seni keluar tidak lancar.Kadang-kadang menetes
dan kadang- kadang memancar dengan arah yang tidak dapat di duga
5. Bisa juga disertai demam.
6. Terjadi iritsi pada penis.

D. PATOFISIOLOGI/MEKANISME PERJANALAN
Patofisiologi fimosis dibedakan berdasarkan penyebabnya. Fimosis
fisiologis berhubungan dengan pemisahan epitel preputium dan glans penis
yang terus berkembang hingga beberapa tahun pertama kehidupan. Fimosis
patologis mayoritas terjadi akibat inflamasi kronik atau berulang pada
preputium hingga menimbulkan scar dan cincin fibrotik di sekitar orifisium
preputium.

E. KOMPLIKASI
1. Ketidaknyamanan / nyeri saat berkemih
2. Akumulasi sekret dan smegma di bawah prepusium yang kemudian
terkena
3. Infeksi sekunder dan akhirnya terbentuk jaringan parut.
4. Pada kasus yang berat dapat menimbulkan retensi urin.
5. Penarikan prepusium secara paksa dapat berakibat kostriksi dengan
rasa nyeri dan pembengkakan glans penis yang disebut parafimosis.
6. Pembengkakan radang pada ujung kemaluan yang disebut balanitis
7. Timbul infeksi pada saluran air seni (ureter) kiri dan kanan,
kemudian menimbulkan kerusakan pada ginjal.
8. Fimosis merupakan salah satu factor resiko terjadinya kanker penis.
F. PROGNOSA
Pemilihan awal pengobatan yang tepat untuk anak-anak dengan
phimosis bermanfaat untuk perkembangan organ reproduksi mereka dan
secara signifikan meningkatkan prognosis mereka.
Penggunaan krim steroid untuk phimosis fisiologis dikaitkan dengan
penurunan risiko infeksi saluran kemih (ISK) berulang pada bayi laki-laki
yang tidak disunat dengan temuan normal pada USG ginjal.
Sunat secara tradisional menjadi pengobatan pilihan, tetapi
popularitasnya dalam kasus phimosis tanpa bekas luka telah digantikan oleh
metode yang lebih konservatif seperti preputioplasty. Metode konservasi
kulup seperti ini adalah pilihan yang valid dalam pengobatan phimosis
patologis tanpa bekas luka.
Prognosis dengan paraphimosis sangat baik jika didiagnosis dan
diobati segera. Alternatif sunat, terutama pada pasien yang lebih tua atau
lebih sakit, adalah celah dorsal. Salah satu teknik memuaskan dalam
mencegah kekambuhan paraphimosis.
Pasien dengan paraphimosis harus menerima instruksi tentang
kebersihan, harus memastikan untuk mengembalikan kulup mereka ke
posisi normalnya jika telah ditarik kembali, dan harus menghindari
pemakaian perhiasan penis jika hal ini menyebabkan kondisi
tersebut. Pasien mungkin ingin mempertimbangkan sunat untuk mencegah
episode mendatang, terutama dengan kekambuhan.

G. CARA PENCEGAHAN
Mencegah terjadinya fimosis bergantung pada kebersihan area
sekitar penis. membersihkan daerah penis, termasuk ujung kulit bagian
dalam dengan menggunakan air hangat setiap hari dapat membantu
mengurangi atau mencegah gejala yang timbul. Hal ini membantu ujung
kulit tetap longgar dan elastis serta mencegah terjadinya infeksi.
H. PENATALAKSANAAN
Ada tiga cara untuk mengatasi fimosis yaitu:
1. Sunat
Banyak dokter yang menyarankan sunat untuk menghilangkan
masalah fimosis secara permanen. Rekomendasi ini diberikan terutama
bila fimosis menimbulkan kesulitan buang air kecil atau peradangan di
kepala penis (balanitis). Sunat dapat dilakukan dengan anda umum
ataupun local.
2. Obat
Terapi obat dapat diberikan dengan salep yang meningkatkan
elastisitas kulup Pemberian salep kortikoid (0,05-0,1%) dua kali sehari
selama 20-30 bari, harus dilakukan secara teratur dalam jangka waktu
tertentu agar efektif
3. Peregangan
Terapi peregangan dilakukan dengan peregangan bertahap kulup
yang dilakukan setelah mandi air hangat selama lima sampai sepuluh
menit setiap hari. Peregangan ini harus dilakukan dengan hati-hati untuk
menghindari luka yang menyebabkan pembentukan parut.
Penggunaan krim steroid topikal yang dioleskan pada kulit
preputium 1 atau 2 kali sehari, selama 4-6 minggu, juga efektif dalam
tatalaksana fimosis. Namun jika fimosis telah membaik, kebersihan alat
kelamin tetap dijaga, kulit preputium harus ditarik dan dikembalikan
lagi ke posisi semula pada saat mandi dan setelah berkemih untuk
mencegah kekambuhan fimosis.
Cara menjaga kebersihan pada fimosis yaitu dengan menjaga
kebersihan bokong dan penis.
1) Bokong
Area ini mudah terkena masalah, karena sering terpapar
dengan popok basah dan terkena macam-macam iritasi dari
bahan kimia serta mikroorganisme penyebab infeksi air kemih
atau tinja, maupun gesekan dengan popok atau baju. Biasanya
akan timbul gatal-gatal dan merah disekitar bokong. Meski tak
semua bayi mengalaminya, tapi pada beberapa bayi, gatal-gatal
dan merah dibokong cenderung berulang timbul Tindak
pencegahan yang penting adalah mempertahankan ares ini tetap
kering dan bersih
Tindakan yang sebaiknya dilakukan adalah :
a. Jangan gunakan diapers sepanjang hari. Cukup saat
tidur malam atau berpergian.

b. Jangan berganti-ganti merek diapest Gunakan hanya


satu merek yang cocok dengan bayi
c. Lebih bail gunakan popok kain. Jika terpaksa
memakai diapers, Lendurkan bagian paha untuk
ventilasi dan seringlah menggantinya (tiap kali ia
habis buang air kecil atau besar).
d. Tak ada salahnya sesekali membiarkan bokongnya
terbuka. Jika perlu, biarkan ia tidur dengan bokong
terbuka. Pastikan suhu ruangan cukup hangat
sehingga ia tidak kedinginan.
e. Jika peradangan kulit karena popok pada bayi tidak
membaik dalam 1 sampai 2 hari atau lebih bila
timbul lecet atau bintil- bintil kecil, hubungi dokter

2) Penis

Tindakan yang sebaiknya dilakukan adalah

a. Sebaiknya setelah BAK penis dibersihkan dengan


air hangat menggunakan kasa. Membersihkannya
sampai selangkang, jangan digosok-gosok.Cukup
diusap dari atas ke bawah dengan satu arah sehingga
bisa bersih dan yang kotor bisa hilang
b. Setiap selesai BAK, popok selalu Kiganti agar
kondisi penis tidak iritasi.
c. Setelah BAK penis jangan dibersihkan dengan
sabun yang banyak karena bisa menyebabkan iritasi
d. Memberikan salep kortikoid (0,05-0,1%) 2x / hari
selama 20-30 hari, terapi ini tidak dianjurkan untuk
bayi dan anak- anak yang masih memakai popok,
tetapi dapat dipertimbangkan untuk usia
sekitar 3 tahun.
BAB III

PENUTUP

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI FIMOSIS

A. TINJAUAN KASUS

Tempat / Tanggal masuk : 1 Januari 2013 WIB Pukul : 09:00 WIB

Tempat : Puskesmas Tlgayasa Bobotsari

No. Register : 134897

1. Pengumpulan Data Dasar

Tanggal : 1 Januari 2013 Pukul 09:00 WIB.

a. Biodata Bayi

Nama bayi : By D

Umur : 11 Hari

Tanggal/jam lahir :Minggu, 21 Desember 2012/09.00 WIB

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Berat badan lahir : 3 kg

Panjang badan lahir :47 cm

Nama ibu : Ny. D Nama ayah : Tn. S

Umur : 29 tahun Umur : 30 tanun

Suku Bangsa : Jawa / Indonesia


Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan :Wiraswasta

Alamat : Tlagayasa bobotsari RT02/07

b. Anamnesa

1) Riwayat kehamilan ibu

a) Pemeriksaan ANC

ANC : 8x di bidan

Keluhan : Ibu mengatakan pada awal


kehamilannya mengalami mual dan muntah pada
pagi hari dan menghilang pada usia kehamilan 3
bulan

HPHT : 09 Aril 2012

HPL : 16 Desember 2013

b) Riwayat penyakit kehamilan

Perdarahan : Ibu mengatakan tidak pernah


mengalami perdarahan

Hipertensi : Ibu mengatakan tidak pernah


mempunyai tensi tinggi
c) Kebiasaan ibu waktu hamil

Makanan : Ibu mengatakan keseharian


mengkonsumsi nasi, sayur, lauk, buah dan kadang-
kadang minum susu

Obat/jamu : Ibu mengatakan tidak pernah


meminum obat-obatan ataupun jamu

Merokok : Ibu mengatakan tidak pernah merokok

2) Riwayat persalinan dan anak sekarang

Data Riwayat Persalinan dan Anak Sekarang


Riwayat Persalinan Anak

Tanggal Jenis Tempat Usia Penolong Penyakit Jenis PB BB Keadaan


partus partus Kehamilan Kelamin Anak
21 Spontan Puskesmas Aterem 38 Bidan - Laki 47 3000 Hidup
Desember minggu laki cm gr
2012

c. Pemeriksaan Fisik Bayi

1. Pemeriksaan umum

Frekuensi jantung : 140 x/menit

Suhu : 36,5 °C

Pernapasan : 60 x/menit
2. Pemeriksaan fisik

Kepala : Ubun-ubun kecil sudah menutup, Tidak ada caput


succedanium, tidak ada cephal hematoma

Muka : Tidak ada oedema, tidak pucat/kekuningan

Telinga : Normal, simetris antara kanan dan kiri Mata : Normal,


simetris antara kanan dan kiri, conjunctiva tidak anemis, sklera
tidak ikterik

Hidung : Normal, ada lubang, pernafasan cuping hidung, tidak


ada sekret.

Mulut : Tidak ada labioskisis ataupun labiopalatoskisis warna


kemerahan, tidak sumbing, bentuk simetris, palatum (+), lidah
bersih, gusi bagus, reflek suckling (+), reflek rooting (+), tidak
ada kelainan

Gigi : Gigi belum tumbuh

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid maupun


kelenjar getah bening

Dada : Bentuk dada simetris, lingkar dada normal,gerakan dada


kembang kempis dengan normal, tonjolan puting menonjol,
tulang rusuk atau sternum tidak terlihat.

Perut : bentuk simetris, bising usus (-), pembesaran hepar (-),


kelainan tali pusat tidak ada

Kulit : Badan bayi berwarna pucat, kaki dan tangan berwarna


biru, terdapat vernik kaseosa dan lanugo, turgor kulit jelek
Ektremitas atas : gerakan tangan baik, tidak ada kelainan.

Ektremitas bawah . : gerakan baik, tidak ada kelainan.

Genetalia : lubang uretra (+), puerperium tidak bisa ditarik ke


belakang untuk membuka seluruh bagian kepala penis.

3. Pemeriksaan khusus

(Tidak/belum dilakukan pemeriksaan khusus)

4. Reflek

Reflek moro : Ada, kuat

Reflek rooting : Ada, kuat

Reflek walking : Ada, kuat

Reflek sucking : Ada, kuat

Reflek tonic neck : Ada, kuat

5. Antropometri

Berat Badan Lahir : 3000 gram, BB sekarang 3000 gram

Panjang Badan Lahir :47 cm, PB Serkarang 47 cm

Lingkar Kepala Lahir : 33 cm, LK Sekarang 33 cm

Lingkar Dada Lahir :34 cm, LD sekarang 34 cm

LILA : 11 cm
6. Eliminasi

BAK : sudah keluar

ВАВ : sudah keluar

d. Pemeriksaan Penunjang

Darah : tidak dilakukan

Urine : tidak dilakukan

Faeces : tidak dilakukan

SUBYEKTIF:

Ibu mengatakan bahwa bayinya sering menangis keras dan sedikit


mengejan ketika akan BAK

OBYEKTIF :

1. Keadaan umum bayi baik


2. Vital sign:

Frekuensi jantung :140 x/menit

Suhu : 36,5°C

Pernafasan : 60 x/menit

3. Pada pemeriksaan fisik di daerah genitalia didapati bahwa


lubang uretra (+), namun puerperium tidak bisa ditarik ke
belakang untuk membuka seluruh bagian kepala penis. Ujung
penis berwarna sedikit kemerahan dan sedikit
menggelembung(menonjol), tidak ada sekret ataupun pus.

ANALISA

a. Diagnosa Kebidanan

Bayi D berusia 12 hari dengan Fimosis

b. Masalah Puerperium tidak bisa ditarik ke belakang untuk


membuka seluruh bagian kepala penis.
c. Kebutuhan Konseling atau informasi pada ibu mengenai
fimosis, pendidikan kesehatan personal hygiene terutama
daerah genitalia bayi, pencegahan peradangan dan infeksi,
rujukan pada dokter spesialis anak apabila diperlukan
tindakan sirkumsisi.

PENATALAKSANAAN

Tanggal: 1 januari 2013 Pukul : 09:15 WIB

a. Diagnosa potensial : infeksi


b. Antisipasi : Prinsip pencegahan peradangan dan
infeksi
c. Kebutuhan Tindakan Segera : Pemeriksaan lebih lanjut
ke dokter spesialis anak tindakan sirkumsisi apabila
memang diperlukan dan memungkinkan untuk dilakukan
d. Pelaksanaan

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa bayi


dengan fimosis sehingga mengganggu pancaran urin
saat berkemih.
2. Menjelaskan pada ibu tanda-tanda bahaya atau
infeksi pada daerah genitalia bayi, meliputi
perubahan warna (merah), suhu (panas),
benjolan/massa, ataupun komplikasi yang mungkin
dapat muncul meliputi retensi urin, pembengkakan
(ballonitis, parafimosis), luka & jaringan parut,
perdarahan.
3. Memberitahukan ibu mengenal prinsip pencegahan
infeksi, personal hygiene dan perawatan pada daerah
genitalia terutama penis bayi, meliputi antara lain:

a. Menerangkan bahwa penis tidak boleh secara


paksa ditarik atau dilebarkan karena akan
menimbulkan luka dan terbentuk sikatriks pada
ujung prepusium.
b. Menjaga penis agar terjaga kering dan bersih
menganjurkan menghindari penggunaan diapers
(popok) sepanjang hari guna mencegah terjadi
ruam, gesekan dan memicu pertumbuhan bakteri.
c. Menganjurkan ibu untuk tidak memberikan
bedak ataupun benda asing lain (seperti obat yang
tidak diketahui) pada area bokong dan genital
terutama penis.
d. Menjelaskan pada ibu perawatan setelah bayi
BAK: mengganti popok, menyeka dengan air
hangat, tidak boleh digosok ataupun
menggunakan sabun berlebihan.

4. Menjelaskan pada ibu mengenal adanya


penatalaksanaan pada kasus fimosis, yakni secara
konservatif (terapi salep) ataupun medis (operatif).
5. Memberikan terapi konservatif dengan salep yang
meningkatkan elastisitas kulup penis, yakni
deksametasone 0,1% yang dioleskan 3-4 kali sehari.
Diharapkan setelah pemberian selama minggu,
prepusium dapat retraksi secara spontan.
6. Menganjurkan Ibu untuk segera melakukan
pemeriksaan lebih lanjut ke dokter spesialis anak,
sehingga apabila memungkinkan akan dilakukan
tindakan penatalaksanaan secara medis, yakni:

a. Dilakukan tindakan sirkumsisi (membuang


sebagian atau seluruh bagian kulit preputium)
b. Dilakukan tindakan teknik bedah preputioplasty
(memperlebar bukaan kulit preputium tanpa
memotongnya)

7. Memberikan rujukan ke dokter spesialis anak

Hasil pelaksanaan tindakan/evaluasi tanggal 05


Januari 2013

Pukul: 09.00 WIB

a. KU bayi baik
b. Bayi sudah tidak menangis saat BAK
c. Ibu sudah mengkonsultasikan permasalahan pada
dokter spesialis anak, dokter belum
menganjurkan dilakukan sirkumsisi namun tetap
melanjutkan memberi tindakan secara
konservatif dengan salep dan antibiotik.
d. Monitoring KU dan VS bayi

Frekuensi jantung : 138 x/menit,

Suhu : 36,7 °C

Pernafasan : 60x/menit
e. Keadaan pada daerah genitalia terutama penis
baik

Tidak merah, tidak ada benjolan/massa, tidak ada


sekret/darah, penis dapat retraksi secara spontan.

Catatan Perkembangan I

Tanggal :05 Januari 2013 Pukul:09.00WIB

Subjektif

1. Bayi tidak menangis saat BAK


2. Penis bayi dapat retraksi secara spontan

Objektif

1. Keadaan umum bayi baik


2. Frekuensi jantung: 138 x/menit

Suhu : 36,7 °C BB : 2700 Gram

Pernafasan : 60x/menit PB : 48 cm

3. Tidak dilakukan tindakan operatif sirkumsisi,


Dikarenakan bayi hanya mendapati
gangguan/keluhan saat miksi/BAK
disebabkan terjadinya penngelembungan
ujung prepusiumpada saat miksi, dan tidak
ada indikasi fimosis postitis maupun
ballonitis
4. Bayi masih menerima pengobatan secara
konservatif (obat antibiotik dan salep)

Analisa

Bayi Ny.D dengan Fimosis

Penatalaksanaan

Tanggal : 05 April 2013 Pukul : 09.15 WIB

1. Bayi sudah tidak mengejan dan menangis saat


BAK
2. Melanjutkan penilaian terhadap keadaan
umum, vital sign

Hasil:

a. Keadaan umum bayi baik


b. Frekuensi jatung: 138x/menit, Suhu : 36,7
°C, Pernafasan: 60x/menit.
c. Bayi bergerak aktif, menangis kuat, reflek
(+) dan peka terhadap rangsangan yang
ditunjukkan dengan bersin.

3. Menganjurkan ibu tetap menjaga kebersihan


badan dan genital bayi.
4. Melanjutkan terapi dan tindakan dari Dokter
Spesialis Anak: Memberikan terapi obat
dengan salep yang meningkatkan elastisitas
kulup penis, yakni deksametasone 0,1% yang
dioleskan 3-4 kali sehari.
5. Memberitahu pada ibu tanda-tanda bahaya
(infeksi) dan menganjurkan untuk melakukan
kontrol/periksa pada dokter spesialis anak
apabila mendapati tanda bahaya
(infeksi) pada bayi.
A. KESIMPULAN

Fimosis adalah keadaan dimana kulit penis (preputium) melekat


pada bagian kepala penis (glands) dan mengakibatkan tersumbatnya lubang
saluran air seni, sehingga bayi dan anak menjadi kesulitan dan kesakitan
saat kencing.

Adapula tanda dan gejala pada fimosis di antaranya ; Penis


membesar dan menggelembung akibat tumpukkan urine, Kadang-kadang
keluhan dapat berupa ujung kemaluan menggembung saat mulai buang air
kecil yang kemudian menghilang setelah berkemih. Hal tersebut dischabkan
oleh karena urine yang keluar terlebih dahulu tertahan dalam ruangan yang
dibatasi oleh kulit pada ujung penis sebelum keluar muaranya yang sempit,
Biasanya bayi menangis dan mengejan seat buang air kecil karena timbul
rasa sakit, kulit penis tidak bisa ditarik kearah pangkal ketika akan
dibersihkan, Air seni keluar tidak lancar Kadang-kadang menetes dan
kadang-kadang memancar dengan arah yang tidak dapat di duga, Bisa juga
disertai demam, dan terjadi iritasi pada penis.

B. SARAN

Dalam mengerjakan makalah ini, saya menyadari bahwa makalah


ini kurang dari sempurna, maka dari itu saya meminta saran dan kritik yang
dapat membangun agar kedepannya bisa lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah,2017,Perawatan Anak Sakit,Jakarta:


EGCHaws.,Paulette S.,20018,Asuhan Neonatus Rujukan Cepat,Jakarta; EGC
http://askep-askeb.cz.cc/2017/01/kelainan-bawaan-pada-neonatus.html
http://jogjawithlove.blogspot.com/2017/06/fimosis.html

Anda mungkin juga menyukai