Anda di halaman 1dari 10

MENGGAPAI RIDHA ALLAH DENGAN BERBAKTI KEPADA ORANG TUA

Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Seorang anak, meskipun telah berkeluarga, tetap wajib berbakti kepada kedua
orang tuanya. Kewajiban ini tidaklah gugur bila seseorang telah berkeluarga.
Namun sangat disayangkan, betapa banyak orang yang sudah berkeluarga lalu
mereka meninggalkan kewajiban ini. Mengingat pentingnya masalah berbakti
kepada kedua orang tua, maka masalah ini perlu dikaji secara khusus.
Jalan yang haq dalam menggapai ridha Allah Azza wa Jalla melalui orang tua
adalah birrul walidain. Birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua)
merupakan salah satu masalah penting dalam Islam. Di dalam Al-Quran, setelah
memerintahkan manusia untuk bertauhid, Allah Azza wa Jalla memerintahkan
untuk berbakti kepada orang tuanya.
Seperti tersurat dalam surat al-Israa ayat 23-24, Allah Taala berfirman:



Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan
hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada
keduanya perkataan ah dan janganlah engkau membentak keduanya, dan
ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu
terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, Ya Rabb-ku,
sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada
waktu kecil. [Al-Israa : 23-24]
Perintah birrul walidain juga tercantum dalam surat an-Nisaa ayat 36:



Dan beribadahlah kepada Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya
dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat, tetangga jauh,
teman sejawat, ibnu sabil [1], dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh,
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri. [AnNisaa : 36]
Dalam surat al-Ankabuut ayat 8, tercantum larangan mematuhi orang tua yang
kafir jika mereka mengajak kepada kekafiran:



Dan Kami wajibkan kepada manusia agar (berbuat) kebaikan kepada kedua
orang tuanya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku

dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah
engkau patuhi keduanya. Hanya kepada-Ku tempat kembalimu, dan akan Aku
beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. [Al-Ankabuut (29): 8] Lihat
juga surat Luqman ayat 14-15.
ANJURAN BERBUAT KEPADA KEDUA ORANG TUA BAIK DAN LARANGAN DURHAKA
KEPADA KEDUANYA
Yang dimaksud ihsan dalam pembahasan ini adalah berbakti kepada kedua orang
tua, yaitu menyampaikan setiap kebaikan kepada keduanya semampu kita dan
bila memungkinkan mencegah gangguan kepada keduanya. Menurut Ibnu
Athiyah, kita juga wajib mentaati keduanya dalam hal-hal yang mubah (yang
diperbolehkan syariat), dan harus mengikuti apa-apa yang diperintahkan
keduanya dan menjauhi apa-apa yang dilarang (selama tidak melanggar
batasan-batasan Allah Azza wa Jalla).
Sedangkan uququl walidain adalah gangguan yang ditimbulkan seorang anak
terhadap keduanya, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Contoh
gangguan berupa perkataan, yaitu mengucapkan ah atau cis, berkata
dengan kalimat yang keras atau menyakitkan hati, menggertak, mencaci maki
dan lain-lain. Sedangkan yang berupa perbuatan adalah berlaku kasar, seperti
memukul dengan tangan atau kaki bila orang tua menginginkan sesuatu atau
menyuruh untuk memenuhi keinginannya, membenci, tidak mempedulikan, tidak
bersilaturrahim, atau tidak memberi nafkah kepada kedua orang tuanya yang
miskin.
KEUTAMAAN BERBAKTI KEPADA ORANG TUA DAN PAHALANYA
1. Merupakan Amal Yang Paling Utama
Abdullah bin Masud radhiyallaahu anhu berkata.

: :

:

:
Aku bertanya kepada Nabi shallallaahu alaihi wa sallam, Amal apakah yang
paling utama? Nabi shallallaahu alaihi wa sallam menjawab, Shalat pada
waktunya (dalam riwayat lain disebutkan shalat di awal waktunya). Aku
bertanya lagi, Kemudian apa? Nabi menjawab: Berbakti kepada kedua orang
tua. Aku bertanya lagi: Kemudian apa? Nabi menjawab, Jihad di jalan Allah [2]
2. Ridha Allah Bergantung Kepada Ridha Orang Tua
Sesuai hadits Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam, disebutkan:



:



Darii Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallaahu anhuma, bahwa Rasulullah
shallallaahu alaihi wa sallam bersabda: Ridha Allah bergantung kepada
keridhaan orang tua dan murka Allah bergantung kepada kemurkaan orang tua
[3]

3. Berbakti Kepada Orang Tua Dapat Menghilangkan Kesulitan Yang Sedang


Dialami
Yaitu, dengan cara bertawassul dengan amal shalih tersebut. Dalilnya adalah
hadits riwayat dari Ibnu Umar radhiyallaahu anhuma mengenai kisah tiga orang
yang terjebak dalam gua, dan salah seorangnya bertawassul dengan bakti
kepada ibu bapaknya.
Haditsnya sebagai berikut:

: .

: .




.
.




Pada suatu hari tiga orang dari ummat sebelum kalian sedang berjalan, lalu
kehujanan. Mereka berteduh pada sebuah gua di kaki sebuah gunung. Ketika
mereka berada di dalamnya, tiba-tiba sebuah batu besar runtuh dan menutupi
mulut gua. Sebagian mereka berkata kepada yang lain: Ingatlah amal terbaik
yang pernah kamu lakukan. Kemudian mereka memohon kepada Allah dan
bertawassul melalui amal tersebut, dengan harapan agar Allah menghilangkan
kesulitan tersebut. Salah satu di antara mereka berkata: Ya Allah, sesungguhnya aku mempunyai kedua orang tua yang sudah lanjut usia sedangkan aku
mempunyai isteri dan anak-anak yang masih kecil. Aku menggembala kambing,
ketika pulang ke rumah aku selalu memerah susu dan memberikan kepada
kedua orang tuaku sebelum orang lain. Suatu hari aku harus berjalan jauh untuk
mencari kayu bakar dan mencari nafkah sehingga pulang sudah larut malam dan
aku dapati orang tuaku sudah tertidur, lalu aku tetap memerah susu
sebagaimana sebelumnya. Susu tersebut tetap aku pegang lalu aku mendatangi
keduanya namun keduanya masih tertidur pulas. Anak-anakku merengek-rengek
menangis untuk meminta susu ini dan aku tidak memberikannya. Aku tidak akan
memberikan kepada siapa pun sebelum susu yang aku perah ini kuberikan
kepada kedua orang tuaku. Kemudian aku tunggu sampai keduanya bangun. Pagi
hari ketika orang tuaku bangun, aku berikan susu ini kepada keduanya. Setelah
keduanya minum lalu kuberikan kepada anak-anakku. Ya Allah, seandainya
perbuatan ini adalah perbuatan yang baik karena mengharap wajah-Mu, maka
bukakanlah mulut gua ini. Maka batu yang menutupi pintu gua itu pun bergeser
sedikit..[4]
4. Akan Diluaskan Rizki Dan Dipanjangkan Umur
Sesuai sabda Nabi shallallaahu alaihi wa sallam


Barangsiapa yang ingin diluaskan rizkinya dan di-panjangkan umurnya, maka
hendaklah ia menyam-bung silaturrahimnya. [5]
Dalam silaturahmi, yang harus didahulukan adalah silaturahmi kepada orang tua
sebelum kepada yang lain. Banyak di antara saudara-saudara kita yang sering

berkunjung kepada teman-temannya, tetapi kepada orang tuanya sendiri jarang,


bahkan tidak pernah. Padahal ketika masih kecil, dia selalu bersama orang
tuanya. Sesulit apa pun harus tetap diusahakan untuk bersilaturahmi kepada
kedua orang tua, karena dekat kepada keduanya -insya Allah- akan dimudahkan
rizki dan dipanjangkan umurnya.
5. Akan Dimasukkan Ke Surga Oleh Allah Azza wa Jalla
Berbuat baik kepada orang tua dan taat kepada keduanya dalam kebaikan
merupakan jalan menuju Surga. Sedangkan durhaka kepada orang tua akan
mengakibatkan seorang anak tidak masuk Surga. Dan di antara dosa-dosa yang
Allah Azza wa Jalla segerakan adzabnya di dunia adalah berbuat zhalim dan
durhaka kepada orang tua. Dengan demikian, jika seorang anak berbuat baik
kepada orang tuanya, Allah akan menghindarkannya dari berbagai malapetaka,
dengan izin Allah Azza wa Jalla dan akan dimasukkan ke Surga.
BENTUK-BENTUK DURHAKA KEPADA KEDUA ORANG TUA
1. Menimbulkan gangguan terhadap orang tua, baik berupa perkataan atau pun
perbuatan yang mem-buat orang tua sedih atau sakit hati.
2. Berkata ah atau cis dan tidak memenuhi pang-gilan orang tua.
3. Membentak atau menghardik orang tua.
4. Bakhil atau kikir, tidak mengurus orang tuanya, bahkan lebih mementingkan
yang lain daripada mengurus orang tuanya, padahal orang tuanya sangat
membutuhkan. Seandainya memberi nafkah pun, dilakukan dengan penuh
perhitungan.
5. Bermuka masam dan cemberut di hadapan orang tua, merendahkan orang
tua, mengatakan bodoh, kolot, dan lain-lain.
6. Menyuruh orang tua, misalnya menyapu, mencuci atau menyiapkan makanan.
Pekerjaan tersebut sangat tidak pantas bagi orang tua, terutama jika mereka
sudah tua dan lemah. Tetapi, jika si ibu melakukan pekerjaan tersebut dengan
kemauannya sendiri, maka tidaklah mengapa, dan karena itu seorang anak
harus berterima kasih dan membantu orang tua.
7. Menyebut kejelekan orang tua di hadapan orang banyak atau mencemarkan
nama baik orang tua.
8. Memasukkan kemungkaran ke dalam rumah, misalnya alat musik, mengisap
rokok, dan lain-lain.
9. Lebih mentaati isteri daripada kedua orang tua. Bahkan ada sebagian orang
yang tega mengusir ibunya demi menuruti kemauan isterinya.
Nas-alullaahas salaamah wal aafiyah
10. Malu mengakui orang tuanya. Sebagian orang merasa malu dengan
keberadaan orang tua dan tempat tinggal ketika status sosialnya meningkat.
Tidak diragukan lagi, sikap semacam itu adalah sikap yang sangat tercela,
bahkan termasuk kedurhakaan yang keji dan nista.
BENTUK-BENTUK BERBAKTI KEPADA ORANG TUA
1. Bergaul bersama keduanya dengan cara yang baik. Di dalam hadits Nabi
shallallaahu alaihi wa sallam disebutkan bahwa memberi kegembiraan kepada
seseorang mukmin termasuk shadaqah, lebih utama lagi kalau memberi
kegembiraan kepada orang tua kita

2. Berkata kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut. Hendaknya


dibedakan adab ber-bicara antara kepada kedua orang tua dengan ke-pada anak,
teman atau dengan yang lain. Berbicara dengan perkataan yang mulia kepada
kedua orang tua.
3. Tawadhu (rendah hati). Tidak boleh kibr (sombong) apabila sudah meraih
sukses atau memenuhi jabatan di dunia, karena sewaktu lahir, kita berada dalam
keadaan hina dan membutuhkan pertolongan, kita diberi makan, minum, dan
pakaian oleh orang tua.
4. Memberi infaq (shadaqah) kepada kedua orang tua, karena pada hakikatnya
semua harta kita adalah milik orang tua. Oleh karena itu berikanlah harta itu
kepada kedua orang tua, baik ketika mereka minta ataupun tidak.
5 . Mendoakan kedua orang tua. Di antaranya dengan doa berikut:


Wahai Rabb-ku, kasihilah keduanya, sebagaimana mereka berdua telah
mendidikku sewaktu kecil.
Seandainya orang tua masih berbuat syirik serta bidah, kita tetap harus berlaku
lemah lembut kepada keduanya, dengan harapan agar keduanya kembali kepada
Tauhid dan Sunnah. Bagaimana pun, syirik dan bidah adalah sebesar-besar
kemungkaran, maka kita harus mencegahnya semampu kita dengan dasar ilmu,
lemah lembut dan kesabaran. Sambil terus berdoa siang dan malam agar orang
tua kita diberi petunjuk ke jalan yang benar.
APABILA KEDUA ORANG TUA TELAH MENINGGAL
Maka yang harus kita lakukan adalah:
1. Meminta ampun kepada Allah Azza wa Jalla dengan taubat nashuha (jujur)
bila kita pernah berbuat durhaka kepada keduanya di waktu mereka masih
hidup.
2. Menshalatkannya dan mengantarkan jenazahnya ke kubur.
3. Selalu memintakan ampunan untuk keduanya.
4. Membayarkan hutang-hutangnya.
5. Melaksanakan wasiat sesuai dengan syariat.
6. Menyambung silaturrahim kepada orang yang keduanya juga pernah
menyambungnya.
Semoga dengan memahami dan mengamalkan nilai-nilai Islam tersebut, kita
dimudahkan oleh Allah Azza wa Jalla dalam mewujudkan keluarga yang sakinah,
mawaddah wa rahmah. Aamiin.
[Disalin dari buku Bingkisan Istimewa Menuju Keluarga Sakinah, Penulis Yazid bin
Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa Bogor Jawa Barat, Cet Ke II Dzul
Qadah 1427H/Desember 2006]
_______
Footnote
[1]. Ibnu sabil ialah orang yang dalam perjalanan yang bukan maksiat yang

kehabisan bekal. Termasuk juga anak yang tidak diketahui ibu-bapaknya.


[2]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 527), Muslim dalam Kitabul
Iman (no. 85), an-Nasa-i (I/292-293), at-Tirmidzi (no. 173), ad-Darimi (I/278),
Ahmad (I/351, 409, 410, 439).
[3]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Adabul Mufrad (no. 2),
Ibnu Hibban (no. 2026 al-Mawaarid), at-Tirmidzi (no. 1899), al-Hakim (IV/151152), ia menshahihkan atas syarat Muslim dan adz-Dzahabi menyetujuinya.
Syaikh al-Albani rahimahullaah mengatakan hadits ini sebagaimana yang
dikatakan oleh mereka berdua (al-Hakim dan adz-Dzahabi). Lihat Shahiih Adabul
Mufrad (no. 2).
[4]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 2272), Fathul Baari (IV/449),
Muslim (no. 2743), dari Shahabat Abdullah bin Umar radhiyallaahu anhuma.
[5]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 5985, 5986), Muslim (no.
2557), Abu Dawud (no. 1693), dari Shahabat Anas bin Malik radhiyallaahu anhu.

BENTUK-BENTUK BERBAKTI KEPADA ORANG TUA


Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Bentuk-Bentuk Berbuat Baik Kepada Kedua Orang Tua Adalah :
Pertama.
Bergaul dengan keduanya dengan cara yang baik. Di dalam hadits Nabi
Shallallahu alaihi wa sallam disebutkan bahwa memberikan kegembiraan
kepada seorang mumin termasuk shadaqah, lebih utama lagi kalau memberikan
kegembiraan kepada kedua orang tua kita.
Dalam nasihat perkawinan dikatakan agar suami senantiasa berbuat baik kepada
istri, maka kepada kedua orang tua harus lebih dari kepada istri. Karena dia yang
melahirkan, mengasuh, mendidik dan banyak jasa lainnya kepada kita.
Dalam suatu riwayat dikatakan bahwa ketika seseorang meminta izin untuk
berjihad (dalam hal ini fardhu kifayah kecuali waktu diserang musuh maka

fardhu ain) dengan meninggalkan orang tuanya dalam keadaan menangis, maka
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam berkata, Kembali dan buatlah keduanya
tertawa seperti engkau telah membuat keduanya menangis [Hadits Riwayat
Abu Dawud dan Nasai] Dalam riwayat lain dikatakan : Berbaktilah kepada
kedua orang tuamu [Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim]
Kedua.
Yaitu berkata kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut.
Hendaknya dibedakan berbicara dengan kedua orang tua dan berbicara dengan
anak, teman atau dengan yang lain. Berbicara dengan perkataan yang mulia
kepada kedua orang tua, tidak boleh mengucapkan ah apalagi mencemooh dan
mencaci maki atau melaknat keduanya karena ini merupakan dosa besar dan
bentuk kedurhakaan kepada orang tua. Jika hal ini sampai terjadi, wal iya
udzubillah.
Kita tidak boleh berkata kasar kepada orang tua kita, meskipun keduanya
berbuat jahat kepada kita. Atau ada hak kita yang ditahan oleh orang tua atau
orang tua memukul kita atau keduanya belum memenuhi apa yang kita minta
(misalnya biaya sekolah) walaupun mereka memiliki, kita tetap tidak boleh
durhaka kepada keduanya.
Ketiga.
Tawadlu (rendah diri). Tidak boleh kibir (sombong) apabila sudah meraih sukses
atau mempunyai jabatan di dunia, karena sewaktu lahir kita berada dalam
keadaan hina dan membutuhkan pertolongan. Kedua orang tualah yang
menolong dengan memberi makan, minum, pakaian dan semuanya.
Seandainya kita diperintahkan untuk melakukan pekerjaan yang kita anggap
ringan dan merendahkan kita yang mungkin tidak sesuai dengan kesuksesan
atau jabatan kita dan bukan sesuatu yang haram, wajib bagi kita untuk tetap
taat kepada keduanya. Lakukan dengan senang hati karena hal tersebut tidak
akan menurunkan derajat kita, karena yang menyuruh adalah orang tua kita
sendiri. Hal itu merupakan kesempatan bagi kita untuk berbuat baik selagi
keduanya masih hidup.
Keempat.
Yaitu memberikan infak (shadaqah) kepada kedua orang tua. Semua harta kita
adalah milik orang tua. Firman Allah Subhanahu wa Taala surat Al-Baqarah ayat
215.




Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka infakkan. Jawablah,
Harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu bapakmu, kaum
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang
dalam perjalanan. Dan apa saja kebajikan yang kamu perbuat sesungguhnya
Allah maha mengetahui

Jika seseorang sudah berkecukupan dalam hal harta hendaklah ia


menafkahkannya yang pertama adalah kepada kedua orang tuanya. Kedua orang
tua memiliki hak tersebut sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Taala dalam
surat Al-Baqarah di atas. Kemudian kaum kerabat, anak yatim dan orang-orang
yang dalam perjalanan. Berbuat baik yang pertama adalah kepada ibu kemudian
bapak dan yang lain, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam
berikut.

Hendaklah kamu berbuat baik kepada ibumu kemudian ibumu sekali lagi ibumu
kemudian bapakmu kemudian orang yang terdekat dan yang terdekat [Hadits
Riwayat Bukhari dalam Adabul Mufrad No. 3, Abu Dawud No. 5139 dan Tirmidzi
1897, Hakim 3/642 dan 4/150 dari Muawiyah bin Haidah, Ahmad 5/3,5 dan
berkata Tirmidzi, Hadits Hasan]
Sebagian orang yang telah menikah tidak menafkahkan hartanya lagi kepada
orang tuanya karena takut kepada istrinya, hal ini tidak dibenarkan. Yang
mengatur harta adalah suami sebagaimana disebutkan bahwa laki-laki adalah
pemimpin bagi kaum wanita. Harus dijelaskan kepada istri bahwa kewajiban
yang utama bagi anak laki-laki adalah berbakti kepada ibunya (kedua orang
tuanya) setelah Allah dan Rasul-Nya. Sedangkan kewajiban yang utama bagi
wanita yang telah bersuami setelah kepada Allah dan Rasul-Nya adalah kepada
suaminya. Ketaatan kepada suami akan membawanya ke surga. Namun
demikian suami hendaknya tetap memberi kesempatan atau ijin agar istrinya
dapat berinfaq dan berbuat baik lainnya kepada kedua orang tuanya.
Kelima.
Mendoakan orang tua. Sebagaimana dalam ayat,


Robbirhamhuma kamaa rabbayaani shagiiro (Wahai Rabb-ku kasihanilah
mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku diwaktu
kecil). [Al-Isra : 24]
Seandainya orang tua belum mengikuti dakwah yang haq dan masih berbuat
syirik serta bidah, kita harus tetap berlaku lemah lembut kepada keduanya.
Dakwahkan kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut sambil
berdoa di malam hari, ketika sedang shaum, di hari Jumat dan di tempattempat dikabulkannya doa agar ditunjuki dan dikembalikan ke jalan yang haq
oleh Allah Subhanahu wa Taala.
Apabila kedua orang tua telah meninggal maka :
Yang pertama : Kita lakukan adalah meminta ampun kepada Allah Taala dengan
taubat yang nasuh (benar) bila kita pernah berbuat durhaka kepada kedua orang
tua sewaktu mereka masih hidup.
Yang kedua : Adalah mendoakan kedua orang tua kita.

Dalam sebuah hadits dlaif (lemah) yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Ibnu
Hibban, seseorang pernah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa
sallam.
Apakah ada suatu kebaikan yang harus aku perbuat kepada kedua orang tuaku
sesudah wafat keduanya ? Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menjawab, Ya,
kamu shalat atas keduanya, kamu istighfar kepada keduanya, kamu memenuhi
janji keduanya, kamu silaturahmi kepada orang yang pernah dia pernah
silaturahmi kepadanya dan memuliakan teman-temannya [Hadits ini
dilemahkan oleh beberapa imam ahli hadits karena di dalam sanadnya ada
seorang rawi yang lemah dan Syaikh Albani Rahimahullah melemahkan hadits ini
dalam kitabnya Misykatul Mashabiih dan juga dalam Tahqiq Riyadush Shalihin
(Bahajtun Nazhirin Syarah Riyadush Shalihin Juz I hal.413 hadits No. 343)]
Sedangkan menurut hadits-hadits yang shahih tentang amal-amal yang
diperbuat untuk kedua orang tua yang sudah wafat, adalah :
1. Mendoakannya
2. Menshalatkan ketika orang tua meninggal
3. Selalu memintakan ampun untuk keduanya.
4. Membayarkan hutang-hutangnya
5. Melaksanakan wasiat yang sesuai dengan syariat.
6. Menyambung tali silaturrahmi kepada orang yang keduanya juga pernah
menyambungnya. [Diringkas dari beberapa hadits yang shahih]
Sebagaimana hadits Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dari sahabat Abdullah bin
Umar Radhiyallahu anhuma. Aku mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wa
sallam bersabda.


Sesungguhnya termasuk kebaikan seseorang adalah menyambung tali
silaturrahmi kepada teman-teman bapaknya sesudah bapaknya meninggal
[Hadits Riwayat Muslim No. 12, 13, 2552]
Dalam riwayat yang lain, Abdullah bin Umar Radhiyallahu anhuma menemui
seorang badui di perjalanan menuju Mekah, mereka orang-orang yang
sederhana. Kemudian Abdullah bin Umar mengucapkan salam kepada orang
tersebut dan menaikkannya ke atas keledai, kemudian sorbannya diberikan
kepada orang badui tersebut, kemudian Abdullah bin Umar berkata, Semoga
Allah membereskan urusanmu. Kemudian Abdullah bin Umar Radhiyallahu
anhumua berkata, Sesungguhnya bapaknya orang ini adalah sahabat karib
dengan Umar sedangkan aku mendengar sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa
sallam :


Sesungguhnya termasuk kebaikan seseorang adalah menyambung tali
silaturrahmi kepada teman-teman ayahnya [Hadits Riwayat Muslim 2552 (13)]

Berkaitan dengan masalah shalat dan puasa yang ditinggalkan oleh orang tua,
maka menurut syariat tidak dibenarkan mengqadha shalat atau puasa kecuali
puasa nadzar [Tamamul Minnah Takhrij Fiqih Sunnah hal. 427-428, cet. III Darul
Rayah 1409H, lihat Ahkamul Janaiz oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani
hal 213-216, cet. Darul Maarif 1424H]
[Disalin dari Kitab Birrul Walidain, edisi Indonesia Berbakti Kepada Kedua Orang
Tua, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Darul Qolam. Komplek Depkes
Jl. Raya Rawa Bambu Blok A2, Pasar Minggu Jakarta. Cetakan I Th
1422H/2002M]

Sumber: https://almanhaj.or.id/689-bentuk-bentuk-berbakti-kepada-orangtua.html

Anda mungkin juga menyukai