Anda di halaman 1dari 15

Tablet

Implantasi
Kelompok 4 Produk Farmasi 2
Introduction
• Seritenaya Wilhelmina (1913026020)
• Andi Nur Syafariyanti (1913026022)
• Azzahra One Elaysandra (1913026024)
• Nayla Rizqina Zahra (1913026026)
• Lina Nur Amelia (1913026030)
• Sekar Ningrum (1913026032)
• Gusti Ayu Made D.S.K.S (1913026034)
• Siti Homsiyyah (1913026036)
Tablet implantasi (pellet) atau disebut juga tablet
depo, Tablet implant ini berbentuk bulat atau oval
putih.
Tablet implantasi adalah sediaan dengan
masa setril berukuran kecil, berisi obat
dengan kemurnian dibuat dengan cara
pengempaan atau pencetakan. Tablet
implant berisi hormone steroid yang
dimasukan ke bawah kulit dengan cara
merobek kulit sedikit, kemudian tablet di
masukan lalu kulit dijahit kembali
Tablet implantasi diindikasikan untuk pasangan
yang ingin menunda momongan, karena obat ini
dapat menekan ovulasi, meningkatkan viskositas
mukosa serviks dan menghambat proliferasi
endometrium.
Bentuk sediaannya sendiri dibuat sedemikian
rupa agar dapat dimasukkan didalam kulit
kemudian zat khasiatnya akan dilepas perlahan-
lahan tujuannya memeperoleh pelepasan obat
secara berkesinambungan dalam jangka waktu
lama,
• Nama Obat : Implanon NXT
• Kandungan Obat : Etonogestrel 68 mg
• Dosis Penggunaan
Setiap implan mengandung 68 mg etonogestrel: 1
implan dimasukkan selama 5 hari pertama siklus
menstruasi; keluarkan dalam waktu 3 tahun
setelah penyisipan.
• Volume per-kemasan : 68 mg/implante
• Mekanisme Kerja Obat
Etonogestrel adalah metabolit aktif dari
desogestrel. Ini mencegah kehamilan dengan
menekan ovulasi, meningkatkan viskositas mukosa
serviks dan menghambat proliferasi endometrium.
• Farmakokinetik kerja obat :
Distribusi: Sangat terikat pada protein plasma.
Didistribusikan ke ASI.
Metabolisme: Dimetabolisme oleh CYP3A4.
Ekskresi: Urine dan feses. Waktu paruh eliminasi:
Sekitar 25-30 jam.
• Penandaan : Steril R, Merah (Obat Keras)
• Nama Obat : Naltrexone
• Kandungan Obat
Setiap implan mengandung 3% triamcinolone
sebagai bahan aktif, serta asam askorbat, asam
stearat, dan polivinilpirolidon sebagai bahan tidak
aktif.
• Dosis Penggunaan
Dosis yang dianjurkan untuk implan Naltrexone
adalah 1200mg yang diberikan secara subkutan
setiap 10-12 minggu.
• Volume per-kemasan :
Implan Naltrexone disediakan dalam kit berisi pelet
6 X 200mg, untuk diberikan melalui trocar
berdiameter 4,5 mm secara subkutan. Setiap implan
Naltrexone 200mg berukuran 0,215 gram, dengan
diameter 4,5 mm dan panjang 11 mm.
• Mekanisme Kerja Obat
Penggunaan reseptor opioid oleh naltrexone dapat memblokir efek peptida opioid
endogen. Mekanisme neurobiologis yang bertanggung jawab untuk pengurangan
konsumsi alkohol yang diamati pada pasien ketergantungan alkohol yang diobati
dengan naltrexone tidak sepenuhnya dipahami. Namun, keterlibatan sistem opioid
endogen ditunjukkan oleh data praklinis.
Naltrekson memblokir efek opioid dengan mengikat kompetitif pada reseptor opioid.
Hal ini membuat blokade yang diproduksi berpotensi dapat diatasi, tetapi mengatasi
blokade naltrexone penuh dengan pemberian opioid dapat menyebabkan gejala
yang dimediasi reseptor non-opioid seperti pelepasan histamin.
• Farmakokinetik
Penyerapan : Implan Naltrexone dimaksudkan untuk dilepaskan selama 10-12
minggu bila diberikan secara subkutan. Setelah implantasi, profil waktu konsentrasi
plasma naltrexone ditandai dengan puncak awal. Kadar mulai menurun perlahan
setelah pemberian dosis, dengan tingkat yang dapat diukur selama lebih dari 10-12
minggu.
Distribusi : Data in vitro menunjukkan bahwa ikatan protein plasma naltrexone
rendah (21%).
Metabolisme : Naltrexone dimetabolisme secara ekstensif pada manusia. Produksi metabolit primer, 6β-

naltrexol, dimediasi oleh dihydrodiol dehydrogenase, suatu famili enzim sitosol. Sistem sitokrom P450 tidak terlibat

dalam metabolisme naltrexone. Dua metabolit minor lainnya adalah 2-hidroksi-3-metoksi-6β-naltrexol dan 2-hidroksi-3-

metoksi-naltrexone. Naltrexone dan metabolitnya juga terkonjugasi untuk membentuk produk glukuronida. Secara

signifikan lebih sedikit 6β-naltrexol yang dihasilkan setelah pemberian naltrexone subkutan dibandingkan dengan

pemberian naltrexone oral karena penurunan metabolisme hati lintasan pertama.

Eliminasi : Penghapusan naltrexone dan metabolitnya terjadi terutama melalui urin, dengan ekskresi minimal dari

naltrexone yang tidak berubah.

• Penandaan : Steril R/Keras


Beyond use date (BUD) merupakan waktu.tanggal dimana
setelah sediaan racikan/campuran tidak dapat digunakan lagi dan

ditentukan dari tanggal produk ini diracik/dicampur. Untuk tablet

implantasi sendiri BUD ditentukan setelah tablet disisipkam dibawah

kulit. Hal ini perlu diperhatikan karena mengingat obat akan

mengalami penurunan stabilitas yang menyebabkan waktu paruh dari

obat tersebut berkurang. Biasanya untuk BUD tablet implantasi kini

tersedia dalam jangka panjang, hingga 3 tahun, dan setelah itu

implant harus dilepas dan diganti dengan implant yang baru jika

perlindungan kontrasepsi lanjutan diinginkan.


Tata cara penyimpanan obat mengikuti Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 73 Tahun 2016 :
Obat/ bahan obat harus disimpan dalam wadah asli pabrik. Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi

dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurang – kurangnya memuat nama obat, nomor batch dan tanggal kadarluasa. Semua obat/ bahan obat harus disimpan pada kondisi yang

sesuai sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang lainya yang menyebabkan kontaminasi.

Sistem penyimpanan dilakukan dengan mempertahankan bentuk sediaan dan kelas terapi obat serta disusun secara alfabetis. Pengeluaran obat harus menggunakan sistem FEFO (First Expire First Out)

dan FIFO (First In First Out). Untuk tambahan sediaan tablet jangan menyimpan tablet ditempat panas dan atau lembab, disimpan di tempat kering dan sejuk pada suhu 15º – 25ºC.
Untuk Masyarakat Umum Untuk Apotek

• Untuk sediaan obat tablet implantasi, sama seperti • Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai
sediaan pada umumnya. Proses pembuangan ketika obat dengan jenis dan bentuk sediaan.
tersebut dengan cara ketika masih dalam kemasan maka • Pemusnahan obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika dan psikotropika dilakukan oleh

obat harus dikeluarkan terlebih dahulu dari kemasan. Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

• Hancurkan obat tablet tersebut dengan cara menggerus • Pemusnahan obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga

menggunakan alat rumah tangga yang ada. kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja.

• Timbun gerusan obat tablet tadi dengan tanah atau jika


tidak ada tempat untuk menimbun, gerusan obat bisa
kita larutkan terlebih dahulu baru kita buang larutannya.
• Gunting-gunting kemasan obatnya.
• Buang secara terpisah antara kemasan obat yang satu
dengan yang lain
Allen LV. 2009. Beyond-use dates and stability indicating assay methods in pharmaceutical
compounding. Secundum Artem. 15(3):1-6.

Kemkes RI.2011.Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.059/MENKES/SK/II/2011


tentang“Pedoman Penggolongan Obat dan Perbekalan Kesehatan pada penangggulangan
Bencana”. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

MIMS Online. https://www.mims.com /indonesia/drug/info. (Diakses 5 Maret, 2021).

Ndrayani.2014.Tablet Implantasi atau Tablet Depo dimaksudkan untuk di Tanam dibawah Kulit
Manusia atau Hewan. All Rights Reserved:Jakarta

Perpustakaan Kedokteran Nasional AS. https://dailymed.nlm.nih.gov/dailymed/drugInfo.cfm


setid=40b16844-bc1c-485e-aad3-2cb86e2eb009. (Diakses 5 maret, 2021).

Thompson JE. 2009. A Practical Guide to Contemporary Pharmacy Practice. Philadelphia:


Lippincot Williams & Wilkins– Wolters Kluwer.
Terima kasih atas perhatian dari para
audiens, kurang lebihnya kami mohon maaf
apabila ada salah dalam penulisan atau Apa ada pertanyaan dari
pengucapan dari penjelasan kami, kami
mohon maaf sebesar-besarnya
para audiens??

Anda mungkin juga menyukai