3B Farmasi
Disusun oleh :
2019/2020
No. Praktikum : 1
I. Tujuan Praktikum
1. Menganalisis senyawa turunan alkohol, fenol, bahan dasar salep dan bahan
pengisi tablet dalam sediaan farmasi secara kualitatif.
A. Alkohol
2. Makin tinggi berat molekul alkohol, makin tinggi pula titik didih dan
viskositasnya.
3. Alkohol yang mengandung 12 atau lebih atom C berupa zat padat yang
tidak berwarna.
Jika didasarkan atas jenis atom karbon yang mengikat gugus – OH, golongan
alkohol dapat dikelompokkan menjadi :
3) Alkohol tersier, dengan gugus – OH terikat pada atom C tersier. (Parlan &
Wahjudi,2003)
B. Fenol
Anggota golongan fenol yang sederhana merupakan zat padat dengan titik
lebur rendah. Karena adanya ikatan hidrogen diantara molekul-molekulnya,
maka titik didih cairannya tinggi. Fenol (C6H5OH) sedikit larut dalam air
sedangkan anggota golongan fenol yang lain pada dasrnya tidak larut dalam
air. Bila dalam struktur fenol tidak terdapat gugus penyebab timbulnya warna,
maka senyawanya juga tidak berwarna. Seperti halnya golongan amina
aromatik, golongan fenol mudah sekali teroksidasi dan memberikan hasil
oksidasi yang berwarna (kecuali bila derajat kemurniannya tinggi). Salah satu
sifat yang penting dari golongan fenol yang membedakannya dengan
golongan alkohol adalah keasamannya, dalam pengertian bahwa fenol lebih
asam daripada alkohol. Keasaman fenol lebih besar daripada keasaman
alkohol disebabkan oleh adanya stabilisasi resonansi pada ion feroksida. Pada
ion etoksida, muatan negatif terlokalisasi pada atom oksigen. Pada ion
feroksida muatan terdelokalisasi pada posisi orto dan para pada cincin
benzena. Delokalisasi muatan semacam ini mengakibatkan stabilitas ion
feroksida lebih besar daripada ion etoksida. Karena kestabilan yang lebih
besar ini maka fenol lebih asam daripada etanol. (Parlan & Wahjudi, 2003).
Pemerian masa lunak, lengket, bening, kuning muda sampai kuning; sifat ini
tetap setelah zat dileburkan dan dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk.
Berfloursensi lemah, juga jika dicairkan; tidak berbau; hampir tidak berasa.
Uji Golongan
sampel Sampel
3. Uji Sub-golongan
•Reaksi Cuprifil
Sampel 364
Dibasakan
dengan NaOH
1 tetes
CuSO4
Kompleks Cu
(+) polivalen : Gliserin
yang jernih
4. Uji penegasan senyawa
Uji penegasan
Gliserin
Sampel
+CuSO4
+ NaOH
BIRU (+)
gliserin
Sampel 233
Sampel
• + kloroform
Sampel divortek
Sampel disentrifugasi
• terbentuk 2 lapisan
Ambil analit
agak hijau
1. Hasil pengamatan
V. Pembahasan
Pada percobaan yang telah dilakukan pada hari senin 02 september 2019
dengan judul analisis kualitatif senyawa turunan alkohol, fenol, bahan dasar
salep dan bahan pengisi tablet yang mempunyai tujuan membedakan sifat-sifat
antara alkohol dan fenol, mengetahui jenis-jenis reaksi dan pereaksi yang dapat
digunakan untuk membedakan antara senyawa alkohol dan fenol. Dalam
praktikum ini terdapat beberapa percobaan seperti, uji organoleptik, uji
penggolongan alkohol fenol, uji penggolongan alkohol primer, sekunder, tersier,
uji penggolongan fenol monovalen dan polivalen serta uji penegasan sampel.
Pada percobaan pertama yaitu melakukan uji organoleptik pada sampel no.
233. Dimana pada percobaan ini mengamati bentuk, warna, serta bau yang
terdapat pada sampel no.233. dimana sampel 233 tersebut memiliki bentuk
dengan massa lunak, lengket, berwarna kuning muda, dan tidak mengeluarkan
bau. Dugaan pertama yang praktikan amati dalam uji organoleptik pada sampel
233 tersebut diduga merupakan sediaan bahan dasar salep yaitu vaselin flavum
dan adepslanae, karena dari pengujian organoleptik sesuai dengan literatur dari
farmakope Indonesia edisi III sesuai dengan pemerian yang tertera.
Pada uji selanjutnya yaitu uji penegasan pada sampel 233 dengan
melakukan pengekstraksian sampel dengan cara melarutkan sampel
menggunakan pelarut organik ( kloroform) setelah itu sampel di vortek untuk
diambl analitnya. Setelah diambil analit, dilakukan uji penegasan vaselin
flavum, dimana analit ditambahkan CHCl3 1ml, ditambah 1ml asam anhidrat
dan ditambahkan H2SO4 1ml. Dimana asam sulfat berfungsi sebagai pemutus
ikatan ester lipid, maka lapisan dibagian atas menghasilkan warna hijau dan
asam sulfat terlihat berubah warna menjadi kuning dengan berfluoresensi
berwana hijau. Dan hal ini menandakan sampel 233 positif sediaan vaselin
flavum.
Pada percobaan kedua yaitu melakukan uji pada sampel no. 364, dengan
pengujian organoleptik terlebih dahulu, dimana memiliki bentuk sediaan cair,
berwarna bening, memiliki bau khas agak manis dan diduga sampel ini
merupakan amil alkohol, etanol, metanol,dan gliserin. Hal ini sesuai dengan
literatur yang tertera di Farmakope Indonesia sesuai dengan pemerian sediaan
yang ada.
Pada uji selanjutnya dilakukan uji penggolongan alkohol dan fenol, dimana
pada langkah pertama, melakukan pengujian alkohol pada sampel 364, dengan
pengujian Diazo.
Perlakuan pertama yaitu reagen diazo B (asam nitrit) + HCl menjadi NaNO2.
hal ini dikarenakan Garam diazonium klorida dihasilkan dari reaksi antara
amina aromatik primer seperti anilin dengan asam nitrit dingin dalam larutan
asam klorida pada suhu 0°C. asam nitrit ini biasanya dibuat in situ oleh reaksi
natrium nitrit dengan HCl. penambahan natrium nitrit kedalam anilin klorida
disebut diazotasi. Suhu dijaga dibawah 10°C saat diazotasi di pendingin es,
karena reaksi tersebut sangat eksotermis. (Fessenden dan Fessenden 1992).
Untuk penegasan bahwa sampel ini benar-benar alkohol maka kami lakukan
penambahan amil alkohol pada peraksi yang telah dilakukan tadi dan hasil yang
diperoleh tidak terjadi reaksi apapun dan warna larutan tetap berwarna merah
frambos.
Uji selanjutnya melakukan uji penegasan pada sampel 364 dengan uji
penegasan gliserin. Uji penegasan gliserin dimana sampel zat + CuSO4 +
NaOH menghasilkan warna biru dan dugaan akhir praktikan bahwa sampel 364
adalah sampel dengan sediaan gliserin. Akan tetapi kenyataan yang ada bahwa
sampel yang praktikan uji seharusnya adalah positif sediaan propilenglikol.
VI. Kesimpulan
Fessenden dan Fessenden. 1992. Kimia Organik. Edisi ketiga. jilid 2. Jakarta:
penerbit Erlangga.