1. Tujuan Penyuluhan
a. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit, klien dan keluarga dapat
memahami tentang cara mencegah dan penanganan AMI di harapkan
dapat meningkatkan pengetahuan keluarga pasien terhadap penyakit AMI (Infark
Miokard Akut).
b. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit, klien dan keluarga dapat:
1. Menyebutkan pengertian dari definisi AMI (Infark Miokard Akut).
2. Menyebutkan etiologi dan faktor risiko Infark Miokard Akut (AMI)
3. Menyebutkan tanda dan gejala Infark Miokard Akut (AMI)
4. Dapat memahami pentingnya penatalaksanaan dan cara penanganan
AMI.
2. Pokok Bahasan
a. Definisi Infark Miokard Akut (AMI).
b. Etiologi dan faktor risiko Infark Miokard Akut (AMI).
c. Tanda dan gejala Infark Miokard Akut (AMI).
d. Penatalaksanaan dan cara penanganan Infark Miokard Akut (AMI)
3. Sasaran
Klien dan keluarga dengan penyakit Infark Miokard Akut (AMI) di RST
Bukittinggi.
4. Metode
Ceramah dan tanya jawab.
5. Waktu dan Tepat Penyuluhan
a. Hari/Tanggal : Jumat 9 April 2021
b. Pukul : 10.00 – 10.30 WIB
c. Tempat : RST Bukittinggi ( kamar pasien )
6. Media Penyuluhan
Materi SAP , Leaflet dan PPT
7. Kegiatan Penyuluhan
8. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1) Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di RST Bukittinggi
2) Waktu penyelenggaraan penyuluhan disepakati bersama sebelumnya.
b. Evaluasi Proses
1) Klien antusias terhadap materi penyuluhan.
2) Klien tidak meninggalkan tempat saat penyuluhan dilakukan.
3) Klien mengajukan pertanyaan dan menjawab secara benar.
c. Evaluasi Hasil
1) Keluarga dan klien mengetahui tentang
a Definisi Infark Miokard Akut (AMI )
b Etiologi dan faktor resiko Infark Miokard Akut (AMI )
c Tanda dan gejala Infark Miokard Akut (AMI )
d Penatalaksanaan dan penanganan Infark Miokard Akut (AMI)
2) Kehadiran keluarga dan klien dipertahankan sampai penyuluhan
selesai.
LAMPIRAN MATERI
A. Pengertian
Infark Miokard Akut adalah suatu keadaan gawat darurat jantung dengan
manifestasi klinis berupa perasaan tidak enak di dada atau gejala – gejala lain
sebagai akibat iskemia miokard. AMI merupakan kondisi kematian pada
miokard (otot jantung) akibat dari aliran darah ke bagian otot jantung
terhambat. AMI merupakan penyebab kematian utama bagi laki-laki dan
perempuan di USA. Diperkirakan lebih dari 1 juta orang menderita infark
miokard setiap tahunnya dan lebih dari 600 orang meninggal akibat penyakit
ini. Untungnya saat ini terdapat pengobatan mutakhir bagi heart attack yang
dapat menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan yang
disebabkannya. Pengobatan paling efektive bila dimulaai dalam 1 jam dari
permulaan gejala.
AMI adalah kerusakan atau nekrosis sel jantung yang terjadi mendadak
karena terhentinya aliran darah koroner yang sebagian besar disebabkan oleh
thrombus yang menyumbat arteri koronaria di tempat rupture plak
aterosklerosis (Pedoman Tata Laksana Miokardium Akut, 2000). AMI adalah
nekrosis miokard yang disebabkan oleh tidak adekuatnya pasokan darah akibat
sumbatan arteri koroner (Pedoman Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskuler Indonesia, 2004).
Penatalaksanaan
1. Farmakologi
a. Vasodilator
Vasodilator pilihan untuk mengurangi nyeri jantung adalah nitroglyserin,
baik secara intra vena maupun sublingual. Efek samping vasodilator yaitu
dapat menurunkan preload, beban kerja jantung dan afterload.
b. Antikoagulan
Heparin adalah antikoagulan pilihan utama, heparin bekerja
memperpanjang waktu pembekuan darah sehingga mencegah
pembentukan thrombus. Obat- obatan ini mengencerkan darah dan
mencegah pembentukan bekuan darah pada arteri. Missal: heparin dan
enoksaparin.
c. Trombolitik
Untuk melarutkan thrombus yang telah terbentuk di arteri koroner,
memperkecil penyumbatan dan meluasnya infark, trombolitik yang biasa
digunakan adalah streptokinase, aktifalti plasminogen jaringan (5-14) dan
amistrptelase. Obat-obatan ini ditujukan untuk memperbaiki kembali airan
darah pembuluh darah koroner, sehingga referfusi dapat mencegah
kerusakan miokard lebih lanjut. Obat-obatan ini digunakan untuk
melarutkan bekuan darah yang menyumbat arteri koroner. Waktu paling
efektive pemberiannya adalah 1 jam stelah timbul gejal pertama dan tidak
boleh lebih dari 12 jam pasca serangan. Selain itu tidak boleh diberikan
pada pasien diatas 75 tahun Contohnya adalah streptokinase.
d. Analgetik
Pemberian dibatasi hanya untuk pasien yang tidak efektif dengan
pemberian nitrat dan antikoagulan, analgetik pilihan adalah morfin sulfat
secara IV
2. Pemberian sediaan O2 sesuai dengan kebutuhan/kondisi
3. Bed rest bertahap sesuai dengan kondisi
Penanganan
1. Berikan oksigen meskipun kadar oksigen darah normal. Persediaan
oksigen yang melimpah untuk jaringan, dapat menurunkan beban kerja
jantung. Oksigen yang diberikan 5-6 L /menit melalu binasal kanul.
2. Pasang monitor kontinyu EKG segera, karena aritmia yang mematikan
dapat terjadi dalam jam-jam pertama pasca seranga.
3. Pasien dalam kondisi bedrest untuk menurunkan kerja jantung sehingga
mencegah kerusakan otot jantung lebih lanjut. Mengistirahatkan jantung
berarti memberikan kesempatan kepada sel-selnya untuk memulihkan diri.
4. Pemasangan IV line untuk memudahkan pemberan obat-obatan dan
nutrisi yang diperlukan. Pada awal-awal serangan pasien tidak
diperbolehkan mendapatkan asupa nutrisi lewat mulut karena akan
meningkatkan kebutuhan tubuh erhadap oksigen sehingga bisa membebani
jantung.
5. Pasien yang dicurigai atau dinyatakan mengalami infark seharusnya
mendapatkan aspirin (antiplatelet) untuk mencegah pembekuan darah.
Sedangkan bagi pasien yang elergi terhadap aspirin dapat diganti dengan
clopidogrel.
6. Nitroglycerin dapat diberikan untuk menurunkan beban kerja jantung
dan memperbaiki aliran darah yang melalui arteri koroner. Nitrogliserin
juga dapat membedakan apakah ia Infark atau Angina, pada infark
biasanya nyeri tidak hilang dengan pemberian nitrogliserin.
7. Morphin merupakan antinyeri narkotik paling poten, akan tetapi sangat
mendepresi aktivitas pernafasan, sehingga tdak boleh digunakan pada
pasien dengan riwayat gangguan pernafasan. Sebagai gantinya maka
digunakan petidin.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi
3. Jakarta : EGC
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta : EGC.