PIL KB
Disusun
Oleh:
Kelompok 1
Nama Anggota : 1. Adisya Oktaviani (PO.71.24.1.18.001)
2. Andini (PO.71.24.1.18.002)
3. Annisa Nur Fadilla (PO.71.24.1.18.003)
4. Arli Meidianti (PO.71.24.1.18.004)
5. Ayu Martina D. (PO.71.24.1.18.005)
6. Azalia Meinatasha (PO.71.24.1.18.006)
7. Charisa Eka Kartika (PO.71.24.1.18.007)
Tingkat : 2 Reguler A
Mata Kuliah : Askeb KB dan Kespro
Dosen Pembimbing : Wita Asmalinda, SST, M.Kes.
B. Efektivitas
Efektivitas pada penggunaan yang sempurna adalah 99,5- 99,9% dan
97% (Handayani, 2010). Bila dipakai dengan benar dan teratur, kegagalannya
sangat kecil yakni 0.1% kehamilan pada 100 wanita pemakai atau tahun
pertama pemakaian (1:1000) Dalam pemakaian sehari-hari karena faktor
kesalahan manusia atau lupa, maka kegagalannya dapat menjadi 6-8 kehamilan
atau 100 wanita pemakai atau tahun pemakaian. Kesalahan yang sering terjadi
adalah lupa menelan pil atau terlambat memulai kemasan yang baru.
ii
Terdiri dari 21-22 pil KB/kontrasepsi oral dan setiap pilnya berisi
derivat estrogen dan progestin dosis kecil, untuk pengunaan satu siklus. Pil
KB/kontrasepsi oral pertama mulai diminum pada hari pertama perdarahan
haid, selanjutnya setiap pil hari 1 pil selama 21-22 hari. Umumnya setelah
2-3 hari sesudah pil KB/kontrasepsi oral terakhir diminum, akan timbul
perdarahan haid, yang sebenarnya merupakan perdarahan putus obat.
Penggunaan pada siklus selanjutnya, sama seperti siklus sebelumnya, yaitu
pil pertama ditelan pada hari pertama perdarahan haid.
Pil oral kombinasi mempunyai 2 kemasan, yaitu :
a. Kemasan 28 hari
7 pil (digunakan selama minggu terakhir pada setiap siklus) tidak
mengandung hormon wanita. Sebagai gantinya adalah zat besi atau zat
inert. Pil-pil ini membantu pasien untuk membiasakan diri minum pil
setiap hari.
b. Kemasan 21 hari
Seluruh pil dalam kemasan ini mengandung hormon. Interval 7 hari
tanpa pil akan menyelesaikan 1 kemasan (mendahului permulaan
kemasan baru) pasien mungkin akan mengalami haid selama 7 hari
tersebut tetapi pasien harus memulai siklus pil barunya pada hari ke-7
setelah menyelesaikan siklus sebelumnya walaupun haid datang atau
tidak. Jika pasien merasa mungkin hamil, ia harus memeriksakan diri.
Jika pasien yakin ia minum pil dengan benar, pasien dapat mengulangi pil
tersebut sesuai jadwal walaupun haid tidak terjadi.
iii
3. Pil KB atau kontrasepsi oral tipe pil mini
Pil mini kadang-kadang disebut pil masa menyusui. Pil mini yaitu pil
KB yang hanya mengandung progesteron saja dan diminum sehari sekali.
Berisi derivat progestin, noretindron atau norgestrel, dosis kecil, terdiri dari
21-22 pil. Cara pemakaiannya sama dengan cara tipe kombinasi. Dosis
progestin dalam pil mini lebih rendah daripada pil kombinasi. Dosis
progestin yang digunakan adalah 0,5 mg atau kurang. Karena dosisnya kecil
maka pil mini diminum setiap hari pada waktu yang sama selama siklus
haid bahkan selama haid.
Contoh pil mini, yaitu :
a. Micrinor, NOR-QD, noriday, norod menganddung 0,35 mg noretindron.
b. Microval, noregeston, microlut mengandunng 0,03 mg levonogestrol.
c. Ourette, noegest mengandung 0,5 mg norgeestrel.
d. Exluton mengandung 0,5 mg linestrenol.
e. Femulen mengandung 0,5 mg etinodial diassetat
4. Pil KB atau kontrasepsi oral tipe pil pascasanggama (morning after pill)
Morning after pill merupakan pil yang mengandung hormon estrogen
dosis tinggi yang hanya diberikan untuk keadaan darurat saja, seperti kasus
pemerkosaan dan kondom bocor. Berisi dietilstilbestrol 25 mg, diminum 2
kali sehari, dalam waktu kurang dari 72 jam pascasanggama, selama 5 hari
berturut-turut.
iv
D. Mekanisme Kerja
Kontrasepsi Pil KB kombinasi mempunyai mekanisme kerja menekan
ovulasi, mencegah implantasi, transfor gamet, fungsi corpus luteum dan
mengentalkan lendir serviks. Kandungan dan mekanisme kerja pil
kontrasepsi menurut Hartanto (2002) adalah sebagai berikut:
1. Mekanisme kerja Esterogen
a. Ovulasi
Esterogen menghambat ovulasi melalui efek pada hipotalamus,
yang kemudian mengakibatkan supresi pada FSH (folikel stimulating
hormone) dan LH (luthenizing hormone) kelenjar hipofise.
Penghambatan tersebut tampak dari tidak adanya esterogen pada
pertengahan siklus, tidak adanya puncak-puncak FSH dan LH pada
pertengahan siklus dan supresi post ovulasi, peninggian progesteron
dalam serum dan pegnadiol dalam urin yang terjadi pada keadaan
normal. Ovulasipun tidak selalu dihambat oleh esterogen dalam pil
kontrasepsi kombinasi (yang berisi esterogen 50 mg atau kurang).
b. Implantasi
Implantasi dari blastocyist yang sedang berkembang terjadi 6 hari
setelah fertilisasi, dan ini dapat dihambat apabila lingkungan
endometrium tidak berada dalam keadaan optimal. Kadar esterogen
dan progesteron yang berlebihan atau kurang/inadekuat atau
keseimbangan esterogen –progesteron yang tidak tepat menyebabkan
pola endometrium yang abnormal sehingga menjadi tempat yang
tidak baik untuk implantasi. Implantasi dari yang telah dibuahi juga
dapat dihambat oleh estradiol dosis tinggi yang diberikan sekitar
pertengahan siklus pada senggama yang tidak dilindungi, ini
disebabkan karena terganggunya perkembangan endometrium yang
normal.
c. Transfor gamet/ovum
Pada percobaan binatang, transfor gamet/ovum dipercepat oleh
esterogen, ini disebabkan karena efek hormonal pada sekresi dan
v
peristaltik tuba serta kontraktilitas uterus.
d. Luteolysis
Luteolysis yaitu degenerasi dari corpus luteum yang
menyebabkan penurunan yang cepat dari produksi esterogen dan
progesteron oleh ovarium yang selanjutnya menyebabkan
dilepaskannya jaringan endometrium. Degenerasi corpus luteum
menyebabkan kadar penurunan kadar progesteron serum dan
selanjutnya mencegah implantasi yang normal. Ini merupakan efek
yang mungkin disebabkan oleh pemberian esterogen dosis tinggi
pasca senggama.
vi
mempunyai ovulasi.
e. Lendir serviks yang kental
Dalam 48 jam setelah pemberian progesteron sudah tampak
lendir serviks yang kental, sehingga mortilitas dan daya penetrasi dari
spermatozoa sangat terhambat. Lendir serviks yang tidak ramah untuk
spermatozoa adalah lendir yang jumlahnya sedikit, kental dan seluler
serta kurang menunjukkan ferning dan spinderbarkeit.
vii
DAFTAR PUSTAKA
viii