Disusun Oleh :
Kelompok 4
31117082 Rani Rahmawati
31117083 Rara Amiati
31117084 Rika Zahara Dewi
31117085 Rizka Dinda Novalan
31117086 Septiana Erdi Nugraha
31117087 Shilvy Dhiya Aulia
31117088 Shintya Dewi Purnama
31117089 Sifa Nurjanah
31117090 Silmy Mutiarani Iswandi
TASIKMALAYA
2019
A. Nama Sediaan
FG-MOL (Tablet Paracetamol)
B. Kekuatan Sediaan
Tiap tablet mengandung 500 mg Paracetamol
C. Preformulasi
Formula E (Penghancur dalam Amportab 10%)
Nama Bahan Jumlah
Fasa dalam (92%)
Paracetamol 500 mg
Amportab 10 %
PVP 5%
Etanol 95% qs
Laktosa qs
Fase luar (8%)
Mg stearate 1%
Talk 2%
Amportab 5%
E. Preformulasi Eksipien
F. Analisis Formula
1. Zat aktif : Paracetamol
Paracetamol memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang kurang baik
sehingga metode granulasi basah lebih cocok digunakan untuk pembuatan
tablet paracetamol. Metode granulasi basah ini ditujukan untuk
meningkatkan sifat alir, daya kohesi dan kompresibilitas tablet.
2. Amprotab
Syarat penggunaan amprotab sebagai disintegran dalam tablet adalah
3-15% (Patil, 2010), dalam formula kadar amprotab sebagai disintegran
yang digunakan adalah 10%. Penggunaan amprotab sebagai disintegran
ditujukan agar memudahkan tablet untuk hancur atau larut dalam cairan
khususnya cairan tubuh.
3. PVP
Penggunaan bahan pengikat yaitu PVP pada formulasi tablet harus
dengan rentang kadar 0,5-5% (Lachman,1980). Sedangkan dalam formula
digunakan PVP sebesar 5%, dimana kadar ini masih termasuk ke dalam
rentang persyaratan. Penggunaan PVP sebagai bahan pengikat dengan
konsentrasi maksimum ditujukan agar dapat membentuk granul sehingga
dapat dikempa menjadi tablet yang kompak.
4. Etanol
Etanol memiliki fungsi sebagai pelarut sekaligus penguikat sehingga
dapat membentuk tablet dengan massa yang komplit sesuai dengan massa
yang diinginkan
5. Laktosa
Pada umumnya formulasi memakai laktosa sebagai bahan pengisi
ditujukan untuk memenuhi atau mencapai bobot serta volume tablet yang
diinginkan. Selain itu laktosa juga dapat digunakan untuk memperbaiki sifat
alir, daya kohesi dan kompresibilitas dari zat aktif.
6. Mg stearate
Konsentrasi bahan pelincir dalam formula tablet 0,25%-5,0%(Rowe, et
al. 2009). Penambahan bahan pelincir ditujukan untuk mengurangi gesekan
antara permukaan granul dengan dinding die pada mesin selama pencetakan
tablet berlangsung.
7. Talcum (pelicin)
Dapat memperbaiki daya alir zat aktif yang akan dibuat tablet,
mengurangi penyimpangan massa, meningkatkan ketepatan ukuran tablet
dan dapat mengurangi keterikatan antar partikel pada saat tablet dicetak
sehingga dapat memberikan sifat alir yang baik.
c. PVP 5% =
a. Mg Stearat 1% =
b. Talk 2% =
c. Amportab 5% =
H. Prosedur Pembuatan Granul dan Tablet
b. Kelembapan
Panaskan granul
Timbang granul 5 gram pada suhu 60-
Baca kadar air
Masukan dalam alat 700C sampai
yang tertera
Moisture Analyzer, skala pada alat
pada skala (%)
kemudian alat di tare. tidak berubah
(stabil)
c. Bobot jenis
1) Bobot jenis nyata
d. Kadar pemampatan
Prosedur kadar mampat yaitu sama dengan BJ Mampat dan BJ nyata.
e. Perbandingan haussner
f. % Kompresibilitas
Prosedur %Kompresibilita sama dengan pada prosedur BJ mampat
dan BJ nyata.
b. Keseragaman bobot
d. Kekerasan
e. Friabilitas
3. Label
4. Brosur
K. Hasil Evaluasi Sediaan
1. Evaluasi Granul
a. Kecepatan alir (Metode corong dan Metode sudut istirahat)
Pengamatan Hasil
Tinggi 1,7cm
Diameter 6
Waktu 01,18 detik
Sudut diam 29,5358
Perhitungan:
tan α = =
Sudut diam = 29,5358
b. Kelembapan
= 2,4 %
c. Bobot jenis
1) Bobot jenis nyata
Ρ= = 0,3704 g/ml
2) Bobot jenis mampat
rt = = g/ml
rt = = 0,4 g/ml
d. Kadar pemampatan
Perhitungan:
% kadar pemampatan x 100%
% KP x 100%
% KP %
e. Perbandingan haussner
Angka Haussner = =
f. % Kompresibilitas
Perhitungan :
%K = x 100%
%K = x 100% = 7,4 %
2. Evaluasi Tablet
a. Organoleptik
Parameter Uji Hasil Pengamatan
Bentuk Sediaan tablet
Warna Putih
Rasa Pahit
Bau Tidak berbau
b. Keseragaman bobot
No Bobot Tablet (gr) % Penyimpangan Keterangan
1. 0,68 gr 2,8571% Memenuhi syarat
2. 0,68 gr 2,8571% Memenuhi syarat
3. 0,72 gr 2,8571% Memenuhi syarat
4. 0,69 gr 1,4285% Memenuhi syarat
5. 0,68 gr 2,8571% Memenuhi syarat
6. 0,68 gr 2,8571% Memenuhi syarat
7. 0,69 gr 1,4285% Memenuhi syarat
8. 0,69 gr 1,4285% Memenuhi syarat
9. 0,72 gr 2,8571% Memenuhi syarat
10. 0,71 gr 1,4285% Memenuhi syarat
11. 0,68 gr 2,8571% Memenuhi syarat
12. 0,69 gr 1,4285% Memenuhi syarat
13. 0,69 gr 1,4285% Memenuhi syarat
14. 0,71 gr 1,4285% Memenuhi syarat
15. 0,72 gr 2,8571% Memenuhi syarat
16. 0,71 gr 1,4285% Memenuhi syarat
17. 0,68 gr 2,8571% Memenuhi syarat
18. 0,69 gr 1,4285% Memenuhi syarat
19. 0,71 gr 1,4285% Memenuhi syarat
20. 0,72 gr 2,8571% Memenuhi syarat
Rata-rata tablet paracetamol = 0,697 gr
0,0348 gr
2. Kolom B
0,0697 gr
c. Keseragaman ukuran
d. Kekerasan Tablet
No. Bobot tablet (gram) Kekerasan tablet (kg/cm²)
1. 0,68 gr 4
2. 0,68 gr 4
3. 0,72 gr 4
4. 0,69 gr 4
5. 0,68 gr 4
6. 0,68 gr 4
7. 0,69 gr 4
8. 0,69 gr 4
9. 0,72 gr 4
10. 0,71 gr 4
11. 0,68 gr 4
12. 0,69 gr 4
13. 0,69 gr 4
14. 0,71 gr 4
15. 0,72 gr 4
16. 0,71 gr 4
17. 0,68 gr 4
18. 0,69 gr 4
19. 0,71 gr 4
20. 0,72 gr 4
e. Friabilitas
g. Uji disolusi
Kurva kalibrasi paracetamol murni
Konsentrasi Absorbansi
4 0,561
6 0,606
8 0,678
10 0,872
12 0,919
Y= 0,0491x+0,3344
R²=0,9409
Hasil uji disolusi
b) 10 menit
(
c) 15 menit
( 561,96mg
d) 30 menit
( 561,96mg+864,36 mg
4) Persen disolusi
a) 5 menit
b) 10 menit
c) 15 menit
d) 30 menit
Konsentrasi Absorbansi
12 ppm 0,919
10 ppm 0,872
8 ppm 0,674
6 ppm 0,606
4 ppm 0,561
Persamaan regresi linier :
y = bx+a
y = 0,0491x + 0,3344
absorbansi sampel = 0,562
faktor pengenceran = 100 kali
Bobot sampel 100 mg dari 5 tab di add daphar fhosfat 100 mL, dengan
bobot rata- rata sampel 690 mg.
Perhitungan :
y = bx+a
0,562 = 0,0491x + 0,3344
x=
x=
x = 4,6435 ppm
x = 464,35 ppm
x=
x = 46,435
L. Pembahasan
1. Kecepatan alir
Kecepatan alir merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap
keseragaman bobot tablet yang dihasilkan untuk menghasilkan tablet bobot
yang seragam, diperlukan suatu batasan alir minimum. setiap 100 gram
granul tidak boleh dari 10 detik, syarat dari sudut diam yang memenuhi
syarat yaitu rentang antara 25˚-30˚. Waktu alir granul yaitu 01,18 detik
tidak memenuhi syarat dan sudut diam sebesar 29,5358 hasil yang diperoleh
dari sudut diam memenuhi syarat.
2. Kelembapan
Pada uji kelembaban ini bertujuan untuk mengetahui berapa banyak
kandungan air yang terkandung dalam granul. Pada uji ini di dapatkan hasil
2,4 % hal ini menunjukan bahwa granul memiliki kelembaban yang baik
dan memenuhi syarat sesuai dengan syarat 1-5% (Voight, 1995). Adapun
kelembaban suatu granul itu dapat mempengaruhi daya alir suatu granul.
Jika kadar kelembaban suatu granul granul tinggi maka daya alir suatu
granul akan semakin lama , namun jiga kadar kelembaban suatu granul
kecil maka daya alir akan semakin cepat.
3. Bobot jenis
Bobot jenis nyata adalah perbandingan massa terhadap volume dan
sejumlah serbuk yang dituang kedalam suatu gelas ukur. Tujuannya
menjamin aliran granul yang baik. Hasil pengamatan yang kami dapatkan
adalah 0,3704 g/ml.
Bobot jenis mampat adalah perbandingan massa terhadap volume
setelah massa tersebut dimampatkan sampai volume tetap. Hasil
pengamatan yang kami dapatkan adalah 0,4 g/ml.
Bobot jenis sejati adalah perbandingan antara massa dan volume zat
padat tanpa pori dan tanpa ruang rongga. Penentuan bobot jenis sejati bahan
berbentuk butir dan serbuk menuntut bahan tersebut berada dalam bentuk
sehalus mungkin, dilakukan dengan menggunakan metode piknometer
cairan atau metode manometer (voight, 1994). Hasil yang didapatkan adalah
1,4224 g/ml.
4. Kadar pemampatan
Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan didapatkan bahwa kadar
pemampatan 6%. Kadar pemampatan yang baik itu kurang dari 20%
(Voight, 1994). Hal ini ditujukan agar granul yang dihasilkan memiliki daya
kohesi antar serbuk baik sehingga granul yang dihasilkan tidak mudah
rapuh membentuk serbuk kembali.
5. Perbandingan haussner
Uji perbandingan Houssner dilakukan dengan tujuan untuk memeriksa
apakah tablet memenuhi persyaratan resmi (Farmakope) atau non resmi
(Non Farmakope) atau tidak. Aliran serbuk dari sampel yang akan diuji
dapat diketahui dari perbandingan houssner, dimana perbandingan houssner
ini didapatkan dengan membandingakan antara kerapatan mampat dengan
kerapatan curah. Jika perbandingan houssner lebih kecil dari 1,5 maka
aliran serbuk tersebut baik, tetapi jika perbandingan Houssner lebih besar
dari 1,5 maka aliran serbuk tersebut buruk. Dilihat dari hasil yang telah
dilakukan maka dapat dinyatakan hasil 1,06 termasuk kategori yang
memenuhi syarat.
6. % Kompresibilitas
Persen kompresibilitas dilakukan untuk mengetahui daya alir granul
yang baik serta dapat mengetahui seberapa kuat granul tersebut. Hasil yang
kami dapatkan yaitu sebesar 7,4 %. Sesuai dengan persyaratan yaitu Jika
%K = 5-15% maka daya aliran sangat baik.
7. Organoleptik
Dilakukan uji organoleptik ini yaitu mempunyai peranan penting
dalam penerapan mutu, pengujian ini dapat memberikan indikasi kebusukan
dan kerusakan lainnya dari produk. Pada uji organoleptik tablet Paracetamol
mempunyai bentuk bulat, memiliki rasa yang pahit, berwarna putih dan
berbau khas.
8. Keseragaman bobot
Keseragaman bobot diambil 20 tablet secara acak lalu ditimbang dan
hasilnya dirata-ratakan. Berdasarkan hasil pengamatan yang kami dapatkan
bahwa tidak ada bobot tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata yang
telah ditetapkan pada kolom A dan kolom B. Keseragaman bobot
memenuhi persyaratan.
9. Keseragaman ukuran
Keseragaman ukuran diambil 20 tablet secara acak lalu ditimbang dan
hasilnya dirata-ratakan. Berdasarkan hasil pengamatan yang kami dapatkan
bahwa keseragaman ukuran yaitu 4 kg/cm2. sesuai literature pada
farmakope edisi III yaitu syarat tablet keci 4 kg/cm2.
10. Kekerasan
Uji kekerasan tablet dapat didefinisikan sebagai uji kekuatan tablet
yang mencerminkan kekuatan tablet secara keseluruhan, yang diukur
dengan memberi tekanan terhadap diameter tablet. Tablet harus mempunyai
kekuatan dan kekerasan tertentu serta dapat bertahan dari berbagai
goncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan dan transportasi.
Alat yang biasa digunakan adalah hardness tester (Banker and Anderson,
1984). Tujuan dari dilakukannnya uji kekerasan ini adalah untuk
mengetahui kekuatan tablet dimana tablet harus mempunyai kekuatan atau
kekerasan tertentu serta tahan atas kerenyahan agar dapat bertahan terhadap
berbagai guncangan mekanik pada saat pembuatan pengepakan dan
pengepalan Selain itu tablet juga harus dapat bertahan terhadap perlakuan
berlebihan oleh konsumen Kekerasan tablet sangat penting diperhatikan
terutama untuk produk yang mempunyai masalah bioavailabilitas nyata atau
potensial serta pada produk yang sensitif atas gangguan pada profil
penglepasan pelarutan sebagai fungsi dari tenaga kerja yang digunakan
(Ansel 2008). Pada umumnya tablet yang keras memiliki waktu hancur
yang lama (lebih sukar hancur) dan disolusi yang rendah, namun tidak
selamanya demikian. Pada umumnya tablet yang baik dinyatakan
mempunyai kekerasan antara 4-10 kg. Namun hal ini tidak mutlak, artinya
kekerasan tablet dapat lebih kecil dari 4 atau lebih tinggi dari 8 kg.
Kekerasan tablet kurang dari 4 kg masih dapat diterima dengan syarat
kerapuhannya tidak melebihi batas yang diterapkan. Tetapi biasanya tablet
yang tidak keras akan memiliki kerapuhan yang tinggi dan lebih sulit
penanganannya pada saat pengemasan, dan transportasi. Kekerasan tablet
lebih besar dari 10 kg masih dapat diterima, jika masih memenuhi
persyaratan waktu hancur/disintegrasi dan disolusi yang dipersyaratkan
(Sulaiman, 2007). Pada evaluasi uji kekerasan yang dilakukan mendapatkan
hasil kekerasan tablet yaitu 4 kg/cm² yang menunjukkan bahwa tablet
memenuhi persyaratan, karena syarat dari tablet kecil yaitu 4 kg/cm².
11. Friabilitas
Uji kerapuhan bertujuan untuk mengukur ketahanan permukaan tablet
terhadap gesekan sewaktu pengemasan dan pengiriman (Andayana 2009)
Selain itu kerapuhan yang tinggi akan mempengaruhi konsentrasi/kadar zat
aktif yang masih terdapat pada tablet Tablet dengan konsentrasi zat aktif
yang kecil (tablet dengan bobot kecil) adanya kehilangan massa akibat
rapuh akan mempengaruhi kadar zat aktif yang masih terdapat dalam tablet
(Sulaiman 2007). Pada uji kerapuhan dilakukan dengan cara memasukan 13
tablet yang telah ditimbang sebelumnya dan dimasukkan ke dalam alat uji
kerapuhan (friabilator). Bobot tablet pada awalnya adalah 72 g sedangkan
setelah dilakukan uji kerapuhan tablet yang ditimbang didapatkan bobotnya
sebesar 71 g Nilai % kerapuhan tablet didapatkan dengan cara bobot awal
dikurangi bobot tablet yang diuji dibagi bobot awal tablet maka diperoleh
angka kerapuhan tablet Dari perhitungan diperoleh angka kerapuhan tablet
sebesar 1,3888 %. Hasil ini tidak memenuhi persyaratan, karena syarat
friabilitas yaitu < 1%. Kerapuhan tersebut diakibatkan karena pengikat yang
digunakan tidak terdistrubusi dengan homogen di dalam tablet atau dapat
diakibatkan oleh kesalahan saat proses kompresi secara manual Tablet yang
terbentuk kurang kompak sehingga tablet menjadi rapuh Ketahanan
terhadap kehilangan berat menunjukkan tablet tersebut untuk bertahan
terhadap goresan ringan atau kerusakan dalam penanganan pengemasan dan
pengepakan.
12. Uji waktu hancur
Uji waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan untuk hancurnya
tablet dalam waktu yang sesuai sehingga tidak ada bagian yang tertinggal
pada kasa. Uji ini bertujuan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu
hancur yang tertera dalam masing-masing monografi. Dan hasil yang
diperoleh adalah waktu hancur pada tablet paracetamol adalah 1 menit 24
detik yang artinya waktu hancur yang dihasilkan sesuai dengan literatur
yang ada yaitu waktu yang diperbolehkan untuk menghancurkan tablet tidak
bersalut enterik adalah tidak lebih dari 15 menit (Depkes RI, 1979).
13. Uji disolusi
Pengujian selanjutnya yaitu tentang uji disolusi dimana uji disolusi
bertujuan untuk mengetahui kadar oabat yang terlepas pada waktu tertentu.
Hasil disolusi kemudian diukur absorbansinya dengan menggunaka
spektrofotometri UV-Vis dengan pengambilan sampel sebanyak 5 ml setiap
selang waktu 5, 15, 30 menit. Kemudian ditentukan absorbansinya dengan
mengguankan beberapa konsentrasi yaitu 4; 6, 8; 10; dan 12 ppm.
Persyaratan standar pada uji disolusi adalah pada waktu 30 menit kadar obat
yang terdisolusi >80% dari kadar awal. Setelah mendapatkan absorbansi
kemudian dibuat Kurva baku dan mendapatkan regresi y = 0,0491x –
0,3344 dengan nilai r2 sebesar 0,9409 . Nilai r2 yang baik adalah yang
mendekati 1. Hasil kadar tablet parasetamol diperoleh sebesar
dan . Berdasarkan data hasil
pengamatan bahwa kadar zat aktif tersebut tidak memenuhi persyaratan yan
tertera di Farmakope Indonesia Edisi IV, dimana kadar tidak kurang dari Q
+ 5 % (Q = 80%).
14. Kadar zat aktif dalam tablet
Penetapan kadar zat aktif bertujuan untuk mengetahui nilai kadar zat
aktif yang terkandung di dalam suatu sediaan sesuai yang tertera pada etiket
dan memenuhi syarat seperti yang tertera pada setiap monografi. Penetapan
kadar zat aktif dilakukan menggunakan spektrofotometri UV-VIS dalam
pelarut daphar fosfat. Penetapan kadar parasetamol dilakukan dengan
spektrofotometri karena memiliki gugus kromofor yang berupa ikatan
rangkap terkonjugasi dan gugus aukrosom. Hasil penetapan kadar obat
parasetamol pada formula ini didapatkan 64,08 % sehingga tablet
parasetamol ini tidak memenuhi syarat karena tidak kurang dari 90,0% dan
tidak lebih dari 110,0% (FI edisi IV, 1995). Adapun kadar suatu obat dalam
suatu sediaan mempengaruhi efek terapi yang diharapkan. Namun, kadar
yang tidak sesuai dengan kadar yang ditetapkan pada suatu senyawa obat
dapat berfek buruk sehingga bila terdapat kadar yang tidak sesuai dengan
persyaratan maka dapat mempengaruhi jumlah kumulatif kadar
terdisolusinya dan juga berdampak pada khasiat maupun farmakokinetik
obat tersebut.
F. Kesimpulan
Dapat disimpulkan dari data hasil pengamatan yang kami dapatkan bahwa
tablet paracetamol tidak layak untuk diedarkan. Dikarenakan ada pengujian
yang tidak memenuhi persyaratan.
DAFTAR PUSTAKA