Disusun oleh :
KELOMPOK 3
KELAS A
Dosen Pengampu :
Ema Rachmawati, M.Sc., Apt.
Anggota Kelompok :
1. Diana Hanifiyah Sutipno (152210101012)
2. Elif Nur Aidah (152210101013)
3. Himawan Gus Wantoro (152210101014)
4. Maulidya Barikatul Iftitah (152210101015)
5. Husniya Faradisa (152210101054)
IUD harus dimasukkan ke dalam rahim oleh dokter atau perawat. Lebih mudah
dilakukan saat mengalami menstruasi, tetapi IUD bisa dimasukkan kapan saja selama
tidak hamil. IUD tembaga perlu diganti setiap 10 tahun, dan IUD progesteron
sebaiknya diganti setiap 3-5 tahun, tergantung dengan merek.
Gambar 3 : IUD
1.2.4 Diafragma
Diaphragm atau diafragma adalah suatu alat kontrasepsi berbentuk kubah
dangkal yang terbuat dari karet atau silikon. Setengah bagian kubah tersebut dapat diisi
dengan krim atau jeli pembunuh sel sperma (spermicidal) untuk kemudian dimasukkan
ke dalam vagina sebelum berhubungan intim. Diafragma merupakan salah satu metode
kontrasepsi yang berperan menghalangi sel sperma masuk ke dalam rahim serta
menjaga agar spermisida tetap berada di dekat leher rahim untuk membunuh setiap sel
sperma yang mencoba masuk ke area rahim. kontrasepsi ini merupakan pilihan yang
tepat bagi para Ibu yang sedang memberikan ASI eksklusif. Diafragma dimasukkan
setidaknya 2 jam sebelum berhubungan intim. Kalau sudah siap, kosongkan kandung
kemih (buang air kecil) serta cuci tangan dengan air dan sabun. Lalu, oleskan krim atau
jeli spermisida ke dalam kubah diafragma dan ratakan sampai ke tepi-tepinya.
Untuk memudahkan masuknya diafragma, dapat berjongkok, berbaring dengan lutut
terangkat, atau berdiri dengan satu kaki berada di kursi. Pisahkan bibir vulva dengan
satu tangan lalu pencet diafragma agar terlipat jadi dua dan masukkan pada vagina
menggunakan tangan yang satunya lagi. Letakkan jari telunjuk pada bagian tengah
lipatan agar memudahkan masuknya diafragma. Krim spermisida sudah harus berada
di dalam lipatan tersebut. Jika diafragma sudah masuk, maka dorong terus sejauh
mungkin sampai ia terletak di bagian belakang vagina. Selipkan ujung tepian diafragma
di belakang tulang kemaluan serta pastikan agar leher rahim sudah tertutup sempurna.
Diafragma harus tetap berada di dalam vagina setidaknya 6 jam setelah terakhir kali
berhubungan intim.
Tidak dianjurkan menggunakan diafragma jika:
Pernah mengalami toxic shock syndrome.
Serviks, vagina, atau rahim memiliki bentuk yang tidak biasa sehingga tidak
memungkinkan bagi diafragma untuk tetap berada di posisinya tanpa bergeser.
Telah mengalami infeksi saluran urine berulang kali setelah menggunakan diafragma
dan masalah tetap saja muncul meskipun sudah mengganti diafragma dengan jenis
dan ukuran baru.
Berisiko tinggi terhadap HIV atau penyakit seksual menular lainnya.
Gambar 4 : Diafragma
1.2.5 Kondom
Kondom menghentikan sperma mencapai telur. Ini menciptakan penghalang fisik –
hambatan ini memastikan pembuahan (kehamilan) tidak terjadi. Selain dibuat sangat tipis
terutama dari karet lateks atau polyurethane, kondom laki-laki mengandung pelumas,
serta spermisida yang baik menghancurkan atau merusak sperma. Spermisida tambahan
juga tersedia di sebagian besar apotek. Para ahli mengatakan bahwa penggunaan kondom
secara signifikan membantu menghentikan penyebaran penyakit menular seksual
(penyakit menular seksual) atau IMS (infeksi menular seksual). Selalu pastikan kondom
tidak lulus dengan tanggal kedaluwarsa.
Untuk melindungi lingkungan, kondom tidak boleh dibuang ke toilet.
Gambar 5 : kondom
2. Kesimpulan
Berdasarkan makalah kami yang berjudul “Kontrasepsi Hormonal dan Non Hormonal” maka
dapat disimpulkan bahwa :
Kontrasepsi hormonal yaitu kontrasepsi yang bekerja mencegah terjadinya pembuahan
dengan mengatur hormon reproduksi dalam tubuh.
Kontrasepsi oral kombinasi yakni zat berkhasiat mengandung estrogen dan progestin,
sering disebut dengan istilah Pil KB (Keluarga Berencana).
Pil progestin atau mini pill atau POP (Progestin Only Pills) adalah kontrasepsi yang
mengandung progestin dalam dosis yang sangat rendah seperti hormon alami
progesteron pada tubuh perempuan.
Kontrasepsi non hormonal adalah suatu cara atau metode yang bertujuan untuk
mencegah pembuahan sehingga tidak terjadi kehamilan yang tidak mengandung
hormone (estrogen dan progesteron).
Yang termasuk kontrasepsi nonhormonal di antaranya ialah : tubektomi, vasektomi,
IUD, diafragma, dan kondom.
DAFTAR PUSTAKA
BPOM. 2012. InfoPOM: Kontrasepsi Oral: Mengenal Manfaat dan Resikonya. Diakses pada
Sabtu, 17 Maret 2018 pukul 15.27 WIB.
Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina. Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Saifuddin, BA. 2008. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka. (Bagian Kedua MK 28 – MK 33).