Anda di halaman 1dari 24

Nama : Alse Kepermunanda Nim : 030.06.020 KONTRASEPSI ORAL A.

DEFINISI Kontrasepsi Kontrasepsi ialah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan yang dapat bersifat sementara ataupun bersifat permanen. Kontrasepsi oral Pil kontrasepsi adalah suatu alat yang memiliki cara kerja pematangan telur agar tidak dapat dibuahi. Tablet yang mengandung hormon estrogen dan progesteron dengan kombinasi yang beragam (Helen Farrer,2001). Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pil kontrasepsi adalah suatu alat memiliki cara kerja pematangan telur agar tidak dapat dibuahi yang mengandung hormon estrogen dan progesteron dengan kombinasi yang beragam. B. MACAM PIL KONTRASEPSI Tausk (1975) membagi macam macam pil kontrasepsi menjadi Pil Kombinasi, Pil Sekuensial, Pil Normofasik, Mini Pil, After Morning Pills dan Pil Tiga Fase. 1. Pil kombinasi Adalah pil kontrasepsi berisi estrogen maupun progesteron (progestagen, gestalten). Dosis estrogen ada yang 0,05 ; 0,08 dan 0,1 mg pertablet. Sedangkan dosis dan jenis progesteronnya bervariasi dari masing-masing pabrik pembuatnya. Pil KB yang mengandung estrogen dan progesteron dan diminum sehari sekali. Estrogen dalam pil oral kombinasi, terdiri dari etinil estradiol dan mestranol. Dosis etinil estradiol 30-35 mcq. Dosis estrogen 35 mcq

sama efektifnya dengan estrogen 50 mcq dalam mencegah kehamilan. Progestin dalam pil oral kombinasi, terdiri dari noretindron, etindiol diasetat , linestrenol, noretinodel, norgestrel, levonogestrel, desogestrel dan gestoden.

Pil oral kombinasi mempunyai 2 kemasan, yaitu : a. Kemasan 28 hari 7 pil (digunakan selama minggu terakhir pada setiap siklus) tidak mengandung hormon wanita. Sebagai gantinya adalah zat besi atau zat inert. Pil-pil ini membantu pasien untuk membiasakan diri minum pil setiap hari. b. Kemasan 21 hari Seluruh pil dalam kemasan ini mengandung hormon. Interval 7 hari tanpa pil akan menyelesaikan 1 kemasan (mendahului permulaan kemasan baru) pasien mungkin akan mengalami haid selama 7 hari tersebut tetapi pasien harus memulai siklus pil barunya pada hari ke-7 setelah menyelesaikan siklus sebelumnya walaupun haid datang atau tidak. Jika pasien merasa mungkin hamil, ia harus memeriksakan diri. Jika pasien yakin ia minum pil dengan benar, pasien dapat mengulangi pil tersebut sesuai jadwal walaupun haid tidak terjadi. Jenis pil kombinasi: 1. Monofasik Pertama kali ditemukan oleh Pincus (Pincus Pill). Jenis monofasik paling banyak digunakan saat ini. Setiap tabletnya mengandung 30 -100 g etinilestradiol (di beberapa Negara terdapat pula tablet dengan 10 dan 20 g) dan gestagen sintetik dengan dosis yang berbeda-beda. Kebanyakan efek samping yang timbul disebabkan oleh kandungan estrogen sehingga saat ini hampir semua pil kontrasepsi mempunyai kadar estrogen yang rendah (20-35 g etinilestradiol). Dari sebagian besar penelitian, pemberian dosis 50 g menimbulkan efek samping yang sangat rendah.

2. Kombinasi bertingkat Jenis ini dibuat dengan maksud lebih mengurangi efek samping yang ditimbulkan gestagen, yang dikenal dengan jenis 2 tingkat dan 3 tingkat. Pada jenis 2 tingkat, tingkat pertama dosis gestagen sangat rendah menjadi 0,05 mg dan pada tingkat kedua dosisnya menjadi 0,125 mg. Sedang dosis estrogen tidak berubah. Pada jenis 3 tingkat (contohnya Triquilar), 6 tablet pertama mengandung 0,05 mg Levonorgestrel dan 30 g etinilestradiol; 5 tablet berikutnya mengandung 0,07 mg Levonorgestrel dan 40 g etinilestradiol; 10 tablet terakhir mengandung 0,125 mg Levonorgestrel dan 30 g etinilestradiol. Jadi selain peningkatan dosis gestagen, dosis estrogen juga berubah. a. Cara kerja Pil kombinasi akan (a) menghalangi produksi gonadotropin dari hipofise secara terns menerus, sehingga tidak terjadi ovulasi (b) mengubah konsistensi lendir serviks menjadi tebal dan kental, sehingga penetrasi dan transportasi sperma akan terhalang, sulit, atau tidak mungkin sama sekali (c) merubah peristallik tuba dan rahim, sehingga mengganggu transportasi sperma maupun set telur (d) menimbulkan perubahan pada endometrium, sehingga tidak memungkinkan terjadinya nidasi dan (e) merubah kepekaan indung telur terhadap rangsangan rangsangan gonadotropin. b. Efektifitas Secara teoritis hampir 100 %, dengan angka kegagalan 0,1 % 0,7%. c. Kelebihan 1) Efektifitasnya tinggi, dapat dipercaya jika dimanakan sesuai aturan pakainya. 2) Pemakai pil dapat hamil lagi, bilamana dikehendaki kesuburan dapat dikembalikan dengan cepat. 3) Tidak mengganggu kigiatan seksual suami istri. 4) Siklus haid menjadi teratur. 5) Dapat menghilangkan keluhan nyeri haid (dismenora).

6) Untuk pengobatan kemandulan, kadang-kadang dapat dipakai untuk memancing kesuburan. 7) Untuk mengobati wanita dengan pendarahan yang tidak teratur. 8) Untuk mengobati pendarahan haid pada wanita usia muda (juvenile bleeding). 9) Dapat memperbaiki pendarahan tidak teratur yang disebabkan pemberian kontrasepsi hormonal lainnya. 10) Dikatakan dapat mengurangi angka kejadian kanker ovarium. d. Kekurangan 1) Pil harus dimakan setiap hari, kurang cocok bagi wanita yang pelupa 2) Motifasi harus diberikan secara lebih intensif 3) Bagaimanapun juga tetap ada efek sampingnya. e. Efek Samping 1) Ringan Berupa mual, muntah, pertambahan berat badan, pendarahan ridak teratur, retensi cairan, edema, mastalgia, sakit kepala, tirnbulnya jerawat, aig ringan dan keluhan ringan lainnya. Keluhan ini berlangsung pada bulan-bulan pertama pemakaian pil. 2) Berat Dapat terjadi tromboembolisme, mungkin karena terjadi peningkatan faktor-faktor pembekuan, atau karena pengaruh fasikuler secara langsung. Angka kejadian tromboembolisme ini dilaporkan 4-9 kali lebih tinggi dari wanita bukan pemakai pil dari golongan umur yang yang sama. Namun angka kematian yang terjadi amat rendah, yaitu 3 per 100 000 wanita pemakai pil, hal ini diamati pada wanita-wanita di dunia barat. Mengenai kemungkinan timbulnya karsinoma serviks uteri menurut penelitian-penelitian yang bisa di percaya di luar negeri, dikatakan bahwa tidak di peroleh hubungan yang bermakna antara pemakai pil dengan kanker servikis ataupun dengan displasia serviks. f. Kontra Indikasi 1) Absolute

Adanya gangguan fungsi hati, trombolflebitis atau riwayat trombofeblitis, kelainan serebro vaskuler, keganasa pada kelenjar mamma, dan alart reproduksi, serta adanya varises yang berat. 2) Relatif. Hipertensi, diabtes melitus, penykalt tiroid, perdarahan abnormal pervaginaan, yang tidak jelas penyebabnya, penyakit jantung dan penyakit ginjal_serangan asma bronkial, eksema luas, migraine yang hebat, sering serangan epilepsi, serta mioma uteri. 2. Pil Sikuensial Cara ini banyak dipakai pada tahun enam puluhan, sedangkan dewasa ini nampaknya menjadi kurang populer. Pil dibuat seperti urutan hormon yang dikeluarkan ovariun pada tiap siklus. Maka berdasarkan urutan hormon tersebut, estrogen hanya diberikan selama 14-16 hari pertama diikuti oleh kombinasi progestron dan estrogen selama 5-7 hari terakhir. Terdiri dari 14-15 pil KB/kontrasepsi oral yang berisi derivat estrogen dan 7 pil berikutnya berisi kombinasi estrogen dan progestin. Cara penggunaannya sama dengan tipe kombinasi. Efektivitasnya sedikit lebih rendah dan lebih sering menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan. a. Cara pemakaian Mula-mula makanlah pil yang berisi estrogen selama 2 minggu, diteruskan dengan memakan pil kombinasi selama 1 minggu, lalu selama satu minggu tidak makan pil apapun. Pada akhir minggu ke empat akan terjadi perdarahan haid (Withdrawal bleeding). b. Cara kerja Khasiat utama pil sekuensial adalah menghambat ovulasi. Doses estrogen yang ada lebih tinggi daripada dosis estrogen dalam pil kombinasi. Berhubung tidakadanya progesteron pada 2 minggu pertama, maka kelupaan makan pil 1 hari daja akan menyebabkan ovulasi, sehingga masih mungkin terjadinya kehamilan. c. Indikasi

Pada wanita hipoestrogenik, haid yang tidak teratur, hipofertil, haid yang sering terlambat, dan wanita dengan jerawat. d. Efek samping Sama dengan pil kombinasi e. Efektifitas Pil sikuensial saat ini kurang popouler dibandingkan pil kombinasi. Angka kegagalan lebih tinggi daripada pil kombinasi, yaitu 0,5 -1,41. Ini disebabkan bila makan pil sikuensial ini tidak boleh lupa, dapat terjadi kehamilan. 3. Pil Normofasik Pil ini kerjanya beda diantara cara kerja pil kombinasi dan cara, kerja pil sekuensial, namun lebih mendekati cara sekuensial. Selama 7 hari pernah hanya diberi pil yang mengandung estrogen saja, kemudian disusun dengan kombinasi estrogen dan progesteron selama 15 hari. Cara kerjanya adalah dengan menyebabkan serviks jadi tidak dapat ditembus oleh sperma dalam waktu yang lama, ditambah khasiat menghambat ovulasi. 4. Pil Trifasik Adalah pil kontrasepsi yang lebih alamiah dan diminum dalam 3 fase siklus haid dengan dosis yang berbeda-beda. Untuk setiap fase beda warnanya. 6 tablet warna coklat berisi levonorgestrel 50 g dan etinil estradiol 50 g 5 tablet warna putih berisi levonorgestrel 75 g, dan etinil estradiol 40 g 10 tablet warna kuning berisi, levonorgestrel 125 g dan etinil estradiol 30 g, Pil kontrasepsi ini mulai diminum pada hari ke 5 haid setiap hari, sebaiknya setelah makan malam atau sebelum tidur malam, yang sudah beredar di Indonesia adalah Trinordiol (Wyeth) dan Triduilar (Scuring).

5. Pil mini (Low Dose continuoous progesteron) Adalah pil kontrasepsi yang hanya tersiri dari progesteron saja, dalam dosis rendah (0,5 mg atau kurang) dan diberikan terus menerus setiap hari tanpa berhenti. Pil mini kadang-kadang disebut pil masa menyusui. Pil mini yaitu pil KB yang hanya mengandung progesteron saja dan diminum sehari sekali. Berisi derivat progestin, noretindron atau norgestrel, dosis kecil, terdiri dari 21-22 pil. Cara pemakaiannya sama dengan cara tipe kombinasi. Dosis progestin dalam pil mini lebih rendah daripada pil kombinasi. Dosis progestin yang digunakan adalah 0,5 mg atau kurang. Karena dosisnya kecil maka pil mini diminum setiap hari pada waktu yang sama selama siklus Contoh haid pil bahkan mini, selama yaitu haid. :

a. Micrinor, NOR-QD, noriday, norod menganddung 0,35 mg noretindron. b. Microval, noregeston, microlut mengandunng 0,03 mg levonogestrol. c. d. Ourette, Exluton a. Cara kerja Mekanisme kerja pil miji belum diketahui benar, namun menurut penyelidik, akan menyebabkan perubahan pada lendir serviks menjadi kental dan mengurangi jumlahnya, sehingga sukar ditembus oleh sperma. Dilaporkan pula bahwa 75% pemakai cara ini ovulasi masih terjadi, sedangkan 50% diantaranya mukosa rahim tetap dalam keadaan normal. b. Efektifitas Angka kegagalan agak tinggi, yaitu 0,2 - 1,2. c. Efek Samping Sering terjadi pendarahan yang tidak teratur, efek samping lainnya lebih kurang dibanding pil kombinasi. noegest mengandung 0,5 0,5 mg mg norgeestrel. linestrenol. mengandung

e. Femulen mengandung 0,5 mg etinodial diassetat

6.Pil Pagi (after morning pills) Disebut juga kontrasepsi pasca coitus (past-coital contraception). Adalah pil berisi estrogen dosis tinggi yang dimakan pada pagi hari setelah melakukan koitus pada malam harinya. Biasanya diberikan untuk mencegah kehamilan pada koitus yang tidak terlindungi, misalnya pada perkosaan kondom, kondom yang bocor atau koyak, dan sebagainya. Pil yang dipakai adalah Lynoral dengan dosis 1 mg pertablet dan stilbesterol dengan 25 mg dan 50 mg. Menurut Haspel, dalam 24-48 jam setelah atau koitus yang tidak terlindungi takut terjadi kehamilan, dapat di berikan 3-5 mg Lynoral tiap hari selama 5 hari. a. Efek Samping Karena, diberikan estrogen dosis tinggi, maka efek samping yang sering terjadi adalah mual-mual (50%) dan muntah (20%). 7.Once A Moth Pill Pil hormon yang mengandung estrogen yang long acting yaitu pil yang diberikan untuk wanita yang mempunyai Biological Half Life panjang. Jenis kontrasepsi oral yang lain dan sudah tersedia, namun masih terbatas antara lain : 1. Mifepristone, yaitu alat kontrasepsi oral harian yang mengandung anti progesteron yang digunakan dalam uji klinis penelitian. 2. Ormeloxifene (centchroman), yaitu alat kontrasepsi oral yang berupa modulator reseptor estrogen yang digunakan 1-2 kali per minggu dan hanya tersedia di India.

KONDISI-KONDISI DIMANA KONTRASEPSI ORAL KOMBINASI DAPAT DIGUNAKAN MENURUT WHO (kategori 1 dan 2) : Kategori 1: Suatu kondisi dimana tidak ada larangan dalam penggunaan metode kontrasepsi

(metode dapat digunakan) Kategori 2 : Suatu kondisi dimana keuntungan-keuntungan pada penggunaan metode ini lebih besar disbanding dengan resiko teoritis atau terbukti (metode dapat digunakan) 1. Menarke sampai diatas 40 tahun 2. Nulipara maupun multipara 3. > 6 bulan postpartum (meneteki) dan > 21 hari postpartum (tidak meneteki) 4. Pasca abortus dan pasca kehamilan ektopik tergangguataupun riwayat operasi daerah pelvis 5. Merokok dengan usia < 35 tahun 6. Kegemukan (IMT > 30 kg/m2) 7. Riwayat tekanan darah tinggi dalam kehamilan 8. Riwayat keluarga dengan penyakit trombosis vena profunda/emboli paru ( ayah-ibu) 9. Pasca bedah besar/kecil tanpa imobilisasi 10. Penyakit trombosis vena superficial 11. Penyakit katup jantung tanpa komplikasi 12. Nyeri kepala bukan migren, epilepsi 13. Perdarahan pervaginam teratur maupun tak teratur, endometriosis,tumor ovarim jinak, dismenore berat 14. Penyakit trofoblas jinak/ganas, ektropion serviks, NIS, karsinoma serviks 15. Tumor jinak payudara, massa yang belum terdiagnosis pada payudara, riwayat keluarga dengan kanker payudara, karsinoma endometrium, karsinoma, ovarium, mioma uteri 16. Penyakit inflamasi pelvis, penyakit menular seksual, HIV/AIDS, sistosomiasis, tuberkulosis, malaria 17. Diabetes tanpa komplikasi, hipertiroid, hipotiroid 18. Penyakit kandung empedu dengan gejala ataupun tidak atau yang telah dilakukan kolesistektomi, riwayat kolestasis yang berhubungan dengan kehamilan 19. Talasemia, siklemia, anemia kekurangan zat besi

20. Sedang memakai antibiotika (selain rifampicin dan griseofulvin) KONDISI-KONDISI DIMANA KONTRASEPSI ORAL KOMBINASI TIDAK DAPAT DIGUNAKAN MENURUT WHO (kategori 3 dan 4) : Kategori 3 : Suatu kondisi dimana risiko teoritis atau terbukti biasanya lebih besar dibanding dengan keuntungan menggunakan metode tersebut (metode tidak dapat digunakan) Kategori 4 : Suatu kondisi dimana memperlihatkan suatu resiko kesehatan yang tidak dapat diterima jika metode kontrasepsi digunakan (metode tidak dapat digunakan) 1. < 6 bulan postpartum (meneteki), < 21 hari post partum (tidak meneteki) 2. Merokok > 15 batang sehari dengan usia > 35 tahun 3. Berisiko menderita penyakit arteri kardiovaskuler 4. Hipertensi, penyakit pembuluh darah 5. Riwayat/menderita penyakit trombosis vena dalam/emboli paru, pasca bedah besar dengan imobilisasi yang lama 6. Riwayat/menderita penyakit jantung iskemik, riwayat serangan otak, penyakit katup jantung dengan komplikasi,hiperlipidemia 7. Nyei kepala diatas 35 tahun atau disertai gejala neurologik fokal 8. Kanker payudara 9. Diabetes dengan neuropati/retinopati/nefropati atau telah menderita selama lebih 20 tahun atau disertai penyakit vaskuler lainnya 10. Menderita penyakit kandung empedu atau telah terobati secara medis 11. Infeksi akut virus hepatitis, sirosis berat, tumor jinak dan keganasan hati 12. Riwayat kolestasis yang berhubungan dengan pemakaian kontrasepsi oral kombinasi 13. Sedang memakai obat rifampicin, griseofulvin, fenintoin, karbamazepin, barbiturat dan pirimidon. C. CARA KERJA 1 Cara Kerja Estrogen dalam Pil Kontrasepsi Estrogen mempunyai khasiat kontrasepsi dengan jalan

10

menghambat ovulasi, perjalanan sel telur atau implantasi. Dengan estrogen ini bertujuan untuk menjamin berlangsungnya siklus haid dan mengurangi insiden break through bleeding. Ovulasi di hambat melalui pengaruh estrogen dosis tinggi seperti pada after morning pills, yang diberikan pada pertengahan siklud haid. Karena akan menimbulkan efek anti progesteron, sehingga terjadi pertumbuhan endometrium yang menghambat implantasi. Perjalanan sel telur dipercepat dengan pemberian estrogen. Estrogen (estradiol) yang terkandung dalam pil yaitu etinil estradiol atau mestranol (etinil estradiol 3- metil eter). 2 Cara Kerja Progesteron dalam Pil Kontrasepsi Dalam dosis tertentu yang diatur baik, progesteron mempunyai khasiat kontrasepsi dengan menghalangi penetrasi dan transportasi sperma karena lendir serviks menjadi lebih pekat (cervical prop) dan menghambat kapasitas sperma untuk membuahi dan menembus sel telur. Jika diberikan sebelum konsepsi, maka perjalanan ovum dalam saluran telur akan terhambat, bila sebelum ovulasi, maka implantasi akan terhalangi. Selain itu penghambatan ovulasi dapat terjadi melalui jalur hipotalamus hipofisis. Adapaun progeteron yang dipakai pil kontrasepsi seperti di bawah ini a. Deriva+ dari nor testosteron yaitu noretinordel; norestisteron noretindron), inorestisteron asetat; etindiol diasetat; dimetisteron; linestrenol; dan norgestrel. b. Derivat duri hidroksi progesteron, yaitu 17 alfa hidroksi progsteron kapronat; medrokipogesteron - asetat; dihidroksiprigesteron; asetofenida; magesterol asetat; dan klornadinan asetat D. INDIKASI PENGGUNAAN PIL KONTRASEPSI Secara umum kebanyakan wanita dapat memakai pil KB dengan aman dan efektif pada : 1 2 3 4 Wanita belum mempunyai anak Remaja Wanita gemuk atau kurus Wanita usia lebih 35 tahun dan tidak merokok

11

5 6 7 8 9

Wanita merokok dengan umur kurang dari 35 tahun Wanita setelah keguguran Haidnya banyak dan nyeri Anemi kekurangan zat besi Siklus haid tidak teratur

10 Tumor jinak payudara 11 Diabetes tanpa kelainan pembuluh darah 12 Endometritis 13 Penyakit radang panggul 14 Penyakit tiroid (kelenjar gondok) 15 Mioma uteri 16 TBC (kecuali pengobatan dengan rifampicin) E. KONTRA INDIKASI PENGGUNAAN PIL KONTRASEPSI Dalam penggunaan pil kontrasepsi ini juga ada kontra indikasi sebagai berikut: 1. Kehamilan 2. Kecurigaan atau adanya carcinoma mame 3. Adanya neoplasma yang dipengaruhi oleh esterogen 4. Menderita penyakit tromboemboli, atau varises yang luas 5. Faal hepar yang terganggu 6. Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya 7. Wanita yang memiliki kadar trigliserida tinggi 8. Menderita diabetes disertai penyumbatan arteri 9. Menderita penyakit jantung dan hipertensi yang tidak diobati F. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PIL KONTRASEPSI Setiap alat kontrasepsi mempunyai baik kelebihan atau kekurangannya antara lain sebagai berikut 1 Kelebihan Pil relatif mudah di pakai. Tidak mengganggu siklus / jadwal menstruasi.

12

Mengurangi resiko kanker jenis tertentu Mengurangi angka kekambuhan kram saat menstruasi Mengurangi ketegangan premenstruasi Mengurangi perdarahan tidak teratur Mengurangi anemia Mengurangi terjadinya kista payudara dan ovarium Mengurangi kehamilan ektopik (kehamilan di luar kandungan) Mengurangi terjadinya infeksi tuba falopi

Kekurangan Beberapa hari pertama pemakaian pil, dikeluhkan beberapa penggunanya karena dirasakan mual, pusing-pusing, kelebihan dan sedikit pendarahan.

G. EFEK SAMPING DAN PENATALAKSANAAN PADA PENGGUNAAN PIL KB Efek samping kontrasepsi oral Penggunaan utama estrogen dan progestin ialah untuk kontrasepsi oral. Banyak jenis sediaan di pasaran yang dikemas sedemikian rupa sehingga penggunaannya mudah. Umumnya sediaan ini sangat efektif bila digunakan dengan tepat dan menurut aturan, dan kemungkinan konsepsi sangat kecil. Kehamilan hanya terjadi pada 0,5-1% dengan sediaan kombinasi dan agak lebih tinggi pada sediaan sekuensial. Bila preparat ini digunakan tidak menurut aturan dan sate atau 2 kali terlupakan, kemungkinan untuk hamil cukup besar. Hal ini terutama terjadi pada sediaan sekuensial dibandingkan dengan sediaan kombinasi. Karena itu, bila ingin menghindari kehamilan, penggunaan sediaan kombinasi adalah lebih baik dibandingkan sediaan sekuensial. Pada penggunaan sediaan hormon umumnya dapat timbul efek samping fisiologis atau farmakologis, padahal tujuannya hanya sebagai kontrasepsi, bukan karena defisiensi. Karena itu, sebaiknya pilih sediaan yang mengandung jumlah hormon yang lebih sedikit. Sediaan dengan jumlah estrogen lebih besar cenderung menyebabkan lebih banyak withdrawal bleeding, mual, dan mastalgia. Sediaan yang mengandung derivat 19-nortestosteron cenderung mengurangi jumlah perdarahan dan lebih banyak efek anabolik dan

13

androgenic.

Insiden efek samping pada penggunaan kontrasepsi oral dalah rendah. Perubahan tidak menetap pada metabolisme intermediet dapat terjadi. Namun, efek dalam waktu lama, seperti peningkatan trigliserid plasma atau penurunan tolerans glukosa belum dapat diramalkan. Efek samping yang sering dijumpai ialah efek samping minor dan sering ringan, serta umumnya hanya bersifat sementara. Meskipun tidak selalu perlu untuk menghentikan pengobatan, sepertiga dari semua akseptor yang mengonsumsi pil KB tipe kombinasi atau sekuensial menghentikan penggunaannya. Evaluasi keluhan yang bermakna, atau yang tidak bermakna sulit dilakukan. Pada pemakaian kontrasepsi oral yang sama, dapat timbul bermacam efek samping pada pasien yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa efek samping hanya disebabkan oleh hormon. Namun, tidak pula berarti bahwa efek samping ini dapat diabaikan. Setiap kasus harus dinilai secara tersendiri.

Efek Samping Ringan

Efek samping ringan dapat berupa:

1. Mual, mastalgia, break through bleeding dan edema yang berhubungan dengan jumlah estrogen dalam sediaan. Efek samping ini biasanya lebih sering pada sediaan sekuensial karena sediaan ini lebih banyak mengandung estrogen. Efek samping ini dapat dikurangi dengan cara beralih ke sediaan yang mengandung estrogen lebih sedikit atau sediaan yang mengandung progestasional dengan efek seperti androgen.

2. Perubahan pada protein serum dan efek lain pada endokrin (lihat atas) harus diperhatikan bila mengevaluasi fungsi tiroid, adrenal, dan hipofisis. Peningkatan hematokrit diduga disebabkan oleh meningkatnya kadar fibrinogen.

14

3. Perubahan psikologis biasanya bersifat sementara dan tidak bisa diramalkan untuk setiap sediaan. Pada umumnya, pasien-pasien merasa tenang karena mereka terlepas dari kecemasan akan kehamilan. Beberapa pasien merasakan gejala yang dirasakan pada masa pramenstrual, yakni mudah terangsang (iritable) dan depresi sepanjang siklus.

4. Sakit kepala, biasanya ringan dan bersifat sementara. Migrain menjadi lebih buruk, dan pernah dilaporkan adanya peningkatan cerebrovnscular accident (CVA). Bila hal ini terjadi atau bila migrain terjadi selama masa terapi dengan pil KB, penggunaan pil KB harus dihentikan.

5. Libido meningkat atau menurun pada beberapa pasien, tetapi kebanyakan tidak berubah. Perubahan yang sama juga dijumpai pada terapi dengan plasebo.

6. Withdrawal bleeding kadang-kadang tidak terjadi, sering pada preparat kombinasi, yang dapat dikelirukan dengan kehamilan. Bila hal ini terjadi dan mengganggu pasien, dianjurkan untuk mengganti sediaan sekuensial atau mengubah cara KB dengan metode lain.

Efek Samping yang Lebih Mengganggu

Efek samping berikut memerlukan penghentian penggunaan pil KB:

1. Break through bleeding lebih sering terjadi pada sediaan sekuensial. Perdarahan yang hebat kadang-kadang dapat dikurangi dengan mengganti sediaan kombinasi, terutama yang mengandung androgen mirip-progestin.

2. Bertambahnya berat badan, lebih sering terjadi pada sediaan kombinasi mengandung progestin androgen. Hal ini dapat dikontrol dengan beralih ke sediaan sekuensial atau dengan diet.

15

3. Bertambahnya pigementasi kulit, lebih menonjol pada wanita yang berkulit gelap. Biasanya cenderung meningkat bersamaan dengan waktu. Insidennya 5% pada akilir tahun pertama dan sekitar 40% pada akhir tahun ke-8. Diduga diperhebat oleh adanya defisiensi vitamin B. Pigmentasi biasanya tidak menetap dan hilang setelah penghentian pengobatan, tapi pada beberapa kasus hilangnya pigmentasi sangat lambat.

4. Jerawat, dapat menjadi banyak akibat pemakaian sediaan yang mengandung androgen mirip-progestin, sedangkan sediaan yang mengandung estrogen dalam jumlah besar sering menimbulkan penyembuhan jerawat.

5. Hirsutisme, dapat diperhebat oleh derivat 19-nortestosteron. Oleh karena itu, sediaan ini diganti dengan kombinasi yang mengandung non-androgenik progestin atau sediaan sekuensial.

6. Dilatasi ureter seperti pada masa kehamilan pernah dilaporkan, terapi tidak ada peningkatan infeksi traktus urinarius.

7. Infeksi vagina lebih sering terjadi dan lebih sulit diobati pada wanita yang minum pil KB.

8. Amenore akibat penghentian terapi. Setelah penghentian pil KB, 95% pasien dengan anamnesa menstruasi yang normal akan kembali mengalami menstruasi seperti semula, dan hanya sedikit saja yang menstruasinya akan normal setelah periode beberapa bulan. Namun, beberapa pasien tetap mengalami amenore untuk beberapa tahun. Kebanyakan pasien tersebut mengalami galaktore. Pasien yang biasJnya mengalami menstruasi tidak teratur sebelum makan pil KB, terutama lebih banyak mengalami amenore yang berkepanjangan setelah pil KB-nya dihentikan.

16

Efek Samping yang Berat

Ikterus-Banyak kasus ikterus dilaporkan pada pasien yang minum pil KB. Dalam hal ini ada pengaruh genetik. Ikterus yang disebabkan oleh pil KB, mirip dengan yang disebabkan oleh steroid yang mengalami substitusi 17 alkil. Hal ini sering dijumpai pada 3 siklus pertama, terutama pada wanita dengan anamnesa ikterus kolestatik dalam masa kehamilannya. Biopsi hepar menunjukkan adanya sumba tan empedu sepanjang kanalikuli dan kadangkadang terdapat nekrosis fokal.

Serum alkalin fosfatase dan SGPT meningkat. Retensi BSP, peningkatan Thymol turbidity dijumpai pada beberapa pasien yang menunjukkan kerusa k- an struktur hati. Ikterus dan gatal-gatal lenyap dalam 1-8 minggu setelah pil KB dihentikan.

Kelainan Vaskular

Kelainan yang paling serius yang dijumpai berhubungan dengan peng-gunaan pil KB ialah tromboflebitis, emboli paru dan serebrovaskular trombosis. Insiden tromboemboli 5-10 kali lipat pada ibu-ibu yang minum pil KB. Penyebab tromboflebitis ini belum diketahui. Ibu-ibu dengan golongan darah 0 mempunyai kemungkinan untuk men-derita efek samping vaskular ini lebih kecil dibandingkan ibu dengan golongan darah A, B, dan AB.

Depresi

Dalam derajat tertentu, depresi dapat terjadi pada 6% ibu dan mungkin memerlukan penghentian penggunaan pil KB.

Peningkatan Tekanan Darah

Beberapa pasien menunjukkan peningkatan tekanan darah selama mendapat pil KB.

17

Selain efek-efek samping tersebut di atas, efek samping lain yang penyebabnya masih belum jelas juga telah dilaporkandalam hal ini termasuk alopesia, eritema multiform, eritema nodosum, dan kelainan kulit lainnya.

Kontraindikasi dan Perhatian

Kontraindikasi kontrasepsi oral ialah tromboflebitis, fenomena tromboembolik, dan kelainan serebrovaskular ataupun penderita dengan riwayat penyakit ini sebelumnya. Kontrasepsi oral sebaiknya tidak diberikan untuk terapi perdarahan per vaginam bila penyebabnya tidak diketahui.. Kontrasepsi oral jangan diberikan pada penderita yang diketahui men-derita tumor pada mamae atatt neoplasma lain yang bergantung pada estrogen. Pasien dengan penyakit hepar, asma, migrain, diabetes, hipertensi, dan gangguan kejang jangan diberi pil KB karena dapat menimbulkan serangan yang lebih hebat. Karena pil KB dapat menyebabkan edema, obat ini sebaiknya jangan diberikan; atau diberikan dengan perhatian khusus pada pasien dengan kelemahan jantung kongestif atau pada penderita dengan edema sebagai keadaan yang berbahaya. Estrogen dapat meningkatkan pertumbuhan fibroid. Karena itu, wanita dengan tumor ini harus diberikan estrogen dalam jumlah paling kecil atau dipilih progestin dengan efek androgenik tinggi dan menghindarkan obat sekuensial Pernah dilaporkan bahwa pil KB dapat memperburuk penyakit hepar, asma, eksem, migrain, epilepsi, diabetes, hipertensi dan neuritis optik, atau neuritis retrobulbair yang sudah ada.

Sekarang pil KB merupakan kontraindikasi untuk remaja yang pertumbuhan epifisenya (epiphyseal closure) belum lengkap. Dalam penelitian diketahui bahwa baik estrogen maupun progestin tunggal efektif sebagai kontrasepsi. Klormadinon atau norgestrel diberi per oral dalam dosis kecil. Medroksiprogesteron atau noretisteron enantat diberikan sebagai suntikan tiga bulan sekali atau implantasi subkutan suatu silastic capsule yang mengandung megestrol asetat. Semua obat tersebut dapat mencegah kehamilan. Suntikan pellet sering disertai perdarahan. Estrogen dalam dosis besar diberi untuk beberapa hari segera setelah koitus (48 jam) pada masa ovulasi dapat mencegah kehamilan. Namun, dosis besar ini tidak 18

menyenangkan karena menyebabkan mual dan muntah.

Penatalaksanaan efek samping pada pemakaian pil KBadalah sebagai berikut: 1 EFEK SAMPING Amenore (tidak perdarahan atau spotting) PENANGANAN ada Periksa dalam atau tes kehamilan, bila tidak hamil dan klien minum pil dengan benar, tenangkan pasien. Tidak datang haid Tidak kemungkinan besar karena kurang adekuatnya efek estrogen terhadap endometrium. perlu pengobatan khusus. Coba berikan pil dengan dosis estrogen 50 g, atau dosis progestin dikurangi. Bila klien hamil intrauterin, hentikan pil dan yakinkan pasien bahwa pil yang telah diminumnya tidak punya efek pada janin. 2 Mual, pusing, atau muntah Tes kehamilan, atau pemeriksaan ginekologik. (akibat reaksi anafilatik) 3 Perdarahan pervaginam/spotting Bila tidak hamil minum pil saat makan malam, atau sebelum tidur. Tes kehamilan atau pemeriksaan ginekologik. Sarankan minum pil pada waktu yang sama. Jelaskan bahwa perdarahan/spotting hal yang biasa terjadi pada 3 bulan pertama dan lambat laun akan berhenti. Bila perdarahan tetap saja terjadi, ganti pil dengan dosis estrogen lebih tingggi (50 g) sampai perdarahann teratasi, lalu kembali ke dosis awal. Bila perdarahan timbul lagi, lanjutkan lagi dengan dosis 50 g atau ganti dengan metode kontrasepsi yang 4 Penurunan Libido lain. Penyebabnya adalah hormon estrogen atau progesteron yang terkandung dalam pil dapat mengikat testosteron, hormon yang

19

bertanggung jawab atas sebagian besar libido. Jika mengalami ini, alat kontrasepsi diganti dengan yang tidak mengandung hormon, 5 1-2% wanita misalnya kondom, IUD, dll. mengalami Hormon progresteron dalam pil KB dapat menurunkan kadar seratonin di otak. Tingkat seratonin yang rendah dapat memicu munculnya depresi. Untuk mengurangi efek tersebut, dapat menggunakan pil KB dengan dosis rendah. 6 Jika pemakaian pil KB Jika secara tiba-tiba timbul nyeri dada atau dihentikan dan segera memeriksakan diri karena gejala tersebut mungkin menunjukan adanya bekuan darah di dalam vena tungkai dan kemungkinan menuju paru-paru. Pil KB dan pembedahan menyebabakan meningkatnya resiko pembentukan bekuan darah, sehingga 1 bulan sebelum menjalanipembedahan, pemakaian pil harus dihentikan dan baru mulai dipakai lagi 1 bulan setelah pembedahan. 7 Melasma (bercak-bercak Melasma akan menghilang secara perlahan

depresi dan kesulitan tidur

dengan dosis tinggi, terjadi nyeri tungkai, pemakaian pil KB harus segera bekuan darah

berwarna gelap di wajah). setelah pemakaian pil KB dihentikan. Jika terkena sinar matahari, bercak semakin gelap 8 Jika pemakaian lebih dari 5 wanita yang menggnakan pil KB harus rutin tahun, kakner 9 meningkat. Penambahan resiko leher Berat terjadinya menjalani pemeriksaan Pap smear (minimal 1 rahim kali/tahun). badan Memilih pil dengan dosis progesteron rendah.

pada pemakaian dengan dosis 20

progesteron

tinggi

(terjadi

karena meningkatnya nafsu makan dan penahanan cairan) , jerawat dan kecemasan.

H. HAL-HAL

YANG

PERLU

DIPERHATIKAN

PEMAKAIAN

KONTRASEPSI ORAL 1. Catatan-Catatan Untuk Pemakai Pemakai Pil KB a.Makanlah pil pada waktu yang sama (setiap sore hari atau malam hari) b. Setiap pagi dilakukan kontrol apakah pil kemarin sudah di makan. Jika anda lupa, makanlah 2 pil pada sore hari. c.Jika ada lupa, maka makanlah 2 pil hari ini, dan 2 pil lagi keesokan harinya. d. Jika lupa memakan 3 pil, tunggulah selama 7 hari memakan pil terakhir, kemudian mulailah makan pil KB dari bungkus baru. Dalam jangka waktu 1 minggu tidak makan pil tadi, carilah data kontrasepsi lain untuk melindungi diri anda dari kehamilan. e.Jika anda lupa lebih dari 3 pil, maka kemungkinan kegagalan (hamil) menjadi lebih besar. f. Anggaplah selalu bahwa bungkus pertama kurang aman. g. Jika terdapat bercak pendarahan (spotting) makanlah dua pil dosis (digandakan) setiap hari selama 5 hari. Pil untuk penggandaan ini hendaknya diambil dari bungkus lain, supaya tidak mengganggu keteraturan jadwal memakan pil. h. Jika dengan cara ini perdarahan tidak terhenti, segeralah berkonsultasi dengan dokter anda. i. Withdrawal bleeding (haid), terjadi hari ke 3-4 sesudah pil kombinasi habis. Jika tidak terjadi haid, pil pertama dari bungkus baru dapat di mulai memakannya seminggu setelah pil habis. j. Jika selama memakan pil kontrasepsi timbul keluhan seperti kejangkejang pada tungkai bawah, sakit kepala berat, gangguan penglihatan (visus), atau rasa nyeri atau sakit di dada, maka segeralah konsultasi 21

dengan dokter anda. k. Para pemakai pil KB dangat dianjurkan untuk m elakukan pemeriksaan sitologi vagina (Papanicolau Smear) dan pemeriksaan payudara setahun sekali. 2. Pengawasan harus dilakukan jika pil KB digunakan oleh: a. Wanita yang mengalami depresi b. Wanita yang sering mengalami sakit kepala migren c. Wanita yang merokok tetapi berusia dibawah 35 tahun d. Wanita yang pernah menderita hepatitis atau penyakit hari lainnya tetapi telah sembuh total.

22

DAFTAR PUSTAKA 1. Everett,Suzanne,2007, Kontrasepsi & Kesehatan Seksual

Reproduktif,Jakarta : EGC. 2. Sulistyawati,Ari:2011, Pelayanan Keluarga Berencana,Jakarta : Salemba Medika. 3. Prawirohardjo,Sarwono,2006, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi,Jakarta : YBP SP. 4. MT.Indriarti,2007, Panduan Lengkap kehamilan,Persalinan & Perwatan bayi, Yogyakarta : DIGLOSIA MEDIA. 5. Prof.dr.Manuaba, Ida Bagus Gde,SpoG,1998, Ilmu Kebidanan,Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, Jakarta : EGC. 6. Prawirohardjo,Sarwono,2006, Ilmu Kebidanan, Jakarta : YBP SP. 7. Affandi, Biran. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi 2. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo 8. Anonim. 2007. Pil KB (Oral Pil, Pil Kombinasi). Terdapat pada http://doktersehat.com/2007/02/08/pil-kb-oral-pil-pil-kombinasi/. pada tanggal 4 Juni 2010. 9. Farrer, Hellen. 1999. Perawatan Maternitas. Jakarta: EGC 10. Hartanto, Hanafi. 2004. KB dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan 11. Hellen, Varney, dkk. 2001. Buku Saku Bidan. Jakarta: EGC 12. Manuaba, Ida Bagus Gede. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC 13. Moditar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri: Obstetri Operatif, Obstetri Sosial, Edisi 2. Jakarta: EGC Diakses

23

24

Anda mungkin juga menyukai