Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS GUGUS FUNGSI HIDROKSIL


ALKOHOL & FENOL

KELOMPOK 3
FAHRI A LAUMA (201FF04002)
RIZKY AGUNG TAMBENGI (201FF04014)
SAKINA ISTIQOMAH (201FF04015)
SITA MARDIYANI (201FF04016)
YUYUN NOVITA SARI (201FF04021)
DESI WIDIAWATI (201FF04023)
MARSELINA NEDJA (201FF04025)
ANDINI DYAH RAMADHANI (201FF04029)
AULIA KANIA DEWI (201FF04033)
MUHAMMAD I. RHAMADIANTO (201FF04036)
NIDA KHAIRUNNISA (201FF04046)
SHOFIA FAUZIAH SAEFUDDIN (201FF04049)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
BANDUNG
2020
MODUL I
PRAKTIKUM ANALISIS GUGUS FUNGSI HIDROKSIL
ALKOHOL & FENOL

I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengidentifikasi sifat fisik dan kimia dalam suatu sampel.
2. Mengidentifikasi gugus fungsi alkohol dan fenol dalam suatu sampel.
3. Mengidentifikasi dan mengetahui golongan senyawa alcohol dan fenol dalam suatu
sampel.
Fahri A. Lauma_201FF04002
II. PRINSIP KERJA
Suatu senyawa yang memiliki gugus fungsi alcohol dan atau fenol dapat
mengalami reaksi kimia, seperti reaksi redoks, kompleks, kondensasi, dll, saat
ditambahkan suatu pereaksi yang selektif/spesifik terhadap gugus fungsi tersebut
sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan warna, terbentuknya endapan, perubahan
suhu, dan menimbulkan bau.
Prinsip pada percobaan praktikum kali ini yaitu mengidentifikasi sifat fisik
(warna, rasa, bau dan bentuk), pada sifat kimia yaitu menentukan kelarutan alcohol dan
fenol baik dengan pelarut air atau dengan pereaksi. yang digunakan untuk
mengidentifikasi gugus fungsi alcohol dan fenol serta golongan dari senyawanya.
Rizky Agung Tambengi_201FF04014
III. PENDAHULUAN
Gugus fungsi adalah pusat kereaktifan dan sifat suatu molekul.Alkohol dalam
kehidupan sehari-hari banyak kita jumpai.Masyarakat awam menyebut alcohol untuk
etanol yaitu suatu jenis alcohol dengan dua karbon pada gugus alkilnya. Alkohol paling
sederhana yaitu methanol lebih dikenal sebagai spiritus yang digunakan sebagai bahan
bakar (Wardiyah, 2016).
Alkohol dapat membentuk ikatan hydrogen antar molekul-molekulnya sehingga
titik didih alcohol lebih tinggi daripada titik didih alkilhalida atau eter yang bobot
molekulnya sebanding. Karena kemampuan membentuk ikatan hydrogen ini maka
kelarutan alcohol dibandingkan alkilhalida yang sebanding juga lebih besar. Alkohol
berbobot molekul rendah larut dalam air, sedangkan alkilhalidap adanannya tidak larut.
Alkohol R-OH memiliki bagian hidrofob (R-) danhidrofil (-OH). Bagian hidrokarbon
dari suatu alcohol bersifat hidrofob yakni menolak molekul-molekul air. Makin panjang
rantai hidrokarbon maka makin rendah kelarutan alcohol dalam air. Bila rantai
hidrokarbon cukup panjang, sifat hidrofobnya akan dapat mengalahkan sifathidrofil
(menyukai air) gugus hidrofil. Peningkatan kelarutan sebanding dengan bertambahnya
jumlah gugus hidroksil dalam senyawa. Semakin banyak gugus hidroksil maka
kelarutannya semakin tinggi (Wardiyah, 2016).
Fenol memiliki sebuah gugus hidroksil yang terikat langsung pada cincin
benzena. Walaupun memiliki persamaan dengan alcohol namun secara kimiawi fenol
berbeda dengan alkohol. Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak
berwarna yang memiliki bau khas. Rumus kimianya adalah C6H5OH dan strukturnya
memiliki gugus hidroksil (-OH) yang berikatan dengan cincin fenil. Fenol
(fenilalkohol) merupakan zat padat yang tidak berwarna yang mudah meleleh dan
terlarut baik didalam air. Dalam mencoba keasaman reaksi dalam zat-zat kimia seperti
asam asetat, dan lain-lain banyak digunakan indicator, indicator seperti kertas lakmus.
Fenol yang diketahui fungsinya sebagai zat desinfektan yang umum dipakai orang.
Berbeda dengan alcohol alifatik, fenol sebagai alcohol aromatic mempunyai sifat yang
berbeda. Dalam air fenol sedikit terionisasi menghasilkan ion H+ dengan Ka = 10-10
(Riswiyanto, 2009).
Fenol kurang terlibat dibandingkan dengan alcohol dalam proses metabolism
mendasar namun, ada tiga alcohol fenolik yang membentuk blok pembangun dasar dari
lignin, yaitu zat polimer rumit, yang bersama-sama dengan selulosa, membentuk bagian
berkayu pada pohon. Beberapa bahan alam fenolik yang harus dihindari ialah urushiol,
yaitu bahan allergen aktif dalam racun tumbuhan ivy dan oak (Hart, dkk. 2003)
Alkohol dan fenol merupakan senyawa yang sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari. Namun demikian, salah satu Jenis alcohol dan fenol Juga merupakan
senyawa yang sangat berbahaya. Oleh karenanya diperlukan pengetahuan dan
keahlian agar dapat memanfaatkannya dengan menghindari efek buruk yang
ditimbulkannya. Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukanlah praktikum tentang
alcohol dan fenol.
Sakina Istiqomah_201FF04015
Sita Mardiyani_201FF04016
IV. ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan
Alat :
No Nama alat Gambar
1 Tabung reaksi dan rak
tabung reaksi

2 Bunsen

3 Pipet tetes

4 Plat tetes

5 Spatula

6 Beaker glass

7 Penjepit tabung

Yuyun novita sari_201ff04021


Bahan : Larutan sampel
1. Metanol
Metanol merupakan cairan yang jernih, tidak berwarna, dan merupakan cairan
yang mudah terbakar. Metanol dapat dibuat dengan karbon monoksida atau
karbon dioksida. Sifat fisika dan kimia metanol antara lain memiliki rumus
molekul CH3OH, massa molar 32, 04 g/mol dan memiliki densitas 0. 7919 g/ cm³.
(Whitesell, 2014).
2. Etanol
Etanol biasa dikenal dengan sebutan etil alkohol, alkohol solut, alkohol murni atau
alkohol saja. Etanol memiliki rumus molkeul C 2H5OH dengan berat molekul 64,
51 gr/mol. Pada suhu kamar etanol berupa zat cair bening, mudah menguap dan
berbau khas. Etanol dapat ditemukan dalam spiritus, etanol digunakan sebagai
pelarut, bahan bakar dan senyawa organic yang lainya. Dalam penyimpanan harus
dalam wadah yang tertutup (Stoker, 2012)
3. Fenol
Fenol memiliki rumus molekul C6H5OH dan Bm skitar 94,11 gr/mol. Fenol adalah
zat kristal yang tak berwarna yang memiliki bau khas. Fenol larut dalam etanol
(1%)p, larut dalam kloroform p, larut dalam eter p, larut dalam gliserol p, dan
dalam minyak lemah. (Stoker, 2012).
Larutan pereaksi
No Larutan pereaksi gugus fungsi alkohol
1 Reaksi reduksi-oksidasi Larutan KMnO4, aqua brom, HgO+H2SO4
2 Uji lucas ZnCl2 anhidrat + HCL pekat
3 Reaksi Azo Diazo A: larutan asam sulfanilat 0,5% dalam
(30 ml HCL 4N +70 ml air)
Diazo B: larutan NaNO2 9% dalam air.

Diazo A dan B (4:1 atau 1:1) + 1-2 tetes


NaOH 2N
4 Reaksi esterifikasi Preaksi :
Asam salisilat, asam benzoat, atau asam
asetat
Asam sulfat / H2SO4 pekat
5 Reaksi cuprifil (untuk alkohol Larutan CuSO4 2%, larutan NaOH 2N
polivalen)
6 Uji borat (untuk alkohol polivalen Larutan borat 1% , larutan fenolftaein 0,2%
yang memiliki ikatan cis diol) dalam etanol , dan larutan NaOH

No Larutan pereaksi gugus fungsi fenol


1. Reaksi FeCL3 Larutan FeCl3 1%
2. Reaksi azo Sama dengan pada alkohol
Diazo A+ B (4:1 atau 1:1) + NaOH 2N
3. Reaksi Marquis/le – rosen Pereaksi : formaldehid +H2SO4 pekat (1:9) atau
(6:4)
4. Reaksi dengan aqua brom Aqua brom
Yuyun novita sari_201ff04021

V. PROSEDUR
A. Analisis Gugus Fungsi Alkohol
1. Reaksi Reduksi-Oksidasi
• Sampel ditambahkan kmno4
• menghasilkan warna ungu
• setelah terjadi perubahan warna, sampel ditambahkan h2so4
• Lalu warna ungu menghilang
(Alkohol Primer)
o Sampel ditambahkan aqua brom dan reagen schiff
o Lalu terjadi perubahan warna menjadi merah violet
(Alkohol Sekunder)
o Sampel ditambahkan aqua brom dan reagen legal rothera
o Lalu terjadi perubahan warna menjadi merah coklat/violet
(Alkohol Tersier)
o Sampel ditambahkan HgO dan H2SO4
o Terjadi reaksi menjadi Hg2SO4 menimbulkan warna kuning
o Lalu dipanaskan dalam beaker glass berisi aquadest di atas hot plate
o Dan terdapat enadapan Hg yaitu berwarna abu-abu
2. uji lucas : untuk membedakan alcohol primer, sekunder, dan tersier
o Siapkan 3 sampel 1, 2 dan 3 dalam tabung reaksi
o Sampel ditambahkan ZnCl2 anhidrat
o Kemudian ditambahkan HCl pekat
Hasil :
o jika larutan menjadi jernih, maka sampel tersebut merupakan alkohol primer
o jika larutan menjadi keruh, maka sampel tersebut merupakan alkohol sekunder
o jika larutan menghasilkan endapan, maka sampel tersebut merupakan alkohol
tersier
3. Reaksi Warna Azo
o sampel ditambahkan diazo A dan diazo B (4:1 atau 1:1)
o kemudian ditambahkan NaOH 2 N lalu dikocok
o selanjutnya, dipanaskan
o terjadi perubahan warna kuning merah sampai cokelat kemerahan
o lalu ditambahkan amil alkohol
o warna tersebut tidak tertarik dengan amil alkohol
(Desi Widiawati_201FF04023)
4. Reaksi Esterifikasi
o Sampel ditambahkan asam karboksilat dan H2SO4 pekat dan dipanaskan akan
menghasilan bau ester yang khas
o Metanol/ etanol ditambahkan asam salitilat akan menghasilkan metil salisilat
dengan bauk has bau gandapura
o Metanol/ etanol ditambahkan asam benzoat akan menghasilkan metil benzoat
dengan bauk has bau pisang ambon
o Etanol ditambahkan asam asetat akan menghasilkan etil asetat dengan bau
khas bau pembersih kutex
5. Reaksi Cuprifil
o Sampel ditambahkan NaOH 2 N dan CuSO4 2% akan menghasilkan larutan
biru tua jernih
6. Uji Borat (untuk alcohol polivalen yang memiliki ikatan cis diol)
o Borat 1 % ditambahkan fenolftaein 0,2 % dalam etanol
o Kemudian ditambahkan NaOH
o akan menghasilkan warna merah rosa
o jika ditmbahkan sampel alcohol polivalen maka warna merah berkurang atau
hilang
Catatan: Disini terjadi reaksi antara Alkohol polivalen dengan Borat
membentuk asam yang lebih kuat. Reaksi hanya terjadi pada alkohol
polivalen yang mempunyai ikatan cis diol.
(Marselina Nedja_201FF03025)

B. Analisis Gugus Fungsi Fenol


1. Reaksi FeCl3
• Sampel ditambahkan FeCl3 1%
• Menghasilkan warna ungu
• Setelah terjadi perubahan warna, sampel ditambahkan etanol
• Lalu terjadi perubahan warna menjadi kuning
2. Reaksi Azo
• Sampel ditambahkan diazo A + diazo B (4:1 atau 1:1)
• Lalu ditambahkan NaOH 2 N, dikocok
• Dilakukan pemanasan, menghasilkan warna kuning merah sampai cokelat
kemerahan
• Setelah terjadi perubahan warna, sampel ditambahkan amil alcohol
warna tertarik dengan amil alcohol
Hasil rekasi beberapa senyawa antara lain :
o Fenol : kuning kemerahan
o Resorcinol : coklat kemerahan
o α –Napthol : coklat kemerahan
o β –Napthol : kuning
3. Reaksi Marquis / Le-Rosen
• Sampel ditambahkan formaldehid + H2SO4 pekat (1:9 atau 6:4)
berwarna
Beberapa hasil reaksi antara lain :
o Metil salisilat : merah – ungu
o Asam gallat : hijau kuning
o Fenol : merah ungu
o Amphetamine : coklat
o Asam salisilat, resorsinol : merah
o Phloroglucin : coklat merah
o Oxytetracyclin : jingga
o β –Napthol : coklat
o Hydroquinon : hitam
4. Reaksi dengan Aqua Brom
• Sampel ditambahkan aqua brom jenuh
• Menghasilkan endapan putih sampai kuning
* Atom H pada inti benzene dari senyawa Phenol dapat disubstitiso
dengan Halogen. Jumlah dan posisi substituen tergantung pada senyawa
Phenol yang diperiksa.
(Andini Dyah Ramadhani_201FF04029)

VI. HASIL PENGAMATAN


Diberikan 3 sampel tanpa diberitahu nama sampel: sampel A, sampel B, dan sampel C
Uji Organoleptis:
Sampel Bentuk Warna Bau Kelarutan
A Cair Tak berwarna Khas Larut dalam air
B Padatan, Kristal Tak berwarna Khas Sedikit larutdalam air
C Cair Tak berwarna Khas Larut dalam air

1. Uji Pendahuluan
No Sampel Prosedur Hasilpengamatan Alkohol Fenol
.
1 A +FeCl3 Kemudian,+ Kuning + -
etanol
Tidak ada perubahan
(tetap kuning)
+Diazo A+Diazo B +
NaOH, dipanaskan Merah frambos
+amil alkohol
Tetap merah
2. B. +FeCl3Kemudian, Ungu - +
+etanol
Warna ungu hilang,
menjadi warna kuning
+DiazoA+DiazoB+Na
OH, dipanaskan Coklat kemerahan
+amil alkohol

Membentuk 2 fase,
larutan bening diatas,
warna merah di bawah

3. C +FeCl3 Kuning + -
Kemudian,
+etanol Tidak ada perubahan
(tetap kuning)

+DiazoA+Diazo B + Merah frambos


NaOH, dipanaskan
+amilalkohol Tidak terjadi perubahan,
tetap merah

2. Uji Lucas
No. Sampel Prosedur Hasil Alkohol Alkohol Alkohol
Pengamatan primer sekunder Tersier

1. A + pereaksi Jernih + - -
Lucas

2. B + pereaksi Keruh, - - -
Lucas endapan tak
larut
3. C + pereaksi Jernih + - -
Lucas

3. Uji Golongan
No Sampel Prosedur Hasil Alkohol
pengamatan primer
1. A +KmnO4+H2SO4 Ungu, +
dipanaskan Warna ung
uhilang

2. B +KMnO4+H2SO4, Ungu -
dipanaskan Tetap ungu

3. C +KMnO4+H2SO4, Ungu +
Dipanaskan Warna ungu
hilang

4. Reaksi Spesifik (UjiEsterifikasi)


NO. Sampel Prosedur Hasil Pengamatan Senyawa
1. A +asam Baubalon, bau Etanol
asetat+H2SO4 pembersih kutex
Dipanaskan
Tidak terbentuk
+asam bau/aroma khas
salisilat+H2SO4,
Dipanaskan

2. B +asam Tidak terbentuk Fenol


asetat+H2SO4, bau/aroma khas
Dipanaskan
Tidak terbentuk
+asam bau/aroma khas
salisilat+H2SO4,
dipanaskan

3. C +asam Tidak terbentuk Metanol


asetat+H2SO4, bau/aroma khas
dipanaskan
Bau balsam, bau
+asam gandapura
salisilat+H2SO4,
dipanaskan

Dari hasil pengamatan diatas maka dapat disimpulkan bahwa:


• Sampel A adalah senyawa yang memiliki gugus fungsi alcohol dan senyawa tersebut
bernama etanol
• Sampel B adalah senyawa yang memiliki gugus fungsi fenol dan senyawa tersebut
bernama fenol
• Sampel C adalah senyawa yang memiliki gugus fungsi alcohol dan senyawa tersebut
bernama metanol

Aulia Kania Dewi_201FF04033


VII. PEMBAHASAN
Alkohol dan fenol merupakan dua senyawa organik yang mempunyai struktur
yang serupa, tetapi gugus fungsi pada fenol menempel pada cincin aromatik. Pada
alkohol, R adalah gugus alkil. Alkohol dapat dibagi menjadi gugus primer, sekunder,
tersier berdasarkan letak gugus hidroksil (-OH) pada atom C. Alkohol banyak
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya etanol yang digunakan sebagai
pelarut, sterilisasi alat dan lain-lain ( Hart, 2004).
Pada fenol, gugus R nya adalah gugus aril ( benzena yang kehilangan 1 atom
H) . Fenol mempunyai subtituen pada kedudukan orto, meta atau para. Fenol berguna
dalam sintesis senyawa aromatis. Contoh senyawa fenol adalah eugenol yang
merupakan minyak cengkeh ( Ciptadi, 2004).
Pada praktikum kali ini yaitu menentukan sampel dari hasil pengujian yang
telah dilakukan, sehingga perbedaaan dapat terlihat dari hasil pengujian tersebut
termasuk kedalam alkohol atau fenol. Pada pengujian ini dilakukan uji organoleptis,
uji pendahuluan, uji lucas, uji golongan dan uji esterifikasi.
Uji organoleptik merupakan pengamatan sifat fisik obat secara langsung dan
hasil pengamatannya merupakan informasi awal yang berguna untuk analisis
selanjutnya (Cartika, 2016). Pengujian kali ini menguji organoleptik dengan bentuk,
warna, bau dan kelarutan. Pada pengujian organoleptik sampel A memliki bentuk cair,
sampel B memiliki bentuk kristal dan sampel C memiliki bentuk kristal cair.
Selanjutnya dilakukan pengamatan terhadap warna, semua sampel setelah diamati
tidak berwarna dan memiliki bau yang khas.
Tes kelarutan dilakukan dengan memasukan sedikit sampel ke dalam tabung
reaksi kemudian di dalamnya ditambahkan pelarut kemudian digoyang-goyang dan
diamati apakah sampel tersebut dapat larut atau tidak (Cartika, 2016). Setelah diamati
didapatkan hasil sampel A dan sampel C larut dalam air sedangkan sampel B sedikit
larut dalam air.
Pengamatan selanjutnya dengan melakukan uji pendahuluan terhadap ketiga
sampel dengan penambahan pereaksi FeCl 3 dan ditambahkan etanol. FeCl3 akan
bereaksi dengan gugus aromatik yang akan menghasilkan warna ungu dengan
persamaan reaksi :
Gambar 1. Reaksi Fenol dengan FeCl3
Adanya pembentukan warna menunjukkan indikator bahwa suatu senyawa
merupakan fenol (Stoker, 2012). Reaksi yang terjadi pada Ferri klorida merupakan
reaksi substitusi antara H+ pada fenol dengan Fe3+ pada pereaksi (Wegner, 2008).
Fenol akan berwarna merah keunguan ketika diberi pereaksi FeCl 3, sedangkan
alkohol tidak mengalami pembentukan warna sehingga uji Ferri Klorida hanya
ditemukan pada senyawa fenol dan tidak ada pada alkohol (Stoker, 2012).
Pada sampel A dan C ketika direaksikan dengan FeCl 3 menjadi warna kuning
setelah ditambahkan etanol tetap warna kuning, sampel B ketika direaksikan dengan
FeCl3 menjadi warna ungu setelah ditambahkan etanol warna ungu menghilang dan
menjadi warna kuning. Sehingga bisa diklasifikasikan bahwa senyawa A dan C itu
bukan fenol sedangkan B merupakan fenol.
Pengujian kedua pada uji pendahuluan yaitu dengan penambahan pereaksi
diazo A dan diazo B lalu ditambahkan juga NaOH. Pada sampel A dan C didapatkan
hasil merah frambos lalu dipanaskan dan ditambah amil alkohol warna tetap merah
menandakan adanya gugus hidroksi. Pada sampel B didapatkan hasil coklat
kemerahan lalu dipanaskan dan ditambah amil alkohol membentuk 2 fase, larutan
bening diatas, warna merah di bawah ini dikarenakan untuk fenol warna merah akan
tertarik pada amil alkohol.
Pengujian selanjutnya adalah Uji Lucas. Uji Lucas digunakan untuk
mengkategorikan berbagai jenis alkohol berdasarkan kekeruhan atau pengendapan.
Alkohol primer: Tidak ada reaksi yang terlihat diamati dan sampel tetap berwarna
misalnya 1-Pentanol. Alkohol sekunder: Sampel berubah keruh dengan sedikit
pemanasan misalnya 2-Pentanol dan alkohol tersier: Sampel berubah keruh dua
lapisan yang terpisah pada suhu kamar misalnya 2-Methyl-2-butanol
Dalam uji Lucas, seng klorida bertindak sebagai katalis. Klasifikasi alkohol
biasanya dilakukan berdasarkan pada perbedaan reaksi dengan asam klorida pekat.
Reaksi sederhana diberikan di bawah ini:
ZnCl2
ROH + HCl-> RCl + H2O
Alkohol tersier mengalami reaksi yang paling stabil dan alkohol primer
mengalami reaksi yang paling tidak stabil. Tes ini dapat dilakukan hanya dengan
alkohol yang larut dalam reagen Lucas dan dengan berat molekul rendah. Alkohol
umum dengan lebih dari enam atom karbon tidak dapat diuji (Acharya, 2012).
Pada pengujian ketiga sampel menggunakan perekasi lucas. Sampel A dan B
hasilnya jernih sedangkan pada sampel B hasilnya keruh, endapan tak larut. Oleh
karena itu Sampel A dan C merupakan Alkohol bukan fenol.
Muhamad Iqbal Rhamadianto (201FF04036)

Uji selanjutnya yaitu uji golongan,pada uji golongan ini yaitu untuk
menentukan golongan alkohol primer dengan mengidentifikasi warna pada larutan uji,
yaitu dengan menambahkan KmnO4+H2SO4, untuk melihat perubahan reaksinya
maka dipanaskan setelah dan pada sampel A dan C setelah dipanaskan larutan tetap
berwarna ungu dan sampel B setelah dipanaskan warna ungu pada larutan hilang atau
larutan menjadi tidak berwarna.
Hasil uji sampel A dan C menunjukkan warna tidak berubah atau tetap
berwarna ungu. Hal ini secara teoritis mengidentifikasikan bahwa senyawa tersebut
mengandung golongan alcohol primer karena KmnO4 dan H2SO4 berikatan dengan
alcohol primer. Dan pada sampel B larutan berubah warna menjadi bening.
(Fessenden, 2003)
Selanjutnya yaitu uji reaksi spesifik atau uji esterifikasi, yaitu merupakan
reaksi yang mereaksikan sampel alkohol dengan asam karboksilat yang hasil
reaksinya adalah senyawa ester. Uji esterifikasi dalam percobaan ini yaitu dengan
mereaksikan sampel uji dengan asam asetat dan asam sulfat, lalu diamati aroma
khasnya.
Dari hasil percobaan Esterifikasi tersebut,pada reaksi terjadi reaksi

𝐶2 𝐻5 𝑂𝐻 + 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻 + 𝐻2 𝑆𝑂4 → 𝐻2 O + 𝐶2 𝐻5 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻


Etanol As. Asetat As. Sulfat (etil asetat)
Pada uji esterifikasi pertama yaitu menguji sampel A ditambah dengan asam
asetat dan asam sulfat pekat, dan selanjutnya menguji sampel A dengan asam salisilat
dan asam sulfat pekat. Suasana harus dibuat panas agar reaksi esterifikasi terus
berlanjut sampai mencapai kesetimbangan, maka dari itu larutan dipanaskan.
Pemanasan dilakukan untuk mempercepat reaksi yang berlangsung unruk
mendapatkan asam asetat warna larutan tidak berwarna. Dan setelah dipanaskan pada
asam asetat + 𝐻2 𝑆𝑂4 menghasilkan bau balon dan bau pembersih kutek. Dan pada
Asam salisilat + 𝐻2 𝑆𝑂4 didapat kan hasil tidak terbentuk bau atau aroma khas. pada
hasil uji bau yang didapatkan yaitu bau balon dan bau kutek, sampel yang digunakan
adalah senyawa etanol.
Pada hal ini penambahan 𝐻2 𝑆𝑂4 berfungsi sebagai katalisator untuk
mempercepat reaksi esterifikasi, namun asam sulfat pekat tidak ikut bereaksi, reaksi
ini termasuk reaksi endoterm,karena campuran tersebut menyerap panas dari
lingkungan.
Uji selanjutnya yaitu Sampel B ditambahkan dengan larutan Asam asetat +
𝐻2 𝑆𝑂4 setelah dipanaskan tidak berbentuk bau atau beraoma khas dan juga saat
penambahan Asam salisilat + 𝐻2 𝑆𝑂4 tidak berbau atau tidak terbentuk aroma khas,
dalam hal ini diketahui bahwa sampel tersebut merupakan senyawa fenol.

Uji berikutnya yaitu uji pada sampel C ditambahkan dengan Asam asetat dan
𝐻2 𝑆𝑂4 tidak terbentuknya bau atau aroma yang khas , pada penambahan larutan Asam
salisilat dan 𝐻2 𝑆𝑂4 adanya bau balsam, bau gandapura

Dari hasil uji tersebut dapat direaksikan sebagai berikut

𝐶𝐻3 𝑂𝐻 + 𝐶7 𝐻6 𝑂 + 𝐻2 𝑆𝑂4 → 𝐶8 𝐻8 𝑂3 + 𝐻2
Metanol As. Salisilat As. Sulfat metil sulfat

Nida Khairunnisa (201FF04046)


IX. KESIMPULAN
Dari praktikum kali ini kami dapat mengetahui dan mengidentifikasi gugus
fungsi alcohol primer, sekunder, tersier dan gugus fungsi fenol. Pada Reaksi FeCl3
yang + Alkohol dengan ditandai warna kuning. Dan ketika ditambahkan etanol tetap
kuning namun pada saat ditambahkan Reaksi Azo warna merah frambos. Pada Gugus
Fungsi Fenol ditandai dengan warna ungu ketika ditambah etanol warna kuning
ditambah Reaksi Azo warna Coklat kemerahan membentuk 2 fase larutan bening dan
merah. Uji Lucas untuk membedakan Alkohol Primer, Sekunder dan Tersier. Alkohol
primer ditandai dengan larutan jernih, Alkohol sekunder larutan keruh, dan tersier
adanya endapan.Uji esterifikasi sampel A ditambahkan asam asetat dan H2SO4,
menghasilkan bau balon, bau pembersih kutex, menunjukkan bahwa sampel adalah
senyawa etanol, Sampel B tidak berbau, sampel C bau balsam dan gandapura. Dan
dari hasil pengamatan pratikum kali ini Pada Sampel senyawa A memiliki gugus
fungsi Alkohol yang bernama etanol. Sampel senyawa B memiliki gugus fungsi fenol,
sampel senyawa C memiliki gugus fungsi Alkohol yang bernama methanol.

SHOFIA FAUZIAH SAEFUDDIN (201FF04049)


DAFTAR PUSTAKA

• Hart, H., LE.,Craine, dan D.J., Hart, 2003, Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat
edisi kesebelas. Jakarta: Erlangga
• Riswiyanto. 2009. Kimia organik. Jakarta: Erlangga.
• Wardiyah. 2016. Kimia organic farmasi. Jakarta: kementerian kesehatan republik.

• Cartika, Harpolia. 2016. Kimia Farmasi. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik


Indonesia
• Stoker, H. Stephen. 2012. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran dan Program Strata 1 Fakltas Bioeksakta. Jakarta: EGC
• Wegner, F. 2008. Enclyclopedia of Chemical Technology. New York: Johr Wiley
& Sons
• Hart, H. 2004, “Kimia Organik”. 11rd editions, Michigan State University
• Ciptadi, 2004. Penuntun Kimia Organik. Palangkaraya : UNPAR
• Acharya, Madhulima. 2012. Lucas Reagent.
http://www.chemistrylearner.com/lucas-reagent.html. Diakses pada tanggal 14
Oktober 2020 jam 21:38 (29 Maret 2012)
• Pine. Stanley. 1998. Kimia Organik I. ITB : Bandung
• Fessenden dan Fessenden . 2003 . Kimia Organik . Jilid 1 . Jakarta : Erlangga.
• Furniss, Brian S. 1989 .Vogel’s Textbook of Practical Organic Chemistry . 5th ed
.London : Thames Polytechnic
• Anshory, H. Irfan. 2003. Acuan Pelajaran Kimia. Jakarta.: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai