Anda di halaman 1dari 6

Ibnu abiddunya

114222097

KONTRASEPSI

Kontrasepsi merupakan Tindakan untuk menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan


sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma.

 Alasan menggunakan kontrasepsi:


- Untuk mengatur jumlah dan jarak anak yang diinginkan
- Untuk mencegah kehamilan
- Untuk mengurangi resiko terkena penyakit hubungan seksual

 Kegunaan kontrasepsi :
- Mengusahakan agar tidak terjadi pelepasan sel telur Wanita
- Melumpuhkan sperma
- Menghalangi pertemuan sel telur dengan sel sperma

Metode-metode kontrasepsi :

- Hormonal : pil, injeksi dan implan.


- Non hormonal : Metode Amenore Laktasi (MAL), Kondom, Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR), Abstinensia (Kalender), Kontrasepsi Mantap (Tubektomi dan Vasektomi).

Kontraseosi hormonal merupakan metode paling efektif untuk mengendalikan fertilitas. Alat
konrasepsi dalam Rahim (AKDR) merupakan metode kontraseosi dengan efektifitas yang tinggi namul
menimbulkan efek samping local. AKDR digunkan untuk Wanita yang sudah melahirkan anak dan sudah
tua, tidak tepat digunakan untuk orang yang memiliki penyakit inflamasi pelvis yang lebih tinggi.

Metode pelindung (kondom, diafragma, dan tudung) kurang efektif namu dapat diandalkan jika
secara bersamaan menggunakn spermisida, dapat terjadi reaksi sensitifitas.

Kontrasepsi oral yang mengandung estrogen dan progesteron (Kontrasepsi Oral Kombinasi/KOK) merupakan
sediaan yang paling efektif untuk digunakan umum. Manfaat kontrasepsi kombinasi oral antara lain:

 terpercaya dan efeknya bersifat sementara;


 mengurangi dismenore dan menoragi;
 mengurangi terjadinya ketegangan pramenstruasi;
 lebih sedikit terjadi kista fibroids simptomatik dan kista ovarium;
 lebih sedikit terjadi kelainan payudara non-maligna;
 mengurangi risiko kanker ovarium dan endometrium;
 mengurangi risiko penyakit inflamasi pelvis, yang merupakan risiko dari penggunaan AKDR.

Kontrasepsi kombinasi oral yang terdiri dari sejumlah tetap estrogen dan progesteron dalam setiap
tablet aktif disebut ’monofasik’, sedangkan tablet dengan variasi jumlah kedua hormon bervariasi
berdasarkan tahanan siklus disebut ’bifasik’ dan ’trifasik’. Plester transdermal yang mengandung estrogen
dengan progesteron juga tersedia. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral, atau menggunakan plester
memiliki risiko peningkatan trombosis vena selama perjalanan karena immobilitas jangka panjang (lebih dari
5 jam). Risiko dapat berkurang dengan latihan yang tepat selama perjalanan dan kemungkinan dengan
menggunakan kaus kaki elastis.

Lupa Minum Pil


Waktu kritis kehilangan efek perlindungan kontrasepsi adalah jika lupa minum pil pada awal atau
akhir siklus (interval bebas pil menjadi lebih panjang). Jika lupa minum pil, maka sebaiknya pil diminun
secepat mungkin pada saat ia menyadarinya, dan untuk diminum pada waktu biasanya. Jika terlambat 24 jam
atau lebih (khususnya pada periode awal), pil mungkin tidak bekerja. Segera setelah menyadarinya, pasien
sebaiknya melanjutkan meminum pil secara normal. Akan tetapi, pasien tidak terlindungi selama 7 hari ke
depan dan oleh sebab itu tidak boleh berhubungan atau sebaiknya menggunakan metode lain untuk
kontrasepsi seperti kondom. Bila 7 hari ke depan yang tidak terlindungi ada pada akhir paket ini, paket
selanjutnya sebaiknya dimulai segera dengan mengabaikan interval bebas pil (atau pada kasus pil setiap hari
(everyday, ED), abaikan 7 tablet inaktif). Kontrasepsi darurat dianjurkan jika lebih dari 2 tablet kontrasepsi
oral kombinasi terlewat dari 7 tablet pertama dalam paket.

Penundaan Pemakaian/Penempelan atau Pelepasan Plester


Jika plester terlepas sebagian selama kurang dari 24 jam, pasang kembali pada tempat yang sama
atau segera ganti dengan plester yang baru; tidak diperlukan tambahan kontrasepsi dan plester selanjutnya
dipasang sesuai jadwal seperti biasanya. Jika plester terlepas selama lebih dari 24 jam atau jika pengguna
tidak mengetahui bahwa plesternya terlepas lalu menghentikan siklus kontrasepesi dan memulai siklus baru
dengan memasang plester baru, mulai dengan ’Hari 1’ yang baru. Penambahan kontrasepsi non-hormonal
harus digunakan selanjutnya selama 7 hari pertama pada siklus yang baru.
Jika penggunaan plester baru pada awal siklus yang baru tertunda, perlindungan kontrasepsi akan hilang.
Plester yang baru sebaiknya dipasang segera begitu ingat untuk memulai pada ’Hari 1’ baru. Penambahan
metode kontrasepsi non-hormonal sebaiknya digunakan pada 7 hari pertama pada siklus yang baru. Jika
hubungan dilakukan selama interval bebas plester, kemungkinan masa subur sebaiknya dipertimbangkan.
Jika penggunaan plester pada pertengahan siklus tertunda (misplester tidak diganti pada hari ke-8 atau hari
ke-15) maka:

 sampai 48 jam, segera dipasang plester baru; plester selanjutnya diganti pada sisa hari yang
sama dan tidak diperlukan tambahan kontrasepsi.
 lebih dari 48 jam, perlindungan dari kontrasepsi akan hilang. Hentikan siklus dan segera memulai
siklus 4 minggu yang baru dengan memasang plester yang baru dengan memulai ’Hari 1’ baru.
Penambahan kontrasepsi non- hormonal sebaiknya digunakan selama 7 hari pertama pada siklus
yang baru. Jika plester tidak dilepaskan sampai akhir siklus (hari ke-22), lepaskan secepat
mungkin dan mulai siklus selanjutnya di ’hari pergantian” seperti biasa, setelah hari ke-28; tidak
diperlukan kontrasepsi tambahan.

Interaksi
Efektivitas dari kontrasepsi oral kombinasi  maupun yang hanya mengandung progesteron akan
menurun jika berinteraksi dengan obat yang menginduksi aktivitas enzim hepatik (misalnya karbamazepin,
griseofulvin, modafinil, nelfinavir, nevirapin,  okskarbazepin, fenitoin, fenobarbital, ritonavir, topiramat,
rifabutin serta rifampisin). Kondom dan juga kontrasepsi kerja panjang seperti kontrasepsi injeksi, lebih tepat
untuk pasien dengan infeksi HIV atau dengan risiko infeksi HIV dan saran tentang kemungkinan interaksi
dengan obat antiretrovirus sebaiknya diberikan oleh dokter spesialis yang menangani HIV. Untuk penggunaan
obat yang menginduksi enzim tetapi jangka pendek, dosis kontrasepsi kombinasi oral sebaiknya disesuaikan
sehingga didapat kadar etinilestradiol 50 mcg atau lebih setiap hari, selanjutnya sebaiknya diperhatikan
kemungkinan diperlukan kontrasepsi tambahan selama mengunakan obat yang menginduksi enzim dan 4
minggu setelah penghentian obat.

Alasan Penghentian Segera


Kontrasepsi kombinasi hormonal atau terapi sulih hormon (HRT) sebaiknya dihentikan (tunda
investigasi dan pengobatan), jika terjadi gejala-gejala berikut:
 nyeri berat pada dada yang muncul dengan tiba-tiba (bahkan jika tidak menyebar pada lengan
kiri);
 kesulitan bernafas dengan tiba-tiba (atau batuk dengan noda darah pada sputum);
 nyeri berat pada betis pada satu kaki;
 nyeri berat pada perut;
 keluhan neurologi serius termasuk yang tidak biasa, sakit kepala yang berat dan berkepanjangan
khususnya baru pertama kali terjadi atau yang makin memburuk atau hilangnya pandangan
sebagian atau seluruhnya atau kehilangan pendengaran dengan tiba-tiba atau gangguan
kemampuan persepsi lainnya atau disfasia atau serangan sakit kepala atau pingsan atau kejang
epilepsi yang baru pertama kali terjadi atau kelemahan, gangguan motorik, mati rasa yang
mempengaruhi satu sisi atau satu bagian dari tubuh;
 hepatitis, ikterus, pembesaran hati;
 tekanan darah sistolik di atas 160 mmHg dan diastolik 100 mmHg;
 imobilitas jangka panjang setelah operasi atau luka pada kaki;
 ada faktor risiko yang menjadi kontraindikasi pemberian obat.

Kontrasepsi Darurat-Metode Hormonal


Levonorgestrel digunakan dalam kontrasepsi hormonal darurat. Obat ini akan efektif jika diberikan
dalam waktu 72 jam (3 hari) setelah senggama yang tidak terlindungi. Penggunaan obat secepat mungkin
akan meningkatkan efektivitas. Kontrasepsi hormonal darurat kurang efektif dibanding pemasangan AKDR.
Jika terjadi muntah dalam 3 jam setelah menggunakan levonorgestrel, dosis pengganti dapat diberikan. Jika
diperlukan antiemetik, dianjurkan digunakan domperidon.
Saat meresepkan kontrasepsi hormonal darurat, dokter sebaiknya menjelaskan:

 bahwa periode/siklus mens berikutnya dapat lebih cepat atau terlambat;


 bahwa metode pelindung perlu digunakan sampai periode/siklus mens berikutnya;
 cepat kembali ke dokter jika terjadi nyeri pada abdomen bawah karena hal ini dapat merupakan
pertanda kehamilan ektopik (dan juga pada 3 sampai 4 minggu jika darah menstruasi selanjutnya
tidak normal, encer, kental atau singkat, atau tidak terjadi, atau jika sebaliknya).

Dosis: 
1 tablet tiap hari pada jam yang sama; dilanjutkan sesuai dengan petunjuk pada pak obat; bila
terlambat 12 jam makan pil, daya kontrasepsinya berkurang. Pak pertama dimulai pada hari pertama daur
haid; bila terlambat memulai, sebaiknya gunakan kontrasepsi pelindung selama 7 hari pertama.

 Sediaan monofasik 21 tablet: setelah selesai 1 pak, berikan tenggang waktu 7 hari sebelum mulai
dengan pak yang baru.
 Sediaan monofasik 28 tablet: setelah selesai 1 pak, langsung dilanjutkan dengan pak yang baru.
 Sediaan trifasik: mulai dengan tablet berjumlah 6 pada hari pertama daur haid.
KONTRASEPSI ORAL PROGESTERON (KOP)

kontrasepsi oral progesteron (KOP) merupakan alternatif kontrasepsi hormonal bagi wanita yang
tidak dapat menerima estrogen, termasuk pasien dengan riwayat trombosis vena. KOP ini cocok untuk wanita
lansia, perokok berat, penderita hipertensi, kelainan katup jantung, diabetes melitus, atau migrain.

Interaksi
Efektivitas KOP tidak dipengaruhi oleh antibakteri yang tidak menginduksi enzim hati. Tetapi
efektivitas KOP dikurangi oleh obat penginduksi enzim, sehingga dianjurkan menggunakan metode
kontrasepsi alternatif atau tambahan selama penggunaan obat atau 4 minggu setelah penghentian obat.

Lupa Minum Pil


Bila 1 pil terlupa, segera makan saat disadari, dan lanjutkan jadwal yang biasa. Bila terlambat 3 jam
makan pil, maka daya lindung pil hilang. Lanjutkan makan pil, tetapi jangan lakukan sanggama selama 7 hari
berikutnya atau gunakan kondom.

KONTRASEPSI ORAL PROGESTIN

Efek Samping: 
Kekacauan pola haid; mual, muntah, sakit kepala; nyeri payudara, depresi, perubahan berat badan,
kelainan kulit.

Dosis: 
1 tablet setiap hari pada jam yang sama; mulai pada hari pertama daur haid; bila terlambat 3 jam
makan pil, maka harus dianggap telah "kelupaan pil", lihat keterangan di atas. Catatan: penggantian sediaan
dari KOK langsung dilakukan setelah pil aktif yang terakhir.

DESOGESTREL

Interaksi: 
Dengan hidantoin barbiturat, pirimidon, karbamazepin, rifampisin; okskarbamazepin, rifabutin,
rosiglitazon, felbamat dan griseofulvin atau obat yang menginduksi enzim hepatic.

Efek Samping: 
Sakit kepala; peningkatan berat badan; sakit pada payudara; mual; perdarahan ireguler; amenore;
jerawat; perubahan suasana hati; penurunan libido.

Dosis: 
Tablet diminum dengan air secukupnya setiap hari dan pada waktu yang kurang lebih sama sesuai
dengan petunjuk arah pada kemasan. 1 tablet diminum setiap hari selama 28 hari secara berturutan.
Kemasan berikutnya harus dimulai segera setelah kemasan lama habis.

DESOGESTREL + ETINIL ESTRADIOL


Interaksi: 
Obat yang menginduksi enzim mikrosomal (hidantoin, barbiturat, pirimidon, karbamazepin,
rifampisin, okskarbamazepin, topiramat, ritonavir, rifabutin, rosiglitazon, felbamat dan griseofulvin)
meningkatkan bersihan hormon kelamin. Antibiotik (ampisilin dan tetrasiklin).

Efek Samping: 
Umum: perubahan suasana hati, sakit kepala, mual, sakit pada perut, nyeri pada payudara. Tidak
umum: retensi cairan, penurunan libido, migrain, muntah, diare, ruam, urtikaria, pembesaran
payudara. Jarang: hipersensitivitas, peningkatan libido, intoleransi kontak lensa, tromboembolik arterial dan
vena, eritema nodusum, eritema multiform, keluar cairan dari vagina, keluar cairan dari payudara, penurunan
berat badan.

Dosis: 
1 tablet sehari, pada waktu yang sama dengan sedikit air. Dimulai dengan tablet yang besar (aktif)
selama 21 hari berturut-turut diikuti dengan tablet kecil selama 7 hari. 

LEVONORGESTREL

Interaksi:
Pemberian bersamaan dengan ampisilin, rifampisin, kloramfenikol, neomisin, sulfonamida,
tetrasiklin, barbiturat dan fenilbutazon, fenitoin, griseofulvin, karbamazepin dan pirimidon dapat
menurunkan efek kontrasepsi.

Efek Samping: 
Mual; muntah; pendarahan uterus yang tidak teratur; breast tenderness, sakit kepala; pusing
dan fatigue.
Dosis: 
Dua tablet levonorgestrel (1,5 mg) sekaligus secepat mungkin, sebaiknya dalam 12 jam namun tidak
boleh lebih dari 72 jam setelah intercourse. Levonorgestrel dapat diberikan selama siklus menstruasi. Jika
terjadi muntah dalam 3 jam setelah pemberian, dosis diulang kembali.

KONTRASEPSI INJEKSI PROGESTIN (KIP) DAN PLASTER

Medroksi progesteron asetat (MPA) adalah kontrasepsi kerja lama yang sama efektifnya dengan
KOK. Namun, karena efek samping yang berupa gangguan pola haid, cara ini dianjurkan untuk akseptor
bermotivasi tinggi dan telah mendapat cukup konseling tentang perdarahan. Noretisteron
enantat merupakan KIP dalam larutan minyak yang memberi perlindungan selama 8 minggu sehingga dapat
digunakan sebagai pelindung sementara sebelum vasektomi efektif. Sifat lain sama dengan MPA, kecuali
bahwa hormon ini menekan ovulasi sehingga akseptor terlindung dari kehamilan ektopik dan kista
ovarium. Levonorgestrel memperlihatkan efektivitas yang setara dengan MPA, hanya saja dengan sistem
plester, efeknya bertahan 3 tahun. Berbeda dengan KIP, efek kontrasepsi segera hilang setelah plester
diangkat. Pada wanita dengan indeks masa tubuh lebih dari 35 kg bb/m2, kadar estrogen dalam darah lebih
rendah, sehingga efek tidak bertahan sampai 3 tahun, jadi plester harus diangkat sebelum 3 tahun. Dokter
yang memasang dan mencabut plester harus menguasai tekniknya dan memberikan konseling kepada
akseptor. Interaksi efektivitas KIP tidak dipengaruhi oleh antibakteri yang tidak menginduksi enzim hati.
Tetapi efektivitas noretisteron dan etonogestrel (tetapi bukan MPA) dikurangi oleh obat penginduksi enzim
sehingga dianjurkan digunakan kontrasepsi tambahan selama penggunaan obat atau 4 minggu setelah
penghentian obat atau kontrasepsi alternatif harus dipertimbangkan jika obat penginduksi enzim digunakan
dalam jangka panjang.

KONTRASEPSI SPERMISIDAL

Kontrasepsi spermisidal berguna untuk pengaman tambahan tapi tidak memberi perlindungan yang cukup
jika digunakan secara tunggal kecuali jika kesuburan telah berkurang secara nyata; efektif digunakan bersama
metode pelindung. Kontrasepsi spermisidal memiliki 2 komponen: spermisida dan zat yang dapat
menghambat efek aktivitas sperma.

ANJURAN. Sediaan seperti petroleum jeli, minyak bayi (baby oil)  dan salep vagina minyak serta sediaan untuk
rektal mungkin dapat merusak kondom dan diafragma yang terbuat dari karet lateks, akan menurunkan
efektivitas kontrasepsi metode pelindung dan perlindungan terhadap penyakit menular seksual (termasuk
HIV).

Anda mungkin juga menyukai