Anda di halaman 1dari 23

Injeksi (Single Dose)

Kelompok 1
Farmasi Klinis A 2019
OUR TEAM
Fandy Wisnu Budiyana (1913026001)

Dinda Galuh Margaretnasari (1913026003)

Salsabila (1913026005)

Fridya Maulitha (1913026007)

Rizky Zulfikri (1913026009)

Nia Audina (1913026011)

Yeni Kurniasari T.S (1913026013)

Muhammad Irawan (1913026015)


Sub Materi

01 02
Nama lain & Merk Di Pasaran
Kegunaan

03 04
Penyimpanan &
Beyond Use Date
Pemusnahan
Definition
Sediaan injeksi merupakan sediaan steril berupa
larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk yang harus
dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu
sebelum digunakan secara parenteral, suntikan
dengan cara menembus, atau merobek jaringan ke
dalam atau melalui kulit atau selaput lendir,
Sediaan obat injeksi dosis tunggal / single dose
adalah sediaan obat injeksi dalam kemasan vial
atau ampul untuk sekali penggunaan.
01
Nama Lain & Kegunaan
Kegunaan/tujuan
bentuk sediaan
Single use dan single dose vial (SVD) sediaan injeksi
diberikan hanya kepada satu pasien untuk satu
Nama Lain kali pengobatan/prosedur. Syringe dan jarum yang
Injeksi Wadah Dosis Tunggal / telah digunakan atau diinjeksikan ke pasien,
Single Dose Injection sudah terkontaminasi dan seharusnya tidak boleh
digunakan kepada pasien atau vial lain.
02
Merk Di Pasaran
Nama merk : Erphacef
Kandungan obat : Ceftriaxone 1 g
Dosis penggunaan :
• Infeksi yang rentan
Diberikan dosis 1-2 g setiap hari, tingkatkan dosis menjadi 4 g setiap
hari pada infeksi berat. Dapat diberikan melalui injeksi intramuskular
(melalui otot) atau melalui intravena (pembuluh darah) lambat
selama 5 menit, atau diinfuskan paling sedikit 30 menit. Dosis > 2 g
diberikan melalui injeksi intravena atau infus.
• Sifilis
Diberikan dosis 0,5-1 g sekali sehari, tingkatkan dosis menjadi 2 g
sehari sekali untuk neurosifilis selama 10-14 hari. Dapat diberikan
melalui injeksi intramuskular (melalui otot) atau melalui intravena
(pembuluh darah) lambat selama 5 menit, atau diinfuskan paling
sedikit 30 menit.
• Penyakit Lyme
Diberikan dosis 2 g sekali sehari selama 14-21 hari. Dapat diberikan
melalui injeksi intramuskular (melalui otot) atau melalui intravena
(pembuluh darah) lambat selama 5 menit, atau diinfuskan paling
sedikit 30 menit.
• Pencegahan infeksi bedah
Diberikan dosis 1-2 g sebagai dosis tunggal diberikan 0,5-2 jam
sebelum operasi. Dapat diberikan melalui injeksi intramuskular (melalui
otot) atau melalui intravena (pembuluh darah) lambat selama 5 menit,
atau diinfuskan paling sedikit 30 menit.
• Gonorea tanpa komplikasi
Diberikan dosis 250-500 mg sebagai dosis tunggal melalui injeksi
intramuskular (melalui otot).
• Otitis media akut
Diberikan dosis 1-2 g sebagai dosis tunggal melalui injeksi
intramuskular (melalui otot).
Volume per-kemasan : Vial @ 1 g + 1 Ampul Pelarut @ 10 ml
Mekanisme kerja obat :
Ceftriaxone bekerja dengan menghambat sintesis mukopeptida di
dinding sel bakteri. Bagian beta-laktam dari ceftriaxone berikatan
dengan karboksipeptidase, endopeptidase, dan transpeptidase dalam
membran sitoplasma bakteri. Enzim ini terlibat dalam sintesis dinding
sel dan pembelahan sel. Pengikatan ceftriaxone ke enzim ini
menyebabkan enzim kehilangan aktivitas; oleh karena itu, bakteri
menghasilkan dinding sel yang rusak, menyebabkan kematian sel.
Farmakokinetika obat :
• Adsorbsi
Persiapan IM terserap dengan baik
Waktu plasma puncak: 2-3 jam (IM)
• Distribusi
Didistribusikan ke seluruh tubuh, termasuk kandung empedu, paru-
paru, tulang, empedu, dan CSF (konsentrasi lebih tinggi dicapai saat
meninges meradang); melintasi plasenta; memasuki cairan ketuban
dan ASI
Terikat protein: 85-95%
Vd: 6-14 L
• Metabolisme
Metabolisme di hati
• Eliminasi
Waktu paruh: 5-9 jam (fungsi hati dan ginjal normal); 12-16 jam
(gangguan ginjal ringan hingga berat)
Ekskresi : Urine (33-67% sebagai obat tidak berubah), feses

Penandaan : K (Golongan obat keras)


Nama merk : Sodium Thiosulfate
Kandungan obat : Sodium Tiosulfat atau Natrium Tiosulfat 1 gr
Dosis penggunaan :
• Untuk digunakan dengan cisplatin (obat kanker):
Orang dewasa dan remaja: dosis pertama, diberikan sebelum
pengobatan kanker, biasanya 4 gram per meter persegi luas permukaan
tubuh, disuntikkan ke pembuluh darah. Dosis kedua dimulai pada saat
yang sama dengam obat kanker. Penggunaan obat ini biasanya 12 gram
per meter persegi luas permukaan tubuh, disuntikkan ke pembuluh
darah selama enam jam.
• Untuk keracunan sianida:
Orang dewasa dan remaja: dosis umum adalah 12,5 gram disuntikkan ke
pembuluh darah pada tingkat 0,625-1,25 gram (2,5-5 mililiter [mL]) per
menit.
• Dosis umum adalah 412,5 miligram (mg) per kilogram (kg) (187 mg
per pon) dari berat badan atau 7 gram per meter persegi luas
permukaan tubuh disuntikkan ke pembuluh darah pada tingkat
0,625-1,25 gram (2,5 5 mL) per menit.
Volume perkemasan :
Suntikan, larutan: 100 mg/mL (10 mL); 250 mg/mL (50 mL).
Mekanisme kerja obat :

Sebagai penawar: Sodium thiosulfate bertindak sebagai donor sulfur untuk


enzim transferase sulfur endogen, rhodanese. Ini digunakan bersama dengan
natrium nitrit untuk sianida poisiong sebagai penawar. Sianida memiliki
afinitas yang sangat tinggi terhadap zat besi dalam bentuk besi. Bereaksi
dengan besi trivalen (besi) dari mitokondria sitokrom oksidase, dengan
demikian menghambat respirasi sel, mengakibatkan asidosis laktat dan
hipoksia sitotoksik. Natrium nitrit bereaksi dengan hemoglobin membentuk
methemoglobin, yang bersaing dengan sitokrom oksidase untuk ion sianida.
Sianida berikatan dengan methemoglobin membentuk sianmetemoglobin
dan mengembalikan aktivitas sitokrom oksidase. Ketika sianida terlepas dari
methemoglobin, natrium tiosulfat memfasilitasi pengubahannya oleh
rhodanese menjadi tiosianat, ion yang kurang beracun.

Sebagai tambahan antineoplastik: Mekanisme kerja natrium tiosulfat masih


belum jelas, tetapi diperkirakan ia membentuk kompleks dengan cisplastin
melalui ikatan kovalen, yang membuat cisplastin lebih mudah tereliminasi
dari ginjal. Diyakini juga bahwa natrium tiosulfat berperan dalam
perlindungan dari nefrotoksisitas yang disebabkan oleh cisplastin, melalui
pengurangan pengiriman cisplatin ke ginjal dan dengan menetralkan
cisplatin di ginjal di mana natrium tiosulfat sangat terkonsentrasi.
Farmakokinetika obat :
Penyerapan : sangat sedikit diserap melalui saluran cerna.
Penyebaran : disebarkan melalui cairan ekstraseluler.
Ekskresi : dikeluarkan segera melalui air seni.

Penandaan : K (Golongan Obat keras)


03
Beyond Use Date
Beyond use date (BUD) adalah tanggal yang ditetapkan pada produk
steril yang telah dibuka dimana kondisi produk tersebut masih dalam
rentang stabil dan dapat diberikan kepada pasien. Pada saat produk
steril dibuka terjadi paparan dengan lingkungan di sekitarnya. Udara,
uap air dan mikroorganisme dapat masuk dan menyebabkan
perubahan fisika dan kimia, serta kontaminasi mikroorganisme.
Single use dan single dose vial (SVD) sediaan injeksi diberikan hanya
kepada satu pasien untuk satu kali pengobatan/prosedur.
Langkah Beyond Use
Date

Periksa bahan untuk Periksa bahan untuk


memastikan campuran yang memastikan kompatibilitas
sesuai telah dihancurkan. dan stabilitas sesuai.

Periksa bahan untuk Periksa semua wadah dari


memastikan bahan tersebut kerusakan, tanggal diluar
menghasilkan norma fisiologis penggunaan, dan integritas
untuk osmolalotas dan PH. persiapan kecuali
kemandulan
Waktu Kadaluwarsa (Beyond Use Date)
Sediaan Injeksi Menurut Kategori Risiko
Kontaminasi.

Suhu Waktu Kedaluarsa (Beyond Use Date)


Penyimpanan Risiko Kontaminasi Risiko Kontaminasi Risiko Kontaminasi
Rendah Sedang Tinggi
Suhu Kamar 48 Jam 30 Jam 24 Jam
(<25˚C)
Kulkas (2-8˚C) 14 Hari 9 Hari 3 Hari
Suhu Beku (≤ - 45 Hari
10˚C)
04
Penyimpanan &
Pemusnahan
 Tempat penyimpanan sediaan single dose
harus terlindung dari cahaya

 Tempat injeksi tidak boleh di autoklaf

 Disimpan dibawah suhu 25 derajat celcius


Cara Penyimpanan
 Injeksi single dose dalam bentuk cair jangan
disimpan dalam lemari pendingin, kecuali
disebutkan pada etiket atau kemasan obat.
Hindari agar obat cair menjadi beku

 Obat disimpan dalam tempat aslinya dan


dalam wadah yangtertutup rapat. Kemasan
botol yang satu jangan diganti ke botol lain.
Cara Pemusnahan
 Ampul dapat dihancurkan pada permukaan yang inert contohnya
beton atau didalam drum metal, atau wadah yang mengandung tuas
penghancur yang terbuat dari metal.
 Pekerja yang melakukan hal tersebut harus menggunakan alat
perlindungan diri yang baik seperti pelindung mata, boots, baju
khusus dan sarung tangan.
 Pecahan gelas yang tercecer harus disapu dan dipisahkan, disimpan
dalam kontainer yang sesuai untuk benda tajam, disegel, dan
dibuang pada landfill.
 Cairan yang sebelumnya berada di dalam ampul harus diencerkan
terlebih dahulu dan dibuang dengan cara dimasukkan kedalam
wadah yang sesuai dan disegel kemudian dibuang pada landfill.
Cara Pemusnahan
 Ampul tidak boleh dibakar atau diinsinerasi karena akan
meledak, kemungkinan dapat menyebabkan luka pada
operator dan merusak pembakar/insinerator.
 Lelehan gelas juga dapat menyumbat kisi dari alat pembakar
atau insinerator jika dioperasikan diatas titik lebur gelas.
 Gas yang berasal dari uap air pada konsentrasi yang rendah
dapat dibuang pada udara bebas.
 Untuk ampul yang berisi obat antineoplastik atau antiinfeksi
tidak boleh dihancurkan dan cairannya dibuang ke saluran
pembuangan. Harus diolah dengan cara pembuangan
enkapsulasi atau inertisasi seperti dijelaskan di atas
Daftar Pustaka
Christina, Febie.2012. Beyond Use Date Produk Steril. Buletin Rasional. 10(4) : 22-24.
BPOM RI. 2008. http://pionas.pom.go.id/ioni (online). Diakses tanggal 7 Maret 2021.
Drugbank. 2021. https://go.drugbank.com/ (online). Diakses tanggal 7 Maret 2021.
Medscape. 2021. https://reference.medscape.com/ (online). Diakses tanggal 7 Maret
2021.
Widyastuti, Palupi. 2003. Panduan Pembuangan Limbah Perbekalan Farmasi.
Jakarta: Penerbit EGC
Thanks
CREDITS: This presentation template was
created by Slidesgo, including icons by
Flaticon, infographics & images by Freepik
Please keep this slide for attribution

Anda mungkin juga menyukai